Anda di halaman 1dari 38

EFEKTIVITAS ETOS KERJA BURUH DALAM MENSEJAHTERAKAN

KELUARGA MENURUT HUKUM ISLAM


(Studi Kasus di Desa Bumi Ratu,Kecamatan Rawajitu, Kabupaten Tulang Bawang)

PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Irana Yuni Sari


NPM : 18020010
Program Studi : Ekonomi Syariah

Pembimbing 1 : Khufyah Robe’nur, M.E


Pembimbing 2 : Aang Kurnia, M. Pd

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARIAH DARUSY SYAFAAH


LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada
kita semua sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini
dengan judul “Efektivitas Etos Kerja Buruh dalam Mensejahterakan Keluarga Menurut
Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Bumi ratu, Kecamatan Rawajitu, Kabupaten Tulang
Bawang”.
Penyusunan laporan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan kelulusan pada Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Darusy Safa’ah Lampung
Tengah, Program Studi Ekonomi Syariah. Penyusunan dapat terlaksana dengan baik
berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Lampung Tengah beserta Jajaranya.
2. Bapak Arif Ismunandar, M.H, Selaku Ketua Prodi Ekonomi Syari’ah Sekolah
Tinggi Ilmu Syari’ah DarussySyafaah Lampung Tengah.
3. Bapak Khufyah Robe’nur, M.E, Selaku Pembimbing Akademik 1.
4. Bapak Aang Kurnia, M.Pd, Selaku Pembimbing Akademik 2.
5. Bapak Mujiono, selaku Kepala Desa Bumi ratu dan Beserta Staf Jajaranya.
6. Ayah dan ibunda tercinta yang selalu memberikan motivasi dan dukungan serta
do’a.
7. Sahabt terbaikku Putri Kamilatun, Ahmad Syarifudin Zuhri, Esti Winarsih, dan
Roikhatul Jannah, yang senantiasa meluangkan waktu dan pikiran untuk
membantu dalam penyelesaian penyusunan proposal skripsi ini.
8. Teman-Teman satu angkatan yang selalu memberikan motivasi, dukungan,
semangat, canda dan tawa.
9. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu yang telah membantu
penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan laporan
penelitian ini.
Walaupun demikian, dalam penyusunan Proposal Skripsi ini, peneliti menyadari masih
belum sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan penelitian ini. Namun demikian adanya, semoga proposal skripsi ini dapat
dijadikan acuan tindak lanjut penelitian selanjutnya dan bermanfaat bagi kita semua
terutama bagi Jurusan Ekonomi Syariah.

Bumi Ratu, Desember 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................ii

KATA PENGANTAR .............................................................................................iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul .............................................................................................5


B. Latar Belakang Masalah ................................................................................6
C. Rumusan Maasalah ........................................................................................11
D. Tujuan Penelitian ...........................................................................................12
E. Manfaat/Kegunaan Penelitian........................................................................12
F. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ..............................................................13
G. Metode Penelitian ..........................................................................................
H. Sistematika Pembahasan................................................................................16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Efektivitas .........................................................................................19
B. Etos Kerja ......................................................................................................24
C. Buruh .............................................................................................................31
D. Kesejahteraan Keluarga .................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mnafsirkan judul pada skripsi

yang berjudul “Efektivitas Etos Kerja Buruh dalam Mensejahterakan Keluarga

menurut Pandangan Hukum Islam”, maka peneliti akan sedikit menjelaskan

tentang judul pada proposal skripsi ini. Adapun beberapa istilah yang perlu di

uraikan yaitu :

1. Efektivitas adalah suatu ukuran sampai sejauhmana seseorang atau

organisasi dapat melaksanakan seluruh tugas-tugas dan mencapai semua

sasaran atau tujuannya.

2. Etos kerja adalah semangat dan sikap batin tetap seseorang atau

sekelompok orang sejauh di dalamnya terdapat tekanan moral.1

3. Kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan berasal dari kata sejahtera adalah

suatu keadaan yang meliputi rasa aman dan tentram lahir dan batin.

Sedangkan keluarga adalah anggota yang mempunyai hak dan kewajiban

serta tanggung jawab atas segala hal yang berhubungan dengan

kepentingan kelompok/keluarganya.2

4. Hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh Allah

untuk umat-Nya yang di bawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang

berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang

1
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi, Teoro Pengantar, edisi ke-3 (Jakarta: Rajawali Pers, 2006).
2
Asih Kuswardinah, Ilmu Kesejahteraan Keluarga (Semarang: UNNESPRESS, 2017), 2.

5
berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan oleh umat

muslim semuanya.

B. Latar Belakang

Manusia pada dasarnya mempunyai skill yang mampu di implementasikan

dalam kehidupan sehari-hari, baik skill yang secara alami maupun skill yang

intervesi. Dengan potensi skill yang dimiliki manusia akan bekerja untuk

memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani dan saling tolong menolong antara satu

dengan yang lainya dalam kehidupan masyarakat.

Dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya, manusia harus

mampu bekerja dengan sendirinya. Kerja merupakan salah satu bagian yang harus

manusia lakukan dalam kehidupan, bekerja juga bisa dikatakan ibadah kepada

Allah SWT3, hal ini diperkuat dengan adanya hadits yang menerangkan tentang

anjuran untuk bekerja keras, seerti dalam QS. At-Taubah ayat 105 :

Yang artinya : Dan katakanlah : “Bekerjalah Kamu, maka Allah dan

Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu

akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan ghaib dan yang nyata,

lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. At-

Taubah ayat 105).

3
Hasby As-Shiddiqy, Kuliah Ibadah, Cet. 1 (Jakarta: Bulan Bintang, 1945), 4.

6
Kemudian dalam di perjelas juga dalam QS. Al-Ankabut ayat 17, yang

berbunyi :

Yang artinya : “Maka carilah rezeki di sisi Allah, kemudian beribadah dan

bersyukurlah kepada Allah. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan”. (QS.

Al-Ankabut aayat 17).

Dari kedua ayat tersbut dapat diketahui bahwa, manusia harus bekerja

keras demi kebutuhan jasmani dan rohaninya. Jika manusia hanya memenuhi

kebutuahn jasmani tanpa kebutuhan rohani maka manusia tersebut akan celaka,

begitupun sebaliknya jika manusia hanya mencari kebutuhan rohaninya saja tanpa

memikirkan jasmaninya maka hidupnya tidak akan seimbang.

Kebutuhan-kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi oelh manusia yaitu

sandag,pangan, dan papan serta kesehatan dan pendidikan, pangan dan sandang

adalah kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Tidak seorang pun yang

dapat melepaskan dari dua kebutuhan tersebut.4 Hal ini juga di jelaskan dalam QS.

An-Nahl ayat 68 :

4
Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam (Jakarta: Rabbani, 2011), 66.

7
Yang artinya : “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : “Buatlah

sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang

dibikin manusia”.5

Berdasarkan penjelasan ayat diatas, manusia diwajibkan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dan harus mampu bertahan hidup guna memenuhi kebutuhan

hidupnya. Salah satu cara yang dapat ditempuh manusia agar kebutuhanya

terjamin dalam resiko-resiko yang dihadapi manusia dalam pemenuhan kebutuhan

hidupnya yakni dengan bekerja keras menjadi penjamin akan kemampuan dirinya

yang mampu memenuhi kehidupanya kelak, baik pemenuha akan sandang,

pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan bagi keluarganya.

Etos kerja adalah semangat atau spirit seseorang dalam melakukan suatu

pekerjaan. Etos kerja yang didorong oleh semangat hanya untuk mengejar uang

semata-mata adalah etos kerja yang berdimensi tubuh yang bersifat kebendaan

saja, bukan etos kerja yang berdimensi spiritual dan bersifat sosial.6

Persoalan etos kerja, perlu diperhatikan lebih jelas. Yang seharusnya

karyawan bisa merasakan ketentraman, kenyamanan, serta kebahagiaan dalam

hidupnya baik itu bekerja maupun bermasyarakat (sosial), dan pada kenyataanya

karyawan tertekan di tempat kerjanya, merasa ketidak nyamanan dalam bekerja,

dan tidak memiliki etos kerja. Yang dimaksut etos kerja adalah sikap yang muncul

5
Departemen Agama RI, Al –Hikmah Al-Qur‟anulkarim (Bandung: CV.Penerbit Diponegoro, 2010), 274.
6
Panji Anoraga, Psikologi Kerja (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), 26.

8
atas kehendak dan kesadaran diri sendiri yang didasarkan oleh sistem orientasi

nilai budaya terhadap kerja.7

Hakikatnya dalam Islam memerintahkan para pengusaha/majikan untuk

menghargai kerja keras dan memenuhi kewajiban terhadap para pekerja/buruh

dengan memberikan hak-hak serta jaminan. Sebagaimana yang telah diterangkan

dalam QS.Al-Ahqaf ayat 19 :

Yang artinya : “Dan bagi mereka derajat menurut apa yang telah mereka

kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan

mereka sedang mereka tiada dirugikan”. (QS. Al-Ahqaf ayat 19)

Ayat diatas menjelaskan bahwa seseorang pemimpin harus memberi upah

yang layak atau yang minimal dapat mencukupi kebutuhan pokok kepada

pekerja/buruh mereka. Ayat ini juga menjelaskan bahwa upah yang diterima

pekerja harus ditentukan berdasarkan kerjanya dan sumbangsihnya dalam

kerjasama produksi dan untuk itu harus dibayar tidak kurang dan tidak lebih dari

apa yang telah dikerjakanya.

Pendapatan buruh petani di Desa Bumi ratu, Kecamatan Rawajitu masih

tergolong dalam pendapatan gaji/upah yang masih rendah. Pendapatan buruh

setiap musim tanam dan panen padi itu berbeda, jika buruh tanam padi

perhektarnya mendapatkan upah kisaran Rp. 100.000/hektar, itupun jika setiap

7
Nyoman Sukardewi, et all, “Kontribusi Adversity Quotient (AQ) Etos Kerja dan Budaya Organisasi
terhadap Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Amlapura". dalam Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas
Syiah Kuala, volume 4,” 2013, 3.

9
hari ada orang yang membutuhkan buruh tanam padi. Kemudian untuk buruh

panen padi yang biasanya dilakukan oleh para lelaki mendapat upah kisaran

Rp.150.000/hektar. Jika di kalkulasikan selama sebulan, untuk buruh tanam padi

hanya mendapat upah sebesar Rp. 3.000.000/bulan. Dan untuk buruh panen padi

mendapat upah kisaran sebesar Rp. 200.000/hektar, jika di kalkulasikan selama

satu bulan buruh panen padi mendapat upah sebesar Rp. 6.000.000/hektar, itupun

jika setiap hari ada yang membutuhkan buruh panen padi. Hal tersebut

menggambarkan bahwa buruh tanam dan panen padi di Desa Bumi Ratu

Kecamatan Rawajitu mendapat upah yang tidak menentu karena dalam satu tahun

tanam dan panen padi hanya 1-2 kali tanam dan panen padi.

Kemudian, pada era modern ini dimana buruh tanam dan panen padi tidak

lagi dibutuhkan karena masuknya mesin-mesin berteknologi canggih yang

menggantikan pekerjaan manusia seperti mesin tanam padi dan mesin panen padi.

Hal ini berdampak pada pendapatan buruh tanam dan panen padi, yang seharusnya

para buruh bisa mendapatkan penghasilan dari buruh tanam dan panen padi, tetapi

setelah masuk nya mesin teknologi canggih para buruh tidak mendapatkan hasil

lagi.

Berdasarkan informasi yang di dapat dari hasil wawancara dengan

masyarakat yaitu ibu Hanifah salah satu masyarakat yang mendapatkan

penghasilan dari buruh tanam padi didapat bahwa masuknya mesin tanam dan

panen padi di desa Bumi raatu Kecamatan Rawajitu Utara mengakibatkan tidak

adanya pengahsilan yang penuh seperti sebelum adanya mesin teknologi canggih,

walaupun masih ada juga orang yang membutuhkan jasa para buruh untuk

10
menanam padi di sawahnya. Hal ini mengakibatkan turunya pendapatan para

buruh tanam padi, sehingga untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari para

buru harus bekerja tambahan seperti cabut rumput di sawah (matun). Itupun tidak

banyak yang butuh para buruh.8

Selanjutnya hasil wawancara dari salah satu buruh panen padi yakni bapak

Nurkholis salah satu masyarakat yang menjalankan mesin teknologi canggih

berkata bahwa dengan adanya mesin tanam dan panen padi ini masyarakat tidak

perlu lagi menyuruh orang/para buruh untuk menanam dan memanen padi lagi,

dan dengan teknologi yang ada ini pekerjaan semakin cepat dan biayanya pun

hampir sama tidak beda jauh.

Dari beberapa permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang penelitian yang berjudul “Efektivitas Etos Kerja Buruh dalam Upaya

Mensejahterakan Keluarga Menurut Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Bumi

Ratu, Kecamatan Rawajitu, Kabupaten Tulang Bawang)”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana efektivitas etos kerja buruh di desa Bumi Ratu, Kecamatan

Rawajitu Kabupaten Tulang bawang dalam mensejahterakan keluarga?

8
“Wawancara dengan Ibu Hanifah selaku buruh tanam padi di Desa Bumi Ratu, Kecamatan rawajitu,
Kabupaten Tulang Bawang, ( 8 Desember 2021).

11
2. Bagaimana efektivitas etos kerja buruh di desa Bumi Ratu Kecamatan

rawajitu Kabpuaten Tulang bawang dalam mensejahterakan keluarga

menurut hukum islam?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian

ini adalah :

1. Untuk mengetahui etos kerja buruh di desa Bumi Ratu Kecamatan

Rawajitu Kabupaten Tulang Bawang dalam Mensejahterakan Keluarga.

2. Untuk mengetahui etos kerja buruh di desa Bumi ratu Kecamatan rawajitu

Kabupaten Tulang Bawang dalam mensejahterakan keluarga menurut

hukum islam.

E. Manfaat/Keguanaan Penelitian

1. Secara teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai wujud

pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

b. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi stimulus bagi penelitian

selanjutnya. Sehingga proses pengkajian secara mendalam akan

terus berlangsung dan memperoleh hasil yang maksimal.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini dharapkan dapat memberi masukan kepada buruh

mengenai bagaimana etos kerja baik menurut Islam sehingga dapat

meningkatkan kinerja buruh dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

12
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan

A. Skripsi

a. Ahmad Bisri Mustofa, dengan judul skripsi “Etos Kerja Islam

dalam Lembaga Keuangan Syariah di BMt Istiqomah

Karangrejo” tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

penerapan etos kerja Islam dalam pengelolaan lembaga keuangan

syariah dan etos kerja Islam mempengaruhi kinerja karyawan pada

BMT Istiqomah Karangrejo. Hasil penelitian ini kinerja karyawan

dipengaruhi oleh etos kerja Islam, maka semakin tinggi etos kerja

Islam semakin tinggi pula kinerja karyawan pada BMT Istiqomah

Karangrejo, karena yang sedikitnya belum banyak BMT

menerapkan sistem etos kerja Islam dalam operasional kerjanya.

Persamaan penelitian ini sama-sama mengkaji tentang ruang

lingkup etos kerja. Perbedaanya penelitian sebelumnya membahas

mengenai penerapan etos kerja Islam dalam pengelolaan lembaga

keuangan syariah dan etos kerja Islam mempengaruhi kinerja

karyawan pada BMT Istiqomah Karangrejo, sedangkan penelitian

ini membahas tentang efektivitas etos kerja dalam

mensejahterakan keluarga menurut hukum Islam.

13
G. Metodologi Penelitian

1. Jensi Penelitian

Dalam skripsi ini penulis menggunakan penelitian kualitatif. Metode

penelitian kualitatif didefinisikan sebagai metode penelitian ilmu-ilmu

sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan

maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia.9

Adapun pendekatan yang akan penulis lakukan adalah pendekatan

deskriptif yaitu langkah kerja untuk mendeskripsikan suatu objek,

fenomena, atau setting social terjewentah dalam suatu tulisan yang bersifat

naratif, artinya data dan fakta yang dihimpun berbentuk kata atau gamar

daripada angka-angka. Mendeskripsikan sesuatu berarti menggambarkan

apa, mengapa, dan bagaimana suatu kejadian itu terjadi.10

Dalam menuangkan suatu tulisan, laporan penelitian kualitatif berisi

kutipan-kutipan dari data atau fakta yang diungkap di lapangan untuk

memberikan ilustrasi yang utuh dan untuk memberikan dukungan terhadap

apa yang disajikan.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang

diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Dengan

9
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), 13.
10
Djami’an Satori, Metodologi Penelitan Kualtatif (Bandung: Alfabeta, 2013), 28.

14
demikian, pengertian observas penelitian kualitatif adalah

pengamatan langsung terhadap onjek untuk mengetahui keberadaan

objek situasi, konteks dan maknanya dalam upaya mengumpulkan

data penelitian.11

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering

digunakan dalam penelitian kualitatif. Melaksanakan teknik

percakapan antara wawancara berarti melakukan interaksi

komunikasi atau terwawancara (Interview) dengan maksud

menghimpun informasi dari interview. Interview pada penelitian

kualitatif adalah informan yang daripadanya pengetahuan dan

pemahaman diperoleh.12

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini, peneliti memperoleh informasi bukan dari

orang sebagai sumber, tetapi mereka memperoleh informasi dari

macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada

informan dalam bentuk buku, catatan, dokumen-dokumen.

d. Teknik Pengolahan Data

Mengelola berarti menyaring dan mengatur data yang telah

diperoleh untuk menghasilkan susunan subtansi masalah yang benar

setelah data terkumpul, kemudian penulis menggunakan cara-cara

11
Djami’an Satori, 105.
12
Djami’an Satori, 129.

15
dalam pengolahan data tersebut dan mengklasifikasikan

permasalahan menurut jenis batasan permasalahan itu sendiri, lalu

dianalisis secara kualitatif dengan tidak menyampingkan data

kuantitatif dengan merujuk kepada literatur yang beraturan.

e. Sumber Data

1) Data Primer

Penelitian ini mengambil data yang diperoleh secara

langsung dari pihak yang berhubungan dengan penelitian ini

dengan melalui observasi pengamatan langsung, wawancara

dengan beberapa buruh/masyarakat yang sudah berkeluarga.

2) Data Skunder

Data skunder yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur

yang berhubungan dengan masalah dan catatan-catatan atau

dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun instansi

yang terkait lainya.

f. Teknis Analisis Data

Analisis data adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau

fokus kajian menjadi bagian-bagian sehingga susunan/tatanan

bentuk sesuatu yang siurai itu tampak dengan jelas dan karenanya

bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau lebih jernih

dimengerti duduk perkaranya.13

13
Djami’an Satori, 200.

16
H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan proposal ini, penulis membagi pembahasan dalam lima bab

dengan sistematika berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab pertama pendahuluan yang meliputi : Latar Belakang

Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kajian

Pustaka, Kerangka Pemikiran, Metodologi Penelitian dan

sistematika Penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab kedua : Sejarah dan Visi Misi Desa Bumi ratu, Kondisi

Objek Desa Bumi ratu, Kondisi Geografis, Kondisi Demografis

dan Potensi Wilayah, Kondisi Ekonomi, Mata Pencaharian,

BAB III KAJIAN TEORITIS

Bab ini membahas tentang : Pemgertian Efektivitas, Pengertian

Etos Kerja, Pengertian Buruh, Ruang Lingkup Keluarga

Sejahteran.

BAB IV EFEKTIVITAS ETOS KERJA BURUH DALAM

MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MENURUT HUKUM

ISLAM

Bab ini mengemukakan hasil penelitian yaitu tentang efektivitas

etos kerja kerja buruh dalam mensejahterakan keluarga menurut

huku islam, faktor yang mempengaruhi etos kerja.

BAB V PENUTUP

17
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran

18
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang memiliki arti

dicapainya suatu keberhasilan dalam mencapai tujuan yang

diharapkan atau di tetepkan. Efektivitas selalu berkaitan dengan

hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang

sesungguhnya dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut

pandang (View Point) dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan

mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi. Athur G. Gedeian dkk,

menafsirkan efektivitas yaitu : “Semakin besar pencapaian tujuan-

tujuan organisasi semakin besar efektivitas”.14

Kurniawan menjelaskan jika efektivitas merupakan

kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program

atau misi) dari pada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya

tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaanya. Pengertian tersebut

mengartikan bahwa efektivitas merupakan tahap dicapainya

keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berbeda

dengan pendapat Susanto, yang memberikan pengertian mengenai

efektivitas yaitu merupakan daya pesan untuk mempengaruhi atau

tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi. Jadi dapat

14
Nasution, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1983), 56.

19
diartikan jika efektivitas sebagai suatu pengukuran akan tercapainya

tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang.

Efektivitas juga dapat diartikan sebagai ukuran berhasil

tidaknya suatu organisasi mencapai tujuanya. Apabila suatu organisasi

berhasil mencapai tujuanya, maka organisasi tersebut dikatakan telah

berjalan dengan efektif.15

Kemudian menurut Bastian, efektivitas dapat diartikan sebagai

keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Selain itu efektivitas adalah hubungan antara output dan

tujuan dimana efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat

output atau keluaran kebijakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Selanjutnya istilah efektivitas adalah pencapaian tujuan

atau hasil yang dikehendaki tanpa menghiraukan faktor-faktor tenaga,

waktu, biaya, pikiran, alat-alat, dan lain-lain yang telah ditentukan.16

Efendy menjelaskan efektivitas adalah komunikasi yang

prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya

yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang

ditentukan. Jadi dapat diartikan indikator efektivitas dalam arti

tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya

merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai

dengan apa yang telah direncanakan.

15
Ulum Ihyaul MD, Akuntasin Sektor Publik (Malang: UMM Press, 2004), 294.
16
Asnawi, “Efektivitas Penyelenggaraan Publik Pada Samsat Corner Wilayah Malang Kota” (Skripsi S-1
Jurusan Ilmu Pemerintahan, UMM, FISIP, 2013), 6.

20
Dari beberapa oendpat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa

efektivitas ialah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat dari apa

yang dikehendaki. Misalnya dalam ruang lingkup buruh tani, jika

dalam suatu pekerjaanya itu atas kehendak diri sendiri dengan maksut

tertntu dapat dikatakan efektiv jika pekerjaan yang dilakukanya

tersebut seusuai dengan apa yang dikenehdakinya dan telah

direncanakan seblumnya.

b. Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas suatu program kegiatan bukanlah suatu

hal yang sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai

sudut pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta

menginterprestasikanya. Tingkat efektivitas dapat diukur dengan

membandingkan anatar rencana yang telah ditentukan dengan hasil

nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan

dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan

tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan

tidak efektif.17

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan

efektif atau tidak, yaitu :

17
Iga Rosalina, “Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan Pada
Kelompok Pinjaman Bergulir Di Desa Mantren Kec Karangrejo Kabupaten Madetaan”. Jurnal Efektivitas
Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 01 No 01,” Februari 2012, 3.

21
1) Tujuan yang akan dicapai harus diperjelas, hal ini

dimaksudkan agar karyawan/buruh dalam melaksanakan

tugasnya dapat mencapai sasaran yang di harapkan.

2) Strategi pencapaian tujuan harus jelas, telah diketahui bahwa

suatu cara atau strategi adalah “pada jalan” yang diikuti dalam

melakukan berbagai upaya dalam mencapai sasaran-sasaran

yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam

pencapaian tujuan nya.

3) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap.

4) Perencanaan yang matang.

5) Tersedianya sarana dan prasarana kerja.

6) Pelaksanaan yang efektiv dan efisien, bagaimanapun baiknya

suatu program apabila tidak dilaksanakan secara efektiv dan

efisien maka organisasi tersebut tidak akan mencapai

sasaranya, karena dengan pelaksanaan organisasi semakin

didekatkan pada tujuanya.

7) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik

mengingat sifat manusia tidak sempurna maka efektivitas

organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan

pengendalian.

c. Pendekatan Efektivitas

22
Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana

aktifitas itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan

terhadap efektivitas yaitu :18

1) Pendekatan Sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu

lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai

dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkat

keberhasilan organisasi dalam mencapai sasarn tersebut.19

2) Pendekatan Sumber (System Resourch Approach)

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui

keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai

macam sumber yang dibutuhkanya. Suatu lembaga harus dapat

memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara

keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif.

3) Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan

kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga

yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana

kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi.

18
Dimianus Ding, “‘Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Pedesaan’. Jurnal Ilmu Pemerintah, Vol. 02 No. 02,” Februari 2014, 8–10.
19
Dimianus Ding, 8.

23
B. Etos Kerja

a. Pengertian Etos

Sonny dan Imam mengemukakan secara etimologis, kata etos

kerja itu sendiri berasal dari bahawa Yunani ethos yang memiliki arti

sikap kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu.

Kemudian dari kata ini dilahirkan kata ethic atau etika yang memiliki

arti sebagai karakteristik, dan sikap, kebiasaan, serta kepercayaan dan

seterusnya yang bersifat khusus tentang individu atau sekelompok

manusia.20

Pareno mengartikan etika juga bisa diartikan sebagai sopan

santun, oleh karena itu lebih bersifat outer action yaitu tindakan yang

tidak berasal dari dalam hati melainkan didasari oleh pertimbangan

rasional. Verdeber dalam Pareno seperti yang menyatakan bahwa etika

adalah standar-dtandar moral yang mengatur perilaku kita, bagaimana

kita bertindak.21

Etos juga memiliki makna nilai moral yaitu suatu pandangan

batin yang bersifat mendarah daging dengan menghasilkan pekerjaan

yang baik, bahkan sempurna, nilai-nilai Islam yang diyakini dapat

diwujudkan. Karenanya, etos bukan sekedar kepribadian atau sikap,

melainkan lebih mendalam lagi, dia adalah martabat, harga diri, dan

jati diri seseorang.

20
Imam Sonny Keraf, Etika Bisnis, Membangun Citra Bisnis Sebagai Profesi Luhur (Yogyakarta: Kanisius,
2005), 10.
21
Pareno S. A, Etika Bisnis Wirausaha Muslim : Suatu Arah Pandang (Surabaya: Papyrus, 2002), 13.

24
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa etos adalah semnagat kerja sikap atau sikap

kerja, menuntut ilmu pengetahuan dan meningkatkan keterampilan

yang menjadi cri khas seseorang agar dapat membangun kehidupan

yang lebih baik dimasa datang.

b. Etos Kerja

Etos kerja menurut Mabyarto adalah sikap dari masyarakat

terhadap makna kerja sebagai pendorong keberhasilan usaha dan

pembangunan. Etos kerja merupakan fenomena sosiologi yang

eksistensinya terbentuk oleh hubungan produktif yang timbul sebagai

akibat dari struktur ekonomi yang ada dalam masyarakat.22 Sedangkan

menurut ahmad Janan, etos kerja adalah karakter dan kebiasaan

sseorang atau kelompok yang berkaitan dengan kerja yang terpancar

dari sikap, sifat, watak individu atau kelompok tersebut.23

Menurut Muchdarsyah Sinungan, etos kerja dapat juga berupa

gerakan penilaian dan mempunyai gerak evaluatif pada tiap-tiap

individu dan kelompok. Dengan evaluasi tersebut akan tercipta gerak

grafik menanjak dan meningkat dalam waktu-waktu berikutnya. Etos

kerja juga bermakna cermin atau bahan pertimbangan yang dapat

dijadikan pegangan bagi seseorang untuk menentukan langkah-

langkah yang akan diambil kemudian.24

22
Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian (Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan
Ekonomi dan Sosial, 2009), 3.
23
Ahmad Janan Asifudin, Etos Kerja Islami (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004), 27.
24
Muchdarsyah Sinungan, Produktivitas Apa dan Bagaimana (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 135.

25
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli diatas, maka

dapat disimpulkan bawah etos kerja adalah sebagai daya dorong di satu

sisi, dan daya nilai pada setiap individu atau kelompok pada sisi lain.

c. Aspek-Aspek Etos Kerja

Menurut Jansen Sinamo, untuk mengukur etos kerja ada

delapan aspek yang perku diperhatikan, sebagai berikut :25

1) Kerja adalah rahmat, karena kerja merupakan pemberian dari

Yang Maha Kuasa maka individu harus dapat bekerja dengan

tulus dan penuh syukur.

2) Kerja adalah amanah, kerja merupakam titipa berharga yang

dipercayakan kepada kita sehingga kita mampu bekerja dengan

benar dan penuh tanggung jawab.

3) Kerja adalah apnggilan, kerja merupakan suatu dharma yang

sesuia dengan pangglan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja

keras dengan penuh integritas.

4) Kerja adalah aktualisasi, pekerjaan adalah sarana bagi kita

untuk mencapai hakikat yang tinggi sehingga kita akan bekerja

keras dengan penuh semangat.

5) Kerja adalah ibadah, bekerja merupakan bentuk bakti dan

ketaqwaan kepada Sang Khalik, sehingga melalui pekerjaan

25
Jansen Sinamo, Etos Kerja: 21 Etos Kerja Profesional di Era Digital Global Edisi 1 (Jakarta: Institut
Darma Mahardika, 2002), 2.

26
individu mnegarahkan dirinya pada tujuan agung Sang

Pencipta dalam Pengabdian.

6) Kerj adalah seni, kerja dapat mendatangkan kesenangan dan

kegairahan kerja sehingga lahirlah daya cipta, kreasi baru, dan

gagasan inovatif.

7) Kerja adalah kehormatan, pekerjaan dapat membangkitkan

harga diri sehingga harus dilakukan dengan tekun dan penuh

keunggulan.

8) Kerja adakah pelayanan, manusia bekerja bukan hanya untuk

memenuhi kebutuhanya sendiri saja tetapi untuk melayani

sehingga harus bekerja sempurna dan penuh kerendahan hati.26

Sedangkan menurut Musa Asy’Arie, etos kerja memiliki tiga

aspek atau karakteristik, yaitu :27

1) Keahlian Interpersonal

Keahlian interpersonal adalah aspek yang berkaitan dengan

hubungan kerja dengan orang lain atau bagaimana pekerjaan

berhubungan dengan pekerja lain dilingkungan kerjanya.

2) Inisiatif

Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi

seseorang agar terdorong untuk lebih meningkatkan

26
Jansen Sinamo, 3.
27
Musa Ayi’Ari, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat (Yogyakarta: Lesfi, 2007), 97.

27
kinerjanya dan tidak langsung merasa puas dengan kinerja

yang biasa.

3) Dapat diandalkan

Dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengana

danya harapan terhadap hasil kerja seseorang pekerja dan

merupakan suatu perjanjian implisit kerja untuk melakukan

beberapa fungsi dalam kerja.

d. Ciri-Ciri Etos Kerja

Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan

tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu

keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu merupakan

bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah Allah yang akan

memuliyakan dirinya, memamnusiakan dirinya sebagai bagian dari

manusia pilihan (khoiru ummah)28 diantaranya :

1) Memiliki jiwa kepemimpinan (Leadership)

2) Selalu berhitung waktu

3) Menghargai waktu

4) Tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan (positive

impromevements)

5) Hidup berhemat dan efisien

6) Memiliki jiwa wiraswasta

7) Memiliki insting bertanding dan bersaing

28
Tasmara Toto, Etos Kerja Pribadi Muslim (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima, 2009), 18.

28
8) Keinginan untuk mandiri

9) Haus untuk memiliki sifat keilmuan

e. Etos Kerja dalam Perspektif Islam

Agama islam adalah agama serba lengkap, yang didalamnya

mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik kehidupan sprititual

yang bersifat ekhrawi maupun kehidupan material yang bersifat

duniawi termasuk didalamnya mengatur masalah etos kerja.

1) Semangat dalam bekerja

Setiap manusia tentu memilikii semangat dalam hidup nya,

salah satunya yaitu semangat bekerja. Hanya seseorang

teretntu yang bisa mengalami semangat yang tinggi dalam

melakukan aktivitasnya.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim tentang

semangat kerja:29 “Bersemangatlah melakukan hal yang

bermanfaat untukmu dan meminta tolonglah kepada Allah,

serta janganlah engkau malah”, (HR. Muslim).

Dalam hadits tersebut seseorang diseru untuk melakukan suatu

pekerjaan harus dengan semangat dan jangan sampai bermalas-

malasan.

2) Pekerjaan Yang Paling Baik

29
Kh. Toto Tasmara, Membudidayakan Etos Kerja Islami (Depok: Gema Insani, t.t.), 24.

29
Yang artinya : “Dari Rifa’ah bin Rafi, bahwasanya Nabi SAW

ditanya tentang usaha apa yang terbaik, lalu beliau bersabda

:”pekerjaan seorang laki-laki dengan tuigasnya dan setiap jual

beli yang mabrur”. (HR. Bazzar dan hadits tersebut telah

disahihkan oleh Hakim).

Dalam hadits siatas menerangkan bahwasanya pekerjaan yang

paling baik bagi seorang laki-laki ialah dengan tanganya

sendiri artinya tidak ada tangan yang lain membantunya. Dan

setiap jual beli yang mabrur atau yang sah.

3) Spirit dalam bkerja

Yang artinya :”Barang siapa diantara kamu melihat

kemungkaran, hendaklah kamu cegah dengan tangan, dan

apabila tidak sanggup dengan tangan, hendaklah kamu cegah

dengan lidah, dan apabila tidak sanggup dengan lidah,

cegahlah dengan hati, tetapi yang terakhir ini adalah selemah-

lemahnya Iman”. (HR. Muslim)

Kemungkaran merupakan musuh terbesar bagi umat Islam

karena yang mereka maksudkan dengan kemungkaran adalah

seluruh perilaku lahir maupun batin yang menyimpang dari

hukum. Karenanya, sekecil apapun bentuk kemungkaran, dia

akan mengubahnya dengan sekuat tenaga.

30
C. Buruh

a. Pengertian Buruh

Pengertian buruh dalam Kamus Bahasa Indonesia ialah orang

yang melaksanakan pekerjaan untuk orang lain dengan mendapatkan

upah jasa. Buruh adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan dan

mendapat upah atau imbalan dalam bentuk uang, barang, dan lain-lain.

Dengan disamanakanya istilah pekerja dengan buruh merupakan

kompromi setelah dalam kurun waktu yang amat panjang, dua istilah

tersebut bertarung untuk dapat diterima oleh masyarakat.30

Menurut UU No 13 Tahun 2003 pasal 1, pekerja/buruh adalah

seseorang yang melakukan pekerjaan dengan mendapatkan upah/gaji

atau imbalan dalam bentuk lain. Sedangkan pengertian tenaga kerja

ialah seseorang yang mampu melakukan suatu pekerjaan guna

menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

individu atau masyarakat, sedangkan pemberi kerja ialah perseorangan,

pengusaha, badan hukum atau badan lainya yang memperkerjakan

pekerja dengan memberi upah atau imbalan dalam bentuk lain.31

b. Buruh dalam Perspektif Islam

Adapun Islam melihat buruh merupakan mahluk Allah SWT

yang sama dengan manusia lainya. Maka Islam tidak pernah

menganjurkan memusuhi kekayaan dan orang-orang kaya sebagaimana

30
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet-7 (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), 158.
31
“Undang-Undang No 13 Tahun 2003 BAB 1 Pasal 1,” t.t.

31
dalam faham sosialisme. Tidak juga membebaskan sebebas-bebeasnya

individu sebagaimana dalam faham kapitailsme. Bahkan Islam sendiri

menganjurkan agar setiap orang menjadi kaya sebagai bagian dari

kebahagiaan yang harus dicapainya di dunia.

Berikut beberapa konsep buruh dalam perspektif Islam, yakni :

1) Buruh adalah saudara buruh

Sebagai manusia memiliki kehormatan asasi yang

langsung diberikan oleh Allah SWT, jika buruh dianggap

sebagai alat produksi sebagaimana yang terjadi dalam sistem

ekonomi kapitalis maka dalam hal ini kehormatan manusia

sudah disamakan dengan mesin-mesin produksi lainya yang

akan berimbas pada pengerukan keuntungan sebesar-besarnya

oleh sebuah perusahaan dengan tanpa memperhatikan manusia

buruh terseut karena mereka dalam ini sudah dianggap sebagai

alat produksi.

2) Pemerintah memperlakukan buruh dengan baik.

3) Pemberian beban kerja tidak boleh melebihi kemampuan

4) Upah yang layak dan tepat waktu

Islam memandang bahwa upah tidak sebatas imbalan

yang diberikan kepada buruh, melainkan terdapat nilai-nilai

moralitas yang merujuk pada konsep kemanusiaan. Majikan

dalam menetapkan buruh ataupun dizalimi oleh buruh. Dengan

32
kata lain, majikan tidak dibenarkan mengekploitasi buruh dan

buruh tidak boleh mengekploitasi majikanya.

5) Kewajiban buruh terhadap majikan

Seagai wujud komitmen Islam terhadap keadilan, maka Islam

juga melindungi majikan dengan memberikan kewajiban

moral kepada para pekerja atau buruh. Nabi Muhammad SAW

bersabda :”Tidak masuk surga orang pelit, penipu,

pengkhianat, dan orang yang jelek pelayananya terhadap

majikan. Sedangkan orang yang pertama kali mengetuk pintu

surga adalah para buruh yang baik terhadap sesamanya, taat

kepada Allah dan majikannya” (HR. Ahmad).

c. Hak-hak Buruh

Menurut Djoko Triyanto,32 perlindungan kerja meliputi aspek-aspek

yang cukup luas, yaitu perlindungan dari segi fisik yang mencangkup

perlindungan keselamatan dari kecelakaan kerja dan kesehatan serta

adanya pemeliharaan moril kerja dan perlakuan yang sesuai dengan

martabat manusia maupun moral daan agama sebagai konskuensi

lahirnya hubungan kerja, yang secara umu tertuang dalam UU No 13

Tahun 2003 seperti :

1) Hak untuk memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama

tanpa diskriminasi.

32
Djoko Triyanto, Hubungan Kerja pada Perusahaan Jasa (Bandung: Mandar Maju, 2008), 102.

33
2) Hak untuk memperoleh peningkatan dan pengembangan

kompetensi serta mengikuti pelatihan.

3) Hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, medapatkan,

ataupun pindah pekerjaan.

4) Hak atas kepastian dalam hubungan kerja.

5) Hak atas waktu kerja dan waktu istirahat cuti, kerja lembur dan

upah kerja lembur.

D. Kesejahteraan Keluarga

a. Pengertian Kesejahteraan Keluarga

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan

atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup

spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimang antar

anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.33

Menurut Mongid, kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi

dinamis keluarga dimana terpenuhi semua kebutuhan fisik materil,

mental spiritual, dan sosial yang memungkinkan keluarga dapat hidup

wajar sesuai dengan lingkunganya serta memungkinkan anak-anak

tumbuh kembang dan memperoleh perlindungan yang diperlukan

untuk membentuk sikap mental dan kepribadian yang matang sebagai

sumber daya manusia yang berkualitas.

33
“Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009,” t.t.

34
Kesejahteraan keluarga tidak terleps dari upaya pemberdayaan

keluarga. Upaya pemberdayaan keluarga merupakan upaya yang

dilakukan untuk menjadikan keluarga sebagai pelaku dalam

pembangunan dimana suatu keluarga tidak hanya mampu

memberdayakan keluarganya, namun juga memberdayakan

masyarakat. Upaya pemberdayaan keluarga terfokus pada membantu

keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar, sosial, dan psikologi

untuk mencapai kesejahteraan.34

b. Indikator Keluarga Sejahtera

Indikator keluarga sejahtera yaitu terpenuhinya kebutuhan

pokok bagi keluarga. Indikator keluarga sejahtera pada dasarnya

disusun untuk menilai taraf pemenuhan kebutuhan keluarga yang

dimulai dari kebutuhan yang sangat mendasar sampai dengan

pemenuhan kebutuhan yang diperlukan untuk pengembangan diri dan

keluarga.

Ukuran taraf pemenuhan kebutuhan dibagi menjadi tiga

kelompok yaitu kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologi, dan

kebutuhan pengembangan.35 Pengertian ari tiga kelompok kebutuhan

tersebut adalah sebagai berikut :

34
Marti Sanrida Simanjuntak, “Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga (Studi
Kasus Pada Perempuan Pedagang Sayuran di Pasar Induk Sidikalang)” (UNSU MEDAN, 2017),
35
Tamadi, Petunjuk Teknis Pencatatan dan Pelaporan Pendapatan Keluarga (Jakarta: BKKBN, 2000).

35
1) Kebutuhan dasar yang terdiri dari kebutuhan pangan,

kebutuhan sandang, kebutuhan papan, dan kebutuhan

kesehatan.

2) Kebutuhan psikologi yang terdiri dari kebutuhan pendidikan,

rekreasi, transportasi, dan kebutuhan interaksi sosial internal

dan eksternal.

3) Kebutuhan pengambangan yang terdiri dari tabungan dan

akses terhadap informasi.

36
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014.
Ahmad Janan Asifudin. Etos Kerja Islami. Surakarta: Muhammadiyah University Press,
2004.
Asih Kuswardinah. Ilmu Kesejahteraan Keluarga. Semarang: UNNESPRESS, 2017.
Asnawi. “Efektivitas Penyelenggaraan Publik Pada Samsat Corner Wilayah Malang
Kota.” Skripsi S-1 Jurusan Ilmu Pemerintahan, FISIP, 2013.
Departemen Agama RI. Al –Hikmah Al-Qur‟anulkarim. Bandung: CV.Penerbit
Diponegoro, 2010.
Dimianus Ding. “‘Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Pedesaan’. Jurnal Ilmu Pemerintah, Vol. 02 No. 02,” Februari 2014, 8–
10.
Djami’an Satori. Metodologi Penelitan Kualtatif. Bandung: Alfabeta, 2013.
Djoko Triyanto. Hubungan Kerja pada Perusahaan Jasa. Bandung: Mandar Maju, 2008.
Hasby As-Shiddiqy. Kuliah Ibadah, Cet. 1. Jakarta: Bulan Bintang, 1945.
Iga Rosalina. “Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan Pada Kelompok Pinjaman Bergulir Di Desa Mantren Kec Karangrejo
Kabupaten Madetaan”. Jurnal Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 01 No
01,” Februari 2012, 3.
Jansen Sinamo. Etos Kerja: 21 Etos Kerja Profesional di Era Digital Global Edisi 1.
Jakarta: Institut Darma Mahardika, 2002.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet-7. Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Kh. Toto Tasmara. Membudidayakan Etos Kerja Islami. Depok: Gema Insani, t.t.
Marti Sanrida Simanjuntak. “Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Keluarga (Studi Kasus Pada Perempuan Pedagang Sayuran di Pasar Induk
Sidikalang).” UNSU MEDAN, 2017.
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4193/140902062.pdf?se
quence=1&isAllowed=y.
Mubyarto. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial, 2009.

37
Muchdarsyah Sinungan. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Musa Ayi’Ari. Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta: Lesfi,
2007.
Nasution. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1983.
Nyoman Sukardewi, et all. ““Kontribusi Adversity Quotient (AQ) Etos Kerja dan Budaya
Organisasi terhadap Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Amlapura". dalam Jurnal
Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, volume 4,” 2013, 3.
Panji Anoraga. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Pareno S. A. Etika Bisnis Wirausaha Muslim : Suatu Arah Pandang. Surabaya: Papyrus,
2002.
Sadono Sukirno. Mikro Ekonomi, Teoro Pengantar, edisi ke-3. Jakarta: Rajawali Pers,
2006.
Sonny Keraf, Imam. Etika Bisnis, Membangun Citra Bisnis Sebagai Profesi Luhur.
Yogyakarta: Kanisius, 2005.
Tamadi. Petunjuk Teknis Pencatatan dan Pelaporan Pendapatan Keluarga. Jakarta:
BKKBN, 2000.
Tasmara Toto. Etos Kerja Pribadi Muslim. Yogyakarta: Dana Bhakti Prima, 2009.
Ulum Ihyaul MD. Akuntasin Sektor Publik. Malang: UMM Press, 2004.
“Undang-Undang No 13 Tahun 2003 BAB 1 Pasal 1,” t.t.
“Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009,” t.t.
“Wawancara dengan Ibu Hanifah selaku buruh tanam padi di Desa Bumi Ratu,
Kecamatan rawajitu, Kabupaten Tulang Bawang, ( 8,” t.t.
Yusuf Qardhawi. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Jakarta: Rabbani,
2011.

38

Anda mungkin juga menyukai