Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AKHLAK BERMASYARAKAT
“Kehidupan Akhlaq Dalam Pekerjaan”
Dosen pengampu:

Sally Badriya Hisniati,S.Pd.,M.Pd.

Disusun oleh:

Gunawan (362210055)
Bagus Saputra (362210041)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM

i
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS PELITA BANGSA

ii
Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Allah. Dialah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa, pengatur
segala urusan dan takdir. Oleh kerana itu,sangat beralasan jika puncak segala pujian
tercurah kepada Engkau atas segala nikmat yang diberikan. Dengan kucuran nikmat-
Nyalah makalah ini dapat terselesaikan.
Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya karena dengan beliau saya
bisa sperti ini,juga terima kasih kepada ibu dosen yang telah memberikan pelajaran yang
membantu dalam penyusunan makalah ini,serta terima kasih bagi kekasih saya yang telah
menyemangati dan membantu dalam penyelesain makalah ini.
Dalam makalah ini,saya menjelaskan sedikit tentang kehidupan akhlaq pekerjaan
Saya menyadari,dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,yang
disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang saya miliki. Oleh karena
itu,saya mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan pembaca umumnya.

BEKASI,10 MEI 2023

iii
Daftar Isi

Daftar Isi..........................................................................................................................................iii
Bab 1.................................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
Bab 2.................................................................................................................................................5
2.1 Pembahasan.......................................................................................................................5
2.1.1 Pengertian Etika Bekerja dalam Islam.......................................................................5
2.1.2 Adab dan Etika Bekerja dalam Islam.........................................................................5
2.1.3 Hal-hal yang harus dihindari dan diwaspadai dalam bekerja.....................................8
Bab 3...............................................................................................................................................11
3.1 Penutup............................................................................................................................11
3.2 Kesimpulan......................................................................................................................11
3.3 Saran................................................................................................................................11
Daftar Pustaka.............................................................................................................................12

iv
Bab 1

1.1 Latar Belakang


Islam adalah agama yang tidak hanya mengatur masalah akhirat saja tetapi islam
juga mengatur masalah duniawi. Salah satu masalah duniawi yang paling berpengaruh di
dunia sekarang ini adalah bekerja.
Bekerja atau beramal menurut Islam dapat diertikan dengan makna yang umum dan
makna yang khusus. Adapun bekerja atau beramal dengan maknanya yang khusus yaitu
melakukan pekerjaan atau usaha yang menjadi salah satu unsur terpenting dan titik tolak
bagi proses kegiatan ekonomi seluruhnya. Dalam melakukan setiap pekerjaan bukan hanya
mengharapkan upah ataupun gaji tetapi juga dengan mematuhi aklah serta etika dalam
bekerja menurut Islam. Diamana manusia harus ikhlas, bersandarkan kepada Allah SWT
untuk mengharapkan ridho, pahala, dan SurgaNya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pengertian Etika Bekerja dalam Islam


1.2.2 Adab dan Etika Bekerja dalam Islam
1.2.3 Hal-hal yang harus dihindari dan diwaspadai dalam bekerja

5
Bab 2
2.1 Pembahasan

2.1.1 Pengertian Etika Bekerja dalam Islam

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ethos yang berarti watak, sikap,
kesusilaan, kepribadian, adat serta keyakinan dalam melakukan sesuatu. Sikap ini tidak
hanya dimiliki oleh Individu, tetapi Juga oleh kelompok bahkan masyarakat yang dibentuk
oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya. Dalam
Islam etika/ ethos dianggap sebagai akhlak (budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat
seseorang) yakni tingkah laku atau perlakuan manusia ke arah kebaikan dan kemanfaatan
hidup.
Kerja, dapat didefinisikan sebagai aktivitas karena adanya dorongan untuk
mewujudkan sesuatu sehingga tumbuh rasa tanggung Jawab yang besar untuk
menghasilkan karya atau produk yang berkualitas.Dalam Islam pengertian kerja dapat
dibagi dalam dua bagian. Pertama, kerja dalam arti umum yaitu semua bentuk usaha yang
dilakukan manusia baik da lam hal materi atau non materi, intelektual atau fisik maupun
hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan dan keakhlr-atan. Kedua, kerja dalam
arti sempit ialah kerja untuk memenuhi tuntutan hidup manusia berupa sandang, pangan
dan papan yang merupakan kebutuhan bagi setiap manusia dan muaranya adalah Ibadah.

2.1.2 Adab dan Etika Bekerja dalam Islam

Dalam mewujudkan nilai-nilai ibadah dalam bekerja yang dilakukan oleh setiap insan,
diperlukan adab dan etika yang membingkainya, sehingga nilai-nilai luhur tersebut tidak
hilang sirna sia-sia. Diantara adab dan etika bekerja dalam Islam adalah :

a. Bekerja dengan ikhlas karena Allah SWT.


Ini merupakan hal dan landasan terpenting bagi seorang yang bekerja.
Artinya ketika bekerja, niatan utamanya adalah karena Allah SWT. Ia sadar,
bahwa bekerja adalah kewejiban dari Allah yang harus dilakukan oleh
setiap hamba. Ia faham bahwa memberikan nafkah kepada diri dan keluarga
adalah kewajiban dari Allah. Iapun mengetahui, bahwa hanya dengan
bekerjalah ia dapat menunaikan kewajiban-kewajiban Islam yang lainnya,
seperti zakat, infak dan shodaqah. Sehingga ia selalu memulai aktivitas
pekerjaannya dengan dzikir kepada Allah.

6
b. Itqon, tekun dan sungguh-sungguh dalam bekerja.
Implementasi dari keikhlasan dalam bekerja adalah itqon (baca ;
profesional) dalam pekerjaannya. Ia sadar bahwa kehadiran tepat pada
waktunya, menyelesaikan apa yang sudah menjadi kewajibannya secara
tuntas, tidak menunda-nunda pekerjaan, tidak mengabaikan pekerjaan,
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari esensi bekerja itu sendiri yang
merupakan ibadah kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadits, riwayat
Aisyah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT
mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, dia itqan (baca ;
menyempurnakan) pekerjaannya." (HR. Thabrani).
c. Jujur dan amanah.
Etika lain dari bekerja dalam Islam adalah jujur dan amanah. Karena
pada hakekatnya pekerjaan yang dilakukannya tersebut merupakan
amanah, baik secara duniawi dari atasannya atau pemilik usaha, maupun
secara duniawi dari Allah SWT yang akan dimintai pertanggung jawaban
atas pekerjaan yang dilakukannya. Implementasi jujur dan amanah dalam
bekerja diantaranya adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang bukan
menjadi haknya, tidak curang, obyektif dalam menilai, dan sebagainya.
Rasulullah SAW memberikan janji bagi orang yang jujur dan amanah
akan masuk ke dalam surga bersama para shiddiqin dan syuhada'. Dalam
hadits riwayat Imam Turmudzi : Dari Abu Said Al-Khudri ra, beliau
berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Pebisnis yang jujur lagi
dipercaya (anamah) akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada'.
d. Menjaga etika sebagai seorang muslim.
Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seroang
muslim, seperti etika dalam berbicara, menegur, berpakaian, bergaul,
makan, minum, berhadapan dengan customer, rapat, dan sebagainya.
Bahkan akhlak atau etika ini merupakan ciri kesempurnaan iman seorang
mu'min. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan, "Orang
mu'min yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik
akhlaknya." (HR. Turmudzi). Dan dalam bekerja, seorang mu'min
dituntut untuk bertutur kata yang sopan, bersikap yang bijak, makan dan
minum sesuai dengan tuntunan Islam, berhadapan dengan customer
dengan baik, rapat juga dengan sikap yang terpuji dan sebagainya yang
menunjukkan jatidirinya sebagai seorang yang beriman. Bahkan dalam
hadits yang lain Rasulullah SAW menggambarkan bahwa terdapat dua
sifat yang tidak mungkin terkumpul dalam diri seorang mu'min, yaitu
bakhil dan akhlak yang buruk. (HR. Turmudzi)

7
e. Tidak melanggar prinsip-prinsip syariah
Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh melanggar
prinsip-prinsip syariah dalam pekerjaan yang dilakukannya. Tidak melanggar
prinsip syariah ini dapat dibagi menjadi beberapa hal, Pertama dari sisi dzat atau
substansi dari pekerjaannya, seperti memporduksi barang yang haram,
menyebarluaskan kefasadan (seperti pornografi dan permusuhan), riba, risywah
dsb. Kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan,
seperti tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki dengan perempuan,
membuat fitnah dalam persaingan dsb. Pelanggaran-pelanggaran terhadap
prinsip syariah, selain mengakibatkan dosa dan menjadi tidak berkahnya harta,
juga dapat menghilangkan pahala amal shaleh kita dalam bekerja. Allah SWT
berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlal
kepada Rasul-Nya dan janganlah kalian membatalkan amal perbuatan/
pekerjaan kalian.." (QS. 47 : 33).
f. . Menghindari syubhat
Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat atau
sesuatu yang meragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya.
Seperti unsur-unsur pemberian dari pihak luar, yang terdapat indikasi adanya
satu kepentingan terntentu. Atau seperti bekerja sama dengan pihak-pihak yang
secara umum diketahui kedzliman atau pelanggarannya terhadap syariah. Dan
syubhat semacam ini dapat berasal dari internal maupun eksternal. Oleh karena
itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan ini. Dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW bersabda, "Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara
keduanya ada perkara-perkara yang syubhat. Maka barang siapa yang
terjerumus dalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang
diharamkan..." (HR. Muslim)
g. Menjaga ukhuwah Islamiyah.

Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah islamiyah
antara sesama muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha melahirkan perpecahan
di tengah-tengah kaum muslimin. Rasulullah SAW sendiri mengemukakan tentang hal
yang bersifat prefentif agar tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin.
Beliau mengemukakan, "Dan janganlah kalian menjual barang yang sudah dijual kepada
saudara kalian" (HR. Muslim). Karena jika terjadi kontradiktif dari hadits di atas, tentu
akan merenggangkan juga ukhuwah Islamiyah diantara mereka; saling curiga, su'udzon
dsb. Karena masalah pekerjaan atau bisnis yang menghasilkan uang, akan sangat sensitif
bagi palakunya. Kaum Anshar dan Muhajirin yang secara sifat, karakter, background dan
pola pandangnya sangat berbeda telah memberikan contoh sangat positif bagi kita; yaitu
ukhuwah islamiyah. Salah seorang sahabat Anshar bahkan mengatakan kepada Muhajirin,
jika kamu mau, saya akan bagi dua seluruh kekayaan saya; rumah, harta, kendaraan,
bahkan (yang sangat pribadipun direlakan), yaitu istri. Hal ini terjadi lantaran ukhuwah
antara mereka yang demikian kokohnya.

8
2.1.3 Hal-hal yang harus dihindari dan diwaspadai dalam bekerja
Dunia kerja adalah dunia yang terkadang dikotori oleh ambisi-ambisi negatif
manusia, ketamakan, keserakahan, keinginan menang sendiri, dsb. Karena dalam dunia
kerja, umumnya manusia memiliki tujuan utama hanya untuk mencari materi. Dan tidak
jarang untuk mencapai tujuan tersebut, segala cara digunakan. Sehingga sering kita
mendengar istilah, injak bawah, jilat atas dan sikut kiri kanan. (Na'udzu billah min dzalik).
Oleh karenanya, disamping kita perlu untuk menghiasi diri dengan sifat-sifat yang baik
dalam bekerja, kitapun harus mewaspadai ranjau-ranjau berbahaya dalam dunia kerja serta
berusaha untuk menghindarinya semaksimal mungkin. Karena dampak negatif dari ranjau-
ranjau ini sangat besar, diantaranya dapat memusnahkan seluruh pahala amal shaleh kita.
Berikut adalah diantara beberapa sifat-sifat buruk dalam dunia kerja yang perlu dihindari
dan diwaspadai :

1. Hasad (Dengki)

Hasad atau dengki adalah suatu sifat, yang sering digambarkan oleh para
ulama dengan ungkapan "senang melihat orang susah, dan susah melihat
orang senang." Sifat ini sangat berbahaya, karena akan "menghilangkan"
pahala amal shaleh kita dalam bekerja.Dalam sebuah hadits Rasulullah
SAW bersabda :
‫ ُل النَّا ُر‬K‫ا تَْأ ُك‬KK‫ت َك َم‬ِ ‫نَا‬K‫ ُل ْال َح َس‬K‫ َد يَْأ ُك‬K‫ِإ َّن ْال َح َس‬Kَ‫ َد ف‬K‫ال ِإيَّا ُك ْم َو ْال َح َس‬K
َ Kَ‫لَّ َم ق‬K‫صلَّى هَّللا ُ َعلَيْ ِه َو َس‬ َّ ِ‫ع َْن َأبِي ه َُر ْي َرةَ َأ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
‫ب رواه أبو داود‬ ْ ‫َأ‬
َ ‫ب وْ قَا َل ال ُع ْش‬ َ َ‫ال َحط‬ ْ

Dari Abu Hurairah ra berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,


“Jauhilah oleh kalian sifat hasad (iri hati), karena sesungguhnya hasad itu
dapat memakan kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar. (HR. Abu
Daud)

9
2. Saling bermusuhan

Tidak jarang, ketika orang yang sama-sama memiliki ambisi dunia


berkompetisi untuk mendapatkan satu jabatan tertentu, atau ingin
mendapatkan "kesan baik" di mata atasan, atau sama-sama ingin
mendapatkan proyek tertentu, kemudian saling fitnah, saling tuduh, lalu
saling bermusuhan. Jika sifat permusuhan merasuk dalam jiwa kita, dan
tidak berusaha kita hilangkan, maka akibatnya juga sangat fatal, yaitu
bahwa amal shalehnya akan "dipending" oleh Allah SWT, hingga mereka
berbaikan.Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :

ِ ‫ال تُ ْفتَ ُح َأب َْوابُ ْال َجنَّ ِة يَوْ َم ااِل ْثنَ ْي ِن َويَوْ َم ْالخَ ِم‬
ِّ‫يس فَيُ ْغفَ ُر لِ ُكل‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ َ ‫ع َْن َأبِي ه َُري َْرةَ َأ َّن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
‫َأ‬
‫ رُوا‬K‫طَلِ َحا ْن ِظ‬K‫ص‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
ْ َ‫ َذي ِْن َحتَّى ي‬Kَ‫ رُوا ه‬K‫ا ُل ْن ِظ‬KKَ‫حْ نَا ُء فَيُق‬K‫ ِه َش‬K‫َت بَ ْينَهُ َوبَ ْينَ ِخي‬ ْ ‫ك بِاهَّلل ِ َش ْيًئا ِإاَّل َر ُجاًل كَان‬
ُ ‫َع ْب ٍد اَل يُ ْش ِر‬
َ َّ َ ْ
‫هَذي ِْن َحتى يَصْ طلِ َحا ن ِظرُوا هَذ ْي ِن َحتى يَصْ طلِ َحا رواه مسلم‬‫َأ‬ َ َّ َ

Dari Abu Hurairah ra berkata,bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pintu-


pintu surga dibuka pada hari senin dan kamis, maka pada hari itu akan
diampuni dosa setiap hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu apapun, kecuali seseorang yang sedang bermusuhan dengan
saudaranya sesama muslim, maka dikatakan kepada para malaikat,
“Tangguhkan dua orang ini sampai mereka berbaikan.” (HR. Muslim).

3. Berprasangka buruk

Sifat inipun tidak kalah negatifnya. Karena ambisi tertentu atau hal tertentu,
kemudian menjadikan kita bersu'udzon atau berprasangka buruk kepada saudara kita
sesama muslim, yang bekerja dalam satu atap bersama kita, khususnya ketika ia
mendapatkan reward yang lebih baik dari kita. Sifat ini perlu dihindari karena merupakan
sifat yang dilarang oleh Allah & Rasulullah SAW, di samping juga bahwa sifat ini
merupakan pintu gerbang ke sifat negatif lainnya.Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
bersabda :

‫ث‬ِ ‫ ِدي‬K‫ِإ َّن الظَّ َّن َأكْ َذبُ ْال َح‬K َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ِإيَّا ُك ْم َوالظَّ َّن ف‬
َ ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
ِ ‫ا َد هَّللا‬Kَ‫َواَل تَ َح َّسسُوا َواَل تَ َج َّسسُوا َواَل تَنَافَسُوا َواَل تَ َحا َس ُدوا َواَل تَبَا َغضُوا َواَل تَدَابَرُوا َو ُكونُوا ِعب‬
‫ِإ ْخ َوانًا رواه مسلم‬
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah oleh
kalian prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka buruk itu adalah sedusta-dustanya
perkataan. Dan janganlah kalian mencari-cari berita kesalahan orang lain, dan janganlah
kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah kalian saling mementingkan diri
sendiri, dan janganlah kalian saling dengki, dan janganlah kalian saling marah, dan jangan
lah kalian saling memusuhi dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersudara. (HR.
Muslim)

10
4. Sombong

Di sisi lain, terkadang kita yang mendapatkan presetasi sering terjebak


pada satu bentuk kearogansian yang mengakibatkan pada sifat
kesombongan. Merasa paling pintar, paling profesional, paling penting
kedudukan dan posisinya di kantor, dsb. Kita harus mewaspadai sifat ini,
karena ini merupakan sifatnya syaitan yang kemudian menjadikan mereka
dilaknat oleh Allah SWT serta dijadikan makhluk paling hina diseluruh
jagad raya ini. Sifat ini pun sangat berbahaya, karena dapat menjadikan
pelakunya diharamkan masuk ke dalam surga (na'udzu billah min dzalik).
Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda "Tidak akan pernah
masuk ke dalam surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat satu biji
sawi sifat kesombongan" (HR. Muslim).

5. Namimah  (mengadu domba)
Indahnya dunia terkadang membutakan mata. Keingingan mencapai
sesuatu, meraih kedudukan tinggi, memiliki gaji yang besar, tidak
jarang menjerumuskan manusia untuk saling fitnah dan adu domba.
Sifat ini teramat sangat berbahaya, karena akan merusak tatanan
ukhuwah dalam dunia kerja. Di samping itu, sifat sangat dimurkai oleh
Allah serta dibenci Rasulullah SAW.Dalam sebuah hadits rasulullah
bersabda :

‫لَّ َم‬K ‫لَّى هَّللا ُ َعلَيْ ِه َو َس‬K ‫ص‬ َ ِ ‫و َل هَّللا‬K ‫ْت َر ُس‬ َ ‫ع َْن ُح َذ ْيفَةَ َأنَّهُ بَلَ َغهُ َأ َّن َر ُجاًل يَنُ ُّم ْال َح ِد‬
ُ ‫يث فَقَا َل ُح َذ ْيفَةُ َس ِمع‬
‫يَقُو ُل اَل يَ ْد ُخ ُل ْال َجنَّةَ نَ َّما ٌم‬

Dari Hudzaifah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersbada, “Tidak akan masuk surga
sesroang yang suka mengadu domba.” HR Bukhari Muslim)

11
Bab 3
3.1 Penutup

Demikianlah makalah ini saya buat. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

3.2 Kesimpulan
Bekerja merupakan kegiatan yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam bekerja seorang muslim harus memiliki akhlaq dan etika kerja yang tinggi serta menjadikan
pekerjaan sebagai ibadah kepada Allah.

3.3 Saran
Sebagai seorang muslim, kita harus mengaplikasikan  prinsip-prinsip kerja Islami
yaitu kerja harus ditegakkan diatas dasar taqwa, kerja menentukan nilai manusia, kerja
ditentukan oleh kualitas bukan kuantitas, kerja harus dilakukan dengan ilmu,  dan kerja
melahirkan ilmu.
Pada sisi yang lain, sebagai seorang muslim, juga sudah seharusnya dalam bekerja
selalu didasari oleh etos kerja Islami, yang berporoskan pada tiga tanggung jawab, yaitu,
tanggung jawab terhadap Tuhannya (Allah SWT), tanggung jawab terhadap diri sendiri,
dan tanggung jawab terhadap orang lain.

12
Daftar Pustaka

Drs. Suharso dan Dra. Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (semarang CV, Widiya
karya, 2009)

Muhammad, “Etika Kerja”, dalam Hidup adalah Surga, (Jakarta: Republika,2003)

Enizar, Hadis Ekonomi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013)

13

Anda mungkin juga menyukai