(Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Dan Kebijakan Lembaga
Dakwah)
Disusun Oleh :
Ibnu alfajar (1741030123)
Khoirul mahmudin (1841030182)
Zela fitriani (1841030179)
Kelas : C
Semester : V (Lima)
MANAJEMEN DAKWAH
FAKUTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1442 H / 2020 M
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah strategi dan kebijakan lembaga Dakwah
dengan judul “Pemetaan Sosial dan Pendekatannya”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu pada mata kuliah ini yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terjadinya perubahan sosial keagamaan ke arah kemajuan dengan pesat itu
mencerminkan efektivitas pola perubahan sosial yang dilakukan. Ke-efektivan tersebut, jika
didekati melalui istilah keilmuan yang berkembang dewasa ini, maka ia merupakan cermin
dari kehebatan manajerial atau manajemen perubahan sosial yang diterapkan. Persoalannya,
konsep manajemen yang bagaimana yang dimiliki dan terapkan oleh Nabi Muhammad SAW,
sehingga ia mampu melakukan proses perubahan sosial, yang dipandang oleh banyak
kalangan,1 berhasil dengan gemilang? Suatu kehebatan yang tercatat dalam catatan sirah,
belum mampu dilanjutkan oleh generasi muslim setelahnya, bahkan hingga kini sekalipun.
Terkait dengan perubahan sosial keagamaan tersebut, dewasa ini sering muncul analisa
dalam diskusi akademisi dakwah, bahwa saat ini banyak diselenggarakan kegiatan dakwah.
Kegiatan itu antara lain, dilakukan di suatu wilayah oleh para penyuluh agama yang datang
silih berganti, membahas apa yang berasal dari ”pemahaman” para penyuluh agama.
Sementara penyuluh agama yang datang, jarang yang berkesempatan mencari tahu secara
memadai siapa dan bagaimana kondisi madu-nya. Sehingga pesan yang disampaikan
penyuluh agama, lebih dominan apa yang ada dipikiran penyuluh agama. Mad’u pun lebih
diposisikan sebagai objek, yang suka ataupun tidak dan butuh ataupun tidak, harus menerima
apa saja pesan yang disampaikan penyuluh agama.
Maka wajar, jika kegiatan dakwah dewasa ini seperti diungkapkan Asep S. Muhtadi
(Warta Al-Jamiah: 2010: 19), bahwa Dakwah tanpa Peta Ibarat Pizza yang bergizi tapi
dimakan oleh orang yang terbiasa makan jagung, bisa dibilang engga enak dan berdampak
mencret. Demikian hanya dakwah yang disampaikan oleh seorang Penyuluh agama belum
tentu tepat, manakala tidak disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan dan diperlukan oleh
warga di suatu wilayah. Sesuai dengan alur pemaparan di atas, maka tulisan ini hendak
mencari jawaban atas sejumlah pertanyaan mengenai sejumlah pertanyaan, Pertama,
Bagaimana studi pemetaan dakwah dilakukan? Kedua, Apa saja alat pengumpulan data untuk
pemetaan dakwah? Ketiga, Bagaimana analisa pemetaan
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pemetaan Sosial, Tujuan, Manfaat, Dan Metodologi Nya..?
2. Apa Saja Jenis-Jenis Dan Langkah-Langkah Strategis Pemetaan Sosial?
3. Bagaimana Pemetaan Sosial Dalam Dakwah?
4. Bagaimana Studi Pemetaan Dakwah Dilakukan?
5. Bagaimana Signifikansi Pemetaan Bagi Perubahan Sosial Keagamaan?
BAB II
PEMBAHASAN
Identifikasi tata hubungan ini dapat dikaitkan dengan keberadaan pranata sebagai salah
satu institusi di dalam kelembagaan sosial atau organisasi sosial dan atau sekitar komunitas yang
dimaksud. Identifikasi tata hubungan inilah yang disebut dengan pemetaan atau mapping, yang
memberikan gambaran posisi pranata terhadap lembaga lain di dalam komunitas tersebut,
sekaligus memberi gambaran bagaimana sifat hubungan antara pranata dengan lembaga-lembaga
tersebut. Adapun tujuan utama membuat pemetaan sosial adalah diperolehnya program prioritas
dan alokasi sumber dalam penguatan kelompok sosial masyarakat dari pengaruh budaya-budaya
luar secara efisien, efektif dan berkelanjutan .
Social mapping sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja, asalkan tahu data apa yang akan
dicari dan bagaimana mencarinya. Serta kemampuan komunikasi dan menggali data di lapangan.
Untuk itu di pecahkan menjadi dua bentuk :
1. Internal
Social mapping yang dilakukan oleh pihak bagian dari lembaga itu sendiri. diantaranya
oleh:
Social mapping yang dilakukan oleh pihak diluar dari lembaga itu sendiri . diantaranya
oleh :
a. Akademisi
b. LSM
c. Lembaga penelitian
Data Demografi : jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut usia, gender, mata
pencaharian, agama, pendidikan, dll.
Data Geografi : topografi, letak lokasi ditinjau dari aspek geografis, aksesibilitas
lokasi, pengaruh lingkungan geografis terhadap kondisi sosial masyarakat, dll.
Ada juga metode menurut Bank Dunia ( 2002 ) yaitu terdapat tiga metode bagi pelaksanaan
pemetaan sosial :
1. Survei Formal
Survey formal dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi standar dari sampel
orang atau rumah tangga yang diseleksi secara hati hati . Survey biasanya mengumpulkan
informasi yang bisa dibandingkan mengenai sejumlah orang yang relative banyak pada
kelompok sasaran tertentu .
2. Rapid Apraisal
Rapid Apraisal Methods merupakan metode yang digunakan dengan cara yang cepat dan
murah untuk mengumpulkan informasi mengenai pandangan dan masukan dari populasi sasaran
dan stakeholders lainya mengenai kondisi geografis , sosial dan ekonomi .
3. Participatory Apraisal
a. Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and Action). Metode yang
terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut Participatory Rural Appraisal) ini merupakan
alat pengumpulan data yang sangat berkembang dewasa ini. PRA terfokus pada proses
pertukaran informasi dan pembelajaran antara pengumpul data dan responden. Metode ini
biasanya menggunakan teknik-teknik visual (penggunaan tanaman, biji-bijian, tongkat)
sebagai alat penunjuk pendataan sehingga memudahkan masyarakat biasa (bahkan yang
buta huruf) berpartisipasi. PRA memiliki banyak sekali teknik, antara lain Lintas
Kawasan, Jenjang Pilihan dan Penilaian, Jenjang Matrik Langsung, Diagram Venn,
Jenjang Perbandingan Pasangan (Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001).
b. Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para peserta atau pengurus dan anggota suatu
program, proyek pembangunan atau organisasi sosial tertentu mengenai isu-isu yang
terjadi di lingkungannya, seperti relasi kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan-
kepentingan berbagai pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan. Metode ini digunakan
terutama untuk menentukan apa masalah dan kebutuhan suatau organisasi, kelompok,
atau masyarakat setempat.
c. Beneficiary Assessment. Pengidentifikasian masalah sosial yang melibatkan konsultasi
secara sistematis dengan para penerima pelayanan sosial. Tujuan utama pendekatan ini
adalah untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan partisipasi, merancang inisiatif-
inisiatif pembangunan, dan menerima masukan-masukan guna memperbaharui sistem
dan kualitas pelayanan dan kegiatan pembangunan.
d. Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and Evaluation).
Metode ini melibatkan anggota masyarakat dari berbagai tingkatan yang bekerjasama
mengumpulkan informasi, mengidentifikasi dan menganalisis masalah, serta melahirkan
rekomendasi-rekomendasi.
Kajian dipahami oleh masyarakat pada lembaga lembaga yang ada di desa yang
sudah mapan atau yang mempunyai aturan yang jelas . adapun paguyuban atau
perkumpulan yang ada di masyarakat kadang tidak bisa dibaca secara jelas . di samping
itu koordinasi antar anggota lembaga juga dirasa masih sangat kurang , bahkan terkesan
tidak ada kompetisi dalam memajukan masyarakat desa .
Mereka menyadari , jika hanya kajian saja yang dilakukan , maka tidak bisa
merubah lembaga yang ada di lingkungan mereka. Masyarakat hanya mengetahui peran
dan fungsi lembaga secara keseluruhan yang ada di tingkat desa. Namun kajian ini tidak
sekaligus bisa atau mampu memperbaiki lembaga lembaga yang ada. Artinya tidak semua
lembaga dapat diaktifkan namun pengembangan kelembagaan harus disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat lokal .
PENUTUP
KESIMPULAN
Pemetaan sosial (social mapping) merupakan upaya mengidentifikasi dan memahami
struktur sosial (sistem kelembagaan dan individu) tata hubungan antar lembaga dan atau
individu pada lingkungan sosial tertentu.
a. Tersusunnya indikator bobot masalah dan jangkauan fasilitas pelayanan sosial dalam
kegiatan penguatan.
b. Diperolehnya peta digitasi sebagai dasar pengembangan informasi untuk penguatan
kelompok-kelompok sosial.
c. Diperolehnya peta-peta fematik dengan sistem informasi geografis (GIS), sehingga
diketahui berbagai pengaruh budaya-budaya luar.
d. Tersusunnya prioritas rencana program penguatan berdasarkan jenis masalah dan satuan
wilayah komunitas yang ada pengaruhnya dari budaya-budaya luar.
e. Dapat ditentukan alokasi program prioritas untuk kegiatan penguatan.
f. Sebagai langkah awal pengenalan lokasi dan pemahaman terhadap kondisi masyarakat
g. Untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat.
h. Sebagai dasar pendekatan dan metoda pelaksanaan melalui sosialisasi dan pelatihan.
i. Sebagai dasar penyusunan rencana kerja yang bersifat taktis terhadap permasalahan yang
dihadapi
j. Sebagai acuan dasar untuk mengetahui terjadinya proses perubahan sikap dan perilaku
pada masyarakat.
Studi Pemetaan Dakwah (SPD) adalah suatu studi yang diadakan dalam rangka
mengumpulkan dan menganalisa gejala-gejala atau keterangan yang dapat menunjukan
adanya kekurangan dalam hal pengetahuan, sikap, prilaku calon mad’u (objek dakwah),
sehingga selanjutnya dapat memberi arah kepada para dai mengenai apa yang secara
objektif dibutuhkan oleh madu. Sehingga kelak penyuluh agama dapat menyajikan materi
yang cocok dengan masalah yang sedang dihadapi madu-nya. Dalam praktinya SPD
merupakan upaya menanyakan, mencari dan menemukan gambaran apa adanya mengenai
kondisi objek dakwah serta menggambarkannya menjadi peta yang kelak dapat
digunakan untuk penyajian “menu” dakwah yang tepat, sesuai skala peroritas apa yang
dibutuhkan beragam objek dakwah untuk perubahan mereka menjadi lebih baik, menuju
kondisi ideal.
DAFTAR PUSTAKA