Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ETOS KERJA PRIBADI MUSLIM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Al-Quran Hadits


Guru Pengampu: Hana Nurdiniyah, S.Pd.I

.
Disusun oleh:

1. Dina Aulia
2. Ninda Nurhamidah
3. Puspita Setiajati
4. Rani Syariah
5. Reno Regian Heryana Putra

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 7 TASIKMALAYA


KABUPATEN TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Salawat dan salam kami limpahkan kepada nabi besar
kita Nabi Muhammad SAW.

Kami menyusun makalah ini yang menjelaskan tentang etos kerja yang
dimiliki pribadi muslim dalam memenuhi salahsatu tugas mata pelajaran Al-
Quran Hadits. Kami ucapkan terimakasih kepada ibu Hana Nurdiniyah, S.Pd.I
sebagai guru mata pelajaran Al-Quran hadits atas bimbingan dan arahannya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu segala kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun akan kami
terima dengan lapang dada sebagai bekal untuk menyempurnakan laporan ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi
semangat, membantu, memberi arahan dan bimbingan dalam penulisan laporan
ini. Semoga makalah ini memberi manfaat kepada semua pihak.

Tim Penyusun,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................2


DAFTAR ISI ...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................4
B. Rumusan Maslah ............................................................................................5
C. Tujuan Peneltitian...........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................6
A. Pengertian Etos Kerja .....................................................................................6
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja ..............................................8
C. Etos Kerja Pribadi Muslim ...........................................................................10

BAB III PENUTUP ..............................................................................................16


A. Simpulan .......................................................................................................16
B. Saran ............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama yang mengatur segala aspek, seorang penulis
perancis Jack Aster dalam bukunya, islam dan perkembangan ekonomi,
mengatakan, islam adalah sebuah sistem hidup yang aplikatif dan secara
bersamaan mengandung nilai-nilai ahlaq yang tinggi. Kedua hal ini berkaitan
erat, tidak pernah terpisahkan satu dengan lainya. Dari sini bisa dipastikan
kaum muslimin, tidak akan menerima sistem ekonomi kapitalis, Ekonomi
yang mengambil kekuatanya dari wahyu al-Quran pasti ekonomi yang
berahlak. Ahlaq ini mampu memberikan makna baru terhadap nilai, dan
mampu mengisi kekosongan pikiran yang nyaris muncul akibat alat
industrialisasi. (Yusuf, 1997: 23).
Agama islam diturunkan untuk menjawab persoalan manusia secara
keseluruhan yang dalam fungsinya manusia sebagai khalifatullah fil ardh (god
vicegerent en erth). Islam menempatkan budaya kerja bukan bukan hanya
sekedar sisipan atau perintah sambi lalu, tetapi menempatkanya sebagai tema
sentral dalam pembangunan umat kerena untuk mewujudkan suatu pribadi dan
masyarakat yang tangguh hanya mungkin apabila penghayatan terhadap esensi
bekerja dengan segala kemualianya dikajikan sebagai pokok kajian bagi setiap
muslim, sampai menjadisalah satu kebiasaan dan budaya yang khas dalam
masyarakat kita.
Manusia adalah mahluk yang dikendalikan oleh sesuatu yang bersifat
batin dan psikologis, bukan oleh fisik yang nampak. (Abdus, 1988:86) Jadi
seorang muslim tidak dibenarkan bermalas-malasan dalam bekerja
sebagaimana anjuran hadist nabi 'bekerjalah untuk duniamu seakan- akan
kamu hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan besok
kau akan mati. (al-hadist).
Etos Kerja dapat diartikan sebagai pemikiran bagaimana melakukan
kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil atau mencapai hasil yang

4
diinginkan. Etos kerja ini perlu dibahas, karena bagi umat Islam sangat
diperlukan. Tentu pembahasan ini harus bagi seorang muslim karena akan
menjadi peta dalam kesuksesan dunianya, dan dunia merupakan tempat
mereka menggapai kehidupan surga, yang merupakan impian setiap muslim.
Kesuksesan di akhirat tersebut juga tidak terlepas dari kesuksesan di dunia
melalui ibadah dan amalan sebagaimana diajarkan oleh agama Islam.
(Sriyanti, 2007: 139) banyak asumsi bahwa umat islam memiliki etos kerja
yang buruk dan menjadi umat yang terbelakang dalam kemiskian dan
tertinggal. Negara-negara yang mayoritas beragama islam menjadi negara
yang tidak maju, tentu ini menarik menjadi kajian, dalam makalah ini
membahas bagaimana etos kerja yang ideal menurut islam, faktor apa saja
yang memicu etos kerja dan bagimana agar kualitas kerja seseorang atau
instansi lebih baik dan maju sebagaimana yang diharapkan bersama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari etos kerja?
2. Apasaja faktor yang mempengaruhi etos kerja?
3. Apa yang dimaksud etos kerja pribadi muslim?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut.
1. Menjelaskan pengertian dari etos kerja
2. Menjelaskan mengenai faktor -faktor yang mempengaruhi etos kerja
3. Menjelaskan etos kerja pribadi muslim

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etos Kerja


Makna "etos" disebutkan bahwa ia berasal dari bahasa Yunani (ethos)
yang bermakna watak atau karakter. Secara lingkupnya, pengertian etos ialah
karakteristik dan sikap, kebiasaan serta kepercayaan, dan seterusnya, yang
bersifat khusus tentang seorang individu atau sekelompok manusia. Dari
perkataan "etos" terambil pula perkataan "etika" dan "etis" yang merujuk
kepada makna "akhlaq" atau bersifat "akhlaqi", yaitu kualitas esensial
seseorang atau suatu kelompok, termasuk suatu bangsa. (webster, 1980) Juga
dikatakan bahwa "etos" berarti jiwa khas suatu kelompok manusia, (John,
1977) yang dari jiwa khas itu berkembang pandangan bangsa tersebut tentang
yang baik dan yang buruk, yakni, etikanya.
Etos dapat didefinisikan secara sederhana sebagai watak dasar dari suatu
masyarakat. Perwujudan etos dapat dilihat dari struktur dan norma sosial
masyarakat itu. (Ensiklopedia, 1989:219) Sebagai watak dasar dari
masyarakat, etos menjadi landasan perilaku diri sendiri dan lingkungan
sekitarnya, yang terpancar dalam kehidupan masyarakat. (C.Greetz, 1973:127)
Karena etos menjadi landasan bagi kehidupan manusia, maka etos juga
berhubungan dengan aspek evaluatif yang bersifat menilai dalam kehidupan
masyarakat. (Taufik, 1982:3)
Sedangkan perbedaan antara etos dan etika. Istilah etika, secara teoritis
dapat dibedakan ke dalam dua pengertian. Pertama, etika berasal dari kata
Yunani ethos yang artinya kebiasaan (custom) atau karakter (character).
Dalam pengertian ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik
pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat
yang diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke
generasi yang lain. Kedua, secara terminologis etika merupakan studi
sistematis tentang tabiat konsep nilai,baik, buruk, harus, benar, salah dan lain
sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita untuk

6
mengaplikasikan atas apa saja. Di sini etika dapat dimaknai sebagai dasar
moralitas seseorang dan di saat bersamaan juga sebagai filsufnya dalam
berperilaku. (Muhammad Djakfar, 2007:9).
Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku
manusia. Di Indonesia, studi tentang masalah etis dalam bidang ekonomi dan
bisnis sudah akrab dengan nama "etika bisnis, sejalan dengan kebiasaan umum
dalam istilah bahasa Inggris yaitu "Business Ethics" (Faisal, 2006:70) Jadi dari
definisi yang dipaparkan perbedaan etos dan etika adalah etos lebih kepada
kebiasaan, karakter perilaku seseorang atau kelompok, sedangkan etika adalah
hal yang baik atau buruk yang nampak dan bisa dirasakan.
Adapun definisi kerja, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai kegiatan melakukan sesuatu. (Anton, 1944:488) El-Qussy seperti
dikutip oleh Ahmad Janan Asifuddin mengemukakan bahwa kegiatan atau
perbuatan manusia ada dua jenis. Pertama, perbuatan yang berhubungan
dengan kegiatan mental, dan kedua tindakan yang dilakukan dengan secara
tidak sengaja. Jenis pertama mempunyai ciri kepentingan, yaitu untuk
mencapai maksud atau mewujudkan tujuan tertentu. Sedangkan jenis kedua
adalah gerakan random (random movement) seperti terlihat pada gerakan bayi
kecil yang tampak tidak beraturan, gerakan refleksi dan gerakan-gerakan lain
yang terjadi tanpa dorongan kehendak atau proses pemikiran. (Asifudin,
2000:27).
Menurut Sarsono, Konfusionisme memiliki konsep tersendiri berkenaan
dengan orang-orang yang aktif bekerja, yang ciri-cirinya antara lain; 1. Etos
kerja dan disiplin pribadi; 2. Kesadaran terhadap hierarki dan ketaatan; 3.
Penghargaan pada keahlian; 4. Hubungan keluarga yang kuat; 5 Hemat dan
hidup sederhana; 6. Kesediaan menyesuaikan diri.9 Beberapa indikasi dan
ciri-ciri dari etos kerja yang terefleksikan dari pendapat-pendapat tersebut. di
atas, secara universal cukup menggambarkan segisegi etos kerja yang baik
pada manusia, bersumber dari kualitas diri, diwujudkan berdasarkan tata nilai
sebagai etos kerja yang diimplementasikan dalam aktivitas kerja.

7
Kerja sendiri dalam islam memiliki nilai yang sangat tinggi, dibeberapa
hadist nabi mengatakan sebaik-baiknya orang adalah yang makan hasil kerja
dengan tanganya sendiri, bahkan ada sebuah hadist qudsi yang menerangkan
bahwa ada dosa yang hanya bisa dihapus dengan cara mencarikan nafkah
untuk keluarga dan orang yang ditanggungnya. Tentu kerja yang dimaksud
adalah kerja yang maksimal dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Adapun indikasi-indikasi orang atau sekelompok masyarakat yang
beretos kerja tinggi, menurut Gunnar Myrdal dalam bukunya Asian Drama,
ada tiga belas sikap yang menandai hal itu: 1. Efisien; 2. Rajin; 3. Teratur; 4.
Disiplin atau tepat waktu; 5. Hemat; 6. Jujur dan teliti; 7. Rasional dalam
mengambil keputusan dan tindakan; 8. Bersedia menerima perubahan; 9. Gesit
dalam memanfaatkan kesempatan; 10. Energik; 11. Ketulusan dan percaya
diri; 12. Mampu bekerja sama; dan, 13. mempunyai visi yang jauh ke depan.
(Gunardi, 1970:62).
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
Menurut Sinamo setiap manusia memiliki spirit (roh) keberhasilan, yaitu
motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Roh inilah yang
menjelma menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun,
integritas, rasional, bertanggung jawab dan sebagainya. Lalu perilaku yang
khas ini berproses menjadi kerja yang positif, kreatif dan produktif.
Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat sekarang ini
Sinamo menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama. Keempat pilar
inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan
sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada
semua tingkatan. Keempat elemen itu lalu dikonstruksikan dalam sebuah
konsep besar yang disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa
Sansekerta) yang berarti Empat Darma Keberhasilan Utama, (Jansen Sinarmo,
2005:99) yaitu:
1. Mencetak prestasi dengan motivasi superior.
2. Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner.
3. Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif.

8
4. Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani.
Keempat darma ini kemudian dirumuskan menjadi delapan aspek etos kerja
sebagai berikut:
1. Kerja adalah rahmat.
Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai
buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan. Anugerah itu kita terima
tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya
sepeser pun.
2. Kerja adalah amanah.
Kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada kita
sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh
tanggung jawab. Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan
menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.
3. Kerja adalah panggilan.
Kerja merupakan suatu darma yang sesuai dengan panggilan jiwa
sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas. Jadi, jika pekerjaan
atau profesi disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri sendiri,
I'm doing my best!. Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil
karya kita kurang baik mutunya.
4. Kerja adalah aktualisasi.
Pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat manusia
yang tertinggi, sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh semangat.
Apa pun pekerjaan kita, entah dokter, akuntan, ahli hukum, semuanya
bentuk aktualisasi diri. Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap
merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat
kita merasa ada. Bagaimanapun sibuk bekerja jauh lebih menyenangkan
daripada duduk termenung tanpa pekerjaan.
5. Kerja adalah ibadah.
Bekerja merupakan bentuk bakti dan ketakwaan kepada Tuhan,
sehingga melalui pekerjaan manusia mengarahkan dirinya pada tujuan
agung Sang Pencipta dalam pengabdian. Kesadaran ini pada gilirannya

9
akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang
atau jabatan semata.
6. Kerja adalah seni.
Kesadaran ini akan membuat kita bekerja dengan perasaan senang
seperti halnya melakukan hobi. Sinamo mencontohkan Edward V
Appleton, seorang fisikawan peraih nobel. Dia mengaku, rahasia
keberhasilannya meraih penghargaan sains paling begengsi itu adalah
karena dia bisa menikmati pekerjaannya.
7. Kerja adalah kehormatan
Seremeh apa pun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan. Jika
bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang lebih
besar akan datang kepada kita. Sinamo mengambil contoh etos kerja
Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan Indonesia kawakan ini tetap bekerja
(menulis), meskipun ia dikucilkan di Pulau Buru yang serba terbatas.
Baginya, menulis merupakan sebuah kehormatan. Hasilnya, semua
novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.
8. Kerja adalah pelayanan.
Manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri saja tetapi untuk melayani, sehingga harus bekerja dengan
sempurna dan penuh kerendahan hati. Apa pun pekerjaan kita, pedagang,
polisi, bahkan penjaga mercusuar, semuanya bisa dimaknai sebagai
pengabdian kepada sesama.
C. Etos Kerja Pribadi Muslim
Etos kerja pribadi muslim adalah setiap pribadi muslim mampu dan
memiliki etos kerja yang sesuai dengan tuntunan al quran dan al hadist,
sehingga ia menjadi pribadi yang profesional, handal dan produktif. Etos kerja
dalam perspektif Islam juga dapat diartikan sebagai sikap kepribadian yang
melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja
untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaanya, melainkan juga
sebagai suatu manifestasi dari amal soleh.
QS Al Jumuah Ayat 9-11:

10
ِ ‫ص ٰلوةِ ِم ْن ي َّْو ِم ْال ُج ُمعَ ِة فَا ْسعَ ْوا ا ِٰلى ِذ ْك ِر ه‬
‫ّٰللا َوذَ ُروا ْالبَ ْي َۗ َع ٰذ ِل ُك ْم َخي ٌْر لَّ ُك ْم ا ِْن ُك ْنت ُ ْم‬ َ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا اِذَا نُ ْود‬
َّ ‫ِي ِلل‬
‫ت َ ْعلَ ُم ْو َن‬

‫ّٰللا َك ِثي ًْرا لَّ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْو َن‬


َ ‫ّٰللا َواذْ ُك ُروا ه‬
ِ ‫ض َوا ْبتَغُ ْوا ِم ْن فَض ِْل ه‬ َ ْ ‫ص ٰلوة ُ فَا ْنتَش ُِر ْوا ِفى‬
ِ ‫اْل ْر‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَ ِاذَا ق‬
ِ ‫ض َي‬

‫ار َۗةِ َو ه‬
‫ّٰللاُ َخي ُْر‬ ِ ‫ارة ً ا َ ْو لَ ْه ًوا ۨا ْنفَض ُّْٰٓوا اِلَ ْي َها َوت ََر ُك ْو َك قَ ۤا ِٕى ًم َۗا قُ ْل َما ِع ْندَ ه‬
َ ‫ّٰللا َخي ٌْر ِ ِّمنَ اللَّ ْه ِو َو ِمنَ ال ِت ِّ َج‬ َ ‫َواِذَا َرا َ ْوا تِ َج‬
َ‫الر ِزقِيْن‬
‫ه‬

Artinya:

9. "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk


melaksanakan sholat pada hari Jum'at, maka segeralah kamu mengingat Allah
dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui."

10. "Apabila sholat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi;


carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung"

11. "Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera
menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri
(berkhotbah) Katakanlah. Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada
permainan dan perdagangan. dan Allah Pemberi Rezeki yang terbaik".

Penjelasan Ayat:

Ayat 9 berkenaan dengan seruan Allah Swt. kepada orang-orang yang beriman
agar melaksanakan shalat Jum'at bagi yang mendengarkan seruan, yaitu azan.
Dalam hadits

ٌ ‫ي أ َ ْو َم ِر‬
‫يض‬ َ ‫ع ٍة إِ َّْل أ َ ْربَعَةً َع ْبد ٌ َم ْملُوكٌ أ َ ْو ا ْم َرأَة ٌ أ َ ْو‬
ٌّ ِ‫صب‬ ِ ‫ْال ُج ُمعَةُ َح ٌّق َو‬
َ ‫اجبٌ َعلَى ُك ِِّل ُم ْس ِل ٍم فِي َج َما‬

“ Shalat Jumat merupakan kewajiban setiap muslim dengan pengecualian bagi


para budak, wanita, anak-anak dan orang sakit”

Pemahaman kata seruan dalam ayat ini, sebenarnya tidak hanya sebatas
azannya (seruan) muazin pada hari Jum'at. Akan tetapi, seruan itu adalah
seruan Allah Swt.

11
Pada Ayat 10, Allah Swt. melanjutkan seruan-Nya kepada orang-orang yang
beriman. Apabila telah selesai menunaikan salat Jum'at, harus segera
bertebaran mencari karunia Allah Swt. Karunia Allah Swt. itu ada di mana-
mana, asal manusia mau berusaha dan bekerja. Di akhir ayat. Allah Swt.
menganjurkan agar banyak berzikir kepada-Nya supaya manusia memperoleh
keberuntungan.

Pada Ayat 11, menjelaskan tentang kecenderungan manusia yang lebih


mementingkan hal-hal yang bersifat duniawi daripada ukhrawi Kemudian,
Allah Swt. mengingatkan bahwa apa yang ada di sisi-Nya adalah lebih baik
daripada permainan dan perdagangan. Keridaan dan pahala Allah Swt. jauh
lebih baik dari apa yang diusahakan manusia. Manusia sering silau oleh
gemerlapnya duniawi, yang terkadang laksana fatamorgana.

QS Al Qasas Ayat 77

َ ‫ّٰللاُ ِإلَي َْك َو َْل تَب ِْغ ْالفَ َساد‬


َّ َ‫يك ِمن الدُّنْ َيا َو أ ْح ِس ُن كما أ َ ْح َسن‬
َ ‫َص‬ َ ‫َّار ْاْل ِخ َرة َ َوْل ت‬
ِ ‫َنس ن‬ َ ‫َاك هللاُ الد‬
َ ‫َوا ْبت َِغ ِفي َما آت‬

‫ّٰللا َْل ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِسدِي َن‬ ِ ‫فِي ْاْل َ ْر‬


َ َّ ‫ض ِإ َّن‬

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu. Tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang berbuat kerusakan"

Penjelasan Ayat:

Pada awal ayat ini, Allah Swt, memerintahkan orang-orang yang beriman agar
dapat menciptakan keseimbangan antara usaha untuk memperoleh keperluan
duniawi dan keperluan ukhrawi. Di samping itu, dalam ayat ini juga
memerintahkan manusia agar berbuat baik kepada Allah Swt. dan kepada
sesamanya berbuat baik ini sebagaimana perwujudan sifat-sifat Allah Yang
Maha Rahman dan Maha Rahim kepada seluruh makhluk-Nya. Bentuk
perbuatan baik ini dapat dikategorikan menjadi empat hal sebagai berikut.

12
Pertama, berbuat baik pada nikmat Allah Swt. berupa harta. Bentuk perbuatan
baik ini, seperti terhadap menggunakan harta untuk memberi nafkah keluarga.
Kedua, berbuat baik kepada diri dengan memelihara kehidupan dirinya di
dunia. Hal ini berlaku bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bangsa.
Ketiga, berbuat baik sebagaimana diajarkan Allah Swt. sebagai wujud
pelaksanaan kewajiban muslim. Hal ini tidak lain adalah usaha selalu menaati
perintah Allah Swt. melalui ibadah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Keempat, berbuat baik dengan tidak berbuat kerusakan di bumi. Manusia yang
dijadikan Allah Swt. sebagai khalifah di bumi, ternyata telah banyak menyia-
nyiakan amanah-Nya.

Hadis Tentang Etos Kerja

‫عوذ ُ بِ َك ِمنَ ْالعَج ِْز‬ ُ َ ‫ «اللَ ُه ْم إِ ِنِّي أ‬:‫سول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬ ُ ‫ َكانَ َر‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬، ٍ‫َع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِك‬
ِ ‫ َو ِم ْن فِتْنَ ِة ْال َمحْ يَا َو ْال َم َما‬،‫ب ْالقَب ِْر‬
‫ت‬ ُ َ ‫ َوأ‬،‫ َوالنَّ ْخ ِل‬،‫ َو ْال َه َر ِم‬،‫ َو ْال ُجب ِْر‬،‫َو ْال َك َس ِل‬
ِ ‫عوذ ُ بِ َك ِم ْن َعذَا‬

"Dari Anas bin Malik ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam


bersabda, "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari
kelemahan, kemalasan, sifat pengecut pikun, bakhil, dan aku berlindung
kepada-Mu dari azab kubur dan fitnah hidup dan mati." (HR. Muslim)

Penjelasan Hadits:

Secara tersurat, hadis di atas berisikan doa Rasulullah saw, untuk diikuti
umatnya. Doa tersebut adalah permohonan kepada Allah Swt. agar dijauhkan
dari sifat lemah, malas, penakut, pikun, dan kikir. Begitu juga minta dijauhkan
dari siksa kubur, ujian hidup, dan kematian. Jika fisik lemah atau sakit, kita
tidak dapat berusaha secara maksimal sehingga tidak menghasilkan sesuatu
secara optimal. Lemah mental dapat menyebabkan seseorang tidak dapat
berpikir dengan baik dan selanjutnya akan menyebabkan kebodohan
Kebodohan adalah musuh manusia nomor satu.

Malas adalah satu penyakit rohani manusia yang menyebabkan seseorang tidak
dapat mencapai kemajuan. Takut adalah hilangnya keberanian menegakkan

13
kalimat Allah Swt. dan membela kebenaran. Alam kubur adalah alam setelah
manusia mati, Alam kubur disebut pula alam barzakh. Yang dimaksud ujian
hidup dan mati di sini adalah lulus dan ujian atau cobaan, baik ujian ketika
hidup maupun ujian setelah mat Semua manusia akan diuji Allah Swt., bahkan
sebenarnya hidup adalah ujian,

Hadis Tentang Perintah Bekerja

‫ب‬ ْ َ ‫الر ُج ُل َك ْسبًا أ‬


َ َ‫طب‬ َّ ‫ب‬َ ‫ّٰللا صلى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلم قال َما َك َس‬ ِ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫عن المقدام بن معديكرت الزبيدي َع ْن َر‬
ٌ ‫صدَقَة‬
َ ‫الر ُج ُل َعلى نَ ْف ِس ِه وأ ْه ِل ِه َو َولَ ِد ِه َو َحاد ِِم ِه فَ ُه َو‬
ِّ ‫ِم ْن عمل بده وما أنفق‬

"Dari Al Miqdam bin Ma'dikarib Az Zubaidi dari Rasulullah shallallahu 'alaihi


wasallam. beliau bersabda: "Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-
laki kecuali dari hasil tangannya sendiri. Dan apa-apa yang diinfakkan oleh
seorang laki-laki kepada diri, isteri, anak dan pembantunya adalah
sedekah."(H.R. Ibnu Majah)

Penjelasan Hadits:

Secara tersurat, hadis ini menjadi pendorong bagi umat Islam untuk selalu giat
berusaha memenuhi keperluan kehidupan keluarganya. Kita harus giat bekerja
untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga. Usaha yang paling baik
adalah usaha dari semangat kerja dengan ikhlas yang dilakuka oleh dirinya
sendiri. Tentunya pekerjaan yang dikerjakan adalah jenis pekerjaan yang baik
menurut syariat agama dan halal sehingga diridai oleh Allah Swt.

Hadits diatas juga tergolong hadis nabawi yaitu apa saja yang disandarkan
kepada nabi Muhammad, baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan
maupun sifat. Dan bentuk hadis diatas termasuk hadis berupa perkataan (Qauli)
nabi Muhammad.

Dalam bekerja seorang muslim harus mempunyai etos kerja islami antara lain
adalah:

14
1) Profesional, setiap pekerjaan yang dilakukan seorang muslim harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik.
2) Seorang muslim tidak hanya sekedar bekerja, tetapi juga menekankan agar
bekerja dengan tekun dan baik dengan cara menyelesaikannya dengan
sempurna karena itu merupakan kewajiban setiap muslim.
3) Jujur dalam bekerja bukan hanya merupakan tuntutan melainkan juga
ibadah. Seorang muslim yang dekat dengan Alloh akan bekerja dengan
baik untuk dunia dan akhirat.
4) Amanah dalam bekerja adalah suatu perbuatan yang sangat mulia.
5) Kreatif, orang yang hari ini sama dengan hari kemarin dianggap merugi,
karena tidak ada kemajuan dan tertinggal oleh perubahan. Terlebih lagi
orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dianggap orang yang
celaka, karena berarti akan tertinggal jauh dan sulit lagi mengejar. Orang
yang beruntung hanyalah orang yang hari ini lebih baik dari kemarin,
berarti selalu ada perubahan. Inilah sikap perubahan yang diharapkan selalu
terjadi pada setiap muslim, sehingga tidak akan pernah tertinggal, dia selalu
antisifatif terhadap perubahan, dan selalu siap menyikapi perubahan.
(Didin, 2000:34).

15
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Etos kerja pribadi muslim adalah setiap pribadi muslim mampu dan
memiliki etos kerja yang sesuai dengan tuntunan al quran dan al hadist seperti
seruan Alloh dalam Q.S. Al-Jumuah ayat 9-11 dan hadits rasulullah SAW
untuk melaksanakan shalat jumat, kemudian harus segera bertebaran mencari
karunia Allah Swt. kemudian dalam Q.S. Al-Qashash ayat 77 Allah Swt,
memerintahkan orang-orang yang beriman agar dapat menciptakan
keseimbangan antara usaha untuk memperoleh keperluan duniawi dan
keperluan ukhrawi. Etos kerja dalam perspektif Islam juga dapat diartikan
sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam
bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan
kemanusiaanya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal soleh.
Empat Darma Keberhasilan Utama, (Jansen Sinarmo, 2005:99) yaitu
mencetak prestasi dengan motivasi superior, membangun masa depan dengan
kepemimpinan visioner, menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif dan
meningkatkan mutu dengan keunggulan insani. Dalam bekerja seorang
muslim harus mempunyai etos kerja islami antaralain adalah profesional,
tekun, jujur, amanah dan kreatif.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat bagi para
pembaca. Dalam penulisan makalah ini kami sadari masih banyak kekurangan.
Saran dan kritik yang membangun kami harapkan dalam menyempurnakan
makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA
Badroen, Faisal, (2006), Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. Muliono Anton, et all,(1994), Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet
ke-3. Jakarta: Balai Pustaka.
Anoraga, Pandji, (2009), Manajemen Bisnis, Jakarta: Rineka Cipta.
Kusnan, Ahmad, "Analisis Sikap, Iklim Organisasi, Etos Kerja dan Disiplin Kerja
dalam menentukan Efektifitas Kinerja Organisasi di Garnisun Tetap III
Surabaya" Tesis Universitas Airlangga, Surabaya, 2004.
Siagian, Sondang, Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
Faruqi (al),(1995), Al-Tawhid: Its Implication for Thought and Life.
Herndon, Virginia: IIIT. Madjid, Nurcholis, Islam Agama Kemanusiaan:
Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia. Jakarta: Paramadina,
1995.
Tasmara, Toto, (1995), Etos Kerja Pribadi Muslim. Yogyakarta: Dana Bhakti
Prima Yasa. Ahmad, Fuad Abdul Mun'im,(2009), Ahlaaqiyat Andhamatil
A'maali fi al Islam ma'aa al-bayani Tadbiqi fi mamlakati al Arabiyah al-
su'udiyah. Riyad:
Sabaqah Al-aluqah. Hafidhuddin, Didin, (2000), Sifat Etos Kerja Muslim, Cet. I,
Jakarta: Gema Insani Press.

17

Anda mungkin juga menyukai