Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ETOS KERJA KEPEMIMPINAN SYARIAH

Disusun Oleh:

Kelompok 7

AKHMAD FAKHRI ALIM (90100121060)

AL FAYED (90100121042)

JURUSAN EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Etos Kerja Kepemimpinan Syariah.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Gowa, 10 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN........................................................................................2

A. Pengertian Etos Kerja......................................................................................2

B. Peran Etos Kerja Kepemimpinan Syariah.......................................................3

C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja Islam.................................4

D. Implementasi Etos Kerja Dalam Islam............................................................6

BAB III. PENUTUP................................................................................................8

A. Kesimpulan......................................................................................................8

B. Saran................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama serba lengkap, yang di dalamnya mengatur 
seluruh aspek kehidupan manusia baik kehidupan spiritual maupun kehidupan
material termasuk di dalamnya mengatur masalah Etos kerja. Secara implisit
banyak ayat al Qur’an yang menganjurkan umatnya untuk bekerja keras,
diantaranya dalam Quran surat al Insirah: 7-8, yang artinya ”Apabila kamu telah
selesai (dari satu urusan), maka kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain”. Juga dijelaskan dalam hadis Rosul yang artinya: ”Berusahalah untuk urusan
duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya”.

Al Qur’an dan Hadis tersebut menganjurkan kepada manusia, khususnya


umat Islam agar memacu diri untuk bekerja keras dan berusaha semaksimal
mungkin, dalam arti seorang muslim harus memiliki etos kerja tinggi sehingga
dapat meraih sukses dan berhasil dalam menempuh kehidupan dunianya di
samping kehidupan akheratnya.

Namun dalam realitas kehidupan, masih banyak bangsa Indonesia


khususnya umat Islam yang bersikap malas, tidak disiplin, tidak mau kerja keras,
dan bekerja seenaknya. Hal ini didukung kenyataan berupa kebiasaan yang
disebut dengan ”jam karet”, maksudnya kalau mengerjakan sesuatu sering tidak
tepat waktu atau sering terlambat dan sebagainya. Ini berarti bahwa bangsa
Indonesia yang mayoritas penduduknya umat Islam masih memiliki etos kerja
rendah.

Ada asumsi yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia memiliki etos kerja
rendah, disebabkan karena banyak umat Islam yang menempuh kehidupan
tasawuf. Hal ini dapat dibenarkan karena di dalam tasawuf ada ajaran yang
melemahkan etos kerja seseorang.  Misalnya ajaran tasawuf tentang ‘uzlah, zuhd,
tawakkal, qana‘ah, faqr, dan amalan lainnya, ditambah lagi dengan kebiasaan
membaca dhikr, wirid dan do‘a  yang amat menyita waktu, sehingga mengurangi
kesempatan untuk berkarya guna memenuhi kebutuhan material (duniawi).

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etos Kerja


Dalam jurnal (Cahyadi, 2019) kata etos berasal dari bahasa Yunani (ethos)
yaitu sifat khusus dari perasaan moral dan kaidah-kaidah etis sekelompok orang.
Menurut Sinamo (Sono et al., 2017), etos kerja adalah seperangkat perilaku positif
yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada
paradigma kerja yang integral. Tasmara (2002:27), menjelaskan bawa Etos kerja
Islam adalah sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat
mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya,
menampakkan kemanusianya, melainkan juga sebagai manifestasi dari amal saleh
dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur. Menurut Asifudin
(2004:234), merupakan karakter dan kebiasaan manusia berkenaan dengan kerja,
terpancar dari sistem keimanan/aqidah Islam yang merupakan sikap hidup
mendasar terhadapnya. Dari perkataan “etos” dalam jurnal (Irham, 2012) terambil
pula perkataan “etika” dan “etis” yang merujuk kepada makna “akhlaq” atau
bersifat “akhlaqi”, yaitu kualitas esensial seseorang atau suatu kelompok,
termasuk suatu bangsa. (webster, 1980) Juga dikatakan bahwa “etos” berarti jiwa
khas suatu kelompok manusia, (John, 1977) yang dari jiwa khas itu berkembang
pandangan bangsa tersebut tentang yang baik dan yang buruk, yakni, etikanya.

Etos kerja dalam jurnal (Alimuddin, 2020) yakni tata cara yang mengatur
pekerjaan agar dapat berjalan sesuai norma dan nilai kerja dengan pelbagai
macam pekerjaan. Nilai dan norma menjadi landasan dalam menjalani pekerjaan
agar menjadi kerangka yang relatif kohesif. (Wasmin, 2008: 28).

Etika kerja Islam mengandung dua dimensi, yaitu dimensi ukhrawi dan
duniawi. Dalam aspek ukhrawi, Islam menekankan pentingnya niat dalam
melakukan pekerjaan, tentu dengan tujuan untuk mendapatkan keutamaan dari
Allah, bekerja yang didasarkan pada prinsip agama akan menunjukkan fithrah
seorang muslim, dan mengangkat derajat dan martabat seseorang sebagai hamba
Allah dapat dipercaya. Sedangkan dalam dimensi duniawi, agama menekankan
konsep ihsan dan itqon dalam bekerja, ihsan berarti membawa kemaslahatan bagi

2
diri sendiri dan orang lain, sedangkan itqon melakukan pekerjaan dengan teliti,
professional, dan tanggungjawab (Sodiq, 2018).

B. Peran Etos Kerja Kepemimpinan Syariah


Pemimpin berasal dari konsep kosa kata asing yakni leader sedangkan
kepemimpinan berasal dari kata leadership. (Juni, 2016: 140). Secara
komprehensif kepemimpinan memiliki arti sebagai ilmu yang mempelajari cara
mempengaruhi, mengawasi, mengarahkan orang lain untuk melakukan pekerjaan
dengan penuh tanggung jawab dan sesuai aturan yang berlaku. Kehadiran
pemimpin (Hakim & Mhi, 2012) dalam kehidupan bermasyarakat dalam ajaran
Islam merupakan keniscayaan. Islam mendorong umatnya untuk mengatur
kehidupan bersama dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, memotivasi
munculnya kepemimpinan berdasarkan kesepakatan masyarakat dengan memberi
kepercayaan kepada seseorang yang dipercaya dan dianggap mampu memimpin
dan memberikan petunjuk atas segala persoalan yang dihadapi dalam kehidupan.

Dalam jurnal (Aswadi et al., 2017) Kepemimpinan merupakan persoalan


yang sangat penting dalam Islam karena kepemimpinan berkaitan dengan
kemaslahatan umat seperti keadilan, kesejahteraan, keamanan dan kenyamanan.
Dalam pandangan Islam setiap manusia adalah pemimpin dan tiap-tiap pemimpin
akan dimintai pertanggungjawabannya. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah
Hadits yang artinya : “Setiap orang di antara kalian adalah pemimpin dan akan
dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menurut Rivai et al., (2013, p.29) kepemimpinan Islam adalah suatu proses atau
kemampuan orang lain untuk mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang
lain, serta ada usaha kerjasama sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits untuk
mencapaitujuan yang diinginkan bersama. Untuk meningkatkan kinerja maka
peran pemimpin sangat diperlukan demi tercapainya tujuan organisasi.

Islam memandang bahwa setiap manusia yang diturunkan di bumi adalah


pemimpin dan diberikan tanggung jawab agar tunduk dan patuh atas perintah
Allah SWT. Beberapa tugas penting dalam kepemimpinan, yakni (Alimuddin,
2020):

3
1. Sebagai konseler dalam menyelesaikan masalah kerja yang menjadi tanggung
jawab atas pekerjaan setiap sumber daya manusia dalam suatu organisasi.

2. Sebagai instruktur dalam tugas yang dimiliki, menjadi pengarah bagi sumber
daya manusia yang menjadi perangkat kerjanya.

3. Mampu memimpin rapat guna merumuskan cara yang disetujui bersama dan
dijalankan sesuai rencana yang dibentuk, pemimpin harus bisa menggerakan
seluruh perangkat kerja sesuai kemampuan agar bisa berjalan dengan tepat.

4. Pengambilan keputusan yang tepat disaat keadaan kritis itu memerlukan


keterampilan berfikir cepat dari setiap pemimpin, dari seluruh tugas yang
menjadi syarat fundamental seorang pemimpi, maka ini merupakan tugas yang
cukup berat dalam proses pengambilan keputusan.

5. Menguji kelayakan dimana harus menguji coba program kerja dalam suatu
organisasi layak atau tidak program tersebut dilaksanakan nantinya.

6. Mengevaluasi. Seorang pemimpin harus mampu mengamati secara baik dalam


setiap kegiatan untuk mengevaluasi kekurangan dari setiap kegiatan yang
dilakukan agar mampu melakukan lebih baik dalam melaksanakan kegiatan
berikutnya, evaluasi merupakan proses penting guna mengoreksi pekerjaan
yang sudah dilakukan.

C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja Islam


Menurut Sinamo setiap manusia memiliki spirit (roh) keberhasilan, yaitu
motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Roh inilah yang
menjelma menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun,
integritas, rasional, bertanggung jawab dan sebagainya. Lalu perilaku yang khas
ini berproses menjadi kerja yang positif, kreatif dan produktif (Kirom, 2018).

Menurut Yousef (2000) dalam Octarina (2013) faktor - faktor yang


memepengaruhi etos kerja adalah kerja keras, komitmen dan dedikasi terhadap
pekerjaan, kreativitas selama bekerja, kerja sama serta persaingan di tempet kerja,
ketepatan waktu dalam bekerja, keadilan, dan kedermawanan di tempat kerja.
(Novliadi, 2009) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja

4
diantaranya yaitu faktor agama, budaya, sosial politik, kondisi lingkungan atau
geografis, pendidikan, struktur ekonomi, dan motivasi intrinsik individu (Fitriyani
et al., 2019).

Seorang pelaku bisnis Muslim diharuskan untuk berperilaku seperti apa


yang dianjurkan Al-Qur’an dan Sunnah. Adapun tatakrama perilaku bisnis
dirangkumkan dalm tiga garis besar yaitu murah hati, motivasi untuk berbakti dan
ingat Allah dan prioritas utama-Nya, (Alamsyah et al., 2019).

Dalam jurnalnya Islamic Work Ethic: A Critical Review Cross Cultural


Management ada beberapa faktor yang menurutnya beberapa isu terkait dengan
pekerjaan sesuai hadist- hadist Nabi dikelompokkan sebagai berikut :

1. Pursuing legitimates business. Nabi Muhammad secara explisit memerintahkan


pengikutnya bahwa pekerjaan yang berguna adalah yang bermanfaat bagi
orang lain dan masyarakat. Selanjutnya, mereka yang bekerja kera harus diakui
dan dihargai, artinya bahwa seseorang yang bekerja keras akan diberikan
pahala.

2. Wealth Must be earned. Dalam Islam, diakui bahwa setiap orang memiliki
kapasitas yang berbeda. Dengan kata lain kapasitas yang ada yang
memungkinkan mereka memperoleh kesejahteraan.

3. Quality of work. Pra Islam bangsa arab kurang memiliki disiplin dan
komitment mereka sebagian besar hanya sebatas pada kelompok saja.

4. Wages. Nabi Muhammad SAW menyuruh untuk memberikan gaji secara adil
dan tepat waktu pada karyawannya.

5. Reliance of self. Salah satu fungsi dari bekerja adalah keyakinan dan
kemandirian.

6. Monopoly. Monopoli, dalam Islam dianggap sebagai kesalahan besar yang


dapat menghasilkan kerugian, laba yang tidak sah, dan menimbulkan
ketidaksetaraan

5
7. Bribery. Seperti Monopoli dan kecurangan, penyuapan sangat tidak
diperbolehkan dalam Islam.

8. Deeds and intention. Hal ini merupakan pilar yang penting dalam Etika Kerja
Islam. Sangat jelas dibedakan Etika kerja Islam dengan agama lain. Salah satu
asumsi dasar dalam Ilham adalah bahwa niat kriteria dimana pekerjaan
dievaluasi dari segi manfaat bagi masyarakat daripada hasil.

9. Transparency. Bisnis dan pekerjaan secara umum harus bertumpu pada dasar
etis dan moral. Prasayarat untuk menyebarkan dan mewujudkan tujuan ini
adalah transparansi.

10.Greed. Dalam Islam, keserakahan daianggap sebagai ancaman bagi keadilan


sosial dan ekonomi.

11. Generosity. Kedermawanan merukan suatu kebajikan dalam Islam.

D. Implementasi Etos Kerja Dalam Islam


Menurut Sugiyanto, (Sugiyanto,komunikasi pribadi. 17 Desember 2018)
dalam jurnal (Alimuddin, 2020) Direktur BPRS Aman Syariah Lampung Timur
semangat kerja karyawan BPRS Aman Syariah cukup baik dalam implementasi
kerja disetiap bidangnya. Pemberian semangat kerja yang dilakukan oleh Direktur
BPRS Aman Syariah pada breafing setiap harinya yang dilakukan setiap pagi hari
sebelum memasuki jam kerja pukul 07:30 WIB dan pada saat sore hari setelah jam
kerja selesai dilakukan, peraturan ini dibuat untuk diindahkan oleh semua
karyawan dan Direktur BPRS Aman Syariah Lampung Timur. Kegiatan breafing
ini bertujuan sebagai waktu untuk mengevaluasi pekerjaan dalam setiap
bidangnya guna mencapai tujuan lembaga keuangan syariah yang diinginkan.

Selain itu, Sugiyanto Direktur BPRS Aman Syariah Lampung Timur


memberikan pengaruh dengan meningkatkan semangat kerja karyawan, Sugiyanto
juga memberikan insentif (reward) terhadap pencapaian kinerja yang baik kepada
karyawan, seperti pemberian reward secara pribadi terhadap karyawan marketing
yang besaran reward diberikan sesuai target capaian dan pemberian reward
ditentukan dari keputusan rapat direksi, dan adapun reward yang diberikan secara

6
bersamaan kepada karyawan yakni kegiatan holiday fun yang biasanya dilakukan
dengan cara mengunjungi tempat wisata bersama-sama.

Yang lebih utama yaitu untuk peningkatan semangat kerja, direktur


memberikan Pelatihan disetiap bidang ketika ada pelatihan seperti workshop,
FGD (Focus group discussion), dsb. Baik dalam tingkat daerah (regional) atau
pelatihan ditingkat nasional, jika ada pelatihan direktur selalu mendelegasikan
karyawannya untuk mengikuti kegiatan tersebut, menurut direktur kegiatan seperti
ini sangatlah penting guna peningkatan kapasitas individual karyawan dan
peningkatan semangat kerja karyawan tersebut.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etos Kerja Islam adalah sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan
yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya,
menampakkan kemanusianya, melainkan juga sebagai manifestasi dari amal saleh
dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur. Etos kerja dalam
Islam juga digunakan sebagai suatu sistem keimanan, tentunya mempunyai
pandangan tertentu yang positif terhadap masalah etos kerja.

Dengan kata lain, seseorang agaknya akan sulit melakukan suatu pekerjaan
dengan tekun jika pekerjaan itu tidak bermakna baginya, dan tidak bersangkutan
dengan tujuan hidupnya yang lebih tinggi, langsung ataupun tidak langsung.

B. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini maka kami menyarankan agar pembaca
dapat memahami dan mengemplementasiksn materi yang telah didapat dalam
makalah ini. Dan kami juga menyarankan agar pembaca mencari referensi yang
lebih banyak dan lebih luas lagi terkait dengan Etos Kerja Kepemimpinan
syariah islam.

8
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, F. ridho nur, Setyowati, T., & Rozzaid, Y. (2019). Pengaruh Etos
Kerja Islam dan Gaya Kepemimpinan Demokratis Terhadap Kinerja
Karyawan. 1, 1–16.
http://repository.unmuhjember.ac.id/6299/5/JURNAL.pdf

Alimuddin, A. (2020). Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Etos Kerja


Islam. Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah, 3(1), 10–19.
https://journal.uir.ac.id/index.php/syarikat/article/view/5640/2729

Aswadi, M., Suparman, L., & Abidin, Z. (2017). Analisis Pengaruh


Kepemimpinan Islami dan Etos Kerja Islami.

Cahyadi, B. (2019). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Lingkungan. Jurnal


Ekonomi Dan Keuangan Syariah, 3(1), 28–39.
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/amwaluna/article/view/4141/2724

Fitriyani, D., Sundari, O., & Dongoran, J. (2019). Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Etos Kerja Pegawai. 8(1), 24–34.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISH/article/download/21377/1331
9

Hakim, B. R., & Mhi, S. A. (2012). Manajemen Berbasis Syariah.


https://core.ac.uk/download/pdf/45258619.pdf

Irham, M. (2012). Etos Kerja Dalam Perspektif Islam. Jurnal Substantia, 14(128),
11–22.

Kirom, C. (2018). Etos Kerja dalam Islam. TAWAZUN : Journal of Sharia


Economic Law, 1(1), 57–71. https://doi.org/10.21043/tawazun.v1i1.4697

Sodiq, A. (2018). Pengaruh Etika Kerja Islam, Kepemimpinan Transformasional


dan Motivasi Kerja. Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam, 6(1), 118–144.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Bisnis/article/view/3700/2571

9
Sono, N. H., Hakim, L., & Oktaviani, L. (2017). Etos Kerja Islam Sebagai Upaya
Meningkatkan Kinerja. Ekonomi Dan Bisnis, 411–420.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/prosiding/article/download/6687/4846/

10

Anda mungkin juga menyukai