Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HADITS

ETOS KERJA

(MEMAHAMI KERJA ADALAH PERINTAH AGAMA )

Disusun Oleh :

Dandi Arfani 220101017

Novita Fitriani 220101028

Dosen Pengampu: Muhammad Wahyudi, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA IISLAM AL-QUR’AN AL ITTIFAQIAH

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya,
yang senantiasa menginspirasi kita untuk menjalani kehidupan dengan penuh makna. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, yang telah memberikan teladan sempurna
dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam hal berkarya dan berusaha.

Dalam dunia yang terus berkembang ini, Etos Kerja menjadi salah satu nilai yang tidak hanya
dihargai, tetapi juga dijunjung tinggi dalam berbagai agama dan kepercayaan. Kerja bukanlah sekadar
sebuah rutinitas atau kewajiban semata, melainkan sebuah ibadah yang memiliki kedudukan yang
mulia di hadapan Sang Pencipta.\

Makalah ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai Etos Kerja dengan fokus pada
perspektif agama, khususnya dalam konteks "Memahami Kerja adalah Perintah Agama". Dengan
memahami bahwa setiap tindakan kerja yang dilakukan dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan
adalah bentuk ibadah kepada Tuhan, diharapkan kita dapat menjalani hidup dengan penuh dedikasi
dan tanggung jawab.

Dalam perjalanan menyusun makalah ini, penulis menyadari bahwa Etos Kerja tidak hanya
menjadi kunci kesuksesan dalam hal material, tetapi juga menjadi fondasi untuk memperoleh
kebahagiaan dan keberkahan dalam kehidupan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan di masa
yang akan datang. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan menjadi amal yang bermanfaat di sisi Allah SWT.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Indralaya, 23 April 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................................2
C. TUJUAN MASALAH.........................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................................3
A. ETOS KERJA....................................................................................................................................3
B. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI ETOS KERJA SESEORANG...................................7
C. KONSEP-KONSEP ETOS KERJA.........................................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................................................11
A. KESIMPULAN................................................................................................................................11
B. SARAN..........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bekerja merupakan kegiatan manusia untuk mendapatkan sesuatu sebagai imbalan
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri, baik untuk kepentingan pribadi
maupun keluarga, bahkan untuk kepentingan masyarakat.
Bekerja merupakan fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas manusia,
sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman dan tauhid dapat meningkatkan
martabat manusia sebagai hamba Allah yang mengelola seluruh alam sebagai bentuk dari
curahan mensyukuri nikmat-Nya. Apabila bekerja itu merupakan fitrah manusia, jelaslah
bahwa manusia yang enggan bekerja, malas dan tidak menyatakan keinginan dalam bentuk
amal yang kreatif, sesungguhnya dia melawan fitrah dirinya sendiri dan menurunkan
derajatnya sebagai manusia ke tingkat lebih hina dari pada hewan. 1
Dalam Islam, bekerja merupakan perintah dari Allah. Apalagi kerja yang bertujuan
mengharap ridha Allah, ia bernilai ibadah. 2 Dalam hal ini, Islam sangat memandang rendah
kepada ummat yang bersikap bermalas-malasan dan tidak mahu bekerja. Karena hal itu
merupakan sifat mazmumah (tercela).Banyak himbauan yang tersirat dalam al-Qur’an dan
hadis Nabi Saw, supaya umatnya menjadi umat yang rajin, cekap dan tangkas bekerja guna
memproduksi kebaikan dan kebajikan sebanyak mungkin. Karena tiada yang dapat
dihandalkan dari umat ini kecuali hasil kerja dan budaya dalam rangka menjadikan umat ini
kuat dan diperhitungkan. Karena kelemahan mental dan fisik, kelemahan hati, otak dan otot
tidak mampu menghasilkan amal kebajikan yang berkwalitas tinggi.
Etos kerja dalam Islam tercermin dari teladan yang dicontohkan oleh Nabi Daud a.s.
yang menghasilkan pelbagai kerajinan tangan yang membuahkan rizki untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan kepentingan keluarganya.3 Beliau bekerja sekuat tenaga dan memeras
keringat untuk mendapatkan rizki dari Allah dengan tangannya sendiri. Artinya, dalam
mendapatkan rizki dari Allah, seseorang harus berusaha dan bekerja serta menumbuhkan
semangat (etos) kerja itu. Dalam hal ini, Islam sangat mencela pekerjaan meminta-minta dan
mengharap pemberian rizki dari orang lain.
Pada zaman modern ini, etos kerja sangat mempengaruhi kesejahteraan dan
kebahagiaan suatu rumah tangga dalam suatu masyarakat. Karena dari etos kerja yang tinggi,
hasilnya, dapat menghadirkan apa yang dibutuhkan dalam keluarga. Rumah tangga pada
zaman ini, tidak saja memenuhi kebutuhan basic needs (kebutuhan dasar) seperti sandang,

1
Ek. Iman Munawir, Azaz-azaz Kepemimpinan Dalam Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, t.th.), h. 206
2
Hamzah Ya’cub, Etos Kerja islam, (Jakarta : CV . Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h. 13
3
Lihat Imam Muslim, Shahih Muslim, Jilid IV, (Beirut-Fikr,t.th.),h.86

iv
pangan dan papan, akan tetapi membutuhkan aspek yang lain, seperti fasilitas-fasilitas yang
dapat menunjang kehidupan itu sendiri, baik fasilitas rumah tangga (alat-alat perabot,
kendaraan, dan lain-lain) maupun fasilitas dalam rangka meningkatkan status sosial. Belum
lagi kebutuhan terhadap pendidikan anak-anak. Semuanya itu memerlukan uang sebagai alat
untuk mendapatkan semua itu. Dan jumlah nominal uang yang dapat memenuhi kebutuhan itu
hanya didapatkan melalui etos kerja yang tinggi4.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Etos Kerja Sesuai dengan Islam?
2. Apa faktor yang mempengaruhi etos kerja?
3. Bagaiamana dengan Konsep-Konsep Etos Kerja ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud etos kerja.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi etos kerja.
3. Untuk Mnegetahui Konsep Konsep Etos Kerja

4
Thohir Luth, Antara Perut dan Etos Kerja Dalam Perspektif Islam, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), h. 51

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. ETOS KERJA
a. Etos Kerja Islami
1. Pengertian Etos
Etos berasal dari bahasa Yunani yang artinya sikap, sesuatu yang dipercayai,
persepsi, serta cara berbuat terhadap nilai kerja. Dari kata itu muncullah kata “ethic”
yang artinya moral, dasar, dan tindakan, atau yang biasa dikenal dengan etiket yang
mempunyai arti cara bersopan santun. Etos kerja tidak hanya mengenai sikap atau
kepribadian, tetapi menyangkut harga diri, jati diri dan martabat seseorang. Seseorang
meyakini akan mampu mewujudkan nilai-nilai islam saat ia merasakan hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna .5
Menurut Anoraga, “Etos kerja adalah suatu sikap dan pandangan suatu
individu atau kelompok terhadap kerja”. Apabila pandangan atau sikap dinilai rendah
terhadap suatu kehidupan, maka dapat dikatakan seseorang tersebut memiliki etos
kerja yang relatif rendah, dan sebaliknya apabila individu memandang suatu sikap
sebagai sesuatu yang luhur terhadap eksistensi manusia maka dapat dikatakan
seseorang tersebut memiliki etos kerja yang relatif tinggi. 6
Menurut Octarina, “Etos kerja merupakan suatu sikap pemberian makna,
mengekspresikan, meyakini dan mendorong terhadap sesuatu dalam mencapai suatu
sikap yang optimal”. Sedangkan menurut Sinamo, “Etos kerja adalah suatu tindakan
yang bersumber dari keyakinan dasar terhadap model kerja yang terintegrasi”. Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etos kerja ialah tindakan total
seorang pegawai yang disertai dengan komitmen dan mengarah pada tindakan positif
terhadap hasil kerjanya.
2. Etos Kerja dalam Perpektif Islam
Menurut Asifudin, “etos kerja Islami adalah kepribadian seseorang yang
berkaitan dengan kerja yang dilihat dari sistem keimanan dan ketaqwaan terhadap
tuhan yang menjadi dasar dalam kehidupannya”. Dan didukung dengan pendapat
Tasmara, bahwa didalam etos kerja islam terdapat dorongan dalam menghindarkan
dalam segala kerusakan dan mendekatkan pada suatu kesempurnaan serta ditujukan
dalam mengurangi atau bahkan menghilangkan adanya suatu kerusakan dalam
pekerjaannya. Beliau juga beranggapan bahwa etos kerja berisi moral yang dijadikan

5
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis: Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar
Swadaya, 2012), 95.
6
Sri Langgeng Ratnasari dan Yenni Hartati, Manajemen Kinerja Dalam Organisasi, (Pasuruan: Qiara Media, 2019), 205.

vi
sebagai landasan dalam mencari ridha Allah, mencari kebahagiaan fiddunya wal
akhirah (dunia dan akhirat). Jadi etos kerja ini tidak hanya sekedar bergerak dan
bekerja saja tetapi berkenaan dengan kejujuran, semangat dan keahlian dalam
bidangnya.7
Bekerja keras dalam mencapai prestasi, pemenuhan kebutuhan, serta
pencapaian kesuksesan merupakan hal pokok yang diharapkan semua manusia, dan
ini membutuhkan etos kerja yang tinggi yang juga merupakan anjuran Islam terhadap
semua hambanya. Ada atau tidaknya etos kerja dapat menentukan kesuksesan
lahiriah, sedangkan sikap dan keagamaan dibutuhkan dalam mendapatkan kesuksesan
jiwa atau batiniyah. Jadi dapat diketahui kesuksesan seseorang dapat diraih dengan
adanya etos kerja islam yang tinggi. Hasan Al-Banna berpendapat bahwa Islam tidak
mengharapkan seseorang untuk menganggur dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup dan memperbaiki kondisi keluarganya. Ini berarti Islam peduli terhadap etos
kerja serta menganjurkan umatnya untuk selalu berusaha dan berdoa. 8 Pendapat
tersebut sejalan dengan al-Qur’an surat an-Najm ayat 39:

‫۝‬٣ ‫َو َاْن َّلْيَس ِلِاْل ْنَس اِن ِااَّل َم ا َس ٰع ۙى‬


Artinya: “Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya”. (Q.S an-Najm: 39).
Ayat diatas menjelaskan bahwa usaha tidak akan pernah menghianati hasil,
maksudnya seseorang itu pasti mendapat sesuatu sesuai dengan apa yang diusahakan.
Misalnya seseorang mempunyai keinginan untuk mendapatkan bonus tambahan,
sedangkan dia tidak mempunyai etos kerja sama sekali, dapat dipastikan dia tidak
akan pernah mendapatkan bonus tambahan itu dengan harapannya. Tapi sebaliknya,
jika dia mempunyai etos kerja yang bagus pasti dia mampu mendapatkan bonus
tersebut karena usaha tidak pernah menghianati hasil.
3. Ciri-ciri Etos Kerja Islam
Individu yang memiliki etos kerja dapat dilihat dari perilaku dan sikap pada
kehidupan sehari-hari dengan keakinan bahwa “berprestasi itu indah dan bekerja
adalah ibadah”. Toto Tasmara menyebutkan bahwa terdapat ajakan dari hati nurani
dalam memperbaiki diri secara kontinu dalam mendapatan hasil terbaik dan bukan
sekedar ambisi semata untuk menjadi bagian dari khairu ummah atau umat yang baik.

7
Putri Mauliza, dkk., “Pengaruh Etos Kerja Islami dan Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Komitmen
Organisasional Serta Implikasinya pada Kinerja Pegawai Wilayatul Hisbah Kota Banda Aceh,” Jurnal Perspektif Ekonomi
Darussalam, Volume 2 Nomor 2, (2016), 191.
8
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Etika Islami untuk Dunia Usaha, (Bandung: Alfabeta, 2013), 119.

vii
Perilaku dan sikap yang termasuk etos kerja Islami harus dimiliki oleh para
pemimpin dan pelaku bisnis dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Perilaku dan sikap
yang mencirikan seseorang memiliki etos kerja Islam antara lain:
1) Menghargai Waktu
Seseorang yang memiliki etos kerja Islam pasti tidak akan menyia-nyiakan
waktu, mereka akan selalu menghargai waktu dan menggunakan waktu
dengan sebaik-baiknya dalam setiap detik dan menitnya. AlQur’an
memberikan anjuran kepada semua umatnya untuk mempersiapkan diri dalam
menyiapkan diri dalam kehidupan selanjutnya yang lebih haqiqi, dijelaskan
pada Qur’an surat al-Hasyr ayat 18:

‫۝‬١ ‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اَّتُقوا َهّٰللا َو ْلَتْنُظْر َنْفٌس َّم ا َقَّد َم ْت ِلَغ ٍۚد َو اَّتُقوا َۗهّٰللا ِاَّن َهّٰللا َخ ِبْيٌرۢ ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S alHasyr:18)9
Begitu berharganya waktu menurut al-Qur’an, dan kita sendiri sangat
memerlukan instropeksi diri dalam menghadapi kehidupan di dunia ini. Kita
perlu melihat melalui hati yang dalam secara jernih, berapa kali kita sering
melalaikan waktu yang menjadikan kita masuk kedalam kerugian dan
keterpurukan.
2) Ikhlas
Seseorang yang mempunyai jiwa ikhlas dalam melakukan aktiitas,
mengangap pekerjaannya merupakan bentuk tanggung jawab, pengabdian dan
dikerjakan tanpa ambisi atau pretesi apapun. Hati yang rela, yang melakukan
suatu amal tanpa mengharapkan balasan apapun melainkan dalam
menjalankan amanat dengan sebaik-baiknya dimiliki oleh orang yang
mempunyai jiwa keikhlasan. Adanya bonus atau reward bukanlah merupakan
pokok tujuan, melainkan imbalan atas wujud mengabdi dengan ikhlas. Ikhlas
menjadi energi dalam yang bisa menjaga diri dari berbagai macam hal kotor.
3) Jujur
Setiap orang atau kelompok pasti ingin maju dan berkembang namun
kemajuan itu harus di capai secara wajar tanpa merugikan orang lain. Orang
yang menerapkan kejujuran didalam diri innerbeauty yang memancarkan

9
M. Ma’ruf Abdullah, Manajemen Bisnis Syariah, (Banjarmasin: Aswaja Pressindo, 2014), 81-82.

viii
keberpihakan terhadap sesuatu hal yang benar, sikap yang terpuji serta
amanah dala menyelesaikan pekerjaannya, yang menjadikan dia sebagai
orang yang mempunyai integritas dan karakter yang baik. Salah satu mutiara
akhlak adalah mempunyai sifat jujur yang dapat menempatkan kita pada
derajat yang tinggi. Sikap yang terbuka, menjauhi adanya kebohongan dan
kepalsuan dimiliki oleh orang yang jujur dan yang menjadikan hatinya selalu
tenang serta tetap berada pada jalan kebaikan yang diridhai Allah.
4) Komitmen
Keyakinan dan menjadikan diri seseoran kukuh serta berperilaku terhadap
sesuatu hal yang diyakini disebut sebagai komitmen. Biasanya tingkat setres
paling rendah dialami oleh pegawai yang memiliki komitmen tinggi terhadap
pekerjaan dan organisasinya
5) Istiqamah
Orang yang mempunyai konsistensi dalam menjaga prinsip dan keyakinan
dan mengabaikan adanya resiko buruk yang akan dialaminya dinamakan
orang yang istiqamah. Orang yang istiqomah dapat menjaga keadaan dan
memanage emosi dengan baik. Pemimpin dan pembisnis handan mempunyai
sikap yang konsisten terhadap tugasnya serta mengusahakan agar organisasi
mampu mencapai tujuannya dengan baik.
6) Mempunyai rasa tanggung jawab.
Tanggung jawab merupakan salah satu amanah yang harus di jaga yang
menjadi tanggung jawab pribadi seseorang agar terhindar dari tanggungan
ataupun dari segala bentuk tuntutan.
7) Menjaga persaudaraan dan memperluar jaringan.
Menjaga persaudaraan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
seseorang, dengan adanya persaudaraan dapat membuka pola pikir saling
berbagi informasi agar dapat mengikuti perkembangan zaman.
8) Kreatif
Pribadi muslim yang kreatif selalu ingin mencoba metode atau gagasan baru
dan asli (new and original: using or showing use of the imagination to create
new ideas or things) sehingga diharapkan hasil kinerjanya dapat dilaksanakan
secara efektif dan efesien.
9) Memiliki jiwa kepemimpinan
Kepemimpinan berarti kemampuan untuk mengambil posisi dan sekaligus
memainkan peran (role) sehingga kehadiran dirinya memberikan pengaruh
pada lingkungan.

ix
10) Berorientasi ke masa depan.
Seorang pribadi muslim yang memiliki etos kerja tidak akan berkata, ”ah,
bagaimana nanti,” tetapi dia akan berkata, ”nanti, bagaimana?” dia tidak mau
berspekulasi dengan masa depan dirinya. Dia harus menetapkan sesuatu yang
jelas dan karenanya seluruh tindakannya diarahkan kepada tujuan yang telah
dia tetapkan.
4. Indikator Etos Kerja
Beberapa hal penting yang berhubungan dengan etos kerja antara lain: hemat,
tanggung jawab dan sederhana, dengan adana disiplin waktu dapat menjadikan diri
untuk menghargai waktu untuk hal yang penting dalam mencapai efektivitas dan
efisiensi dalam bekerja, selain itu persaingan sehat dan tidak mudah patah semangat
juga merupakan hal penting dalam etos kerja. 10
Menurut Muhammad Syafi’i dan Muhammad Ulin Nuha, indikator etos kerja
terdiri dari sikap kerja karyawan, kemauan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan,
perasaan karyawan dalam bekerja, serta kesungguhan karyawan ketika bekerja. 11
1) Sikap kerja karyawan, sikap kerja karyawan ini dapat berupa keluwesan saat
bekerja serta penyesuaian kerja
2) Kemauan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan, kemauan ini dapat
dilihat ketaatan dan kepatuhan serta kemauan dalam menyelesaikan pekerjaan
dengan baik
3) Perasasaan karyawan dalam bekerja, persaan karyawan ini dapat dilihat
apabila seorang karyawan mempunyai etos kerja yang baik, pasti melakukan
pekerjaan dengan senang tanpa adanya rasa berat hai atau terpaksa.
4) Kesungguhan karyawan ketika bekerja, karyawan yang mempunyai etos kerja
dapat dilihat dari keseriusan karyawan atas tanggung jawab kerja dan
hasilnya

B. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI ETOS KERJA


SESEORANG
Etos akan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Agama
Perlu di ketahui bahwa Agama merupakan suatu sistem nilai. Sistem nilai
sangat di tentukan dan dapat mempengaruhi atau menentukan pola hidup para
sesorang. pola berpikir, bersikap serta tindakan seseorang pastilah akan lebih di

10
Marsyaf Renaldi, “Pengaruh Disiplin Kerja dan Etos Kerja serta Gaya Kepemimpinan Situasional terhadap Kinerja
Pegawai di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu”, Palu: e-Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 10,
(2016), 162.
11
Muhammad Syafi’i dan Muhammad Ulin Nuha, “Pengaruh etos Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja PT.
Ananda Jataka Bayu Sejahtera (AJBS) di Kota Gresik”, Gema Ekonomi, Jurnal Fakultas Ekonomi, Vol.7 No.1, (2018), 63.

x
warnai dengan ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam
kehidupan beragama. Oleh karena itu, jika ajaran agama itu mengandung nilainilai
yang dapat memacu pembangunan, jelaslah bahwa agama akan turut menentukan
jalannya pembangunan atau modernisasi. berbagai studi tentang etos kerja berbasis
agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum
mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan
tertentu dengan kemajuan ekonomi, kemakmuran, dan modernitas.
2. Budaya
Luthans mengatakan bahwa sikap mental, tekad, disiplin dan semangat kerja
masyarakat juga disebut sebagai etos budaya. Kemudian etos budaya ini secara
operasional juga disebut sebagai etos kerja. Kualitas etos kerja ditentukan oleh
sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang
memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos kerja yang tinggi.
Sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang konservatif akan
memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki etos
kerja.
3. Sosial politik
Tinggi atau rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi juga oleh ada atau
tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan
dapat menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.7 Kondisi lingkungan
geografis. dengan adanya indikasi bahwa etos kerja dapat muncul dikarenakan
faktor kondisi geografis. Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi
manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan
mengambil manfaat, dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut
mencari penghidupan di lingkungan tersebut
4. Pendidikan
Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan meskipun sebagian seseorang
tidak memnempu jalur pendidikan akan tetapi sumber daya manusia juga menjadi
bahan pertimbangan, karena hal tersebut dapat meningkatkan etos keeja seseorang
kakn lebih kuat. Pendidikan sangat di butuhkan untuk menjaga kualitas seseorang
kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu semakin berkualitas pendidikan
seseorang maka keterampilan dan keahlian akan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi masyarakat. Manusia sebagai khalifah di muka buni ini di tuntut untuk
bekerja keras membangun dunia ini dan menggali seluruh sumber alamnya dengan
cara yang baik, oleh karena itu al Quran menentang orang-orang malas dan
membuang-buang waktunya dengan kemalasan tanpa di gunakan sebaik mungkin.

xi
Al Quran sendiri mendorong manusia untuk belajar untuk memperoleh keahlian
dan teknolongi.

Menurut Herzberg dalam bukunya, (Siagian), motivasi yang sesungguhnya bukan


bersumber dari luar diri, tetapi yang tertanam (terinternalisasi) dalam diri sendiri, yang
sering disebut dengan motivasi intrinsik. Dia membagi faktor pendorong manusia untuk
melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu faktor hygiene dan faktor motivator. Faktor
hygiene merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila dia tidak ada,
yang akan menyebabkan ketidak puasan. Ketidak hadiran faktor ini dapat mencegah
timbulnya motivasi, tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi. Faktor ini disebut
juga faktor ekstrinsik, yang termasuk diantaranya yaitu gaji, status, keamanan kerja, kondisi
kerja, kebijaksanaan organisasi, hubungan dengan rekan kerja, dan supervisi. Ketika sebuah
organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi, tentunya organisasi tersebut perlu
memastikan terlebih dahulu bahwa faktor hygiene tidak menjadi penghalang dalam upaya
menghadirkan motivasi ekstrinsik.

Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya, yang mana ketiadaannya
bukan berarti ketidak puasan, tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai manusia.
Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi pencapaian sukses
(achievement), pengakuan (recognition), kemungkinan untuk meningkat dalam karier
(advancement), tanggung jawab (responsibility), kemungkinan berkembang (growth
possibilities), dan pekerjaan itu sendiri (the work it self). Hal-hal ini sangat diperlukan
dalam meningkatkan performa kerja dan menggerakkan pegawai hingga mencapai performa
yang tertinggi.

C. KONSEP-KONSEP ETOS KERJA


Lima konsep kunci yang membentuk sistem etika Islam adalah :
1. Keesaan
Dari konsep ini, maka Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial
demi membentuk kesatuan. Berhubungan dengan konsep tauhid, berbagai aspek dalam
kehidupan manusia yakni politik, ekonomi, sosial dan keagamaan membentuk satu
kesatuan homogen yang bersifat konsisten dari dalam dan integrasi dengan alam
semesta secara luas.
2. Kesetimbangan (keadilan)
Keadilan merupakan prinsip dasar dan utama yang harus ditegakkan dalam keseluruh
aspek kehidupan, termasuk kehidupan berekonomi. Prinsip ini mengarahkan pada para
pelaku keuangan syari’ah agar dalam melakukan aktivitas ekonominya tidak
menimbulkan kerugian (madharat) bagi orang lain.

xii
3. Kehendak bebas
Kemampuan manusia untuk bertindak tanpa tekanan eksternal dalam ukuran ciptaan
Allah dan sebagai khalifah Allah di muka bumi.
4. Tanggung jawab
Secara logis, aksioma ini berhubungan erat dengan aksioma kehendak bebas, dia
menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dan
bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya.
5. Kebajikan (Ihsan)
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari
kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran.
Kebenaran disini adalahnilai kebenaran yang dianjurkan dan tidak bertentangan
dengan ajaran Islam. Dalam konteks bisnis, kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap, dan
perilaku yang benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh
komoditas, proses pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan
keuntungan (laba).12
Ditengah kepungan zaman yang serba modern ini, seakan nilai etos semakin luntur,
bahkan boleh dibilang mulai hilang karena kecenderungan masyarakat untuk berlaku bebas
seakan sudah mewabah disetiap lini kehidupan. 13 Karena sesungguhnya etos berkaitan dengan
nilai kejiwaan seseorang hendaknya setiap pribadi muslim harus mengisinya dengan
kebiasaan yang positif dan mampu menunjukkan kepribadiannya sebagai seorang muslim
dalam bentuk hasil kerja serta sikap dan perilaku yang menuju atau mengarah kepada hasil
yang lebih sempurna. Penerapan etos kerja Islam yaitu dengan cara mengekspresikan sikap
atau sesuatu selalu berdasarkan semangat untuk menuju kepada perbaikan, dengan berupaya
bersungguh-sungguh menerapkan etika tersebut, yang berupaya untuk menghindari hal yang
negatif. Yaitu dengan cara menerapkan kode etik secara tegas dalam perusahaan dengan baik
sehingga akan mempunyai reputasi yang baik dan mendapatkan keuntungan, sebagai mana
penerapan etos kerja Islam tersebut sesuai dengan al-Qur’an dan Hadist.
Faktor itulah yang kemudian dianggap penting sekali sebagai salah satu standar
bahwa etos Islam dalam sebuah bisnis memegang peranan penting bagi sukses dan tidaknya
suatu Perusahaan.

12
Muhammad, R. Lukman Fauroni,”Visi Al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis”, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), hal. 17
13
Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, (Semarang: Rasail, 2007), hal. 58

xiii
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari paparan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
1. Dalam bekerja setiap muslim harus sesuai etika dalam Islam dan tidak melampaui
batasannya.
2. Surat yang membahas tentang etos kerja yaitu Surah Al-Mujadilah,58:11 dan Surah
Al-Jumu’ah: 9-10.
3. Contoh dari etos kerja meliputi belajar dengan giat, mencuci piring, menyapu lantai

B. SARAN
Dari paparan di atas, maka penulis memeberikan saran

1. Untuk melatih berusaha, dapat dimulai dari hal kecil. Untuk itu, sebaiknya kita
melatihnya mulai sekarang.
2. Dalam berusaha hendaknya usaha yang maksimal supaya hasilnya juga maksimal.
Untuk itu, sebaiknya kita melatih diri kita agar selalu maksimal dalam berusaha

xiv
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Etika Islami untuk Dunia Usaha, (Bandung: Alfabeta, 2013), 119.

Ek. Iman Munawir, Azaz-azaz Kepemimpinan Dalam Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, t.th.), h. 206

Hamzah Ya’cub, Etos Kerja islam, (Jakarta : CV . Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h. 13

Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, (Semarang: Rasail, 2007), hal. 58

Lihat Imam Muslim, Shahih Muslim, Jilid IV, (Beirut-Fikr,t.th.),h.86

M. Ma’ruf Abdullah, Manajemen Bisnis Syariah, (Banjarmasin: Aswaja Pressindo, 2014), 81-82.

Marsyaf Renaldi, “Pengaruh Disiplin Kerja dan Etos Kerja serta Gaya Kepemimpinan Situasional terhadap Kinerja
Pegawai di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu”, Palu: e-Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 10,
(2016), 162.

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis: Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar
Swadaya, 2012), 95.

Muhammad Syafi’i dan Muhammad Ulin Nuha, “Pengaruh etos Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja PT.
Ananda Jataka Bayu Sejahtera (AJBS) di Kota Gresik”, Gema Ekonomi, Jurnal Fakultas Ekonomi, Vol.7 No.1, (2018), 63.

Muhammad, R. Lukman Fauroni,”Visi Al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis”, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), hal. 17

Putri Mauliza, dkk., “Pengaruh Etos Kerja Islami dan Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Komitmen
Organisasional Serta Implikasinya pada Kinerja Pegawai Wilayatul Hisbah Kota Banda Aceh,” Jurnal Perspektif Ekonomi
Darussalam, Volume 2 Nomor 2, (2016), 191.

Sri Langgeng Ratnasari dan Yenni Hartati, Manajemen Kinerja Dalam Organisasi, (Pasuruan: Qiara Media, 2019), 205.

Thohir Luth, Antara Perut dan Etos Kerja Dalam Perspektif Islam, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), h. 51

xv

Anda mungkin juga menyukai