Anda di halaman 1dari 16

ETOS KERJA DAN KEPEDULIAN SOSIAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Tafsir Hadits Dosen
Pengampu Suparman Jassin, M. Ag dan Drs. Ahmad Bashori, M.Ag

Oleh:

Kelompok VI : Ery Susanti (1145010058)

Jawad Mughofar KH (1145010071)

Kelas : SPI/II-B

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrohiim,
Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat,
dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini tanpa ada halangan
apapun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas terstruktur pada mata
kuliah Tafsir Hadits Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun
harapkan.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi para pembaca. Aamiin.

Bandung, 04 Maret 2015

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Etos Kerja..................................................................... 3


B. Etos kerja dalam perspektif Islam ................................................. 3
C. Pengertian Kepedulian Sosial ........................................................ 8
D. Kepedulian Islam dalam perspektif Islam ...................................... 9

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial, oleh karenanya manusia tidak dapat hidup
sendiri, manusia membutuhkan manusia lain sebagai penerus hidup agar
keselarasan hidup ini terjaga, apalagi sebagai seorang muslim, yang seharusnya
mempunyai rasa sosial tinggi, karena dalam Al-Quran maupun hadits sosial
kepada manusia sangat dikedepankan.
Sebagai seorang manusia yang ingin mendapat ridla dari Tuhannya harus
berusaha melakukan perbuatan-perbuatan yang diridlai oleh Tuhannya. Salah
satunya adalah mencintai sesama muslim. Oleh karena itu sesama muslim adalah
saudara. Sifat persaudaraan kaum mumin yaitu mereka yang saling menyayangi,
mencintai, saling tolong-menolong dan menumbuhkan sikap peduli sosial.
Namun, jika sesama muslim tidak saling peduli terhadap sesama dengan
kata lain egois, maka orang tersebut tidak memahami bagaimana arti persaudaraan.
Dan sikap seperti itu merupakan sikap orang kufur dan tidak disukai Allah SWT.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menumbuhkan sikap peduli sosial
dan tolong-menolong terhadap sesama dalam kehidupan sehari-hari.
Agama Islam pula yang berdasarkan al-Quran dan al-Hadits sebagai
tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya
mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam
memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan kerja.
Rasulullah SAW bersabda: bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu
hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati
besok. Dalam ungkapan lain dikatakan juga, Tangan di atas lebih baik dari pada
tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang
kuat lebih baik dari pada mukslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat
bekerja. Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru
berlawanan dengan ungkapan-ungkapan tadi.

1
2

Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut untuk menunjukkan
etos kerja yang tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa
menyeimbangkan dengan nilai-nilai Islami yang tentunya tidak boleh melampaui
rel-rel yang telah ditetapkan al-Quran dan as-Sunnah. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut;
a. Apa pengertian dari Etos Kerja?
b. Bagaimana Etos kerja dalam perspektif Islam?
c. Apa pengertian Kepedulian Sosial?
d. Bagaimana kepedulian Islam dalam perspektif Islam?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan ini adalah untuk:
a. Untuk mengetahui pengertian Etos Kerja
b. Untuk mengetahui Etos kerja dalam perspektif Islam
c. Untuk mengetahui pengertian Kepedulian Sosial
d. Untuk mengetahui Kepedulian Islam dalam perspektif Islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etos Kerja


Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial.
Kata kerjaberarti usaha, amal, dan apa yang harus dilakukan (diperbuat).Etos
berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian,
watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh
individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan
keyakinan seseorang atau suatu kelompok.Kerja dalam arti pengertian luas
adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi,
intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun
keakhiratan. (Dr.Abdul Aziz.Al Khayyath,1994 : 13)

B. Etos Kerja dalam Perspektif Islam


Al-Quran banyak membicarakan tentang aqidah dan keimanan yang diikuti
oleh ayat-ayat tentang kerja, pada bagian lain ayat tentang kerja tersebut
dikaitkan dengan masalah kemaslahatan, terkadang dikaitkan juga dengan
hukuman dan pahala di dunia dan di akhirat. Al-Quran juga mendeskripsikan
kerja sebagai suatu etika kerja positif dan negatif. Di dalam al-Quran banyak
kita temui ayat tentang kerja seluruhnya berjumlah 602 kata, bentuknya:

1. Kita temukan 22 kata amilu (bekerja) di antaranya di dalam surat al-


Baqarah: 62, an-Nahl: 97, dan al-Mukmin: 40.
2. Kata amal (perbuatan) kita temui sebanyak 17 kali, di antaranya surat Hud:
46, dan al-Fathir: 10.
3. Kata waamiluu (mereka telah mengerjakan) kita temui sebanyak 73 kali,
diantaranya surat al-Ahqaf: 19 dan an-Nur: 55.
4. Kata Tamalun dan Yamalun seperti dalam surat al-Ahqaf: 90, Hud: 92.

3
4

5. Kita temukan sebanyak 330 kali kata amaaluhum, amaalun, amaluka,


amaluhu, amalikum, amalahum, aamul dan amullah. Diantaranya dalam
surat Hud: 15, al-Kahf: 102, Yunus: 41, Zumar: 65, Fathir: 8, dan at-Tur:
21.
6. Terdapat 27 kata yamal, amiluun, amilahu, tamal, amalu seperti dalam
surat al-Zalzalah: 7, Yasin: 35, dan al-Ahzab: 31.
7. Disamping itu, banyak sekali ayat-ayat yang mengandung anjuran dengan
istilah seperti shanaa, yasnaun, siru fil ardhi ibtaghu fadhillah, istabiqul
khoirot, misalnya ayat-ayat tentang perintah berulang-ulang dan
sebagainya.
Di samping itu, al-Quran juga menyebutkan bahwa pekerjaan merupakan
bagian dari iman, pembukti bahwa adanya iman seseorang serta menjadi ukuran
pahala, Allah SWT berfirman:
barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh (Al-Kahfi: 110)
Ada juga ayat al-Quran yang menunjukkan pengertian kerja secara sempit
misalnya firman Allah SWT kepada Nabi Daud As.
Dan Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna
memelihara kamu dalam peperanganmu (al-Anbiya: 80)
Dalam surah al-Jumuah ayat 10 Allah SWT menyatakan:
Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung. (al-Jumuah: 10)
Pengertian kerja dalam keterangan di atas, dalam Islam amatlah luas,
mencakup seluruh pengerahan potensi manusia. Adapun pengertian kerja secara
khusus adalah setiap potensi yang dikeluarkan manusia untuk memenuhi
tuntutan hidupnya berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan peningkatan
taraf hidup.
Inilah pengertian kerja yang bisa dipakai dalam dunia ketenaga-kerjaan
dewasa ini, sedangkan bekerja dalam lingkup pengertian ini adalah orang yang
5

bekerja dengan menerima upah baik bekerja harian, maupun bulanan dan
sebagainya.
Pembatasan seperti ini didasarkan pada realitas yang ada di negara-negara
komunis maupun kapitalis yang mengklasifikasikan masyarakat menjadi
kelompok buruh dan majikan, kondisi semacam ini pada akhirnya melahirkan
kelas buruh yang seringkali memunculkan konflik antara kelompok buruh atau
pun pergerakan yang menuntut adanya perbaikan situasi kerja, pekerja termasuk
hak mereka.
Konsep klasifikasi kerja yang sedemikian sempit ini sama sekali tidak
dalam Islam, konsep kerja yang diberikan Islam memiliki pengertian namun
demikian jika menghendaki penyempitan pengertian (dengan tidak
memasukkan kategori pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan ibadah dan
aktivitas spiritual) maka pengertian kerja dapat ditarik pada garis tengah,
sehingga mencakup seluruh jenis pekerjaan yang memperoleh keuntungan
(upah), dalam pengertian ini tercakup pula para pegawai yang memperoleh gaji
tetap dari pemerintah, perusahaan swasta, dan lembaga lainnya.
Pada hakikatnya, pengertian kerja semacam ini telah muncul secara jelas,
praktek muamalah umat Islam sejak berabad-abad, dalam pengertian ini
memperhatikan empat macam pekerja :
1. al-Hirafiyyin; mereka yang mempunyai lapangan kerja, seperti penjahit,
tukang kayu, dan para pemilik restoran. Dewasa ini pengertiannya menjadi
lebih luas, seperti mereka yang bekerja dalam jasa angkutan dan kuli.
2. al-Muwadzofin: mereka yang secara legal mendapatkan gaji tetap seperti
para pegawai dari suatu perusahaan dan pegawai negeri.
3. al-Kasbah: para pekerja yang menutupi kebutuhan makanan sehari-hari
dengan cara jual beli seperti pedagang keliling.
4. al-Muzarriun: para petani.
Pengertian tersebut tentunya berdasarkan teks hukum Islam, diantaranya
hadis rasulullah SAW dari Abdullah bin Umar bahwa Nabi SAW
bersabda,berikanlah upah pekerja sebelum kering keringat-keringatnya. (HR.
Ibn Majah, Abu Hurairah, dan Thabrani).
6

Pendapat atau kaidah hukum yang menyatakan : Besar gaji disesuaikan


dengan hasil kerja. Pendapat atau kaidah tersebut menuntun kita dalam
mengupah orang lain disesuaikan dengan porsi kerja yang dilakukan seseorang,
sehingga dapat memuaskan kedua belah pihak.
Ada bebeerapa hadits yang dapat menjadi rujukan mengenai sikap etos
kerja:

)341 / 31 (


4134











Terjemah hadits / :

Mumin yang kuat itu lebih baik dari pada mu;min yang lemah dan dalam semua
kebaikan terimalah yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan pada
Allah, jangalah bermalas-malasan, ketika kamu mendapat sesuatu jangan berkata
apabila saya begini maka begini dan begini tetapi katakanlah semua itu telah
dipastikan oleh Allah dan sesuai dengan kehendak Allah dan ketidaksadaran akan
hal itu akan membuka kreatifitas setan.

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / :

1. Mumin yang kuat disini adalah yang giat bekerja tanpa pamrih dan hanya
semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya dengan niat karena Allah.

2. Mumin yang lemah adalah mu;min yang hanya meminta-minta belas


kasihan orang lain.

3. Perintah untuk jangan bermalas-malasan


7

4. Katakanlah bahwa semua itu datang dari Allah dan bukan usahamu sendiri.

( 5 / 248)



3111









Terjemah hadits / :

Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah, dan mulailah dari orang yang
menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-baiknya sedekah itu adalah dari punggung
orang kaya dan barang siapa yang minta dijaga maka Allah akan menjaganya dan
barang siapa yang minta kaya maka Allah akan memberinya kecukupan.

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / :

1. Pemberi lebih baik dari pada penerima, maka dari itu orang dilarang
meminta-minta walaupun itu sangat darurat. Namun budaya sekarang
adalah orang suka meminta-minta.
2. Mulai sedekah dari orang yang ditanggungnya yaitu keluarga yang menjadi
tanggungannya, yang wajib diberikan nafaqah kepadanya. Maka seseorang
itu harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
3. Sebaik-baik sedekah adalah dari punggungnya orang kaya. Maksudnya dari
orang kaya apabila bersedekah hal itu menunjukkan kesyukurannya.
4. Apabila orang yang beriman dan minta untuk dijadikan kaya dan dia
jugaberusaha sungguh-sungguh maka Allah akan mewujudkan
keinginannya itu.
8

)117 / 7 (


3311






Terjemah hadits / :

Kerja seseorang memikul kayu bakar dipunggungnya lebih baik dari pada ia
meminta kepada seorang baik diberi atau tidak.

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / :

1. Islam tidak mengajarkan untuk meminta-minta, tapi islam mengajarkan


agar manusia itu bekerja mencari rizki yang halal walaupun pekerjaan itu
hina.

2. Hinanya pekerjaan tidak dipandang melalui jenis pekerjaan itu tetapi


dipandang dari segi rizki yang dihasilkan.

C. Pengertian Kepedulian Sosial


Kepedulian sosial adalah sikap keterhubungan dengan kemanusiaan pada
umumnya, sebuah empat bagi setiap anggota komunitas manusia. Kepedulian
sosial adalah kondisi alamiah spesies manusia dan perangkat yang mengikat
masyarakat secara bersama-sama (Adler, 1927). Oleh karena itu, kepedulian
sosial adalah minat atau keterikatan kita untuk membantu orang lain.
Lingkungan terdekat kita yang berpengaruh besar dalam menentukan
tingkat kepedulian sosial kita. Lingkungan yang dimaksud di sini adalah
keluarga, teman-teman dan lingkungan masyarakat tempat kita tumbuh. Karena
merekalah kita mendapat nilai-nilai tentang kepedulian sosial. Nilai-nilai yang
tertanam itulah yang nanti akan menjadi suara hati kita untuk selalu membantu
menjaga sesama. Kepedulian sosial yang di maksud bukanlah untuk
9

mencampuri urusan orang lain, tetapi lebih pada membantu menyelesaikan


permasalahan yang di hadapi orang lain dengan tujuan kebaikan dan
perdamaian.

D. Kepedulian Sosial dalam Perspektif Islam


Dalam perspektif islam kepedulian sosial dapat di ambil dalam suatu contoh
perilaku tentang bagaimana memperhatikan orang lain yaitu dalam sebuah buku
yang berjudul 8 pesan lukman Al-Hakim, Lukman Al-Hakim berkata:
Ketahuilah anak-anakku.! di dunia ini sunnatullah (hukum yang dibuat Allah
berlaku untuk menjadi kaidah dalam semesta). Diantara sunnatullah itu ada
yang disebut hukum tarik menarik. Kebaikan akan menarik kebaikan yang
sama, dan keburukan akan menarik keburukan yang sama. Maka jika kamu
berbuat baik, berarti kamu menarik kebaikan dari luar masuk kedalam diri
kamu, begitupun sebaliknya.
Islam adalah agama yang menghendaki kebaikan dalam dua aspek, pertama,
aspek hablun minallah (hubungan vertical) yaitu hubungan antara hamba
dengan tuhannya. Kedua, aspek hablun minannas (hubungan horizontal) yaitu
hubungan antara hamba dengan hamba lainnya. Dengan demikian, islam
menghendaki pemeluknya untuk berbuat kesalehan. Pertama, kesalehan ritual
yaitu kesalehan seorang hamba dalam hubungan dengan tuhan atau dalam
beribadah. Dan yang kedua, kesalehan sosial, yaitu kesalehan dalam hubungan
dengan sesama manusia. Islam sangat menganjurkan untuk berbuat kebaikan
terhadap sesama manusia, apalagi terhadap orang-orang yang betul-betul sangat
membutuhkan.
Dalam setiap agama, peduli pada kesusahan orang lain adalah sebuah
kewajiban. Apalagi dalam agama Islam diwajibkan untuk membantu saudara
sesama manusia, sesama makhluk Tuhan, apalagi bila itu adalah umat muslim,
dengan apa pun yang dapat kita lakukan. Karena menurut Islam umat adalah
bagai sebuah bangunan, bila satu bagian rusak atau sakit maka bagian lain akan
goyah. Oleh karena itu kita sebagai seorang muslim yang diberi harta lebih,
maka sudah seharusnya kita bersikap bermurah hati, dermawan, dan berinjak
10

pada jalan kebaikan. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Saba ayat
39, berbunyi:
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan
bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang
sebaik-baiknya. (QS. Saba: 39)
Pada ayat ini Allah SWT menegaskan sekali lagi bahwa Dia melapangkan
rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkannya bagi yang
dikehendaki-Nya, dengan hikmah kebijaksanaa-Nya. Barang siapa yang
disempitkan Allah SWT rezekinya janganlah terlalu bersedih hati, hendaklah ia
menghadapinya dengan tabah dan sabar tetap berusaha serta tawakal siapa tahu
dalam waktu yang tidak begitu lama Allah akan. memberinya kelapangan,
dengan demikian akan hilanglah kesulitan dan kepahitan yang dideritanya.
Allah SWT berfirman pada ayat lain:
Artinya: Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. QS. Al-Insyirah : 5-6)
Sebaliknya bagi seseorang diberi Allah SWT kelapangan dan harta
kekayaan yang banyak janganlah takabur dan sombong dengan kekayaan itu.
Hendaklah dia mempergunakan harta itu untuk hal-hal yang diridai Allah SWT
dan janganlah ia sekali-kali bersifat kikir dengan harta itu sampai tidak mau
menafkahkannya ke jalan yang bermanfaat untuk masyarakatnya, dan
menghardik orang miskin yang meminta pertolongan kepadanya karena hal
seperti itu sangat dibenci Allah SWT bahkan dianggapnya sebagai tindakan
mendustakan agama-Nya, sebagai tersebut dalam firman-Nya dalam QS. Al-
Mauun ayat 1-3: Artinya:
1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin
Janganlah seseorang menyangka bahwa harta yang dinafkahkannya itu akan
hilang sia-sia. Allah SWT pasti akan menggantinya dengan pahala berlipat
11

ganda kalau tidak di dunia ini di akhirat pasti ia akan menerima ganjaran sampai
beratus-ratus kali lipat. Bagi Allah SWT menggantikan harta orang yang suka
beramal dan berbuat baik adalah mudah, karena Dia sebaik-baiknya pemberi
rezeki.
Rasulallah SAW bersabda:
: .



) (
Artinya: Pada setiap pagi ada dua malaikat yang turun kepada hamba
Allah, yang seorang berdoa. Ya Allah berikanlah kepada orang yang suka
menafkahkan hartanya, ganti dari harta yang dinafkahkannya. Dan seorang
lagi berdoa pula: Ya Allah timpakanlah kepada orang yang kikir dan tidak mau
menafkahkannya kemusnahan harta itu. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah)
Dalam Islam antara seorang muslim terhadap muslim lain adalah saudara
dan tentunya ada salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang muslim
terhadap saudaranya yaitu tidak boleh membuat saudaranya kesusahan,
sengsara, kewajiban untuk mempermudah kepentigan (hajat atau kebutuhan
saudaranya) dan kita sebagai seorang muslim harus memberi rasa aman
terhadap saudara muslim yang lain. Maka dari itu, Allah SWT akan
memberikan balasan terhadap seorang muslim yang memenuhi kewajiban antar
sesama muslim tersebut pada hari kiamat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Islam mengajarkan bahwa kerja bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan
hidup diri atau keluarga. Kerja bertujuan untuk meningkatkan kualitas ibadah
kepada Tuhan. Oleh sebab itu, hasil kerja berupa kepemilikan harta kekayaan,
harus ada yang diperuntukkan buat Tuhan, yaitu mendermakannya di jalan
Allah. Begitupun juga islam mengajarkan kepada kita mengenai kepedulian
social Orang yang melepaskan kesusahan seorang mukmin dari berbagai
kesusahan dunia akan mendapat pertolongan Allah SWT, yaitu Allah SWT akan
melepaskan orang tersebut dari kesusahan-kesusahan pada hari kiamat, orang
yang memberi kelonggaran kepada orang yang sedang ditimpa kesusahan,
niscaya Allah SWT memberi kelonggaran bagi orang tersebut di dunia dan di
akhirat dan orang yang menutupi seorang mukmin dari aib dan perbuatan dosa,
niscaya Allah SWT akan menutupi orang tersebut dari aib dan azab di akhirat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al Mundziri,2008 Al Hafizh Zaki Al Din Abd Al-Azhim; Ringkasan Shahih


Muslim. Bandung: Mizan Pustaka

An-Nawawi, Al Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf; 1999.Riyadus Sholihin.


Jakarta: Pustaka Amani

Asnan SyafiI Wagino, Menabur Mutiara Hikmah, Jakarta: Mizan

Bahreisi, Hussein, Hadits Shahih Al-Jamius Shahih Bukhari-Muslim, Surabaya:


Karya Utama

Efendi, Rustam. 2008. Produksi Dalam Islam. Yogyakarta: Magistra Insania Press.

Hasan, M. Tholchan. 2000. Dinamika Kehidupan Religius. Jakarta : Listafariska


Putra.

Mahali, Ahmad Mudjab, 2004, .Hadist-hadist Muttafaq alaih .Jakarta: Prenada


Media.

Shihab, Quraish, 1998, Wawasan al-Quran, Jakarta: Mizan.

Tasmara Toto, Membudayakan Etos Kerja, Jakarta: Gema Insani.

Anda mungkin juga menyukai