Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

HADIS-HADIS TENTANG EKONOMI Darmawan Tia Indrajaya, M.Ag

HADIS TENTANG KEWAJIBAN


BEKERJA DAN MENCARI NAFKAH

Disusun Oleh:

ELIVIA SAFITRI 12120523535


WENI INDRIYANI 12120522832

KELAS 3F

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya dalam mata kuliah Hadist-Hadist tentang ekonomi. Makalah yang
berjudul “Hadist Tentang Kewajiban Bekerja Dan Mencari Nafkah”, adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tuga mata kuliah
Hadist-Hadist tentang ekonomi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang apa saja hadist kewajiban bekerja dan mncari nafkah.
Karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, kami menyadari
masih banyak kekurangan dari makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritikan dan saran yang membangun dari semua pembaca. Akhir dari kami,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Terimakasih.

Pekanbaru, 10 September 2022

Penulis

i
DAFAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 2


A. Pengertian Keutamaan Kerja ..................................................... 2
B. Pengertian Nafkah ..................................................................... 6

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 11


A. Kesimpulan .............................................................................. 11
B. Saran .......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keutamaan kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam
pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak orang dalam bekerja
sangat bergantung dari cara melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja
dan hakikat bekerja. Dalam islam iman banyak dikaitkan dengan amal,
dengan kata lain, kerja yang merupakan bagian dari amal tak lepas dari kaitan
iman seseorang.
Bekerja dan menari nafkah merupakan melakukan suatu kegiatan
demi mencapai tujuan, selain mencari rezeki namun juga cita-cita. Dalam
bekerja diwajibkan memilih pekerjaan yang baik dan halal, karena tidak
semua pekerjaan itu diridhai Allah SWT. Di dalam al-qur’an dan hadist sudah
jelas tentang pekerjaan dan mencari nafkah yang baik dan bagaimana kita
memperoleh rezeki dengan cara diridhai oleh Allah SWT. Hal ini sangat
penting sekali dibahas, karena semua orang didunia ini pasti membutuhkan
makanan, sandang maupun papan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keutamaan kerja?
2. Jelaskan hadist utama keutamaan kerja?
3. Jelaskan pengertian nafkah?
4. Jelaskan keutamaan nafkah?
5. Jelaskan hadist tentang nafkah

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keutamaan kerja
2. Untuk mengetahui hadist utama tentang nafkah
3. Untuk mengetahui pengertian nafkah
4. Untuk mengethui keutamaan nafkah
5. Untuk mengetahui hadist tentang nafkah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keutamaan Kerja


Bekerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
melakukan suatu kegiatan, atau sesuatu yang dilakukan untuk mencari
nafkah. Bekerja juga berarti suatu perbuatan, usaha, tindakan, atau
aktivitas manusia yang dilakukan dengan sengaja untuk memenuhi
kebutuhan hidup atau mencapai suatu tujuan tertentu. 1 Menurut Al-
Kharsani bekerja adalah suatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai
profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Bekerja dapat
juga diartikan sebagai pengeluaran energi untuk kegiatan yang dibutuhkan
oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. 2 Menurut Magnis dalam
Anogara, pekerjaan atau bekerja adalah kegiatan yang direncanakan.3
Menurut Tamara, tidak semua aktivitas manusia dapat dikategorikan
sebagai bentuk pekerjaan. Karena di dalam makna pekerjaan mengandung
tiga aspek yang harus dipenuhinya secara nalar, sebagai berikut :
1. Aktivitas yang dilakukan karena ada dorongan tanggung jawab
(motivasi).
2. Apa yang dilakukan tersebut dilakukan karena kesengajaan,
sesuatuyang direncanakan, karenanya terkandung di dalamnya suatu
gabungan antara rasa dan rasio.
3. Sesuatu yang dilakukan, karena adanya sesuatu arah dan tujuan yang
luhur, secara dinamis memberikan makna bagi dirinya, bukan sekedar
kepuasan biologis statis, akan tetapi suatu komitmen atau keinginan
yang kuat untuk mewujudkan apa yang diinginkan agar dirinya
mempunyai arti.

1
Dapartemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008), hlm. 704
2
Muhammad Hadi Al-Kharsani, Al’amal fi Al-islam Wa Dauruhu fi Al-Tanmiyati Al-
Iqtishadiyyah, (Beirut: Dar Al-Hadi), hlm.37-38
3
Pandji Anogara, Bekerja dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm.11

2
Dalam perspektif Islam, bekerja tidak sekedar kegiatan yang dilakukan
dalam mengumpulkan materi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarga. Akan tetapi, bekerja merupakan implementasi dari aqidah
dan juga merupakan bagian dari ibadah. Dengan demikian, dalam
perspektif ekonomi Islam seorang laki-laki dewasa dan baligh ia harus
gesit dalam bekerja. Dan bekerja merupakan kewajiban kepada Allah
SWT.4 Hadist yang diriwayatkan oleh imam Bukhari:

Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan
kepadakami ['Isa bin Yunus] dari [Tsaur] dari [Khalid bin Ma'dan] dari [Al
Miqdam radliallahu 'anhu] dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tidak ada seorang yang memakan satu makananpun yang lebih
baik dari makanan hasil usaha tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi
Allah Daud AS memakan makanan dari hasil usahanya sendiri".5

4
Taqiyuddin an-Nabhani, Nizhamu al-Iqtishadi fi al-Islam, Diterjemahkan oleh Hafizh
Abdurrahman, dengan judul “Sistem Ekonomi Islam”, (Jakarta: Hizbuttahri Indonesia Press,
2010),hlm. 21
5
Kitab Shahih Bukhari Juz 2, Nomor Hadist 2072, hlm.12

Anda mungkin juga menyukai