Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

AKHLAK TASAWUF

AKHLAK TERHADAP MASYARAKAT

Untuk memenuhi salah satu tugas

Mata kuliah Akhlak Tasawuf


Dosen Pembimbing: NIRWAN HAMID

Di susun oleh:
Kelompok 6

1. IQBAL ILYAS SAPUTRA ( 1751010074 )


2. KELVIN ANGGIA SAPUTRA ( 1751010079 )
3. KARTINI ( 1751010078 )
4. ARI PRIATAMA ( 1751010014 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


JURUSAN EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TP.2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam yang memberikan penerangan dan
petunjuk kepada manusia. Dialah zat yang telah memberikan banyak kenikmatan yang masih
kita rasakan sampai saat ini. shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan dan
tauladan kita semua, nabi besar Muhammad SAW, juga kepada keluarganya, para sahabatnya
dan pengikutnya. Karena jasa-jasa beliaulah kita dapat mengenal dan merasakan indahnya
Islam.
Kenikmatan yang kami rasakan tidak lantas membuat kami berleha-leha dan bermalas-
malas. Kami mencoba untuk membuat dan menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini berjudul ‘akhlak kepada masyarakat’.
Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan akhlak kepada
masyarakat sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Makalah ini
tidak lepas dari kekurangan karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Tetapi kami
berusaha untuk membagi ilmu dan wawasan yang telah kami rangkum dalam makalah ini.
semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadi rujukan dalam memperoleh ilmu
pengetahuan.

Bandar lampung, september 2017

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................... iv
A. Latar Belakang .....................................................................................................................
B. Perumusan Masalah ..............................................................................................................
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 1


A. AKHLAK TERHADAP MASYARAKAT .................................................................. 1
B. BERTAMU DAN MENERIMA TAMU ...................................................................... 2
C. HUBUNGAN BAIK TERHADAP TETANGGA ...................................................... 9
D. PERGAULAN MUDA MUDI ..................................................................................... 14

BAB IV ..................................................................................................................................................
KESIMPULAN .................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam Islam, segala sesuatu telah diatur dalam Al-Qur’an dan telah dijelaskan serta
diperkuat oleh hadits Rasulullah, baik dalam sholat, zakat, berhaji, makan, berjalan, dan banyak
hal lainnya, begitu pun dengan bagaimana kita berakhlak dalam masyarakat.

Hidup bermasyarakat adalah hal yang tidak bisa terlepas dari seseorang manusia. Penciptaan
manusia sebagai mahluk sosial membuatnya selalu membutuhkan orang lain.

Hidup bermasyarakat tentu bukan perkara yang mudah, hal ini merupakan perkara yang tidak
boleh disepelekan. Menjaga akhlak dalam hidup bermasyarakat adalah hal yang sangat penting.
Hal ini bertujuan agar hubungan baik dengan orang lain selalu terjalin dengan harmonis
sehingga menciptakan rasa cinta, damai dan tentram di antara masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Memuliakan tetangga.

2. hubungan baik bertetangga

3. bagaimana tata pergaulan remaja dalam islam

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui bagaimana untuk memuliakan tetangga, bersikap dalam bertamu

2. Untuk mengetahui tata hubungan baik bertetangga

3. Untuk mengetahui bagaimana tata pergaulan remaja dalam islam

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. AKHLAK TERHADAP MASYARAKAT

Akhlaq kepada masarakat adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dilakukan
secara spontan tanpa pertimbangan terlebih dahulu dalam lingkungan atau kehidupaan.

Masyarakat di sini bisa juga diartikan yang berada disekitar kita yaitu tetangga. Tetangga
sangat erat hubungannya dengan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali kita dapat
tahu tentang akhlak diri sendiri malah dari orang lain (tetangga), atau bisa disebut sebagai tolak
ukur akhlak kita.

Sebagian ulama muslim, diantaranya Prof. Manur Rajab, Berpendapat bahwa norma/ akhlaq
berarti sesuatu yang di jadikan tolak ukur untuk memberikan penilaian saat terjadi
pertentanngan antar berbagai pola perilaku bahwa pola ini lebih baik dari pada pola itu.

Ia mengatakan : “Dengan apa kita menilai baik-buruk perilaku perbuatan manusia.” Kemudian
prof. Rajab menetapkan sebuah kesimpulan penting bahwa pendapat para filsuf, tradisi
masyarakat setempat.an hukum konvensional tidak layak di jadikan sebgai norma/ akhlaq
sebab etika yang valid harus bersifat baku, alias tidak berubah-rubah, dan besifat umum higga
bisa diterapkan bagi segenap manusia anpa pandang bulu, tempat, dan waktu. Kemudian, tridisi
juga berbeda-beda antar masyarakat satu dengan masyarakat lain.

Disamping karena faktor perbedaan waktu, sementara kaum konvensional merpakan produk
manusia yang bisa salah dan bisa benar dan hukum-hukum konvensional inipun beragam sesuai
dengan keragaman visi pembuatannya.

Oleh karena itu , keiganya tidak layak di jadikan sebgai norma akhlaq yang sahih. Adapun
norma yang sahih adalah agama Islam, sebab ia merupakan wahyu dari Tuhan, dan Dia tentu
saja lebih mengetahui perundang-undangan atau aturan hukum yang tepat dan bermaslahat bagi
umat manusia. Serta lebih mengerti soal aturan-aturan peribadatan maupun perilaku-perilaku
mulia yang bisa menyantunkan diri mereka dan meluruskan akhlaq mereka. Dan semua itu
berlandaskan prinsip iman dan islam.

1
B. BERTAMU DAN MENERIMA TAMU
1. Dari segi agama

Tujuan dari kehidupan bermasyarakat diantaranya ialah menumbuhkan rasa cinta, perdamaian,
tolong-menolong, yang merupakan fondasi dasar dalam masyarakat Islam. Dalam suatu hadits
digambarkan kondisi seseorang yang beriman dengan berakhlak mulia dalam kehidupan
masyarakat.

Selain kita memperlakukan dengan baik diri kita sendiri, kita juga harus memperhatikan
saudaranya (kaum muslim semuanya) dan juga tetangga kita. Tetangga selalu ada ketika kita
membutuhkan bantuan.

Seperti yang diriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah beriman seoarang dari kalian hingga ia menyukai saudaranya sebagaimana ia


menyukai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari)

Demikianlah masyarakat Islam dibentuk , yakni melandaskan persaudaraan antar


sesamaoarang yang beriman. Agar masyarakat Islam dapat mencapai tujuannya guna
merealisasikan ibadah kepada ALLAH SWT dengan lingkup yang sangat luas.Beberapa hal
kegiatan dalam masyarakat antara lain;

Bertamu dalam islam

Dalam islam , ada beberapa adab atau tatacara bertamu diantaranya yaitu :

1.Berpakain rapi dan pantas

Walaupun sepele, berpakain pantas saat bertamu berarti menghormati tuan rumah dan dirinya
sendiri . Hal ini dijelaskan di dalam QS. Al- Isra’ ayat 7 :

2
Lafadz ( inna akhsantum akhsanntum lianfusikum . . . . . . )

Artiny : ” Jika kamu berbuat baik ( berarti ) berbuat baik bagi dirimu sendiri . ” ( QS.Al-
isra’ayat 7 ) .

2. Memberikan isyarat dan salam ketika hendak bertamu

Sebelum kita masuk kedalam rumah orang lain atau bertamu , hendaknya kita mengucapkan
salam terlebih dahulu . Hal ini juga di jelaskan dalam QS An- Nur ayat 27 :

Lafadz ( Yaayyuhalladzina amanu la tadhuluu buyutan ghaira buyutikum khatta tasta nisu
watusallimuu ‘ala ahlihaa . . . . .)

adversitemens

. . . .. . . .(QS.An- Nur ayat 27 )

Dan Hadist nabi juga menjelaskan :

” Bahwasannya seorang laki – laki hendak meminta izin ke rumah nabi muhammad saw
sedangkan beliau ( Nabi ) berada di dalam rumah. Katanya “Bolehkah aku masuk ” lalu Nabi
muhammad saw bersabda kepada seorang pembantunya , “Temuilah orang itu dan ajarkan
padanya cara minta izin dan katakanlah kepadanya agar mengucapkan ” Assalamu’alaikum

3
,bolehkah aku masuk ?”Lelaki itu mendengar apa yang di katakan Nabi muhammad saw lalu
ia langsung berkata .”Assalamu’alaikum , bolehkah aku masuk ?” Nabi muhammad saw
memberi izin dan masuklah ia . ” ( HR.Abu Dawud )

3. Jangan mengintip ke dalam rumah

Sebelum kita di perbolekan untuk masuk ke dalam rumah seseorang , maka kita jangan
mengintip seperti yang terkandung di dalam Hadist yang diriwayatkan ole Imam Bukhari dari
sahl bin sa’d :

” Sahl bin sa’d berikata :” ada seseorang laki – laki mengintip pada sebuah lubang pintu rumah
, Rasululla saw bersabda:” jika aku tahu engkau mengintip niscaya aku colok matamu
.Sesungguhnya Alloh memerintahkan untuk minta izin itu adalah karena untuk menjaga
pandangan mata . ( HR.Bukhari )

4. Memita izin masuk maksimal sebanyak 3 kali .

Apabila kita bertamu sudah tiga kali meminta izin tapi tidak ada jawaban dari tuan rumah maka
hendaknya pulang dan kembali lagi di waktu lain .

5. Memperkenalkan diri kepada tuan rumah .

Hadist yang menjelaskan tentang hal ini , yaitu :

“Dari jabir r.a. ,ia berkata : Aku pernah datang kepada Nabi muhammad saw , lalu aku
mengetuk pintu rumah beliau,Nabi muhammad saw bertanya “siapakah itu ?” Aku menjawab
“Saya ” Beliau bersabda : ” saya …. saya!!!!” sekan akan beliau marah . “( HR .Bukari )

Oleh sebab itu ,hal ini menguatkan bahwa jadi seorang tamu hendaknya menyebutkan nama
dirinya secara jelas sehingga tuan rumah tidak ragu lagi untuk menerima kedatangannya .

6. Tamu laki – laki dilarang masuk apabila tuan rumah hanya seorang wanita .

Hal ini dijelaskan di dalam suatu hadist ,perhatikan sabda Rosulullo di bawa ini :

“Janganlah seorang laki – laki bersepi – sepi bersama seorang perempuan kecuali ia
(perempuan tersebut ) bersama mahramnya . . . . .” ( HR.Bukhari Muslim )

4
7. Masuk lalu duduk dengan sopan .

8. Menerima semua jamuan tuan rumah dengan senang hati .

9. Segeralah pulang apabila telah selesai urusan .

Seorang tamu yang bijaksana , tidak memperpanjang kunjungannya apabila keperluannya


sudah selesai .

10. Lama waktu kunjungan yaitu paling lama 3 hari tiga malam , apabila tempat
tinggalnya jauh .

menerima tamu

Selain bertamu kita apabila menjadi tuan rumah atau menerima tamu juga harus mengetahui
bagaimana tatacara atau adab dalam menerima tamu , tujuannya yaitu tidak hanya supaya tamu
yang datang merasa nyaman juga untuk menjaga kehormatan kita .

Adab menerima tamu yaitu :

1.Berpakain yang pantas

Berpakaian yang pantas bukan berarti menggunakan pakaian yang bagus , akan tetapi cukup
sopan dan enak di pandang .Berpakaian yang rapi saat menerima tamu berarti menghormati
tamu dan diri sendiri .

2. Saat menerima kedatangan tamu harus bersikap yang baik .

Contoh sikap yang baik yaitu menerima tamu dengan wajah yang ceria dan murah senyum .

Sikap yang harus di jauhi yaitu memalingkan muka , acuh , tidak mau memandang wajah tamu
serta sikap – sikap sombong lainnya .

3. Tidak merepotkan diri .

5
Bagi tuan rumah hendaknya menyediakan jamuan yang pantas , akan tetapi apabila tuan rumah
seorang yang tidak punya maka air putih saja juga sudah cukup . Dan apabila air putih juga
tidak punya maka jamulah dengan senyum dan sikap yang baik .

Perhatikan sabda Rosululloh saw ;

“Setiap kebaikan adalah ibadah .” ( HR.Bukhari )

4. Lama waktu sesuai dengan hak tamu yakni tiga hari tiga malam ,selebih dari waktu
itu merupakan sadaqoh darinya.

Perhatikan sabda nabi saw :

“Hormatilah tamu sampai tiga hari , adapun selebihnya adalah merupakan shadaqoh darinya .”
( HR. Muttafaqun’alaihi )

5. Antarkan sampai pintu halaman jika tamu pulang .

Perhatikan sabda Rosululloh saw :

” Sesungguhnya merupakan perbuatan yang sunnah apabila seseorang ( Tuan rumah )keluar
bersama – sama tamunya sampai kepintu halaman .” ( HR.Ibnu Majjah )

6. Wanita yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki – laki masuk dalam
rumah tanpa seizin suami .

Perhatikan firman Alloh swt dalam potongan ayat QS. An- Nisa ayat 34 :

.... ....

Lafadz ( . . .Fassolihatu qanitatun khafidatun lilghaibi bima kha fidallahu . . . )

Artinya :

” . . . .Wanita ( istri ) yang shaleh ialah yang taan kepada Alloh dan memelihara diri ( tidak
berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya ) di balik pembelakangan
suaminya ( waktu suaminya pergi ) karena Alloh telah memelihara mereka ( telah mewajibkan
suaminya untuk mempergauli merea dengan baik ) . . . . . .” ( QS.An -Nisa (4) :34 )

6
Membiarkan tamu laki – laki masuk kedalam rumah padahal ia (wanita ) tersebut seorang
sendiri sama saja membuka peluang besar akan timbulnya bahaya bagi diri sendiri dan harta
harta suaminya . Serta dapat menimbulkan fitnah .

2. Dari segi etika

Dalam segi etika dalam bertamu/ meminta izin dan mengucapkan salam perlu diperhatikan
sebagai berikut;

a. Mengunakan kata-kata yang sopan setiap orang, tidak hanya pada waktu bertamu saja.
Akan tetapi pada waktu kapan saja dan dimana saja.
b. Jangan bertamu sembarang waktu, bertamulah pada saat yang tepat dimana tuan rumah
diperkirakan tidak akan terganggu. Misalnya jangan bertamu pada saat istirahat atau
waktu tidur.
c. Kalau diterima bertamu, jangan terlalu lama karena dikawatirkan akan merepokan tuan
rumah. Setelah urusan selesai segeralah pulang, mungkin saja tuan rumah masih ada
kepentingan lain.
d. dJangan melakukan kegiatan yang menyebabkan tuan rumah terganggu, misalnya
memeriksa dan perabotan rumah, dan memasuki ruangan pribadi tanpa izin penghuni
rumah. Diizinkan pemilik rumah bukan berarti boleh melakukan apa saja. Ini akan sang
berdampak buruk, bisa saja kita malah dianggap mau mencuri.
e. Bila disuguhi minuman atau makanan hormatilah jamuan itu .Maksud hormati di sini
yaitu memakan apa yang disuguhkan namun sekadanya saja. Jangan malah semua
hidingnya di makan semua (melihat etika di daerah jawa). Berbeda bila disuguhi air
minum, baiknya minuman itu kita habiskan.
f. Hendaklah pamit waktu mau pulang. Meninggalkan rumah tanpa pamit di samping
tidak terpuji, juga mengundang fitnah. Bisa saja kita disangka-sangka tidak baik oleh
tetangga lainnya, karena inin bisa mengundang fitnah.

Dalam menerima tamu atau memuliakan tamu yang dilakukan antara lain:

a. Menyambut kedatangan tamu dengan muka yang manis dan senyuman.

Dengan diawali muka yang manis disertai senyuman akan membawa awal yang baik bagi tamu.
Tamu akan merasa nyaman bahkan senang bertamu di tempat kita.

7
b. Menggunakan tutur kata yang lemah lembut.

Gunakanlah kata-kata yang lemah lembut, jangan malah kita menggunakan kata-kata yang
kasar. Ini akan berdapak pada kesalah fahaman tamu kepada kita, karena yang datang itu kita
belum tau sifatnya juga. Dampak lainnya juga menyebabkan hati yang bertamu menjadi
senang.

c. Mempersilahkannya duduk di tempat yng baik.

Kalau perlu disediakan ruangan khusus untuk menerima tamu yang selalu dijaga kerapian dan
kebersihannya. Yujuannya agar memberikan kenyamanan kepada tamu dan lebih
menghargainya. Mungkin tamu tadi tidak datang setiap saat.

3. DARI SEGI BUDAYA


Akhlak lingkungan dapat dilihat dari segi budaya adalah hal yang tidak dapat
dihindarkan. Tetangga adalah harapan kita apabila ada suatu masalah untuk memberikan
bantuannya. Peran tetangga sangat besar, sehingga menjadi suatu adat atau kebiasaan
masyarakat Jawa seperti;
a) Mengabulkan/ menghadiri undangan
Mengabulkan undangan adalah salah satu kewajiban sosial sesama muslim. Ini menjadi
tradisi pergaulan dalam masyarakat. Bisa kita banyangkan pandangan masyarakat atau
tetangga, jika kita tidak menghadiri undanganya. Akan banyak orang menggap buruk prilaku
kita, masyarakat pun bisa-bisa tidak menyenangi kita.
b) Sadranan
Sadranan adalah kegiatan adat yang biasa dilakukan masyarakat pada saat salah satu rumah
warga akan dibangun atau di renofasi. Biasanya tuan rumah yang akan merenofasi rumahnya
akan mengundang tetangga sitar rumahnya sekitar 10 orang bisa kurang, bisa juga lebih.
Diantara 10 orang tadi ada beberapa orang yang lumayan ahli dalam bidangnya, untuk
jumlahnya tergantung pemilik rumah. Lamanya sadranan juga tergantung pemilik rumah dan
x tergantung pada waktu selesainya renofasi.Sementara itu pemilik rumah setiap hari
menyiapkan makan untuk para pekeja semua.

8
Tidak ada upah dalam kegiatan renofasi, kecuali untuk pekerja yang disewa oleh pemilik
rumah. Kontribusi bagi yang lain adalah diberi bungkusan makanan yang matang dalam bahasa
jawa disebut sompet/ punjungan.
c) Yasinan dan Tahlilan
Kegiatan masyarakat seperti ini masih melekat di kehidupan masyarakat kita. Kegiatan
yasinan dan tahlilan sering dilaksanakan biasanya pada acara-acara khusus yang sudah
membudaya pada masyarakat seperti;
1. Setelah sesorang meninggal dunia.
Selain tujuannya untuk mendoa kan seseorang yang meninggal dunia, juga menanmkan
akhlak yang baik padatiap individu. Biasanya dilakukan selama 7 hari berturut-turut setelah
kematian. Dilakukan juga pada saat 100 setelah meninggal dan 1000 hari setelah meninggal.
2. Puputan/ penamaan bayi sewaktu umur 7 hari.
Budaya puputan sudah lama dilakukan masyarakat, pada acara ini bayi yang sudah
berumur 7 hari akan diberi nama dan pencukuran rambut.
3. Syukuran selesainya rehab rumah, dan masih banyak lagi kegiatan serupa.

Secara umum akhlak kepada masyarakat adalah sebagai berikut:


1. Menjadi ajang dakwah. Dimanapun kita, sebagai seorang muslim seharusnya selalu
mensyiarkan islam. Seperti hadits nabi : "Sampaikanlah walau satu ayat".
2. Amar ma'ruf nahi munkar.
3. Memiliki nilai positif di lingkungan masyarakat.

ً ‫ُك ْن نُ ْو ًرا َو ََل ت َ ُك ْن ن‬


‫َارا‬
"Jadilah cahaya jangan menjadi neraka"

C. HUBUNGAN BAIK TERHADAP TETANGGA

Islam adalah agama rahmah yang penuh kasih sayang. Dan hidup rukun dalam bertetangga
adalah moral yang sangat ditekankan dalam Islam. Jika umat Islam memberikan perhatian dan
menjalankan poin penting ini, niscaya akan tercipta kehidupan masyarakat yang tentram, aman
dan nyaman.

9
1. Batasan Tetangga

Siapakah yang tergolong tetangga? Apa batasannya? Karena besarnya hak tetangga bagi
seorang muslim dan adanya hukum-hukum yang terkait dengannya, para ulama pun membahas
mengenai batasan tetangga. Para ulama khilaf dalam banyak pendapat mengenai hal ini.
Sebagian mereka mengatakan tetangga adalah ‘orang-orang yang shalat subuh bersamamu’,
sebagian lagi mengatakan ’40 rumah dari setiap sisi’, sebagian lagi mengatakan ’40 rumah
disekitarmu, 10 rumah dari tiap sisi’ dan beberapa pendapat lainnya (lihat Fathul Baari, 10 /
367).

Namun pendapat-pendapat tersebut dibangun atas riwayat-riwayat yang lemah. Oleh karena itu
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani berkata: “Semua riwayat dari
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang berbicara mengenai batasan tetangga adalah lemah
tidak ada yang shahih. Maka zhahirnya, pembatasan yang benar adalah sesuai ‘urf” (Silsilah
Ahadits Dha’ifah, 1/446). Sebagaimana kaidah fiqhiyyah yang berbunyi al ‘urfu haddu maa
lam yuhaddidu bihi asy syar’u (adat kebiasaan adalah pembatas bagi hal-hal yang tidak dibatasi
oleh syariat). Sehingga, yang tergolong tetangga bagi kita adalah setiap orang yang menurut
adat kebiasaan setempat dianggap sebagai tetangga kita.

2. Kedudukan Tetangga Bagi Seorang Muslim

Hak dan kedudukan tetangga bagi seorang muslim sangatlah besar dan mulia. Sampai-sampai
sikap terhadap tetangga dijadikan sebagai indikasi keimanan. Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan
tetangganya” (HR. Bukhari 5589, Muslim 70)

Bahkan besar dan pentingnya kedudukan tetangga bagi seorang muslim sangatlah ditekankan,
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Jibril senantiasa menasehatiku tentang tetangga, hingga aku mengira bahwa tetangga itu
akan mendapat bagian harta waris” (HR. Bukhari 6014, Muslim 2625)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan: “Bukan berarti dalam hadits ini Jibril
mensyariatkan bagian harta waris untuk tetangga karena Jibril tidak memiliki hak dalam hal

10
ini. Namun maknanya adalah beliau sampai mengira bahwa akan turun wahyu yang
mensyariatkan tetangga mendapat bagian waris. Ini menunjukkan betapa ditekankannya wasiat
Jibril tersebut kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam” (Syarh Riyadhis Shalihin, 3/177)

3. Anjuran Berbuat Baik Kepada Tetangga

Karena demikian penting dan besarnya kedudukan tetangga bagi seorang muslim, Islam pun
memerintahkan ummatnya untuk berbuat baik terhadap tetangga. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya) :

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang memiliki hubungan kerabat dan tetangga yang bukan kerabat, teman sejawat,
ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa: 36)

Syaikh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan ayat ini: “Tetangga yang lebih dekat tempatnya,
lebih besar haknya. Maka sudah semestinya seseorang mempererat hubungannya terhadap
tetangganya, dengan memberinya sebab-sebab hidayah, dengan sedekah, dakwah, lemah-
lembut dalam perkataan dan perbuatan serta tidak memberikan gangguan baik berupa
perkataan dan perbuatan” (Tafsir As Sa’di, 1/177)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

“Sahabat yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap
sahabatnya. Tetangga yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya
terhadap tetangganya” (HR. At Tirmidzi 1944, Abu Daud 9/156, dinilai shahih oleh Al Albani
dalam Silsilah Ash Shahihah 103)

Maka jelas sekali bahwa berbuat baik terhadap tetangga adalah akhlak yang sangat mulia dan
sangat ditekankan penerapannya, karena diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

4. Ancaman Atas Sikap Buruk Kepada Tetangga

Disamping anjuran, syariat Islam juga mengabakarkan kepada kita ancaman terhadap orang
yang enggan dan lalai dalam berbuat baik terhadap tetangga. Bahkan

11
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menafikan keimanan dari orang yang lisannya kerap
menyakiti tetangga. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabdaL

“Demi Allah, tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman. Ada yang bertanya: ‘Siapa itu
wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: ‘Orang yang tetangganya tidak aman dari bawa’iq-
nya (kejahatannya)‘” (HR. Bukhari 6016, Muslim 46)

Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: “Bawa’iq maksudnya culas, khianat, zhalim dan jahat.
Barangsiapa yang tetangganya tidak aman dari sifat itu, maka ia bukanlah seorang mukmin.
Jika itu juga dilakukan dalam perbuatan, maka lebih parah lagi. Hadits ini juga dalil larangan
menjahati tetangga, baik dengan perkataan atau perbuatan. Dalam bentuk perkataan, yaitu
tetangga mendengar hal-hal yang membuatnya terganggu dan resah”. Beliau juga berkata:
”Jadi, haram hukumnya mengganggu tetangga dengan segala bentuk gangguan. Jika seseorang
melakukannya, maka ia bukan seorang mukmin, dalam artian ia tidak memiliki sifat
sebagaimana sifat orang mukmin dalam masalah ini” (Syarh Riyadhis Shalihin, 3/178)

Bahkan mengganggu tetangga termasuk dosa besar karena pelakunya diancam dengan neraka.
Ada seorang sahabat berkata:

“Wahai Rasulullah, si Fulanah sering shalat malam dan puasa. Namun lisannya pernah
menyakiti tetangganya. Rasulullah bersabda: ‘Tidak ada kebaikan padanya, ia di neraka’”
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak 7385, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih Adabil
Mufrad 88)

Sebagaimana Imam Adz Dzahabi memasukan poin ‘mengganggu tetangga’ dalam kitabnya Al
Kaba’ir (dosa-dosa besar). Al Mula Ali Al Qari menjelaskan mengapa wanita tersebut
dikatakan masuk neraka: “Disebabkan ia mengamalkan amalan sunnah yang boleh
ditinggalkan, namun ia malah memberikan gangguan yang hukumnya haram dalam Islam”
(Mirqatul Mafatih, 8/3126).

5. Bentuk-Bentuk Perbuatan Baik Kepada Tetangga

Semua bentuk akhlak yang baik adalah sikap yang selayaknya diberikan kepada tetangga kita.
Diantaranya adalah bersedekah kepada tetangga jika memang membutuhkan. Bahkan anjuran
bersedekah kepada tetangga ini sangat ditekankan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam :

12
“Bukan mukmin, orang yang kenyang perutnya sedang tetangga sebelahnya kelaparan” (HR.
Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra 18108, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash
Shahihah 149)

Beliau juga bersabda:

“Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya. Lalu lihatlah keluarga tetanggamu,
berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan cara yang baik” (HR. Muslim 4766)

Dan juga segala bentuk akhlak yang baik lainnya, seperti memberi salam, menjenguknya ketika
sakit, membantu kesulitannya, berkata lemah-lembut, bermuka cerah di depannya,
menasehatinya dalam kebenaran, dan sebagainya.

6. Jika Bertetangga Dengan Non-Muslim

Dalam firman Allah Ta’ala pada surat An Nisa ayat 36 di atas, tentang anjuran berbuat baik
pada tetangga, disebutkan dua jenis tetangga. Yaitu al jaar dzul qurbaa (tetangga dekat) dan al
jaar al junub (tetangga jauh). Ibnu Katsir menjelaskan tafsir dua jenis tetangga ini: “Ali bin
Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa al jaar dzul qurbaa adalah tetangga yang
masih ada hubungan kekerabatan dan al jaar al junub adalah tetangga yang tidak memiliki
hubungan kekerabatan”. Beliau juga menjelaskan: “Dan Abu Ishaq meriwayatkan dari Nauf Al
Bikali bahwa al jaar dzul qurbaa adalah muslim dan al jaar al junub adalah Yahudi dan
Nasrani” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/298).

Anjuran berbuat baik kepada tetangga berlaku secara umum kepada setiap orang yang disebut
tetangga, bagaimana pun keadaannya. Ketika menjelaskan hadits

“Jibril senantiasa menasehatiku tentang tetangga, hingga aku mengira bahwa tetangga itu
akan mendapat bagian harta waris”

Al ‘Aini menuturkan: “Kata al jaar (tetangga) di sini mencakup muslim, kafir, ahli ibadah,
orang fasiq, orang jujur, orang jahat, orang pendatang, orang asli pribumi, orang yang memberi
manfaaat, orang yang suka mengganggu, karib kerabat, ajnabi, baik yang dekat rumahnya atau
agak jauh” (Umdatul Qaari, 22/108)

Demikianlah yang dilakukan para salafus shalih. Dikisahkan dari Abdullah bin ‘Amr Al Ash:

13
“Beliau menyembelih seekor kambing. Beliau lalu berkata kepada seorang pemuda: ‘akan aku
hadiahkan sebagian untuk tetangga kita yang orang Yahudi’. Pemuda tadi berkata: ‘Hah?
Engkau hadiahkan kepada tetangga kita orang Yahudi?’. Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda ‘Jibril senantiasa menasehatiku tentang
tetangga, hingga aku mengira bahwa tetangga itu akan mendapat bagian harta waris‘” (HR.
Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad 78/105, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Adabil
Mufrad)

Oleh karena itu para ulama menjelaskan bahwa tetangga itu ada tiga macam:

 Tetangga muslim yang memiliki hubungan kerabat. Maka ia memiliki 3 hak, yaitu: hak
tetangga, hak kekerabatan, dan hak sesama muslim.
 Tetangga muslim yang tidak memiliki hubungan kekerabatan. Maka ia memiliki 2 hak,
yaitu: hak tetangga, dan hak sesama muslim.
 Tetangga non-muslim. Maka ia hanya memiliki satu hak, yaitu hak tetangga.

Dengan demikian berbuat baik kepada tetangga ada tingkatannya. Semakin besar haknya,
semakin besar tuntutan agama terhadap kita untuk berbuat baik kepadanya. Di sisi lain,
walaupun tetangga kita non-muslim, ia tetap memiliki satu hak yaitu hak tetangga. Jika hak
tersebut dilanggar, maka terjatuh pada perbuatan zhalim dan dosa. Sehingga sebagai muslim
kita dituntut juga untuk berbuat baik pada tetangga non-muslim sebatas memenuhi haknya
sebagai tetangga tanpa menunjukkan loyalitas kepadanya, agamanya dan kekufuran yang ia
anut. Semoga dengan akhlak mulia yang kita tunjukkan tersebut menjadi jalan hidayah baginya
untuk memeluk Islam.

D. PERGAULAN MUDA MUDI

Pengertian
Pergaulan antara muda mudi ( Lawan Jenis ) menurut syari’at islam adalah pergaulan yang
dilakukan seorang muda mudi dalam kehidupan sehari – hari atau berinteraksi terhadap sesama
manusia yang didasarkan kepada Al – Qur’an dan Hadist, yaitu sebagai contoh seseorang laki
– laki berta’arruf kepada seorang perempuan

14
a. Aspek-aspek Perkembangan pada Masa Remaja
1. Aspek Fisik

Secara fisik masa remaja ditandai dengan matangnya organ-organ seksual dimana remaja pria
mengalami pertumbuhan pada organ testis dan kelenjar prostart, matangnya organ-organ ini
memungkinkan remaja pria mengalami mimpi basah, sementara remaja wanita ditandai dengan
tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium yang bisa menghasilkan sel telur yang membuat remaja
putri mengalami haid.

2. Aspek Intlektual (kognitif)

Masa remaja sudah mencapai tahap perkembangan berpikir oprasional formal, tahap ini
ditandai dengan kemampuan berfikir afstrak (seperti memecahkan persamaan aljabar),
idealistik (seperti berpikir tentang ciri-ciri ideal dirinya, orang lain dan masyarakat), dan logis
(seperti menyusun rencana untuk memecahkan masalah).Tipe pemikiran logis ini.oleh plaget
disebut juga pemikiran deduktif hipotatik (hypotatical-deductivereasoning),yaitu kemampuan
koqnitif untuk mengembangkan hipotesis (dugaan-dugaan terbaik) tentang cara-cara
memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan. Tahap berpikir oprasional formal ini
ditandai juga dengan ciri-ciri:

– Cara berpikir yang tidak sebatas disini dan sekarang

– Kemampuan berpikir hipotetik

– Kemampuan melakukan eksplorasi dan ekspansi pemikiran, horizon berpikirnya


semangkin luas seperti aspek-aspek sosial, moralitas dan keadilan.

3. Aspek Emosi

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, pertumbuhan organ-organ seksual


mempengaruhi emosi atau perasaan-perasaan baru yang belum dialami sebelumnya, seperti
rasa cinta, rindu dan keinginan berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja
awal ( MTS), perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan kritis yang sangat
kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial ,emosi yang sering bersifat negatif dan
tempramental atau mudah tersinggung, marah dan sedih, kondisi ini terjadi terutama bila
remaja itu hidup dilingkungan yang kurang harmonis.

15
4. Aspek Sosial

Pada masa ini berkembang “sosial cognition” yaitu kemampuan untuk memahami orang lain,
kemampuan ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya,
masa ini juga ditandai dengan berkembangnya sikap”comformity” yaitu kecendrungan untuk
meniru, mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, atau keinginan orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan remaja yang nakal, menjadi pecandu NAPZA,
meminum minuman keras, free sek atau berprilaku kriminal, ini disebabka pada saat remaja itu
mencontoh, dia kurang memperhitungkan baik buruknya sesuatu tindakan yang akan
dilakukan, tapi pada saat remaja sudah menanjak dewasa maka kemampuan untuk menirunya
berkurang karena kemampuan untuk berpikir sudah semangkin matang.

5. Aspek Kepribadian

Masa remaja merupakan saat berkembang self identity ( kesadaran akan identitas atau jati diri),
remaja dihadapkan kepada berbagai pertanyaan:

Siapa saya ?

Apa peran saya …?

Mengapa saya harus melakukan….?

Apa bila remaja memahami dirinya, peran-peranya dalam kehidupan maka dia akan
menemukan jati dirinya dalam arti lain dia akan memiliki kepribadan yang sehat sebaliknya
apa bila ia gagal maka ia akan mengalami kebingungan atau kekacauan sehingga ia cendrung
memiliki kepribadian yang kurang sehat. Remaja yang mempunyai kepribadian yang kurang
sehat dia cendrung untuk melakukan tindakan – tindakan atau prilaku yang menyimpang yang
keluar dari aturan-aturan norma baik itu norma sosial maupun norma hukum seperti:

remaja pria rambutnya di cat merah, memakai anting-anting, memakai gelang dan kalung,
pakaian compang camping, bertato, merokok narkoba dan minumminumam keras Prilaku
nakal atau aneh-aneh itu berkembang karena dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya orang
tua tidak memberikan ketauladanan dalam berakhlak mulia atau pengamalan ajaran agama,
orang tua bersikap bebas, otoriter, maka anak mengalami pola asuh yang salah.

16
6. Aspek Kesadaran Beragama

Pilkunas (1976) mengemukakan pendapat william kay.yaitu bahwa tugas utama prkembangan
remaja adalah memperoleh kematangan system moral untuk membimbing
perilakunya.Kematangan remaja belumlah sempurna,jika tidak memiliki kode moral yang
dapat diterima secara universal. Pendapat ini menunjukan tentang pentingnya remaja memiliki
landasan hidup yang kokoh, yaitu nilai-nlai moral, terutama yang bersumber dari
agama.Terkait dengan kehidupan beragama remaja, ternyata mengalami proses yang cukup
panjang untuk mencapai kesadaran beragama yang diharapkan. Kualitas kesadaran beragama
remaja sangat diperbaharui oleh kualitas pendidikan atau pengalaman keagamaan yang
diterimanya sejak usia dini, terutama di lingkungan keluarga.

b. Ciri-Ciri Masa Remaja

 Peningkatan emosional yang terjadi secara singkat.

 Perubahan secara fisik juga di sertai kematangan seksual.

 Perubahan yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain

 Perubahan nilai

c. Etika Pergaulan Remaja dalam Pandangan Islam

1. Menutup Aurat
Seperti yang sudah di jelaskan dalam firman Allah Surat Al Ahzab Ayat 59 :“Hai Nabi,
Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.
dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
2. Menjauhi Perbuatan Zina
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 32:“Dan janganlah kamu
mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan
yang buruk.”
3. Dilarang Berkhalwah (berduaan antara pria dengan wanita)

17
4. Bagi wanita diperintahkan untuk tidak berlembut-lembut suara dihadapan laki-laki bukan
mahram. (QS. Al-Ahzab : 32) : “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti
wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk[1213] dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya[1214] dan ucapkanlah
Perkataan yang baik”
5. Dilarang bagi wanita bepergian sendirian tanpa mahramnya sejauh perjalanan satu hari.
“ Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Tidak halal bagi seorang
perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian yang memakan
waktu sehari semalam kecuali bersama mahramnya.”
6. Laki-laki dilarang berhias menyerupai perempuan, juga sebaliknya.
“Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata : “Rasulullah SAW mwlaknat kaum laki-laki yang suka
menyerupai kaum wanita dan melaknat kaum wanita yang suka menyerupai kaum laki-
laki.” (HR. Bukhari dikutip Imam Nawawi dalam Tarjamah Riyadush Shalihin).

Tata Cara Pergaulan Remaja :

1) Mengucapkan dan Menjawab Salam


2) Meminta Izin.
3) Menghormati Orang yang Lebih Tua dan Menyayangi yang Lebih Muda
4) Bersikap Santun dan Tidak Sombong
5) Bicara dengan Perkataan yang Sopan
6) Tidak Boleh Saling Menghina
7) Tidak Boleh Saling Membenci dan Iri Hati
8) Mengisi Waktu Luang untuk Kegiatan yang Bermanfaat
9) Mengajak untuk Berbuat Kebaikan

18
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dipaparkan pada halaman sebelumnya dapatdiambil beberapa
kesimpulan, di antaranya adalah, senantiasa memperhatikantatacara dan sopan santun kita di
dalam bertamu ke rumah tetangga, baik yang jauhmaupun yang dekat, begitu juga ketika ada
tetangga yang bertamu ke tempat kita,kita harus menyambutnya dengan suka cita, terlebih tamu
itu dating dari tempatyang jauh, kemudian kita harus menjaga hubungan baik dengan mereka.
Selainmenjagfa hubungan baik dengan tetangga kita juga harus menjaga hubungan baik kita di
dalam bermasyarakat dengan memperhatikan etika/tatacara kita bergaul dilingkungan
masyarakat, seperti adab bergaul dengan yang lebih tua, adab bergauldengan yang sebaya, adab
bergaul dengan yang lebih muda, adab bergaul denganyang beda agama dan sebagainya.
Memperhatikan kewajiban kita terhadap muslimlainnya, dan selalu menjaga ukhuwa islamiyah
dengan selalu memacu danmemupuk tali silaturrahim antar sesama muslim.

Pergaulan antara muda mudi ( Lawan Jenis ) menurut syari’at islam adalah pergaulan yang
dilakukan seorang muda mudi dalam kehidupan sehari – hari atau berinteraksi terhadap sesama
manusia yang didasarkan kepada Al – Qur’an dan Hadist. Dengan memandang pergaulan
menurut agama, agar kita tidak terjerumus ke perbuatan dosa karena pergaulan bebas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Islam. Jakarta : AMZAH
Asmaran. 1999. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan
Mustofa, Ahmad. 1997. Akhlak Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia
Surin, Bachtiar. 1978. Terjemah dan Tafsir Al Quran 30 Juz. Bandung : Fa. Sumatra
Zaini, Syahminan. 1989. Isi Pokok Ajaran Islam. Jakarta : Kalam Mulia
http://cari2-cara.blogspot.co.id/2015/04/menjaga-hubungan-baik-dengan-tetangga.html
https://muslim.or.id/10417-akhlak-islami-dalam-bertetangga.html
(Sumber : Akhmad Sodiq, MAg, Berakidah benar, Berakhlak Mulia, kelas XI Insan Madani,
Sleman, 2006)
(Sumber : Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhaj al-Muslim, (Beirut: Dar al-Fikri, 1976)
https://faqihh.wordpress.com/2013/12/28/pergaulan-remaja-dalam-islam/

20

Anda mungkin juga menyukai