DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
SILVIA OKTA SAUMI (1233040051)
DANI ROBBANI (1233040079)
WIDI HARDIAN NUGRAHA(1233040048)
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1. Latar Belakang...............................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
1. Adab Mencari Nafkah....................................................................................5
2. Akhlak Kenabian............................................................................................8
a. Sejumlah Akhlak Nabi...............................................................................8
b. Akhlak Nabi Ketika Makan Dan Berpakaian.......................................10
c. Akhlak Nabi Ketika Berbicara Dan Senyum/Tertawa.........................12
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, mencari nafkah merupakan salah satu aspek
yang tidak dapat dipisahkan dari perjuangan setiap individu. Aktivitas mencari
nafkah bukan hanya sekadar usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga
menjadi bagian penting dalam pembentukan karakter dan moralitas seseorang. Di
dalam Islam, konsep mencari nafkah memiliki dimensi yang lebih luas dan terkait
erat dengan adab, moralitas, dan akhlak.
Pandangan Islam terhadap mencari nafkah tidak terlepas dari ajaran Al-
Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Salah satu tuntunan utama dalam mencari
nafkah adalah prinsip adab yang harus diterapkan seiring dengan semangat
mencapai keberkahan dalam segala upaya. Di samping itu, dalam menjalankan
aktivitas mencari nafkah, umat Islam juga diajak untuk meneladani akhlak
kenabian yang diwujudkan oleh Rasulullah SAW.
Makalah ini akan mengulas dua aspek penting dalam konteks mencari
nafkah dalam Islam, yaitu adab mencari nafkah (al-ma’isyah) dan akhlak kenabian
(al-nubuwwah). Dalam konteks ini, adab mencari nafkah merujuk pada tata cara
atau norma-norma yang harus diikuti oleh seorang muslim dalam melaksanakan
aktivitas mencari nafkah. Sementara itu, akhlak kenabian mencakup nilai-nilai
moral dan karakter yang seharusnya menjadi pedoman umat Islam, dengan
meneladani sikap dan perilaku Rasulullah sebagai teladan utama.
Melalui pemahaman mendalam terhadap adab mencari nafkah dan akhlak
kenabian, diharapkan dapat membimbing umat Islam dalam merangkul
keberkahan hidup, memberikan manfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan
masyarakat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menggali makna spiritual
dari aktivitas mencari nafkah, sehingga dapat menjadi bagian integral dari ibadah
dan pengabdian kepada Allah SWT.
2. Rumusan Masalah
a. Apa saja adab-adab dalam mencari nafkah?
b. Apa saja akhlak-akhlak nubuwwah nabi?
c. Apa saja akhlak nabi ketika makan?
d. Apa saja akhlak nabi ketika berpakaian?
e. Apa saja akhlak nabi ketika tersenyum dan tertawa?
4
3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui adab-adab dalam mencari nafkah
b. Untuk mengetahui akhlak-akhlak nubuwwah nabi
c. Untuk mengetahui akhlak nabi ketika makan
d. Untuk mengetahui akhlak nabi ketika berpakaian
e. Untuk mengetahui akhlak nabi ketika tersenyum dan tertawa
5
BAB II
PEMBAHASAN
1.Adab Mencari Nafkah
Bekerja mencari nafkah merupkan ibadah yang sangat mulia.
Islammenggolongkannya sebagai salah satu Jihad Fii Sabilillah. Dalam satu hadis
disebutkan bahwa bekerja mencari rezeki yang halal adalah penggugur dosa.
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah لمDDDDه وسDDDDلى هللا عليDDDD صbersabda:
'Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu terdapat suatu dosa yang tidak dapat
diampuni dengan salat, puasa, haji dan juga umrah."Sahabat bertanya, "Apa yang
bisa menghapuskannya wahai Rasulullah?". Beliau menjawab, "Semangat dalam
mencari rezeki". (HR at-Thabrani, dalam Al-Mu'jam Al-Ausath I/38)
Dari Ka'ab bin Umrah berkata, "Ada seseorang yang berjalan melalui
tempat Rasulullah صلى هللا عليه وسلم. Orang itu sedang bekerja dengan sangat giat
dan tangkas. Para sahabat lalu berkata, 'Ya Rasulullah, andaikata bekerja seperti
dia dapat digolongkan Fii Sabilillah, alangkah baiknya.' Lalu Rasulullah bersabda,
'Jika ia bekerja untuk mengidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah Fii
Sabilillah; Jika ia bekerja untuk membela kedua orang tuanya yang sudah lanjut
usia, itu adalah Fii Sabilillah; dan jika ia bekerja untuk kepentingan dirinya
sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu adalah Fii Sabilillah..." (HR at-
Thabrani)
Berikut Adab dan Etika Bekerja dalam Islam:
6
menyelesaikan kewajibannya secara tuntas, tidak menunda-nunda pekerjaan, tidak
mengabaikan pekerjaan, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
esensi bekerja itu sendiri.
Dalam satu hadis riwayat Sayyidah Aisyah, Rasulullah لمDDDصلىاللهعليهوس
bersabda: "Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja,
dia itqan (menyempurnakan) pekerjaannya." (HR at-Thabrani)
7
Aspek lain dalam etika bekerja adalah tidak melanggar prinsip-prinsip
syariah dalam pekerjaannya. Dari substansi dari pekerjaannya,
sepertimemproduksi barang yang haram, menyebarluaskan kefasadan (seperti
pornografidan permusuhan), riba, risywah. Kedua dari sisi penunjang yang tidak
terkaitlangsung dengan pekerjaan, seperti tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-
lakidengan perempuan, membuat fitnah dalam persaingan dan sebagainya.
Pelanggaran-pelanggaran terhadap prinsip syariah, selain mengakibatkan
dosa dan menjadi tidak berkahnya harta, juga dapat menghilangkan pahala amal
saleh kita dalam bekerja.
Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan
taatlal kepada Rasul-Nya dan janganlah kalian membatalkan amal
perbuatan/pekerjaan kalian.." (QS Muhammad: 33)
f. Menghindari Syubhat
Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat
atau sesuatu yang meragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya.
Seperti unsur-unsur pemberian dari pihak luar, yang terdapat indikasi adanya satu
kepentingan terntentu. Atau seperti bekerja sama dengan pihak-pihak yang secara
umum diketahui kezaliman atau pelanggarannya terhadap syariah. Dan syubhat
semacam ini dapat berasal dari internal maupun eksternal. Karena itu, kita diminta
hati-hati dalam kesyubhatan ini.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, "Halal itu jelas dan haram itu
jelas, dan diantara keduanya ada perkara-perkara yang syubhat. Maka barang
siapa yang terjerumus dalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang
diharamkan..." (HR. Muslim)
8
sensitif bagi palakunya. Kaum Anshar dan Muhajirin yang secara sifat, karakter,
background dan pola pandangnya sangat berbeda telah memberikan contoh sangat
positif bagi kita; yaitu ukhuwah islamiyah. Salah seorang sahabat Anshar bahkan
mengatakan kepada Muhajirin, jika kamu mau, saya akan bagi dua seluruh
kekayaan saya; rumah, harta, kendaraan, bahkan (yang sangat pribadipun
direlakan), yaitu istri. Hal ini terjadi lantaran ukhuwah antara mereka yang
demikian kokohnya.
َق اَل َر ُج اَل ِن ِم َن اَّل ِذ ْيَن َيَخ اُفْو َن َاْنَع َم ُهّٰللا َع َلْيِهَم ا اْدُخ ُل ْو ا َع َلْيِهُم اْلَب اَۚب َف ِاَذ ا َد َخ ْلُتُم ْو ُه َف ِاَّنُك ْم ٰغ ِلُب ْو َن ۙە َو َع َلى ِهّٰللا
٢٣ - َفَتَو َّك ُلْٓو ا ِاْن ُكْنُتْم ُّم ْؤ ِمِنْيَن
Artinya: "Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa,
yang telah diberi nikmat oleh Allah, "Serbulah mereka melalui pintu gerbang
(negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan
bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman." (QS.
Al Maidah: 23)
9
Dalam sebuah hadits yang berasal dari Umar bin Khaththab ra. Rasulullah
SAW bersabda, "Sungguh, seandainya kalian bertawakallah kepada Allah
sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-
burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari
dalam keadaan kenyang." (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
3) Jujur
Nabi Muhammad SAW memiliki sifat shidiq (jujur). Kejujuran beliau
sudah diasah sejak kecil, saat ikut berdagang bersama pamannya, Abu Thalib.
Kejujuran adalah salah satu bukti keimanan seseorang. Kejujuran akan
mengantarkan hidup menuju ketenangan.
Dalam sebuah hadits yang berasal dari Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali
bin Abi Thalib meriwayatkan, "Aku menghafalkan sabda Rasulullah SAW,
"Tinggalkanlah apa yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu.
Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta
menggelisahkannya." (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)
4) Amanah
Amanah adalah akhlak Rasulullah SAW yang paling menonjol. Beliau
dikenal sebagai sosok yang jujur dan amanah (terpercaya), baik sebelum diutus
menjadi rasul maupun setelahnya. Hal itulah yang menjadikan masyarakat Arab
memilih beliau untuk menjaga barang titipan mereka.
Sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan amanah sebagai sifat yang
melekat pada setiap nabi. Dalam surat Al-An'am ayat 90 Dia berfirman:
ُاوٰۤل ِٕىَك اَّلِذ ْيَن َهَدى ُهّٰللا َفِبُهٰد ىُهُم اْقَتِد ْۗه
Artinya: "Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka
ikutilah petunjuk mereka." (QS. Al-An'am: 90)
5) Sabar
Beliau adalah insan yang sangat sabar, baik sabar dalam mengemban
kewajiban, bahkan sabar dalam menghadapi cacian makian dalam menjalankan
dakwahnya, dan juga sabar atas segala sesuatu yang menimpanya.
Dari Aisyah, istri Nabi ﷺ, beliau bersabda:"Sesungguhnya Nabi
Muhammad adalah sosok yang paling baik akhlaknya, dan kesabarannya melebihi
segala sesuatu."(Hadis Riwayat Muslim)
6) Adil.
10
Akhlak adil Nabi Muhammad terlihat dalam kesetaraan dan keadilan dalam
perlakuan terhadap semua orang. Beliau memastikan bahwa hak dan kewajiban
diperlakukan secara adil tanpa pandang bulu, menciptakan masyarakat yang adil
dan merata.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺbersabda:"Wahai orang-orang yang
hadir! Apakah kalian tahu siapa orang miskin itu? Orang miskin di antara umatku
adalah yang datang pada hari kiamat dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia
juga datang sambil membawa hak orang-orang yang dizaliminya. Maka Allah
mengambil dari kebaikan-kebaikan mereka dan memberikannya kepada orang-
orang yang dizalimi. Kemudian jika kebaikan-kebaikan mereka habis sebelum
diselesaikan hak-hak mereka, diambil dosa-dosa mereka dan dibebankan pada
orang yang dizalimi. Kemudian, orang itu dilemparkan ke dalam neraka."(Hadis
Riwayat Muslim)
Hadis ini menegaskan keadilan Nabi Muhammad dan betapa seriusnya Allah
dalam menegakkan keadilan, bahkan pada hari kiamat nanti.
7) Kasing Sayang
Akhlak kasih sayang Nabi Muhammad tercermin dalam kelembutan hati,
perhatian, dan kepedulian terhadap semua makhluk. Beliau menunjukkan kasih
sayang kepada anak-anak, keluarga, sahabat, dan bahkan kepada musuh-
musuhnya, menciptakan lingkungan yang penuh dengan cinta dan pemahaman.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah ﷺbersabda:"Tidak beriman salah
seorang di antara kalian, sehingga ia mencintai bagi saudaranya apa yang ia cintai
untuk dirinya sendiri."(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
8) Dermawan
Akhlak dermawan Nabi Muhammad terlihat dalam kecenderungan beliau
untuk memberi tanpa pamrih. Beliau secara aktif berbagi kekayaannya dengan
kaum miskin, yatim piatu, dan mereka yang membutuhkan, menunjukkan sikap
kedermawanan dan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain.
Dari Abu Hurairahradhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah
ia memberikan kemanfaatan kepada tetangganya. Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia menyambung tali persaudaraan.
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia berkata
yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
9) Tawadhu (Rendah Hati)
11
Akhlak rendah hati Nabi Muhammad tercermin dalam sikapnya yang tawadhu
(rendah hati) dan tidak menyombongkan diri meskipun memiliki kedudukan yang
tinggi. Beliau selalu menghargai orang lain, tidak sombong, dan bersikap
merendah, menciptakan lingkungan saling menghormati dan menghargai.
Dari Abu Hurairahradhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, "Barangsiapa yang merendahkan diri karena Allah, niscaya Allah akan
meninggikan derajatnya." (HR. Muslim)
12
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kekayaan itu bukanlah berlimpah
harta, tetapi kekayaan sejati adalah kaya hati yang ridha dengan rezeki yang
diberikan, tanpa merendahkan apa yang dimiliki, walaupun seadanya."
13
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidak mencela makanannya,
meskipun sederhana, maka ia akan mendapatkan keberkahan dari makanannya."
h) memakan dengan tiga jari danmengambil serpihan makanan yang jatuh.
i) tidak meniup makanan yang panas,
Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian meniup makanan panas, dan
hendaklah kalian meniupnya jika makanan itu dingin." (HR. Muslim)
j) serta tidak minum ketika sedangmakan, sebab hal ini amat baik
dari sisi medis.
Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah minum dalam satu tegukan saat sedang
makan. Sebaliknya, ambillah beberapa tegukan dan hembuskan napas di atas
makanan." (HR. Bukhari dan Muslim)
2) Ketika Berpakaian
Akhlak Rasul saat berpakaian antara lain:
a) Rasulullah SAW memakai pakaian seadanya.
sambil mengucapkan, “Segala puji bagi Allah yang telah memberi pakaian
kepadaku yang dengannya aku menutup auratku dan berhias di hadapan manusia.”
Ketika melepaskan pakaiannya, beliau memulainya dari sebelah kiri.
14
Beliau bersabda, “Tidak ada orang Muslim yang memberikan pakaian
bekasnya kepada Muslim yang lain dan tidak memberikannya selain karena Allah
SWT, melainkan ia dalam tanggungan Allah, dalam pemeliharaan-Nya dan dalam
kebaikan-Nya selama pakaian itu menutupi aurat orang Muslim itu pada waktu
masih hidup atau sesudah meninggalnya.”
e) Berdoa.
15
4) Ketika Nabi tidak menyukai sesuatu, terlihat kerut wajahnya. Namun, dia tidak
menjelek-jelekannya, mencacinya, atau berteriak.
5) Nabi sering tersenyum
Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata, "Tidak pernah saya melihat
seseorang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah SAW." (HR.
Bukhari)
6) Bila tertawa, dia hanya menampakkan senyum sehingga dapat dikatakan,
semua tawanya dalam bentuk senyuman. Rasulullah tidak tertawa terbahak-bahak,
jika pun tertawa lebar hanya gigi-gigi gerahamnya..
Tawa Rasulullah SAW juga merupakan tawa pertanda gembira, yaitu jika
dia melihat sesuatu yang menyenangkan hatinya atau hal tersebut menjadi kabar
gembira baginya. Ada juga tawa marah yang dilakukan Rasullah SAW.
Rasulullah selalu dapat menahan emosi sehingga tawa yang dilakukan lantaran
kemampuannya untuk menahan amarahnya. Dia dapat berpaling dari orang yang
memancing emosi dan tidak menghiraukannya.
16
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam mengakhiri paparan makalah ini tentang "Adab Mencari Nafkah
(Al-Ma’isyah) dan Akhlak Kenabian (Al-Nubuwwah)," dapat disimpulkan bahwa
mencari nafkah dalam perspektif Islam bukanlah sekadar usaha untuk memenuhi
kebutuhan jasmani semata. Lebih dari itu, aktivitas mencari nafkah menjadi
ladang subur bagi pertumbuhan nilai-nilai spiritual, moral, dan akhlak yang sesuai
dengan ajaran Islam.
Adab mencari nafkah mengajarkan kepada kita pentingnya menjalani
setiap langkah dengan penuh kesadaran, integritas, dan tanggung jawab. Dalam
keberhasilan mencari nafkah, adab yang baik menjadi penentu utama untuk
mendapatkan ridha Allah dan keberkahan dalam setiap rezeki yang diperoleh.
Sehingga, aktivitas mencari nafkah bukan hanya menjadi sarana memenuhi
kebutuhan hidup, tetapi juga menjadi sarana mendekatkan diri kepada-Nya.
Sementara itu, akhlak kenabian menjadi pijakan utama dalam membina
hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Melalui peneladanan terhadap
akhlak mulia Rasulullah SAW, kita diingatkan akan pentingnya kejujuran,
kepedulian, dan sikap penuh kasih sayang dalam setiap interaksi sosial. Akhlak
kenabian membentuk karakter yang tidak hanya dihormati dalam dunia material,
tetapi juga di sisi Allah SWT.
Diharapkan makalah ini tidak hanya menjadi kumpulan kata-kata semata,
melainkan menjadi inspirasi dan panduan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Semoga pemahaman terhadap adab mencari nafkah dan akhlak kenabian dapat
menjadi pondasi yang kokoh dalam memandu setiap langkah kita menuju
kesuksesan dunia dan akhirat.
Sebagai penutup, marilah kita terus menggali hikmah dan nilai-nilai dalam
setiap aspek kehidupan, sehingga kita dapat meraih ridha Allah SWT dan menjadi
pelaku yang membawa manfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
Semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Amin.
17
DAFTAR PUSTAKA
Adab Berpakaian Menurut Islam. sumbarprov.go.id. (n.d.).
https://sumbarprov.go.id/home/news/16736-adab-berpakaian-menurut-islam
Saefullah, O. S., Koswarini, O. D., Nurbani, O. H., Murdanto, O. A., & Susanti,
O. E. (2021, February 20). Begini Adab Nabi Ketika Tertawa Dan
Berbicara. Islampos. https://www.islampos.com/begini-adab-nabi-ketika-
tertawa-dan-berbicara-226457/
Siregar, R. H. (2021, January 28). Umat Muslim Wajib Tahu, ini 7 adab Bekerja
Menurut islam. SINDOnews Kalam.
https://kalam.sindonews.com/newsread/317394/69/umat-muslim-wajib-
tahu-ini-7-adab-bekerja-menurut-islam-1611846093
al-Rahman, I. Q. al-Maqdisi, Ahmad ibn ’Abd, & Suhardi, K. (1997). Minhajul
qashidin = Jalan Orang-Orang Yang mendapat petunjuk. Pustaka Al-
Kautsar.
18