Anda di halaman 1dari 18

PEMETAAN SOSIAL DAN PENDEKATANYA

(Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Dan Kebijakan Lembaga
Dakwah)

Dosen Pengampu : Dr. Hasan Mukmin, MA

Disusun Oleh :
Ibnu alfajar (1741030123)
Khoirul mahmudin (1841030182)
Zela fitriani (1841030179)

Kelas : C
Semester : V (Lima)

MANAJEMEN DAKWAH
FAKUTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1442 H / 2020 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah strategi dan kebijakan lembaga Dakwah
dengan judul “Pemetaan Sosial dan Pendekatannya”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu pada mata kuliah ini yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandar Lampung, oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMETAAN SOSIAL DAN PENDEKATANYA ................................................................................... 6
A. Pengertian Pemetaan Sosial ....................................................................................................... 6
B. Tujuan Pemetaan Sosial ............................................................................................................ 6
C. Manfaat Pemetaan Sosial .......................................................................................................... 7
D. Jenis Pemetaan Sosial ................................................................................................................ 7
E. Output Yang Diharapkan .......................................................................................................... 8
F. Perspektif dasar Pemetaan Sosial berkaitan dengan : .............................................................. 8
G. Indikator yang digunakan dalam pemetaan sosial................................................................ 8
H. Asumsi pemetaan sosial : ....................................................................................................... 9
I. Metodologi Pemetaan Sosial (Social Inquary) : ........................................................................ 9
J. Langkah Strategis Pemetaan Sosial : ...................................................................................... 12
K. Kelebihan dan Kelemahan Pemetaan Sosial ....................................................................... 13
STUDI PEMETAAN DAKWAH. ....................................................................................................... 14
A. Pengertian Studi Pemetaan Dakwah. ...................................................................................... 14
B. Tujuan Studi Pemetaan Dakwah. ............................................................................................ 14
C. Signifikansi Pemetaan Bagi Perubahan Sosial Keagamaan ................................................... 14
BAB III ................................................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................................................ 16
KESIMPULAN ................................................................................................................................. 16
Tujuan Pemetaan Sosial .................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terjadinya perubahan sosial keagamaan ke arah kemajuan dengan pesat itu
mencerminkan efektivitas pola perubahan sosial yang dilakukan. Ke-efektivan tersebut, jika
didekati melalui istilah keilmuan yang berkembang dewasa ini, maka ia merupakan cermin
dari kehebatan manajerial atau manajemen perubahan sosial yang diterapkan. Persoalannya,
konsep manajemen yang bagaimana yang dimiliki dan terapkan oleh Nabi Muhammad SAW,
sehingga ia mampu melakukan proses perubahan sosial, yang dipandang oleh banyak
kalangan,1 berhasil dengan gemilang? Suatu kehebatan yang tercatat dalam catatan sirah,
belum mampu dilanjutkan oleh generasi muslim setelahnya, bahkan hingga kini sekalipun.
Terkait dengan perubahan sosial keagamaan tersebut, dewasa ini sering muncul analisa
dalam diskusi akademisi dakwah, bahwa saat ini banyak diselenggarakan kegiatan dakwah.
Kegiatan itu antara lain, dilakukan di suatu wilayah oleh para penyuluh agama yang datang
silih berganti, membahas apa yang berasal dari ”pemahaman” para penyuluh agama.
Sementara penyuluh agama yang datang, jarang yang berkesempatan mencari tahu secara
memadai siapa dan bagaimana kondisi madu-nya. Sehingga pesan yang disampaikan
penyuluh agama, lebih dominan apa yang ada dipikiran penyuluh agama. Mad’u pun lebih
diposisikan sebagai objek, yang suka ataupun tidak dan butuh ataupun tidak, harus menerima
apa saja pesan yang disampaikan penyuluh agama.

Maka wajar, jika kegiatan dakwah dewasa ini seperti diungkapkan Asep S. Muhtadi
(Warta Al-Jamiah: 2010: 19), bahwa Dakwah tanpa Peta Ibarat Pizza yang bergizi tapi
dimakan oleh orang yang terbiasa makan jagung, bisa dibilang engga enak dan berdampak
mencret. Demikian hanya dakwah yang disampaikan oleh seorang Penyuluh agama belum
tentu tepat, manakala tidak disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan dan diperlukan oleh
warga di suatu wilayah. Sesuai dengan alur pemaparan di atas, maka tulisan ini hendak
mencari jawaban atas sejumlah pertanyaan mengenai sejumlah pertanyaan, Pertama,
Bagaimana studi pemetaan dakwah dilakukan? Kedua, Apa saja alat pengumpulan data untuk
pemetaan dakwah? Ketiga, Bagaimana analisa pemetaan

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pemetaan Sosial, Tujuan, Manfaat, Dan Metodologi Nya..?
2. Apa Saja Jenis-Jenis Dan Langkah-Langkah Strategis Pemetaan Sosial?
3. Bagaimana Pemetaan Sosial Dalam Dakwah?
4. Bagaimana Studi Pemetaan Dakwah Dilakukan?
5. Bagaimana Signifikansi Pemetaan Bagi Perubahan Sosial Keagamaan?
BAB II
PEMBAHASAN

PEMETAAN SOSIAL DAN PENDEKATANYA

A. Pengertian Pemetaan Sosial

Pemetaan sosial (social mapping) merupakan upaya mengidentifikasi dan memahami


struktur sosial (sistem kelembagaan dan individu) tata hubungan antar lembaga dan atau individu
pada lingkungan sosial tertentu. Pemetaan sosial dapat juga diartikan sebagai social profiling
atau “ pembuatan profil suatu masyarakat “ Identifikasi kelembagaan dan individu ini dilakukan
secara akademik melalui suatu penelitian lapangan, yakni mengumpulkan data secara langsung,
menginterpretasikannya dan menetapkan tata hubungan antara satu dengan lain satuan sosial
dalam kawasan komunitas yang diteliti (Dody Prayogo,2003).

Identifikasi tata hubungan ini dapat dikaitkan dengan keberadaan pranata sebagai salah
satu institusi di dalam kelembagaan sosial atau organisasi sosial dan atau sekitar komunitas yang
dimaksud. Identifikasi tata hubungan inilah yang disebut dengan pemetaan atau mapping, yang
memberikan gambaran posisi pranata terhadap lembaga lain di dalam komunitas tersebut,
sekaligus memberi gambaran bagaimana sifat hubungan antara pranata dengan lembaga-lembaga
tersebut. Adapun tujuan utama membuat pemetaan sosial adalah diperolehnya program prioritas
dan alokasi sumber dalam penguatan kelompok sosial masyarakat dari pengaruh budaya-budaya
luar secara efisien, efektif dan berkelanjutan .

B. Tujuan Pemetaan Sosial


1. Tersusunnya indikator bobot masalah dan jangkauan fasilitas pelayanan sosial dalam
kegiatan penguatan.
2. Diperolehnya peta digitasi sebagai dasar pengembangan informasi untuk penguatan
kelompok-kelompok sosial.
3. Diperolehnya peta-peta fematik dengan sistem informasi geografis (GIS), sehingga
diketahui berbagai pengaruh budaya-budaya luar.
4. Tersusunnya prioritas rencana program penguatan berdasarkan jenis masalah dan satuan
wilayah komunitas yang ada pengaruhnya dari budaya-budaya luar.
5. Dapat ditentukan alokasi program prioritas untuk kegiatan penguatan.
6. Sebagai langkah awal pengenalan lokasi dan pemahaman terhadap kondisi masyarakat
7. Untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat.
8. Sebagai dasar pendekatan dan metoda pelaksanaan melalui sosialisasi dan pelatihan.
9. Sebagai dasar penyusunan rencana kerja yang bersifat taktis terhadap permasalahan yang
dihadapi
10. Sebagai acuan dasar untuk mengetahui terjadinya proses perubahan sikap dan perilaku
pada masyarakat.

C. Manfaat Pemetaan Sosial


1. Pemetaan masalah sosial dan potensi/sumber sosial yang merupakan bagian dari analisis
situasi dan analisis kebutuhan untuk kegiatan penguatan.
2. Gambaran dasar survei disajikan dalam bentuk struktur ruang/daerah lebih komukatif.
3. Pemantauan tentang perubahan tata ruang kondisi daerah suatu komunitas
4. Analisis prioritas masalah dan lokasi untuk perencanaan kegiatan penguatan.

D. Jenis Pemetaan Sosial

Social mapping sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja, asalkan tahu data apa yang akan
dicari dan bagaimana mencarinya. Serta kemampuan komunikasi dan menggali data di lapangan.
Untuk itu di pecahkan menjadi dua bentuk :

1. Internal

Social mapping yang dilakukan oleh pihak bagian dari lembaga itu sendiri. diantaranya
oleh:

a. Person In Charge (PIC)


b. Community Development Officer
c. Petugas Lapangan
2. Independent

Social mapping yang dilakukan oleh pihak diluar dari lembaga itu sendiri . diantaranya
oleh :
a. Akademisi
b. LSM
c. Lembaga penelitian

E. Output Yang Diharapkan

Data Demografi : jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut usia, gender, mata
pencaharian, agama, pendidikan, dll.

Data Geografi : topografi, letak lokasi ditinjau dari aspek geografis, aksesibilitas
lokasi, pengaruh lingkungan geografis terhadap kondisi sosial masyarakat, dll.

Data psikografi : nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut, mitos, kebiasaan-kebiasaan,


adat istiadat, karakteristik masyarakat, pola hubungan sosial yang ada, motif yang
menggerakkan tindakan masyarakat, pengalaman-pengalaman masyarakat terutama terkait
dengan mitigasi bencana, pandangan, sikap, dan perilaku terhadap intervensi luar, kekuatan
sosial yang paling berpengaruh, dll. Pola komunikasi : media yang dikenal dan digunakan,
bahasa, kemampuan baca tulis, orang yang dipercaya, informasi yang biasa dicari, tempat
memperoleh informasi.

F. Perspektif dasar Pemetaan Sosial berkaitan dengan :


1. Komponen masyarakat : (individu, keluarga, komunitas, masyarakat sipil, institusi
negara)
2. Dimensi-dimensi masyarakat (struktur sosial, relasi sosial, proses sosial, nilai sosial),
yaitu dimensi struktur sosial, relasi sosial. Proses kehidupan sosial, dan nilai-nilai sosial
didaerah / daerah perbatasan dengan komunitas yang lain yang banyak pengaruhnya dari
budaya-budaya luar.

G. Indikator yang digunakan dalam pemetaan sosial


1. Untuk memperoleh informasi tentang kemajuan sosial sangat tergantung pada
ketersediaan indikator-indikator sosial.
2. Definisi indikator sosial: definisi operasional atau bagian dari definisi operasional dari
suatu konsep utama yang memberikan gambaran sistem informasi tentang suatu sistem
sosial.

H. Asumsi pemetaan sosial :


1. Ada hubungan antar kondisi spasial (tata ruang) dengan fungsi-fungsi yang berlaku pada
masyarakat.
2. Kondisi sosial merupakan informasi atau fakta sosial yang dapat menggambarkan pola-
pola, keteraturan, perubahan, dinamika sosial
3. Pemetaan Sosial merupakan cara untuk mengkaji “Social Inquary”

I. Metodologi Pemetaan Sosial (Social Inquary) :


1. Naturalistic inquary (kualitatif)
2. Positivictic (kuantitatif)
3. Kombinasi kualitatif dan kuantitatif

Ada juga metode menurut Bank Dunia ( 2002 ) yaitu terdapat tiga metode bagi pelaksanaan
pemetaan sosial :

1. Survei Formal

Survey formal dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi standar dari sampel
orang atau rumah tangga yang diseleksi secara hati hati . Survey biasanya mengumpulkan
informasi yang bisa dibandingkan mengenai sejumlah orang yang relative banyak pada
kelompok sasaran tertentu .

Beberapa metode survey formal antara lain :

a. Survey Rumah tangga Beragam-Topik (Multi-Topic Household Survey). Metode ini


sering disebut sebagai Survey Pengukuran Standar Hidup atau Living Standards
Measurement Survey (LSMS). Survey ini merupakan suatu cara pengumpulan data
mengenai berbagai aspek standar hidup secara terintegrasi, seperti pengeluaran,
komposisi rumah tangga, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, fertilitas, gizi, tabungan,
kegiatan pertanian dan sumber-sumber pendapatan lainnya.
b. Kuesioner Indikator Kesejahteraan Inti (Core Welfare Indicators Questionnaire atau
CWIQ). Metode ini merupakan sebuah survey rumah tangga yang meneliti perubahan-
perubahan indikator sosial, seperti akses, penggunaan, dan kepuasan terhadap pelayanan
sosial dan ekonomi. Metode ini meupakan alat yang cepat dan efektif untuk mengetahui
rancangan kegiatan pelayanan bagi orang-orang miskin. Jika alat ini diulang setiap tahun,
maka ia dapat digunakan untuk memonitor keberhasilan suatu kegiatan. Sebuah hasil
awal dari survey ini umumnya dapat diperoleh dalam waktu 30 hari.
c. Survey Kepuasan Klien (Client Satisfaction Survey). Survey ini digunakan untuk
meneliti efektifitas atau keberhasilan pelayanan pemerintah berdasarkan pengalaman atau
aspirasi klien (penerima pelayanan). Metode yang sering disebut sebagai service delivery
survey ini mencakup penelitian mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi penerima
pelayanan dalam memperoleh pelayanan publik, pandangan mereka mengenai kualitas
pelayanan, serta kepekaan petugas-petugas pemerintah.
d. Kartu Laporan Penduduk (Citizen Report Cards). Teknik ini sering digunakan oleh
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Mirip dengan Survey Kepuasan Klien, penelitian
difokuskan pada tingkat korupsi yang ditemukan oleh penduduk biasa. Penemuan ini
kemudian dipublikasikan secara luas dan dipetakan sesuai dengan tingkat dan wilayah
geografis.
e. Laporan Statistik. Pekerja sosial dapat pula melakukan pemetaan sosial berdasarkan
laporan statistik yang sudah ada. Laporan statistik mengenai permasalahan sosial seperti
jumlah orang miskin, desa tertinggal, status gizi, tingkat buta huruf, dll. biasanya
dilakukan dan dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan data sensus.

2. Rapid Apraisal

Rapid Apraisal Methods merupakan metode yang digunakan dengan cara yang cepat dan
murah untuk mengumpulkan informasi mengenai pandangan dan masukan dari populasi sasaran
dan stakeholders lainya mengenai kondisi geografis , sosial dan ekonomi .

Beberapa metode Rapid Apraisal antara lain :


a. Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview). Wawancara ini terdiri
serangkaian pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu tertentu yang
sudah diseleksi karena dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai
topik atau keadaan di wilayahnya. Wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan semi-
terstruktur.
b. Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion). Disikusi kelompok dapat
melibatkan 8-12 anggota yang telah dipilih berdasarkan kesamaan latar belakang.
Perserta diskusi bisa para penerima pelayanan, penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS), atau para ketua Rukun Tetangga. Fasilitator menggunakan petunjuk diskusi,
mencatat proses diskusi dan kemudian memberikan komentar mengenai hasil
pengamatannya.
c. Wawancara Kelompok Masyarakat (Community Group Interview). Wawancara
difasilitasi oleh serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada semua anggota masyarakat
dalam suatu pertemuan terbuka. Pewawancara melakukan wawancara secara hati-hati
berdasarkan pedoman wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya.
d. Pengamatan Langsung (Direct Observation). Melakukan kunjungan lapangan atau
pengamatan langsung terhadap masyarakat setempat. Data yang dikumpulkan dapat
berupa informasi mengenai kondisi geografis, sosial-ekonomi, sumber-sumber yang
tersedia, kegiatan program yang sedang berlangsung, interaksi sosial, dll.
e. Survey Kecil (Mini-Survey). Penerapan kuesioner terstruktur (daftar pertanyaan tertutup)
terhadap sejumlah kecil sample (antara 50-75 orang). Pemilihan responden dapat
menggunakan teknik acak (random sampling) ataupun sampel bertujuan (purposive
sampling). Wawancara dilakukan pada lokasi-lokasi survey yang terbatas seperti sekitar
klinik, sekolah, balai desa.

3. Participatory Apraisal

Merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan kerjasama aktif antara


pengumpul data dan responden . pertanyaan pertanyaan umumnya tidak dirancang secara
baku , melainkan hanya garis garis besarnya saja . Topik - topik pertanyaan bahkan dapat
muncul dan berkembang berdasarkan proses Tanya jawab dengan responden .
Terdapat banyak teknik pengumpulan data partisipatoris. Empat di bawah ini cukup
penting diketahui:

a. Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and Action). Metode yang
terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut Participatory Rural Appraisal) ini merupakan
alat pengumpulan data yang sangat berkembang dewasa ini. PRA terfokus pada proses
pertukaran informasi dan pembelajaran antara pengumpul data dan responden. Metode ini
biasanya menggunakan teknik-teknik visual (penggunaan tanaman, biji-bijian, tongkat)
sebagai alat penunjuk pendataan sehingga memudahkan masyarakat biasa (bahkan yang
buta huruf) berpartisipasi. PRA memiliki banyak sekali teknik, antara lain Lintas
Kawasan, Jenjang Pilihan dan Penilaian, Jenjang Matrik Langsung, Diagram Venn,
Jenjang Perbandingan Pasangan (Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001).
b. Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para peserta atau pengurus dan anggota suatu
program, proyek pembangunan atau organisasi sosial tertentu mengenai isu-isu yang
terjadi di lingkungannya, seperti relasi kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan-
kepentingan berbagai pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan. Metode ini digunakan
terutama untuk menentukan apa masalah dan kebutuhan suatau organisasi, kelompok,
atau masyarakat setempat.
c. Beneficiary Assessment. Pengidentifikasian masalah sosial yang melibatkan konsultasi
secara sistematis dengan para penerima pelayanan sosial. Tujuan utama pendekatan ini
adalah untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan partisipasi, merancang inisiatif-
inisiatif pembangunan, dan menerima masukan-masukan guna memperbaharui sistem
dan kualitas pelayanan dan kegiatan pembangunan.
d. Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and Evaluation).
Metode ini melibatkan anggota masyarakat dari berbagai tingkatan yang bekerjasama
mengumpulkan informasi, mengidentifikasi dan menganalisis masalah, serta melahirkan
rekomendasi-rekomendasi.

J. Langkah Strategis Pemetaan Sosial :


1. Membuat batasan wilayah, klasifikasi atau stratifikasi untuk memahami keseluruhan
situasi dan posisi relatif dalam konteks yang lebih luas.
2. Membuat profil dari setiap wilayah dan kelompok sosial masyarakat dari pengaruh
budaya-budaya luar untuk menjelaskan karakteristik dari populasi dan identifikasi faktor
sosial ekonomi yang dapat memepengaruhi perkembangan fungsi sosial masyarakat.
3. Identifikasi masalah, potensi dan indikator dasar yg memberikan gambaran tentang bobot
masalah dan strategi alokasi sumber pada setiap wilayah/ kelompok.

K. Kelebihan dan Kelemahan Pemetaan Sosial


1. Kelebihan pemetaan sosial :
a. Mengidentifikasi dan mengukur kondisi modal sosial di daerah yang diteliti
b. Menganalisis keterkaitan antara modal sosial dengan penanggulangan kemiskinan di
suatu daerah yang diteliti
c. Merumuskan desain pemanfaatan modal sosial untuk penanggulangan kemiskinan di
suatu daerah yang diteliti
2. Kelemahan Pemetaan Sosial :
a. Lembaga harus mempunyai aturan

Kajian dipahami oleh masyarakat pada lembaga lembaga yang ada di desa yang
sudah mapan atau yang mempunyai aturan yang jelas . adapun paguyuban atau
perkumpulan yang ada di masyarakat kadang tidak bisa dibaca secara jelas . di samping
itu koordinasi antar anggota lembaga juga dirasa masih sangat kurang , bahkan terkesan
tidak ada kompetisi dalam memajukan masyarakat desa .

b. Tidak bisa merubah lembaga

Mereka menyadari , jika hanya kajian saja yang dilakukan , maka tidak bisa
merubah lembaga yang ada di lingkungan mereka. Masyarakat hanya mengetahui peran
dan fungsi lembaga secara keseluruhan yang ada di tingkat desa. Namun kajian ini tidak
sekaligus bisa atau mampu memperbaiki lembaga lembaga yang ada. Artinya tidak semua
lembaga dapat diaktifkan namun pengembangan kelembagaan harus disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat lokal .

c. Modal Sosial Lemah


Dalam lembaga lembaga yang ada di tingkat desa dianggap oleh masyarakat
memiliki modal sosial yang lemah , sehingga rentan akan ketidak aktifan .

STUDI PEMETAAN DAKWAH.

A. Pengertian Studi Pemetaan Dakwah.


Studi Pemetaan Dakwah (SPD) adalah suatu studi yang diadakan dalam rangka
mengumpulkan dan menganalisa gejala-gejala atau keterangan yang dapat menunjukan
adanya kekurangan dalam hal pengetahuan, sikap, prilaku calon mad’u (objek dakwah),
sehingga selanjutnya dapat memberi arah kepada para dai mengenai apa yang secara
objektif dibutuhkan oleh madu. Sehingga kelak penyuluh agama dapat menyajikan materi
yang cocok dengan masalah yang sedang dihadapi madu-nya. Dalam praktinya SPD
merupakan upaya menanyakan, mencari dan menemukan gambaran apa adanya mengenai
kondisi objek dakwah serta menggambarkannya menjadi peta yang kelak dapat
digunakan untuk penyajian “menu” dakwah yang tepat, sesuai skala peroritas apa yang
dibutuhkan beragam objek dakwah untuk perubahan mereka menjadi lebih baik, menuju
kondisi ideal.

B. Tujuan Studi Pemetaan Dakwah.


1. memperoleh mad’u yang tepat sesuai dengan tujuan kegiatan dakwah.
2. memperoleh rumusan hasil yang akan dicapai.
3. memperoleh gambaran tentang masalah dan hambatan yang bisa diatasi melalui dakwah.
4. memperoleh gambaran tentang potensi dan sumber daya yang bisa ditingkatkan melalui
kegiatan dakwah.
5. memperoleh gambaran metode dan media yang sesuai bagi mad’u. Keenam, memperoleh
gambaran materi atau pokok-pokok bahasan yang tepat sesuai skala perioritas dakwah.

C. Signifikansi Pemetaan Bagi Perubahan Sosial Keagamaan


kegiatan dakwah sedang berjalan pada fungsinya melakukan perubahan sosial
keagamaan. Melalui pemetaan ia mendapat arah untuk dibangun menjadi “sajian menu”
dakwah yang sesuai. Mulai dari program dakwah, pembagian garapan dakwah, target dan
ukuran penyelesaian dakwah, pelaksanaan dakwah, pengawasan, evaluasi dan pengukuran
tingkat keberhasilan, pendataan capaian perubahan dari waktu ke waktu, aspek capaian yang
belum tercapai, analisa faktor penunjang dan penghambat, serta rekomendasi untuk
ditindaklanjuti pada periode berikutnya. Materi dakwah yang merupakan menu sajian
penyelenggara dakwah, didasarkan atas masalah atau harapan yang ditemukan dilapangan.
Materi dakwah erat kaitannya dengan tujuan yang hendak dicapai, agar masalah atau
harapan tersebut bisa diatasi melalui kegiatan dakwah yang diselenggarakan. Oleh karena
itu, penataan materi dakwah butuh penataan secara apik dan tepat. Disamping ia perlu
dikaitkan dengan pencapaian tujuan dan sasaran dakwah, ia juga berkaitan dengan unsur
dakwah lain. Seperti penyuluh agama, mad’u, metode, media, waktu, serta biaya. Untuk itu,
maka penataan materi dakwah sebaiknya disusun dalam suatu kurikulum dakwah yang
disesuaikan dengan kondisi setempat, menuju terjadinya perubahan madu kea rah yang lebih
ideal. Tidak jarang terjadi di lapangan dakwah, tujuan dan target dicampurkan. Padahal,
tujuan merupakan pernyataan tentang maksud secara umum. Sedangkan sasaran lebih
menyatakan tuntutan yang sfesifik dan menunjukan hasil yang akan dicapai melalui kegiatan
dakwah.
Pada prinsipnya target dakwah dapat digolongkan menjadi tiga kategori: Pertama,
pengetahuan. Dakwah yang diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
para mad’u. Kedua, sikap. Dakwah yang diselenggarakan bertujuan untuk menghasilkan
perubahan sikap pada diri mad’u. Ketiga, prilaku. Dakwah yang diselenggarakan merupakan
tujuan meningkatan keterampilan para mad’u sehubungan dengan tugas keberislaman yang
harus diselesaikan. Ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan ketiganya ada
pada setiap kegiatan dakwah yang diselenggarakan. Kekurangan pada salah satu aspek akan
menggagalkan tujuan dakwah secara keseluruhan. Misalnya pengetahuan meningkat tetapi
tidak disertai adanya perubahan sikap berarti tujuan dakwah belum tercapai. Pengetahuan
meningkat, perubahan sikap terjadi, tetapi tidak diikuti dengan meningkatnya prilaku tetapi
tujuan dakwah belum tercapai seluruhnya. Target dakwah merupakan berdasar pada apa
yang sedang dilakukan, serta apa yang sedang dilakukan oleh madu. Dakwah dapat
dikatakan berhasil dengan efektif apabila apa yang dirumuskan di dalam target sesuai
dengan apa yang dihasilkan dala
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Pemetaan sosial (social mapping) merupakan upaya mengidentifikasi dan memahami
struktur sosial (sistem kelembagaan dan individu) tata hubungan antar lembaga dan atau
individu pada lingkungan sosial tertentu.

Tujuan Pemetaan Sosial

a. Tersusunnya indikator bobot masalah dan jangkauan fasilitas pelayanan sosial dalam
kegiatan penguatan.
b. Diperolehnya peta digitasi sebagai dasar pengembangan informasi untuk penguatan
kelompok-kelompok sosial.
c. Diperolehnya peta-peta fematik dengan sistem informasi geografis (GIS), sehingga
diketahui berbagai pengaruh budaya-budaya luar.
d. Tersusunnya prioritas rencana program penguatan berdasarkan jenis masalah dan satuan
wilayah komunitas yang ada pengaruhnya dari budaya-budaya luar.
e. Dapat ditentukan alokasi program prioritas untuk kegiatan penguatan.
f. Sebagai langkah awal pengenalan lokasi dan pemahaman terhadap kondisi masyarakat
g. Untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat.
h. Sebagai dasar pendekatan dan metoda pelaksanaan melalui sosialisasi dan pelatihan.
i. Sebagai dasar penyusunan rencana kerja yang bersifat taktis terhadap permasalahan yang
dihadapi
j. Sebagai acuan dasar untuk mengetahui terjadinya proses perubahan sikap dan perilaku
pada masyarakat.

Studi Pemetaan Dakwah (SPD) adalah suatu studi yang diadakan dalam rangka
mengumpulkan dan menganalisa gejala-gejala atau keterangan yang dapat menunjukan
adanya kekurangan dalam hal pengetahuan, sikap, prilaku calon mad’u (objek dakwah),
sehingga selanjutnya dapat memberi arah kepada para dai mengenai apa yang secara
objektif dibutuhkan oleh madu. Sehingga kelak penyuluh agama dapat menyajikan materi
yang cocok dengan masalah yang sedang dihadapi madu-nya. Dalam praktinya SPD
merupakan upaya menanyakan, mencari dan menemukan gambaran apa adanya mengenai
kondisi objek dakwah serta menggambarkannya menjadi peta yang kelak dapat
digunakan untuk penyajian “menu” dakwah yang tepat, sesuai skala peroritas apa yang
dibutuhkan beragam objek dakwah untuk perubahan mereka menjadi lebih baik, menuju
kondisi ideal.
DAFTAR PUSTAKA

Aep Kusnawan, Dimensi Ilmu Dakwah, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009

Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Transformasi Sosial Budaya, PLP2M,


Yogyakarta, 1985.

Evertt M. Rogers, Memasyarakatkan Ide-ide Baru, Usaha Nasional, Surabaya,


1987

Sidi Ghazalba, Islam dan Perubahan Sosiobudaya: Kajian Islam tentang


Perubahan Masyarakat, Pustaka al-Husna, Jakarta, 1983.

Anda mungkin juga menyukai