Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“AKHLAK, AMAL SHOLEH DAN PROFESIONALITAS dalam ISLAM”


KATA PENGANTAR

Puji Dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia –Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik,
dan tanpa – Nya lah karya tulis ini tidak akan sampai di tangan pembaca.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pihak yang telah
turut membantu dan memberikan kontribusinya atas penelitian yang dilakukan,
sehingga berbuah hasil berupa karya tulis yang dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini belum sempurna, sehingga


penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun, untuk
memperbaiki kualitas karya tulis ini. Sehingga pembaca dapat mendapatkan
kualitas materi dengan lebih bermanfaat bagi pembaca.

Atas perhatian dan kerja sama yang baik, penulis menyampaikan terima kasih
banyak.

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1. Latar Belakang..........................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................5

1.3. Tujuan........................................................................................................6

1.4. Manfaat......................................................................................................6

1.5. Metodologi penelitian................................................................................6

BAB II......................................................................................................................7

PEMBAHASAN......................................................................................................7

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP..............................................................................................................12

A. Kesimpulan..............................................................................................12

B. Saran........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

LAMPIRAN GAMBAR........................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Etika profesi merupakan bagian dari etika sosial yang menyangkut
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya secara profesional agar diterima
oleh masyarakat. Dengan etika profesi diharapkan kaum profesional dapat bekerja
sebaik mungkin, serta dapat mempertanggungjawabkan tugas yang dilakukan dari
segi tuntutan pekerjaannya. Islam sebagai agama universal pun menawarkan
konsep yang komprehensif tentang persoalan ini.
Bisnis atau usaha perniagaan/perdagangan atau usaha komersial
merupakan salah satu yang penting bagi kehidupan manusia, oleh karena bisnis
beroperasi dalam rangka suatu sistem ekonomi, maka sebagaian dari tugas etika
bisnis sesungguhnya ialah mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang sistem
ekonomi yang umum dan khusus, yang pada gilirannya akan berbicara tentang
tepat atau tidaknya pemakaian bahasa moral untuk menilai sistem tersebut. Al-
Quran memberikan informasi yang cukup banyak berkaitan dengan hal tersebut.
Makalah ini mencoba mengetengahkan pemikiran mengenai hal yang perlu
diperhatikan dalam mencari dan menentukan ukuran yang akan dipakai dalam
merumuskan sesuatu yang profesional yang sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Serta saran pemikiran yang dapat dipakai sebagai masukan untuk
melakukannya.
Perilaku dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti tanggapan atau reaksi
seseorang atau individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Keagamaan
merupakan kegiatan yang berkaitan dengan agama dan juga suatu unsur kesatuan
yang komprehensif, yang menjadikan seseorang disebut sebagai orang beragama
dan bukan sekedar mengaku mempunyai agama. Hal penting dalam beragama
yaitu memiliki keimanan. Keimanan yaitu akidah, kepercayaan kepada Allah,
Nabi dan Kitab. Keimanan sendiri memiliki banyak unsur. Unsur yang paling
penting adalah komitmen untuk menjaga hati agar selalu berada dalam kebenaran.
Secara praktis, hal ini diwujudkan dengan cara melaksanakan segala perintah dan
menjauhi semua larangan Allah dan Rasul-Nya. Seseorang yang beragama akan
merefleksikan pengetahuan agamanya dalam sebuah tindakan perilaku
keagamaan, melaksanakan ibadah dan mengembangkan tingkah laku yang terpuji.
Agama Islam juga sebagai ajaran, dapat diartikan sebuah keyakinan yang
harus dipegang bagi setiap manusia. Karena dalam agama Islam terdapat banyak
ajaran yang mengandung nilai-nilai kehidupan. Agama Islam merupakan agama
yang tidak mengenal adanya perbedaan terlebih bagi seorang yang memiliki
keterbatasan psikis maupun fisik. Islam tidak mengajarkan sikap membeda-
bedakan karena setiap manusia mempunyai hak yang sama dalam hal belajar,
menerima bimbingan dan pengajaran. Penanaman nilai-nilai agama sangat penting
diajarkan kepada anak-anak sejak kecil. Hal ini bertujuan agar mereka mengenal
Tuhannya dan memiliki keyakinan yang kuat ketika dewasa. Selain itu mereka
dapat mengembangkan potensi pribadinya secara optimal dan optimis meraih
masa depan yang lebih baik.
Sekolah melaksanakan fungsi sosial yang penting dalam bentuk dan
kombinasi tertentu, selalu dan harus dilaksanakan. Bimbingan Islam merupakan
suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan individu pada umumnya dan
siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Kegiatan
bimbingan pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Kegiatan individu merupakan
manifestasi dari hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.
Individu melakukan kegiatan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, baik
lingkungan manusia maupun bukan lingkungan manusia.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan akhlak dan akhlak profesi dalam ajaran
agama Islam?
2. Bagaimana konsep amal sholeh belajar mengajar dan
implementasinya?
3. Apa prinsip-prinsip profesionalitas dalam Islam?
4. Bagaimana menunjukkan profesionalitas dalam mengajar?

1.3. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya penelitian ini adalah, agar pembaca mengetahui
bagaimana akhlak dalam Islam diterapkan, konsep amal sholeh, profesionalitas
dan lain sebagainya mengenai perilaku yang dibahas dalam karya tulis ini.

1.4. Manfaat
Selain dapat mengetahui mengenai isu yang diangkat dalam karya tulis ini,
karya tulis ini dapat menjadi sumber bahan ajar referensi baik dalam memperluas
wawasan atau sebagai sumber referensi belajar mengajar dalam dunia akademik.

1.5. Metodologi penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yakni dengan
mengumpulkan seluruh informasi yang tersedia di media cetak dan internet, dan
kemudian disusun berdasarkan kevalidan data. Setelah itu, data dan informasi
yang telah dikumpulkan dimuat dalam karya tulis dengan memperhatikan
keabsahan data.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akhlak
Kenapa Perlu Kepada Akhlak (Etika) Kerja? Akhlak (etika) kerja dalam
Islam sebenarnya bermula dengan konsep dan pandangan Islam terhadap kerja itu
sendiri. Apabila kita berakhlak ini bermakna kita faham akan konsep kerja dalam
Islam sebagai jambatan menuju ke akhirat. Bekerja untuk mendapat pahala di sisi
Allah SWT. Bahkan kepentingannya dilihat dapat membimbing para pekerja ke
arah melakukan kebaikan dan menjauhi daripada segala kemungkaran. Namun
begitu, berapa ramai di antara kita memilih untuk melakukan pekerjaan mengikut
pandangan hidup Islam? Di kala itulah perlunya seseorang memiliki kefahaman
dan kesadaran keagamaan terutama di dalam konsep kerja bagi membimbing
mereka menjauhi pekerjaan yang dilarang oleh Allah SWT.
Kita bimbang jika wujudnya kejahilan umat Islam tentang peri pentingnya
akhlak yang mulia sebagai matlamat beragama, ini akan membuka jalan bagi
mereka untuk melakukan perkara-perkara yang bertentangan dengan ajaran murni
yang terkandung dalam al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Apabila
dorongan dan asakan hawa nafsu menjadi kuat dan fikiran dikalahkan oleh emosi
mereka tidak berupaya mengawal dorongan-dorongan itu, lalu berlakulah tindak
tanduk dan perbuatan yang dilarang oleh agama.

Menghalang dorongan yang mengikut asakan hawa nafsu tersebut,


kefahaman mengenai nilai-nilai akhlak atau etika kerja berlandaskan pandangan
hidup Islam penting bagi menentukan matlamat kepada akal fikiran, tindakan dan
tanggung jawab kita sebagai “khalifah” yang diamanahkan di muka bumi ini.
Kefahaman yang jelas berkaitan akhlak itu nanti akan menjadi panduan kepada
para pekerja dalam melahirkan kerja yang cemerlang dan berkualitas.
Akhlak merupakan teras kepada pembentukan etika kerja seseorang.
Akhlak mulia yang dimiliki oleh seseorang pekerja maupun ketua menjadi
lambang ketinggian pribadi dan kualitas individu terbaik. Ini bermakna apabila
seseorang itu mempunyai akhlak yang baik maka, mereka akan melakukan
pekerjaan dengan mengikut tuntutan Islam. Salah satunya berakhlak dalam
melakukan kerja dengan bersungguh-sungguh (itqan). Pekerjaan yang dilakukan
dengan bersungguh-sungguh akan tergolong dalam amalan kebajikan.
“Sesungguhnya Allah suka apabila seseorang itu melakukan sesuatu kerja itu
dengan tekun” ( Riwayat Al-Baihaqi)

Dalam hadis ini, menekankan supaya seseorang yang mempunyai akhlak


yang baik perlu melakukan sesuatu pekerjaan dengan kemahiran dan ketekunan
yang tinggi. Seseorang yang mempunyai akhlak (etika) tidak akan bekerja sambil
lewat atau bertanguh-tangguh dalam menyiapkan tugasannya. Meskipun kerja itu
dianggap membosankan tetapi apabila pekerja itu mempunyai akhlak dan
anggapan yang baik terhadap kerja yang dilakukan maka kerja tersebut tidak
dianggap sebagai beban. Dalam hal ini, kerja yang dilakukan akan dibuat secara
bersungguh-sungguh tanpa rasa jemu. Kerja yang bersungguh–sungguh ini akan
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Bahkan ia juga dilakukan
dengan sebaik yang mungkin bukan sekadar “melepas batuk ditangga”. Jika
terdapat kesulitan semasa melaksanakan tugasnya, pekerja itu akan terus berusaha
mencari jalan penyelesaian dan tidak mudah putus asa atau mengaku kalah.

Begitu juga dengan amanah diri pekerja. Amanah merupakan akhlak yang
perlu dipelihara oleh setiap pekerja sebagai teras keharmonian dan kejayaan
sebuah organisasi. Amanah sangat berat dan ia perlu disampaikan dengan benar
dan jujur. Kejujuran dapat dilihat apabila seseorang pekerja itu melakukan tugas
sepertimana yang diarahkan oleh ketua atau majikannya mengikut garis panduan
yang ditetapkan dan tidak sama sekali melanggar batas syarak. Sekiranya amanah
dilakukan di luar batas syarak maka pekerja itu boleh dianggap sebagai khianat
serta tidak berakhlak. Oleh sebab itu, amanah itu perlu dipikul dan dijaga dengan
baik. Begitu juga amanah dalam menjaga peralatan dan kemudahan milik pejabat
atau organisasi. Sebagai contoh peralatan seperti telepon, mesin fotokopi, kereta
pejabat, pencetak dan lain-lain untuk keperluan pejabat perlu dimanfaatkan dan
digunakan untuk tujuan penyempurnaan tugas semata-mata; bukan sebaliknya.

B. Amal Sholeh
Konsep amal saleh dalam alQur’an segala perbuatan baik yang dilandasi
oleh iman. Karenanya, perbuatan baik yang tidak dilandasi oleh iman akan
dikategorikan sebagai perbuatan yang siasia. Amal shaleh tidak terbatas pada
amalan yang bersifat ritual, tetapi meliputi banyak aspek, seperti etika-moral dan
sosial. Amal-amal saleh tersebut selain mendatangkan manfaat bagi pelakukanya,
juga secara nyata memberi nilai tambah bagi pihak lain. Amal saleh yang oleh
karena dilakukan oleh orang yang beriman, maka tidak saja dilakukan untuk
mencari pahala dan keuntungan duniawi semata, melainkan juga mencari
keridhaan Allah swt. Karena itu Allah swt. memberi ganjaran atas mereka yang
dengan tulus melakukannnya. Ganjaran Allah swt. tersebut akan diberikan baik
ketika hidup di dunia maupun pada kehidupan di akhirat kelak.

C. Prinsip-Prinsip Profesionalitas dalam Islam


Dalam islam, kerja produktif bukan saja dianjurkan, tetapi dijadikan
sebagai kewajiban religius, oleh karena itu, kerja adalah milik setiap orang, dan
hasilnya menjadi hak milik pribadi yang di hormati dan dilindungi karena terkait
dengan kebutuhan, kepentingan, atau kemaslahatan secara umum.1 Tentunya
bekerja secara profesional merupakan suatu keharusan agar dapat menciptakan
kualitas kerja yang maksimal.
Profesionalisme kerja merupakan salah satu dari ajaran-ajaran Islam yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah. Istilah professional secara umum dapat
diartikan sebagai bentuk melakukan sebuah pekerjaan secara total dan menurut
aturan-aturan yang berlaku.
Menurut Muhammad, inti profesionalisme dalam Islam setidaknya dicirikan oleh
tiga hal, yaitu: 1. Kafa‟ah, yaitu cakap atau ahli dalam bidang pekerjaan yang
dilakukan Kafa‟ah diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman.
Seseorang dikatakan profesional jika ia selalu bersemangat dan sungguhsungguh
dalam bekerja. Seorang muslim yang sungguh-sungguh menerapkan
profesionalisme kafa‟ah akan menjadikan setiap aktivitas dalam bekerja
merupakan bagian dari ibadah. Hasil usaha yang yang diperoleh seseorang muslim
dari kerja kerasnya merupakan penghasilan yang paling mulia.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakatnya, bangsa dan negara . Untuk mewujudkan tujuan Pendidikan di
Indonesia salah satu faktor yang paling penting dan sangat mempengaruhi adalah
keprofesioanalan guru di dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru
merupakan pekerjaan profesi, Seorang guru dalam proses belajar mengajar harus
memiliki kompetensi tersendiri agar dapat menuju Pendidikan yang berkualitas,
efektif dan efisien serta mencapai tujuan pembelajaran . Peningkatan
profesionalitas harus didukung oleh kondisi yang kondusif, artinya tingkat
kesejahteraan yang memadai dan mekanisme control yang efektif. Hal itu
merupakan langkah yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan reformasi
Pendidikan Nasional.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Profesionalisme diartikan sebagai
mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang
yang profesional. Dalam studi tentang masalah profesionalisme, kita akan
berkenalan dengan sejumlah definisi tentang “profesi”. Secara tradisional, profesi
mengandung arti prestise, kehormatan, status sosial, dan otonomi lebih besar yang
diberikan masyarakat kepadanya. Salah satunya adalah definisi yang dikemukakan
oleh Dr.Sikun Pribadi yang dikutip oleh Prof. Dr. Oemar Hamalik dalam bukunya
“ Pendidikan guru berdasarkan pendekatan kompetensi”, yakni: profesi itu pada
hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang
akan mengabadikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa,
karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
Rumusan yang singkat ini mengandung sejumlah makna, diantaranya
hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang terbuka, profesi
mengandung unsur pengabdian, profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan.
Kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai kondisi yang diharapkan. Perilaku yang rasional merupakan
wujud dari kemampuan seseorang. Berarti orang yang memiliki kemampuan
adalah benar-benar orang yang mempunyai keahlian di bidangnya, atau dikenal
dengan istilah “profesional”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme
adalah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain)
yang dilakukan oleh seseorang.
Konsep profesionalisme kerja dalam ekonomi Islam dapat diartikan
sebagai pandangan untuk selalu berfikir, berpendirian, bersikap dan bekerja
sungguh-sungguh, kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas
tinggi dan penuh dedikasi demi keberhasilan pekerjaannya. Dalam Islam,
profesionalitas semakna dengan ihsan dan itqon yang sangat dianjurkan dalam
Islam. Ajaran Islam memotivasi umat Islam untuk kerja yang professional dalam
berbagai sisi kehidupan dan berbagai sarana kerja. Islam menganggap
profesionalisme kerja itu sebagai ibadah segala usaha dilakukan oleh pekerja yaitu
senantiasa selaras dengan isyarat dengan etos kerja.
Indikator profesionalisme kerja seorang muslin dalam konsep ekonomi
Islam terdiri dari 3 indikator utama yaitu: (kafa‟ah) cakap atau ahli dalam bidang
pekerjaan yang dilakukan, Kafa‟ah diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan
pengalaman. Seseorang dikatakan profesional jika ia selalu bersemangat dan
sungguh-sungguh dalam bekerja, (himmatul-„amal) memiliki semangat atau etos
kerja yang tinggi, Himmatul-„amal diraih dengan jalan menjadikan motivasi
ibadah sebagai pendorong utama dalam bekerja di samping motivasi ingin
mendapatkan penghargaan (reward) dan menghindari hukuman (punishment),
(amanah) bertanggung jawab dan terpercaya dalam menjalankan setiap tugas atau
kewajibannya, Amanah adalah sikap terpercaya yang muncul dari pribadi seorang
muslim yang tidak suka melakukan penyimpangan dan penghianatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bekerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) , dan di dalamnya tersebut dia berupaya
dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai
bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT. hampir di setiap sudut kehidupan ,
kita menjumpai begitu banyaknya orang yang bekerja . para salesmen yang hilir
mudik mendatangi toko dan rumah - rumah , guru yang tekun berdiri di depan
kelas , polisi yang mengatur lalu-lintas dalam selingan hujan dan panas terik, serta
segudang profesi lainnya.

Dalam Islam terdapat banyak sekali ibadah yang tidak mungkin dilakukan tanpa
biaya & harta, seperti zakat, infak, shadaqah, wakaf, haji dan umrah. Sedangkan
biaya/ harta tidak mungkin diperoleh tanpa proses kerja. Maka bekerja untuk
memperoleh harta dalam rangka ibadah kepada Allah menjadi wajib.

sisi lain, makna bekerja” bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-
sungguh , dengan mengerahkan seluruh aset, pikiran , dan dzikirnya untuk
mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagi hamba Allah yang
harus menundukan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari
masyarakat yang terbaik (khairuummah) atau dengan kata lain dapat Juga kita
katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya. Dan
dalam bekerja sendiri diperlukan sebuah akhlak yang mana Akhlak merupakan
teras kepada pembentukan etika kerja seseorang. Akhlak mulia yang dimiliki oleh
seseorang pekerja maupun ketua menjadi lambang ketinggian pribadi dan kualitas
individu terbaik. Ini bermakna apabila seseorang itu mempunyai akhlak yang baik
maka, mereka akan melakukan pekerjaan dengan mengikut tuntutan Islam. Salah
satunya berakhlak dalam melakukan kerja dengan bersungguh-sungguh (itqan).
Pekerjaan yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh akan tergolong dalam
amalan kebajikan. “Sesungguhnya Allah suka apabila seseorang itu melakukan
sesuatu kerja itu dengan tekun” ( Riwayat Al-Baihaqi).

B. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena
terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh
hubungannya dengan makalah ini kami banyak berharap kepada para pembaca
yang budiman memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, dan
para pembaca khususnya
DAFTAR PUSTAKA

 Abdullah, Taufik, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi,


Jakarta: LP3ES, 1982 Abu-l-Qasim al-Husein Al-Asfahani, Mufradat Fi
Ghari bil-Qur'an Juz I, dalam al-Maktabah al-Shamilah
 Ahmad, Mustaq, Etika Bisnis dalam Islam,J akarta: Pustaka Al-Kautsar,
2001.
 Amin, Ahmad, Etika: Ilmu Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, 1995.
 Beekun, Rafiq Issa, Islamic Business Ethict. Virginia: International
Institute of Islamic Thought, 1997
 Bin Ahmad Al-Haritsi, DR.Jaribah (2006), FIKIH EKONOMI UMAR bin
Al-Khathab, Jakarta
 Timur, KHALIFA (Pustaka Al-kautsar Grup).
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Santun kepada orang yang lebih tua merupakan salah satu
impelemtasi akhlak yang mulia dalam ajaran Islam

Anda mungkin juga menyukai