Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ADAB KEPADA ORANG TUA, DOSEN, TEMAN DAN TETANGGA

DOSEN PENGAMPU : DR. ANUAR RASYID


DISUSUN OLEH :
KELOMPOK: 1
KELAS: B

FACHRI RAHMAT YUDHA 2301125921


GUSTI RANGGA PRATAMA 2301111675
M. IQBAL MAULANA 2301126767
RIZQULLAH 2301114144

PROGRAM ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
20
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam yang
berjudul “Adab kepada orang tua, dosen, teman dan tetangga” ini dengan baik dan
tepat waktu. Shalawat beriring salam semoga tersampaikan kepada baginda tercinta
yaitu Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya. Semoga makalah
ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan ataupun pendoman bagi pembaca.
Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu mata
kuliah Pendidikan Agama Islam, yaitu Bapak Dr. Anuar Rasyid atas bimbingan dan
dorongan yang telah diberikan kepada kami dan kami menngucapkan terimakasih
kepada seluruh pihak yang telah ikut serta dalam penyusunan makalah ini, sehingga
makalah yang dibuat ini dapat kami selesaikan dengan semestinya.
Semoga makalah ini dapat memberikan penjelasan dan dapat memberikan
pengetahuan-pengetahuan baru bagi para pembaca. Kami tentu menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang dapat membantu kami agar kedepannya menjadi lebih baik
lagi. Apabila ada kesalahan dalam penulisan atau kata-kata dalam makalah ini, kami
mohon maaf yang sebesar-besarnnya.

Pekanbaru, 1 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................3
C. TUJUAN.............................................................................................................. 4
BAB II.......................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN........................................................................................................... 5
A. DEFINISI ADAB...................................................................................................5
B. ADAB KEPADA ORANG TUA..............................................................................6
C. ADAB KEPADA DOSEN......................................................................................8
D. ADAB KEPADA TEMAN....................................................................................11
E. ADAB KEPADA TETANGGA..............................................................................11
BAB III....................................................................................................................... 13
PENUTUP................................................................................................................. 13
A. KESIMPULAN................................................................................................... 13
B. SARAN.............................................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Adab merupakan sesuatu yang sangat penting bagi umat Islam, Jadi kita
sebagai umat Islam sangat dianjurkan untuk berakhlak sesuai apa yang di
contohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat serta generasi penerusnya,
berdasarkan pemahaman yang lurus/ benar. Baik di lingkungan masyarakat,
keluarga, dan kampus. Mengingat dewasa ini telah terjadi degradasi/menurunnya
moral umat manusia yang sepertinya tidak enggan lagi melakukan
perbuatan/perilaku dan penampilan yang tidak mencerminkan akhlak terpuji.
Maka dari itu sebagai umat Islam muslim maupun muslimah marilah kita
tingkatkan lagi sikap dan sifat moralitas kita demi mencerminkan diri seorang
muslim/muslimah yang benar dan pantas dilihat oleh semua orang mau itu orang
tua, Dosen, Tetangga, maupun teman kerabat.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah yang penulis ambil dari Makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian adab ?
2. Apa pengertian adab kepada orang tua ?
3. Bagaimana adab kepada orang tua ?
4. Apa pengertian adab kepada dosen ?
5. Bagaimana adab kepada dosen ?
6. Apa pengertian adab kepada teman ?
7. Bagaimana adab kepada teman ?
8. Apa pengertian adab kepada tetangga ?
9. Bagaimana adab kepada tetangga ?
C. TUJUAN
1. Untuk merealisasikan etika dan adab yang baik kepada orang tua, dosen,
teman, tetangga pada kehidupan sehari-hari
2. Untuk menambah wawasan kita dan menjadi tolak ukur dalam beretika
kepada orang tua, dosen, teman dan tetangga
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI ADAB
Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak boleh bersikap semau-maunya.
Ada tata krama yang harus diperhatikan saat melakukan segala sesuatu. Begitupun
yang diajarkan dalam Islam, ada adab yang harus diikuti umat Muslim. Mengutip
jurnal Implementasi Pendidikan Adab Melalui Kegiatan Keagamaan Anak Usia Dini
di TK Robbani Cendekia Jenangan oleh Awanda Ika Ari Dian Pratiwi (2019), Adab
berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa memiliki arti kesopanan, kehalusan,
dan kebaikan budi pekerti. Secara istilah adab adalah suatu ibarat tentang
pengetahuan yang dapat menjaga diri dari segala sifat yang salah. M. Abdul Mujieb
dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa adab ialah tata
krama, moral, atau nilai-nilai yang dianggap baik oleh sekelompok masyarakat.
Seseorang yang dapat menjaga adabnya berarti ia berhasil dalam segala hal. Dalam
agama Islam, adab berasal dari dua sumber utama, yaitu Al Quran dan sunnah yang
merupakan perbuatan serta kata-kata Nabi. Keduanya merupakan panduan bagi
umat Muslim dalam menjalankan aktivitas sehari-hari agar menjadi orang yang
beriman dan berakhlak.
Mengutip buku Adab dan Doa Sehari-Hari untuk Muslim Sejati oleh Thoriq
Aziz Jayana, kedudukan adab dalam Islam lebih tinggi dari ilmu. Imam Malik pernah
berkata kepada muridnya, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.” Begitu pula
yang diperintahkan ulama-ulama lainnya. Islam lebih meninggikan dan memuliakan
orang-orang yang memiliki adab/akhlak daripada mereka yang berilmu. Ini juga yang
menjadi misi utama kenabian Rasulullah SAW. Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlakul karimah.” (HR.
Bukhari). Banyaknya ilmu yang dimiliki oleh seseorang akan menjadi sia-sia jika
tidak memiliki adab atau akhlak dalam dirinya. Ia akan kesulitan menemukan jalan
yang semestinya, karena adab dan akhlak lah yang menjadi pembatas serta
memberikan arahan bagaimana menyikapi ilmu tersebut. Jadi, kualitas diri
seseorang bukan dilihat dari seberapa banyak ilmu yang dimiliki, tetapi bagaimana
akhlaknya dalam memanfaatkan ilmunya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mulia
akhlaknya.”Adab menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan, baik kehidupan
sendiri, keluarga, maupun sosial. Dengan adab, seorang Muslim yang sejati akan
menjadi mulia di hadapan Allah dan Rasul-Nya serta sesama manusia. Tak hanya
itu, adab menjadi salah satu amal yang bisa ditanamkan kepada diri sendiri sebagai
bekal pahala di akhirat kelak. Disebutkan dalam hadits, “Tidak ada sesuatu pun yang
lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak
yang mulia.” (HR. Tirmidzi)
B. ADAB KEPADA ORANG TUA
Sebagai seorang anak, berbakti kepada orang tua sudah menjadi hal yang
wajib. Salah satu bentuk berbakti kepada orang tua adalah dengan memperhatikan
etika dan adab antara anak kepada orang tuanya. Maka dari itu, terdapat beberapa
adab terhadap orang tua yang telah dicontohkan oleh Rasulullah sebagai berikut:
1. Tidak memandang dengan tatapan tajam
Sebagai seorang yang jauh lebih muda, kita dianjurkan untuk tidak memandang
orang yang lebih tua dengan tatapan yang tajam dan tidak menyenangkan. Berikan
tatapan yang lembut dan hangat ketika berhadapan dengan orang tua.
Sebagaimana yang terdapat pada Shohih Bukhari no. 2731, 2732, yang mana para
sahabat kala itu selalu memandang dengan penuh hormat kepada Rasul dimana
mereka menjalani Rasulullah Saw.

2. Tidak mendahulukan bicara


Adab selanjutnya adalah berbicara dengan mendahulukan yang lebih tua. Biarkan
mereka yang lebih tua untuk berbicara terlebih dahulu untuk menyenangkan hati
mereka. Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata, “Dulu kami berada di
sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian didatangkanlah bagian dalam
pohon kurma. Lalu beliau mengatakan, “Sesungguhnya di antara pohon adalah
pohon yang menjadi permisalan bagi seorang muslim.” Aku (Ibnu ‘Umar)
sebenarnya ingin mengatakan bahwa itu adalah pohon kurma. Namun, karena
masih kecil, aku lantas diam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
“Itu adalah pohon kurma.” (HR. Bukhari no. 72 dan Muslim no. 2811)

3. Berbicara dengan nada yang lembut


Sebagai orang yang lebih muda, hendaknya kita berbicara dengan nada yang
lembut dan penuh sopan santun. Jangan pernah berbicaralah dengan nada yang
tinggi apalagi membentak pada orang tua.mDari Al Musawwir bin
Makhramah radhiallahu’anhu tentang sahabat Rasulullah terhadap Rasul ketika
berbicara, “jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan
suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan
terhadap Rasulullah” (HR. Al Bukhari 2731).

4. Tidak duduk di depan orang tua saat mereka berdiri


Jika orang tua sedang berdiri, maka hendaknya kita ikut berdiri dan tidak duduk di
hadapannya. Hal ini dimaksudkan untuk menyelisihi kebiasaan orang kafir yang
justru duduk saat orang tua berdiri sehingga dianggap tidak sopan dalam Islam. Dari
Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengaduh (karena sakit), ketika itu kami shalat bermakmum di belakang beliau,
sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar memperdengarkan
takbirnya kepada orang-orang. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka beliau
melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami
untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk.
Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda, ‘kalian baru saja hampir
melakukan perbuatan kaum Persia dan Romawi, mereka berdiri di hadapan raja
mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian
melakukannya. Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan
berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam
keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk” (HR. Muslim, no.
413).
5. Selalu mendahulukan orang tua
Sebagaimana yang pernah diceritakan oleh Rasulullah Saw mengenai tiga orang
pemuda yang terjebak di dalam gua. Salah satunya pun berdoa kepada Allah
dimana dalam doa tersebut menunjukkan bahwa ia selalu mendahulukan untuk
memberi susu kepada orang tuanya sebelum memberikannya pada anak-anaknya
sendiri. (HR. Bukhari no. 5974 dan Muslim no. 2743)

6. Meminta maaf
Sebagai seorang anak, hendaknya kita selalu memintaaf kepada orang tua jika kita
telah berbuat salah. Sebagaimana yang dicontohkan oleh saudara Yusuf as yang
mana mereka meminta maaf kepada orang tua mereka ketika berbuat salah, “Wahai
ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami,
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)“. (QS. Yusuf [12] :
97)

7. Selalu berkata baik


Meskipun orang tua mencela atau berkata buruk pada kita, hendaknya kita selalu
membalas dengan perkataan yang baik. Sebagaimana telah diperintahkan oleh
Allah SWT, “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah”.” (QS. Al Isro’ [17] : 23)

8. Menafkahi orang tua


Jika orang tua meminta sesuatu kepada kita dan tidak bertentangan dengan Islam,
maka berikanlah. Jangan pernah takut untuk kehabisan harta karena itu merupakan
salah satu adab dan jalan berbakti kepada orang tua. Dari Jabir bin Abdillah, bahwa
seorang berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya aku mempunyai harta dan anak,
sedangkan bapakku ingin menghabiskan hartaku.” Maka beliau bersabda, “Engkau
dan hartamu adalah milik bapakmu. (H.R.Ibnu Majah)

9. Selalu mendoakan
Sebagai seorang anak hendaknya kita selalu mendoakan orang tua sebagaimana
yang telah diajarkan Allah melalui Al Qur’an, “Dan permintaan ampun dari Ibrahim
(kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah
diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa
bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.”
(QS. At Taubah [9] : 114)

10. Menjaga silaturahmi


Meskipun kita telah dewasa dan memiliki keluarga, namun sebagai seorang anak,
kita wajib untuk menyambung silaturahmi dengan orang tua. Dari Asma’ binti Abu
Bakar berkata, “Ibuku pernah datang kepadaku dalam keadaan musyrik di
masa Quraisy ketika Beliau mengadakan perjanjian (damai) dengan mereka, lalu
aku meminta fatwa kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku berkata,
“Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku karena berharap (bertemu) denganku.
Bolehkah aku sambung (hubungan) dengan ibuku?” Beliau menjawab, “Ya.
Sambunglah (hubungan) dengan ibumu.” (HR. Muslim)

C. ADAB KEPADA DOSEN


Guru/dosen merupakan orang tua kedua kita, merekalah yang berjasa dalam
mendidik kita setelah orang tua, Ilmu yang kita peroleh saat ini tidak lepas dari
peranan seorang guru, seseorang dapat membedakan baik dan buruk karena ilmu.
Islam meletakkan ilmu di atas yang lainnya, dan Islam juga meninggikan derajat
orang yang berilmu dibanding yang lain. Umamah Al-Bahili berkata bahwasannya
Rasulullah saw. bersabda : “Kelebihan orang alim (ulama) atas ahli ibadah seperti
kelebihanku atas orang yang paling rendah di antara kamu. Kemudian Baginda
besabda lagi, “Sesungguhnya para malaikat dan penduduk langit dan bumi hingga
semut dalam lubangnya serta ikan bersalawat (berdoa) untuk orang-orang yang
mengejar kebaikan kepada manusia” (HR. Imam Tirmidzi). Selain itu biasanya Orang
tidak memiliki banyak waktu untuk mengajarkan berbagai macam ilmu kepada
anaknya, maka dari itu peran guru/dosen adalah mengajarkan berbagai macam
ilmu. Setelah hormat dan ta’at kepada orang tua, setiap muslim wajib hormat dan
menghargai gurunya/dosennya, karena gurunya merupakan orang yang perannya
sangat penting dalam mendidik kita. Oleh karena itu, sudah seharusnya seorang
siswa menghargai dan menghormati gurunya Sebagaimana diperintahkan dalam
sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya “muliakanlah orang-orang yang telah
memberikan pelajaran kepadamu” (HR. Abu Hasan).
Orang yang berilmu tidaklah pandai begitu saja tanpa proses belajar. Proses
belajar bisa dilakukan secara formal maupun non-formal. Proses belajar biasanya
membutuhkan pembina yang biasa disebut guru/dosen, yang mempunyai andil
besar dalam proses belajar. Guru/dosen akan membukakan pintu-pintu ilmu lain
baginya, yang menunjukkan bila kita salah, agar tidak tergelincir pada kekeliruan.
Hendaknya orang yang sedang belajar dan berilmu itu bersikap baik terhadap
guru/dosen.Maka dari itu ada beberapa adab mahasiswa kepada dosen seperti
berikut :
1. Muliakan dan menghormati guru
Memuliakan orang yang berilmu/guru/dosen termasuk perkara yang dianjurkan. Ibnu
Abbas r.a berkata : Rasulullah SAW. Bersabda, “Bukan termasuk golongan umatku
orang yang tidak menyayangi yang muda, tidak menghormati yang tua, tidak
memerintahkan kebajikan dan tidak melarang kemungkaran” (HR. Tirmidzi). Agar
mendapat ilmu dan taufik, seorang murid hendaknya memuliakan dan menghargai
guru, serta berlaku lemah lembut dan sopan santun, jangan memotong
pembicaraannya, dan memperhatikan dengan baik. Agar kita mendapat ilmu yang
bermanfaat.
2. Mendoakan untuk kebaikan bagi guru
Ibnu Umar r.a. berkata, Rasulullah saw Bersabda, “Jika ada orang yang
memberilmu, maka balaslah pemberian itu, jika tidak bisa membalasnya, maka
doakanlah ia, sehingga kamu memandang telah cukup membalas kebaikan
tersebut”. Ibnu Jama’ah ra. Berkata “Hendaklah seorang penuntut ilmu mendoakan
gurunyqa sepanjang masa, memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya, dan
menunaikan haknya apabila telah wafat”. “Dan karena ilmu yang telah diberikannya
juga, hendaknya seorang murid mendoakan gurunya, semoga ia diberikan pahala
atas ilmu yang telah diberikan kepada muridnya”.

3. Rendah hati kepada guru


Sama halnya dengan adab kepada orang tua, kita juga harus merendahkan hati
kepada guru, walaupun sang murid lebih pintar, hendaknya menghindari perdebatan
dengan guru, dalam hal ini seorang murid hendaklah bersikap rendah hati kepada
gurunya, karena sesungguhnya rendah hatinya seorang murid kepada gurunya
adalah kemuliaan dan tunduknya adalah kebangaan, sebagaimana Ibnu Jama’ah
pernah mengatakan demikian. Abu Hurairah ra berkata bahwasanya Rasulullah saw
bersabda, ”Pelajarilah ilmu, pelajarilah ilmu ketenangan, kesopanan, dan
rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kamu ambil ilmunya” (HR. Tabrani). Ibnu
Abbas juga peenah menyampaikan. ”Aku merendahkan diri tatkala aku menuntut
ilmu, maka aku dimuliakan tatkala aku menjadi guru”.
4. Mencontoh Akhlaknya
Guru adalah teladan bagi muridnya, oleh karenanya, hendaklah seorang murid
mencontoh akhlak dan kepribadian gurunya yang baik. Seperti mencontoh
kebiasaan dan ibadahnya. Seorang guru pasti membrikan hal-hal yang baik secara
lisan atau perbuatan terhadap murid-muridnya.
5. Menenangkan hati guru
Seorang murid hendaknya tidak membuat gusar gurunya. Imam Syafi’i dalam
pertemuannya dengan gurunya, Imam Malik, pada tahun 170 H, hampir tidak pernah
meninggalkan gurunya sampai gurunya wafat pada tahun 179 H. Imam Syafi’i tidak
pernah meninggalkannya, kecuali ketika ia pergi ke Mekah untuk menjenguk ibunya
ataupun pergi ke pusat ilmu atau faqoh. Itupun setelah diperoleh izin dan restu daru
gurunya.
6. Memperhatikan adab-adab ketika berada di depan guru
a. Adab Duduk
Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan,
“Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syaikhmu, pakailah cara
yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya.” Syaikh Utsaimin mengomentari
perkataan ini, “Duduklah dengan duduk yang beradab, tidak membentangkan kaki,
juga tidak bersandar, apalagi saat berada di dalam majelis”. Ibnul Jamaah
mengatakan, “Seorang penuntut ilmu harus duduk rapi, tenang, tawadhu’, mata
tertuju kepada guru, tidak membetangkan kaki, tidak bersandar, tidak pula bersandar
dengan tangannya, tidak tertawa dengan keras, tidak duduk di tempat yang lebih
tinggi juga tidak membelakangi gurunya”.
b. Adab Berbicara
Berbicara dengan seseorang yang telah mengajarkan kebaikan haruslah lebih baik
dibandingkan jika berbicara kepada orang lain. Imam Abu Hanifah pun jika berada
depan Imam Malik ia layaknya seorang anak di hadapan ayahnya. Para Sahabat
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, muridnya Rasulullah, tidak pernah kita dapati
mereka beradab buruk kepada gurunya tersebut, mereka tidak pernah memotog
ucapannya atau mengeraskan suara di hadapannya, bahkan Umar bin khattab yang
terkenal keras wataknya tak pernah menarik suaranya di depan Rasulullah, bahkan
di beberapa riwayat, Rasulullah sampai kesulitan mendengar suara Umar jika
berbicara. Di hadist Abi Said al Khudry radhiallahu ‘anhu juga menjelaskan, “Saat
kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami
terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).
c. Adab Bertanya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS. An Nahl: 43).
Bertanyalah kepada para ulama, begitulah pesan Allah di ayat ini, dengan bertanya
maka akan terobati kebodohan, hilang kerancuan, serta mendapat keilmuan. Tidak
diragukan bahwa bertanya juga mempunyai adab di dalam Islam. Para ulama telah
menjelaskan tentang adab bertanya ini. Mereka mengajarkan bahwa pertanyaan
harus disampaikan dengan tenang, penuh kelembutan, jelas, singkat dan padat,
juga tidak menanyakan pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya.
Di dalam Al-Qur’an terdapat kisah adab yang baik seorang murid terhadap gurunya,
kisah Nabi Musa dan Khidir. Pada saat Nabi Musa‘alihi salam meminta Khidir untuk
mengajarkannya ilmu, “Khidir menjawab, Sungguh, engkau(musa) tidak akan
sanggup sabar bersamaku” (QS. Al Kahfi: 67).
Nabi Musa, Kaliimullah dengan segenap ketinggian maqomnya di hadapan Allah,
tidak diizinkan untuk mengambil ilmu dari Khidir, sampai akhirnya percakapan
berlangsung dan membuahkan hasil dengan sebuah syarat dari Khidir, “Khidir
berkata, jika engkau mengikuti maka janganlah engkau menanyakanku tentang
sesuatu apapun, sampai aku menerangkannya” (QS. Al Kahfi:70). Jangan bertanya
sampai diizinkan, itulah syarat Khidir kepada Musa. Maka jika seorang guru tidak
mengizinkannya untuk bertanya maka jangalah bertanya, tunggulah sampai ia
mengizinkan bertanya. Kemudian, doakanlah guru setelah bertanya seperti ucapan,
Barakallahu fiik, atau Jazakallahu khoiron dan lain lain. Banyak dari kalangan salaf
berkata, “Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti mendoakan kedua
orang tuaku dan guru guruku semuanya.”
d. Adab dalam Mendengarkan Pelajaran
Sudah kita ketahui kisah Nabi Musa yang berjanji tak mengatakan apa-apa selama
belum diizinkan. Juga para sahabat Rasulullah yang diam pada saat Rasulullah
berada di tengah mereka. Bahkan di riwayatkan Yahya bin Yahya Al Laitsi tak
beranjak dari tempat duduknya saat para kawannya keluar melihat rombongan gajah
yang lewat di tengah pelajaran, yahya mengetahui tujuannya duduk di sebuah
majelis adalah mendengarkan apa yang dibicarakan gurunya bukan yang lain. Apa
yang akan Yahya bin Yahya katakan jika melihat keadaan para penuntut ilmu saat
ini, jangankan segerombol gajah yang lewat, sedikit suarapun akan dikejar untuk
mengetahuinya seakan tak ada seorang guru di hadapannya, belum lagi yang sibuk
berbicara dengan kawan di sampingnya, atau sibuk dengan gadgetnya.
Ada sebuah cerita tentang Imam Syafi’i, ketika beliau berziarah ke makam Abu
Hanifah, ia datang bersama dengan salah satu murid seniornya Abu Hanifah,
bernama Hasan Asy-Syaibani. Setelah tiba di makam, Hasan Asy-Syaibani
mempersilahkan Imam Syafi’i untuk menjadi imam shalat subuh. Pada rakaat kedua
Imam Syafi’i tidak membaca qunut; padahal dalam mahzabImam Syafi’i sendiri
membaca qunut asalah sunat ab’ad, tetapi beliau meninggalkan membaca qunut.
Setelah selesai shalat, Hasan Syaibani bertanya, “Mengapa Anda tidak membaca
qunut wahai Syafi’i? Bukankah engkau berpendapat bahwa qunut subuh sebuah
amalan sunat yang perlu dibaca?” Aku malu dengan pemilik kuburan ini” Sahut
Imam Asy-Syafi’i.
D. ADAB KEPADA TEMAN
Setiap manusia memiliki teman sebaya. teman sebaya ialah teman yang
umurnya sama atau hampir sama dengan umur kita. misalnya teman satu kelas,
teman belajar dan bermain. sebagai teman, kita selalu bergaul, bekerja sama dan
kita saling bersaudara dengan teman. oleh karena itu, tali persaudaraan dengan
teman harus dijaga agar jangan sampai renggang dan putus serta jangan pula saling
bermusuhan. Salah satu cara untuk menjaga pertemanan kita dengan menjaga adab
seperti beberapa hal di bawah ini:
1. Ucapkan salam jika bertemu
2. Tidak menyakiti dan menyinggung perasaannya
3. Menerima kelebihan dan kekurangannya
4. Saling tolong-menolong dan membantu dalam kebaikan
5. Tidak sombong sesama teman
6. Jangan mencari-cari kesalahan, keburukan dan mengumbarkan aib orang
E. ADAB KEPADA TETANGGA
Dalam surah an-nisa ayat 36 Allah SWT memerintahkan hambanya untuk
berbuat baik kepada tetangga yang artinya, "Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua
orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan
tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat
membanggakan diri."
Beberapa cara menjaga adab kepada tetangga adalah :
1. Tidak menyakiti tetangga
Menyakiti di sini bisa dengan ucapan atau perbuatan.
2. Memperlakukannya dengan Sebaik-baiknya
Bentuk perbuatannya bisa dengan tolong menolong ketika dibutuhkan, tidak
mengusiknya, juga memaafkan kekeliruan yang diperbuat, atau perilaku lain yang
terpuji.
3. Berbagi dan tidak meremehkan pemberian
Rasulullah mengingatkan wanita muslim di zamannya untuk tidak menyepelekan
pemberian tetangga walau hanya berupa kaki kambing. Rasulullah juga
mengajarkan untuk berbagi dengan tetangga, jika memiliki rezeki yang lebih. Sabda
Nabi SAW kepada Abu Dzarr, "Wahai Abu Dzarr, apabila engkau memasak maraqah
(sayur) maka perbanyaklah kuahnya dan bagikanlah kepada tetangga-tetanggamu."
(HR Muslim & Ad-Darimi)
4. Menghormati dan Menghargai tetangga
Apabila hendak menjual atau menyewakan bangunan yang menempel dengan
rumah tetangga, hendaknya untuk menawarkan dan berkonsultasi kepada tetangga
terlebih dahulu. Berdasarkan hadits Rasulullah, "Barangsiapa memiliki tetangga
yang temboknya menempel dengan rumahnya atau yang satu rumah dengannya
(memilikinya secara bersama), janganlah menjual rumah itu sebelum menawarkan
kepadanya terlebih dahulu." (HR Al-Hakim).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akhlak terhadap orang tua merupakan akhlak yang sangat penting, hingga
dosa dari berbuat durhaka kepada orang tua berada di tingkat kedua setelah
dosamenyekutukan Allah.Ibu merupakan orang tua yang wajib kita hormati, atas apa
yang telah beliau berikan kepada kita dari mengandung kita selama sekitar 9 bulan
10 hari hinggasekarang. Penerapan dalam akhlak menghormati orang tua sangat
diperlukankarena itu merupakan kewajiban kita sebagai seorang muslim, cara
menghormatiorang tua ang masih hidup dapat dimulai dari hal-hal yang kecil,
contohnya:Berbakti dengan melaksanakan nasehat dan perintah yang baik dari
keduanya,selalu melaksanakan perintah orangtua dan masih banyak yang
lainnya.Selain kita harus hormat dan patuh terhadap orang tua kita, kita harushormat
dan patuh terhadap guru.Kerana guru adalah wakil orang tua kita saat
disekolah.Mereka yang mengajari kita membaca, menulis, menghitung
danseterusnya.Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas diri kita selama
disekolah, mereka telah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran untuk menyampaikan
ilmu kepada kita. Selain itu biasanya Orang tidak memiliki banyak waktu
untukmengajarkan berbagai macam ilmu kepada anaknya, maka dari itu peran guru
adalah mengajarkan berbagai macam ilmu. Setelah hormat dan ta’at kepada orang
tua, setiap muslim wajib hormat dan menghargai gurunya, karena
gurunyamerupakan orang yang perannya sangat penting dalam mendidik kita. Oleh
karenaitu, sudah seharusnya seorang siswa menghargai dan menghormati gurunya
Orang yang berilmu tidaklah pandai begitu saja tanpa proses belajar. Proses
belajar bisa dilakukan secara formal maupun non-formal. Proses belajar
biasanyamembutuhkan pembina yang biasa disebut guru, yang mempunyai andil
besardalam proses belajar. Guru akan membukakkan pintu-pintu ilmu lain
baginya,yang menunjukkan bila kita salah, agar tidak tergelincir pada kekeliruan.
Hendaknya orang yang sedang belajar dan berilmu itu bersikap baik terhadap guru
B. SARAN
Diharapkan kepada semua generasi muda agar menghormati dan
menyayangi orang tua dan guru kita kapanpun dan dimanapun kita
berada,berbaktilah dan hormatilah orang tua dan guru kita dan janganlah kita
durhaka kepada keduanya.saya berharap bahwa tugas makalah ini juga dapat
dijadikan sebagai pengingat bagi setiap orang muslim yang membacanya akan
pentingnya akhlak terhadap orang tua dan guru.
DAFTAR PUSTAKA
-. (2021, April 29). Pengertian Adab dan Kedudukannya dalam Islam.
Kumparan.com. Diakses pada 30 Agustus 2023 melalui https://kumparan.com/berita-
hari-ini/pengertian-adab-dan-kedudukannya-dalam-islam-1ve5oJrmRuR/full
Redaksi Dalamislam. (2023). 10 Adab Terhadap Orang Tua Dalam Islam dan
Dalilnya. Dalamislam.com. Diakses pada 30 Agustus 2023 melalui
https://dalamislam.com/akhlaq/adab-terhadap-orang
Bulanpurnama. (2015, November 20). Adab - Adab terhadap orangtua, guru / dosen,
dan teman. puputfufuti.blogspot.com. Diakses pada 30 Agustus 2023 melalui
https://puputfufuti.blogspot.com/2015/11/adab-adab-terhadap-orangtua-guru-
dosen.html

Anda mungkin juga menyukai