Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGERTIAN AKHLAK

Dosen pengampu Mata Kuliah

Umi Hani, S.Ag., M.Pd.I.

Disusun oleh

Kelompok 1

1. ADE HERNANDA (19120469)

2. ADI WIJAYA (19120353)

3. ANTUNG FATMAWATI (19120156)

4. AYU FATMAWATI (19120340)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI

BANJARBARU TAHUN 2020


KATA PENGANTAR
Puji Syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya baik berupa informasi mengenai jurnal-jurnal ilmiah, buku-buku referensi,
serta situs-situs website yang kredibel yang berkaitan dengan mata kuliah ini, khususnya yang
berkaitan dengan tema makalah ini, yaitu “PENGERTIAN AKHLAK” sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah ini bisa memberi wawasan baru serta
menambah pengetahuan para pembaca.

Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kritik serta saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Banjarbaru, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Contents
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
2.1. Pengertian Akhlak..................................................................................................................6
2.1.1 Berdasarkan Bahasa (Etimologi)........................................................................................6
2.1.2 Berdasarkan Terminologi...................................................................................................6
2.2. Akhlak Dalam Islam.............................................................................................................7
2.2.1 Sumber-Sumber Pokok Akhlak Dalam Islam......................................................................7
2.2.2 Kedudukan Akhlak Dalam Islam.........................................................................................7
2.2.3 Pentingnya Akhlak Dalam Islam.........................................................................................8
2.3 Implementasi Pendidikan Akhlak oleh Mahasiswa Dalam Dunia Perguruan.........................9
Tinggi.................................................................................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar
sesama manusia,tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan
bahkan dengan alam semesta sekalipun. Akhlaq atau khuluq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan
pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
Disamping akhlaq, moral dan etika juga sama-sama menentukan nilai baik dan buruk seseorang.
Bedanya akhlaq mempunyai standar ajaran yang bersumber kepada al-Qur’an dan sunnah Rasul,
etika berstandarkan akal pikiran sedangkan moral berstandarkan adat atau kebiasaan yang terdapat
didalam masyarakat (Anwar, 2014).

Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab alakhlaq yang merupakan bentuk jamak dari
kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat (Hamzah Ya’qub, 1988: 11).
Sinonim dari kata akhlak ini adalah etika dan moral. Sedangkan secara terminologis, akhlak berarti
keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan
pikiran. Inilah pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawaih. Sedang al-Ghazali mendefinisikan
akhlak sebagai suatu sifat yang tetap pada jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah, dengan tidak membutuhkan kepada pikiran (Rahmat Djatnika, 1996: 27). Adapun
ilmu akhlak oleh Dr. Ahmad Amin didefinisikan suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada sebagian lainnya,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan
untuk melakukan apa yang harus diperbuat (Hamzah Ya’qub, 1988: 12).

Kajian akhlak adalah tingkah laku manusia, atau tepatnya nilai dari tingkah lakunya, yang bisa
bernilai baik (mulia) atau sebaliknya bernilai buruk (tercela). Yang dinilai di sini adalah tingkah laku
manusia dalam berhubungan dengan Tuhan, yakni dalam melakukan ibadah, dalam berhubungan
dengan sesamanya, yakni dalam bermuamalah atau dalam melakukan hubungan sosial antar
manusia, dalam berhubungan dengan makhluk hidup yang lain seperti binatang dan tumbuhan,
serta dalam berhubungan dengan lingkungan atau benda-benda mati yang juga merupakan makhluk
Tuhan. Secara singkat hubungan akhlak ini terbagi menjadi dua, yaitu akhlak kepad Khaliq (Allah
Sang Pencipta) dan akhlak kepada makhluq (ciptaan-Nya) (Marzuki, 2009: 8).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:

1.2.1 Apa definisi akhlak ?

1.2.2 Bagaimana Kedudukan Akhlak Menurut Pandangan Islam?

1.2.3 Bagaimana Seharusnya Akhlak Mahasiswa Dalam Kehidupan Kampus?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Mengetahui definisi universal dari akhlak, baik secara etimologi maupun terminologi;

1.3.2 Mengetahui bagaimana kedudukan akhlak dan sumber-sumber pokok akhlak dalam Islam;

1.3.3 Mengetahui bagaimana penerapan akhlak oleh mahasiswa dalam kehidupan perkuliahan
dikampus.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Akhlak


2.1.1 Berdasarkan Bahasa (Etimologi)
Secara bahasa, akhlak adalah bentuk jama’ (plural) dari kata khulq, yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau taubat. Kata akhlak serumpun dengan kata khalqun yang berarti ciptaan.
Khalqun adalah ciptaan Allah yang berkaitan dengan jasmani (fisik), sedangkan khuluq adalah
ciptaan Allah yang berhubungan dengan ruhani (psikis). Dengan demikian, orang yang tidak memiliki
akhlak (yang baik/mahmudah) laksana jasmani tanpa ruhani (Anonim, 2018).

Perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu, ‫ ق أخال‬yang mengandung arti “budi pekerti, tingkah
laku, perangai, dan tabiat”. Sedangkan secara terminologi (istilah), makna akhlak adalah suatu sifat
yang melekat dalam jiwa dan menjadi kepribadian, dari situlah memunculkan perilaku yang spontan,
mudah, tanpa memerlukan pertimbangan (Adjat, 2008: 88).

Berdasarkan definisi diatas, dapat dipahami bahwa apa yang konkrit dari setiap aktivitas, sangat
ditentukan oleh kondisi jiwa pelakunya yang berupa tingkah laku, perangai, dan tabiat. Atau dalam
bahasa sederhananya akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk
berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Dari penjelasan ini pula dapat
disimpulkan bahwa jika kondisi jiwa itu melahirkan aktivitas indah dan terpuji, baik menurut akal dan
syara, maka hal tersebut dinamai akhlak yang baik, namun bila yang keluar itu adalah aktivitas yang
jelek, maka dinamai akhlak yang jelek.

2.1.2 Berdasarkan Terminologi


Beberapa cendikiawan Islam dalam mendefinisikan akhlak menggunakan pendekatan terminologi
yaitu :

• Ibrahim Anis dalam Mu’jam al-Wasit

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan,
baik atau buruk, tanpa membutuhkan banyak pemikiran dan pertimbangan (spontanitas).

• Imam al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumuddin: Akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa
seseorang yang menjadikan dirinya dengan mudah bertindak tanpa banyak pemikiran dan
pertimbangan.”

• Abdul Karim Zaidan

Akhlak adalah: sekumpulan nilai-nilai atau sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan cahaya
dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih
melakukan atau meninggalkan.”

• Ahmad Amin

Akhlak adalah: membiasakan kehendak, yaitu kehendak-kehendak yang sudah terencana dalam
konsep-konsep sebagai hasil interaksi antara jajaran kebenaran yang sudah ada dalam benak
seseorang dengan lingkungan social di mana ia berada.

• Dr.Ahmad Muhammad al-Khufy (Min Akhlaqi al-Nabiy)


Akhlak adalah: Azimah (kemauan kuat) tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga
menjadi alat (kebiasaan) yang mengarah kepada kebaikan dan keburukan.

Dari beberapa definisi di atas, akhlak dapat disitilahkan sebagai kemauan kuat yang terdapat dalam
diri sesorang untuk melakukan sesuatu tanpa pertimbangan terlebih dahulu. Kemauan ini dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun ekternal. Faktor internal yaitu berupa sifat-
sifat (watak) yang sudah ada terlebih dahulu dalam diri manusia. Faktor eksternal berupa nilai-nilai
dan konsep moral yang ada dimasyarakat yang tertanam dalam diri seseorang sebagai hasil dari
interaksinya terhadap lingkungan.

2.2. Akhlak Dalam Islam


2.2.1 Sumber-Sumber Pokok Akhlak Dalam Islam
Ada dua sumber akhlak dalam Islam, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah (al-Hadis). Inilah salah satu hal
yang membedakan antara Akhlak dengan Norma, Etika, Sopan Santun, Adat-Istiadat, yang
sumbernya lebih banyak pada konvensi/Kesepakatan masyarakat yang bersifat turun temurun.
Disamping itu, akhlak sebagai salah satu ajaran pokok dalam Islam yang dijelaskan oleh al-Qur’an
dan hadis Nabi, yang bentuk dan ukurannya sangat jelas dan dirincikan oleh kedua sumber pokok
ajaran Islam tersebut dan berlaku secara universal. Sedangkan norma maupun adat istiadat
merupakan kesepakatan (konsensus masyarakat) yang seringkali bersifat lokalitas dan sesuai dengan
daerah masing-masing (Anonim, 2018).

Hadis sebagai salah satu sumber pokok ajaran Islam dapat berupa, Perbuatan Nabi (Sunnah Fi’liyah),
Ucapan Nabi (Sunnah Qauliyah), Ketetapan Nabi (Sunnah Taqririyah), maupun Cita-Cita Nabi
(Sunnah Hammiyah) seperti angan-angan Nabi yang ingin memandikan istrinya (Aisyah) jika istri
beliau meninggal dunia, sebagai salah satu bentuk akhlak suami kepada istrinya (Anonim, 2018)..

Sedangkan terkait dengan pokok-pokok ajaran Islam yang berasal dari kedua sumber tersebut
adalah:

a. Aqidah (Masalah Keimanan) berupa iman kepada Allah, Malaikat-malaikatnya, para Nabi,
Kitab-kitabnya, hari Kiamat serta Taqdir baik dan buruk;

b. Ibadah;

c. Mu’amalah (interaksi sosial), dan

d. Akhlak (Anonim, 2018).

2.2.2 Kedudukan Akhlak Dalam Islam


Untuk mengetahui kedudukan akhlaq dalam Islam, maka perlu diuraikan bahwa ada tiga macam
sendi Islam, yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya sehingga kualitas seorang
muslim selalu dapat diukur dengan pelaksanaannya terhadap ketiga macam sendi tersebut, yang
mencakup:

a. Masalah Aqidah; yang meliputi keenam macam rukun Iman, dengan kewajiban beriman
kepada Allah, Malaikat- MalaikatNya, hari akhiratNya dan Qadar baik dan buruk yang telah
ditentukanNya.

b. Masalah syari'ah yang meliputi pengabdian hamba terhadap TuhanNya,yang dapat dilihat
pada rukun Islam yang lima. Dan mua'amalah juga termasuk masalah syari'ah.
c. Masalah Ihsan; yang meliputi hubungan baik terhadap seluruh Allah SWT terhadap sesama
manusia serta terhadap seluruh makhluk di dunia ini.

2.2.3 Pentingnya Akhlak Dalam Islam


Akhlak merupakan garis pemisah antara yang berakhlak dengan orang yang tidak berakhlak. Akhlak
juga merupakan roh Islam, dimana agama tanpa akhlak seperti halnya manusia hidup tapi mati. Oleh
karena itu, misi yang dibawa oleh Rasululloh saw ialah membina kembali akhlak manusia yang telah
runtuh sejak zaman nabi terdahulu ekoran penyembahan berhala oleh pengikutnya yang telah
menyeleweng. Selain itu, pada zaman jahiliyah akhlak manusia benar-benar dalam kehancuran
dengan mewarisi peragai umat terdahulu dengan tradisi meminum arak, membuang anak,
membunuh, melakukan kezaliman sesuka hati, menindas kaum yang lemah, dll. Dengan itu
sebenarnya mereka tidak berakhlak dan tidak ada bedanya dengan manusia yang beragama.

Akhlak juga merupakan cirri-ciri kelebihan diantara manusia, karena ia adalah lambang
kesempurnaan iman, ketinggian taqwa dan kealiman seseorang manusia yang berakal. Dalam hal ini
Rasululloh saw bersabda yang bermaksud : Orang yang sempurna imannya ialah mereka yang paling
baik akhlaknya.

Akhlak sebagai pengekal suatu ummat. Kekalnya suatu ummat juga Karena kukuhnya akhlak dan
runtuhnya suatu ummat itu karena lemahnya akhlak. Hal itu juga dijelaskan dalam kisah-kisah
sejarah manusia terdahulu melalui al-Quran seperti kisahnya kaum Luth, Samud, Kaum Nabi
Ibrahim, Bani Israil dan lain-lain. Ummat yang berakhlak tinggi dan senantiasa berada di bawah
keridhoan dan perlindungan Alloh ialah seperti ummat yang seperti di Madinah pada zaman
Rosululloh saw.

Ketiadaan akhlak yang baik dalam kehidupan individu maupun masyarakat akan mempengaruhi
berbagai krisis, baik dari internal maupun eksternal. Seperti halnya krisis nilai diri, keutuhan rumah
tangga baik dalam hal keluarga maupun Negara. Seperti yang Presiden Perancis pernah katakan,
Kekalahan Perancis di tangan tentara Jerman disebabkan tentaranya runtuh moral dan akhlak.

Pencerminan diri seseorang sering digambarkan melalui tingkah laku atau akhlak yang ditunjukkan.
Seperi dalam pepatah jawa, ajining diri seka lathi, ajining salira seka wusana.yang artinya,Orang itu
dihormati dari apa yang dia katakan. Secara tidak langsung seorang yang berakhlak baik akan
bertingkah laku baik, tingkah laku yang dimaksud itu baik perbuatannya maupun perkataannya.
Sudah barang tentu, kita hidup di masyarakat jawa yang besar unggah ungguhnya, maka akhlak lah
yang menjadi suatu tombak untuk berinteraksi dengan masyarakat agar tercipta masyarakat yang
kondusif dan penuh kerahmatan. Orang yang berakhlak baik juga akan disukai/diteladani dan
menjauhkan diri dari perbuatan tercela yang menyebabkan dibenci dan dijauhi sesame, sehingga
dapat terputuslah tali silaturahim antar ummat yang menjadikannya perpecahan.

Akhlak tidak bisa di beli atau dinilai dengan Rupiah karena peruwujudannya ada dalam diri seseorang
tersebut yang merupakan hasil didikan dari Orang tua atau pengasuh yang sejak kecil mengasuhnya
dan tidak bisa lepas pula dari masyarakat yang ada di sekitarnya, karena pada dasarkan lingkungan
yang baik akan mencetak manusia yang baik. Jadi jika sejak kecil diajarkan akhlak mulia, secara tidak
langsung akan mempengaruhi tingkah laku kehidupan sehari-harinya hingga seterusnya.

Akhlak itu seperti pondasi dalam sebuah masyarakat, jika pondasinya baik dan kuat maka akan
kukuh dan tegaklah masyarakat itu. Namun jika pondasinya saja lemah, maka robohlah apa-apa saja
yang dibina di atasnya.
Akhlak menjadi sangat penting karena merupakan pondasi yang dilakukan oleh Rasululloh saw ketika
memulai pembentukan masyarakat Islam. Syeikh Mohammad Abu Zahrah dalam kitabnya Tanzim al-
Islam Li al-Mujatama menyatakan bahwa budi pekerti atau moral yang mulia adalah satu-satunya
asas yang paling kuat untuk melahirkan manusia yang berhati bersih, ikhlas dalam hidup, amanah
dalam tugas, cinta kepada kebaikan dan benci kepada kejahatan.

Dengan adanya akhlak, diharapkan manusia itu memiliki kehidupan Islami sebagai berikut :

a. Meneladani perilaku Nabi dalam mempraktikkan akhlak mulia, sehingga menjadi uswah
hasanah yang diteladani oleh sesama berupa sifat sidiq, amanah, tabliq, dan fathanah.

b. Dalam melakukan kegiatan hidup harus senantiasa didasarkan kepada niat yang ikhlas dalam
wujud amal-amal shalih dan ihsan, serta menjauhkan diri dari akhlak yang tercela (akhlaq
madzmumah) yang menyebabkan dibenci dan dijauhi sesama.

c. Dimanapun bekerja dan menjalankan tugas maupun dalam kehidupan sehari-hari harus
benar-benar menjauhkan diri dari perbuatan korupsi dan kolusi serta praktik-praktik buruh lainnya
yang merugikan hak-hak publik dan membawa kehancuran dalam kehidupan di dunia ini.

2.3 Implementasi Pendidikan Akhlak oleh Mahasiswa Dalam Dunia Perguruan


Tinggi
Mahasiswa merupakan sebuah miniatur masyarakat intelektual yang memilki corak keberagaman
pemikiran, gagasan dan ide-ide yang penuh dengan kreatifitas dalam rangka mewujudkan TRI
DARMA PERGURUAN TINGGI Yakni; Pendidikan dan pengajaran, Penelitian, Pengabdian pada
masyarakat.Sungguh menarik memang jika kita kembali memperbincangkan persoalan kampus dan
dinamikannya yang sangat dinamis. Kampus merupakan tempat pengembangan diri yang
memberikan perubahan pikiran, sikap, dan pencerahan, tempat mahasiswa lahir menjadi kaum
pemikir bebas yang tercerah.

Dengan sifat keintelektual dan idealismenya mahasiswa lahir dan tumbuh menjadi entitas (model)
yang memiliki paradigma ilmiah dalam memandang persoalan kebangsaan dan kemasyarakatan. Ciri
dan gaya mahasiswa terletak pada ide atau gagasan yang luhur dalam menawarkan solusi atas
persoalan-persoalan yang ada. Pijakan ini menjadi sangat relevan dengan nuansa kampus yang
mengutamakan ilmu dalam memahami substansi dan pokok persoalan apapun.

Mahasiwa akan di contoh oleh siapa saja. Jangan heran jika dirinya akan dinilai oleh banyak orang.
Terlebih jika yang menilainya adalah orang yang kurang berpendidikan. Yang dinilai bukan seberapa
tinggi ilmunya, tetapi bagaimanakah dia berakhlak kepada sesama. Karena akhlak adalah sebagai
pakaian luar Manusia. Maka oleh karena itu pendidikan akhlak menjadi salah satu hal yang paling
penting dalam proses pengembangan diri seorang mahasiswa.

Mahasiswa sudah dianggap sebagai pribadi yang dewasa, pribadi yang mampu membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk. Mahasiswa adalah agen-agen perubahan yang akan mewujudkan
perubahan bangsa menjadi lebih baik. Oleh karena itu, perguruan tinggi selain sebagai tempat
mengasah intelektualitas, perguruan tinggi juga diharapkan menjadi tempat untuk mengasah
kepekaan emosionalitas dan spiritualitas dalam mewujudkan mahasiswa yang berilmu tinggi dan
berakhlak mulia. Sehingga ilmu yang dimiliki tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri tapi juga
bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara universal akhlak dapat diartikan sebagai tindakan seseorang dalam melakukan
sesuatu tanpa pertimbangan,mudah, dan muncul secara spontan. Hal ini sebagai perwujudan dari
sifat yang melekat pada diri seseorang dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, baik nilai dan norma
yang ada di masyarakat. Ketika tindakan seseorang melahirkan aktifitas yang indah dan terpuji maka
hal tersebut dinamai akhlak yang baik, namun bila yang keluar itu adalah aktivitas yang jelek, maka
dinamai akhlak yang jelek.

Sumber-sumber pokok akhlak dalam Islam terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadist, dimana
didalamnya terkandung pelajaran-pelajaran penting tentang akhlak, baik dalam kisah-kisah,
peringatan, kabar gembira, pelajaran moral, dan penekanan nilai-nilai kemanusian yang tercantum
dalam Al-Quran dan Al-Hadist. Kedudukan akhlak dalam Islam sangatlah penting, karena akhlak
termasuk dalam pokok-pokok ajaran Islam. Bahkan akhlak untuk mengukur kualitas seorang muslim.

Implementasi pendidikan akhlak oleh mahasiswa di dalam kehidupannya diperguruan tinggi


dapat menjadi tolok ukur kesuksesan mahasiswa tersebut di masa depan. Mahasiswa berakhlak
yang baik cenderung memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk menjadi lebih maju, baik
dalam segi kualitas intelektual, maupun dalam segi emosional dan spiritual. Keberadaan
mempengaruhi lingkungan sekitar, relasi yang lebih luas, dan memiliki kedekatan emosional yang
baik terhadap dosen. Yang pada akhirnya berimbas pada pencapaian-pencapaian yang luar biasa
sebagai agen perubahan.
DAFTAR PUSTAKA

Asmaran, Pengantar Studi Akhlaq, Jakarta: Rajawali Pers, 1992

Adjat Sudrajat dkk, Din Al-Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, Yogyakarta:
UNY Perss, 2008

http://ruslanfariadiam.blogspot.com/2018/04/pengantar-materi-akhlak.html, diakses pada tanggal


15 Oktober 2020.

https://www.kompasiana.com/ismi_retno/550d7b5b813311c62bb1e45b/pentingnya-peran-
mahasiswa-dalam-mewujudkan-perubahan-bangsa, diakses pada tanggal 15 Oktober
2020.

Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia, Yogyakarta; Debut Wahana Press, 2009

Wahyudi, Dedi, Pengantar Akidah Akhlak Dan Pembelajarannya, Yogyakarta: Lintang Rasi
Aksara Books, 2017

Anda mungkin juga menyukai