Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL


(untuk memenuhi tugas makalah agama)

Dosen Pengampu : Arief Rahman, S.Pd,i. M.Pd.

OLEH KELOMPOK 2 :
Rio Ardian 20230610105
Siti Zakhro Aulia Khumairoh 20230610039
Alya Rabila Anjani 20230610092
Saskia Marhami Azahra 20230610037
Roro Andina Octo 20230610133

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KUNINGAN

Kampus I : Jln. Tjut Nyak Dhien 36A Cijoho Kuningan, Kode Pos: 45513,
Telp./Fax.(0232) 874824, 873696.
Kampus II : Jln. Pramuka 67 Kuningan, Kode Pos : 45512, Telp./Fax.(0232)
875097
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan anugerah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen pengampu mata kuliah Agama, dengan judul “Islam dan Solidaritas
Sosial”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Arief


Rahman, S.Pd.i.,M.Pd. , yang telah membimbing dan memberikan tugas ini
kepada kami. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini dan menjadi
pelajaran untuk pembuatan makalah selanjutnya. Kiranya dengan makalah ini kita
semua bisa mengerti dan memahami tentang Pengertian Islam dan Solidaritas
Sosial.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 6
1.3 Tujuan ............................................................................................. 6
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................. 7
2.1 Pengertian islam dalam solidaritas social....................................... 7
2.2 Sedekah dalam solidaritas social .................................................... 9
2.3 Zakat dalam solidaritas social ........................................................ 11
2.4 Infaq dalam solidaritas social ......................................................... 15
2.5 Hibah dalam solidaritas social........................................................ 17
2.6 Hadiah dalam solidaritas social ...................................................... 20
2.7 Pentingnya solidaritas social dalam kehidupan .............................. 22
BAB 3 PENUTUP........................................................................................... 25
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 25
3.2 Saran ............................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Memasuki era digital yang ditandai dengan penggunaan komputasi


internet berskala massif pada masyarakat telah membuka masyarakat global
bebas berinterksi kapan saja dan dimana saja melalui inovasi teknologi
berbasis online, baik untuk kepentingan bisnis, pendidikan, sosial, budaya,
politik, keagamaan dan apa saja secara pribadi maupun kelompok.
Berkembangnya inovasi teknologi di sisi lain, secara khusus dapat
memudahkan masyarakat beragama untuk melaksanakan rutinitas ibadah
namun tidak jarang yang kemudian keberadaan teknologi terutama di era
teknologi Industri keberadaan agama menjadi asing bahkan pemecah belah
masyarakat.
Beberapa peneliti seperti Johnson et al; Bruns; dan Wok & Mohamed
mengakui bahwa keberadaan internet bagaimanapun telah mempengaruh cara
berpikir orang beragama, baik cara pandang positif maupun negatif. Cara
pandang negatif, seperti dikatakan Baylor Religion Survey bahwa para
pengguna internet di era digital telah menjauhi agama, bahkan eksklusivitas
agama menjadi menurun. Menurut McClure. lebih tegas menyatakan bahwa
keberadaan teknologi internet sebagai suatu realitas baru di era Industri 4.0
justru berpotensi menantang agama, seperti menurunnya aktivitas keagamaan.
Cara pandang positif menurut Pavolini et al. menyatakan bahwa agama
merupakan unsur penting dalam kehidupan umat manusia yang langsung
bersinggungan dengan isu-isu kebijakan tradisi, sosial dan budaya. Karena itu
cara pandang masyarakat beragama yang melibatkan pribadi dan sosial
hubunganya dengan teknologi sebetulnya saling terkait.
Menurut Kimura, bahwa sekalipun rekayasa teknologi bermunculan,
seperti kehadiran Robotika dan Kecerdasan Buatan (Artificial Inteligence)

4
menjadi realitas baru di era Industri 4.0 yang dianggap miring oleh sebagian
orang menjadikan masyarakat sekuler, namun tidak terbantahkan bahwa
perspektif Science, Technology dan Sosial berkaitan dengan agama. Ia
mencontohkan kasus di Jepang dan Amerika Serikat terkait antara manusia
dan Robotika dan AI(Artificial Intelligence). Ketiga unsur realitas ini tidak
bisa dipisahkan dari aspek fisik, sosial, dan psikologis. Misalnya, setelan
robot, lengan robot, dan Brain Machine Interface (BMI) untuk hubungan fisik,
PARO, robot penyembuh seperti anjing laut, OriHime, dan Pepper untuk
hubungan sosial, dan percakapan dengan ‘kepribadian’ buatan seperti Bima
untuk hubungan psikologis. Realitas baru itu tidak bisa dipisahkan dari
keterlibatan sosiologi agama. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar
di dunia yang jumlah penduduknya di tahun 2020 sudah mencapai 270,20 juta
jiwa (BPS, 2021) dengan bonus demografi dikuasai oleh generasi milenial
(25,87%), dan generasi Z (27,94 %) yang tentunya di era digital mereka
sebagai pengguna dominan media sosial berbasis internet. Apalagi mereka
cenderung hampir setiap saat menggunakan internet media, seperti Website,
Sosial Media, Marketplace melalui mesin pencarian Google.
Berdasarkan fenomena di atas, penulis ingin menggambarkan
bagaimana agama dan perannya dalam membentuk solidaritas sosial di era
disrupsi teknologi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0 dimana ruang dan waktu
sudah tidak lagi ada batas dan sekat-sekat wilayah, dan geografis. Informasi
begitu cepat didapat, ilmu pengetahuan dan keagamaan begitu mudah diakses
melalui mesin pencarian pintar, solidaritas sosial begitu mudah dibentuk
secara digital, peristiwa-peristiwa baik-buruk begitu sangat cepat diketahui
tanpa harus menunggu lama. Munculnya era Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0
menjadikan digitalisasi agama (agama digital/online) dan solidaritas jejaring
sosial mengubah pola pikir masyarakat umat beragama. Oleh karena itu,
penelitian ini menjadi sangat urgen bila dibanding pada penelitian-penelitian
sebelumnya karena kontribusi agama dalam mewujudkan solidaritas sosial
dapat terbentuk melalui platform media sosial berbasis digital sehingga
mempermudah setiap orang untuk berbagi demi meningkatkan nilai

5
spiritualitasnya, serta memberi kesimpulan agama dan solidaritas sosial
berbeda dari peneliti sebelumnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud Islam dan solidaritas social?


2. Apa yang dimaksud dengan sedekah dalam solidaritas sosial?
3. Apa yang dimaksud dengan zakat dalam solidaritas sosial?
4. Apa yang dimaksud dengan infak dalam solidaritas social?
5. Apa yang dimaksud dengan hibah dalam solidaritas sosial?
6. Apa yang dimaksud dengan hadiah dalam solidaritas sosial?
7. Apa saja faktor faktor yang menghambat solidaritas social?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian Islam dan solidaritas social


2. Untuk mengetahui pengertian sedekah dalam solidaritas social
3. Untuk mengetahui pengertian zakat dalam solidaritas social
4. Untuk mengetahui pengertian infak dalam solidaritas sosial
5. Untuk mengetahui pengertian hibah dalam solidaritas social
6. Untuk mengetahui pengertian hadiah dalam solidaritas social
7. Untuk mengetahui faktor factor yang menghambat solidaritas sosial

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Islam dan Solidaritas Sosial

Merujuk pada satu pengertian dari Doyle Paul Johnson dalam bukunya,
perihal solidaritas ia mengungkapkan: “Solidaritas menunjuk pada suatu keadaan
hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada keadaan
moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman
emosional bersama. Ikatan ini lebih mendasar daripada hubungan kontraktual
yang dibuat atas persetujuan rasional, karena hubungan-hubungan serupa itu
mengandaikan sekurang-kurangnya satu tingkat/ derajat consensus terhadap
prinsip-prinsip moral yang menjadi dasar kontrak itu.”

Pengertian tentang solidaritas di atas selanjutnya diperjelas oleh Durkheim


sebagai berikut: “Solidaritas adalah perasaan saling percaya antara para anggota
dalam suatu kelompok atau komunitas. Kalau orang saling percaya maka mereka
akan menjadi satu/ menjadi persahabatan, menjadi saling hormat-menghormati,
menjadi terdorong untuk bertanggung jawab dan memperlihatkan kepentingan
sesamanya.”

Secara etimologis, solidaritas memiliki arti kesetiakawanan atau


kekompakan. Dalam istilah islam, solidaritas bermakna “tadhamun” atau
“takaful”. Lebih dalam lagi, solidaritas merupakan bagian dari nilai islam yang
menurut istilah Gus Mus yakni humanistik-transendental. Istilah tersebut
berusaha mengajak kita (sebagai umat maupun anak bangsa) untuk tidak
menganggap cukup hablumminallah dalam berkehidupan berbangsa dan
beragama. Melainkan juga harus hablumminannas. Sehingga pada praktiknya,
solidaritas cakupannya sangat luas (tidak berhenti pada satu titik).

Nilai-nilai yang terpancar dalam islam mengenai solidaritas, merupakan


suatu urgensi dari sifat kemanusiaan pada manusia itu sendiri. Dalam artian,

7
ketika prinsip kemanusiaan sudah tidak lagi melekat di dalam otak, hati dan
perilaku manusia, maka urgensi kita sebagai manusia yang seutuhnya sangatlah
patut dipertanyakan.

Dalam kitab suci umat islam atau Al-Qur’an, Allah ta’ala berfirman,

‫َ ير ۤي َا يع ا َ يو ال ذمَ يا ََ يونَ ذمَ َ ن يَْذَّي َ هَييَا يٰٓي‬ ‫ر ذٰٓ يع يا يا ه‬


‫ِي ي‬ ‫َْ َ ن‬ ‫َْ َ ذ يْ ذْي ََۤ يو ذَّي يا ي ه‬
‫ا َ ذِٕي ي ۤۤ َاَي يا يا َ ذ يَٰٓ ي‬
‫ذْ يا يا َ ذ يو يع ي‬ ‫يَ ذْويغَ ذمبي َ ذ يو يع ي‬
ۤ‫ايْ ذَاَ يْلي ذلو َ ذب َا ياَيويَ يا يَْ يذمَرَي نْ يم يٰٓ ذب يو ذَّ ايل َذ‬ ‫ُ ي‬‫َن َييبَ يَمذ يع يونن َر ذب َا يا يا ايي ذ‬
‫َُ ذاا َو ذب َ ي ذب ٍي ذم َْ ي‬ ‫َ ذ يو يع يَْ َ ذ يِْ يذم يَ يِ يَّ ي‬
‫َاثذ يب يِليع رَ ذمَايري ييا يا يا ياَ و ن ذِٕ َم َا َ ذْي يع يِليع ياايري ييارَ ذمَ ا ي ذرويَ َ ذَاَ َي ذب‬‫َب ذ ي‬‫ِي َا ياَانَِٕمَ ياَ ذرََ يذا ي‬ ‫ِي َاَ نيب ه‬ ‫َ يَ ذََ َ ه‬
‫ْ ي‬ ‫َ ذ يرِٕيي ي‬

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan


jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS Al Ma’idah:
2)

Persatuan dan solidaritas antar umat Islam juga merupakan landasan Islam
kedua. Allah perintahkan untuk bersatu di atas agama (tauhid) dan melarang dari
berpecah belah di dalamnya. Allah terangkan hal ini dengan keterangan yang
melegakan, yang bisa dipahami oleh orang-orang awam, dan Dia melarang kita
untuk menjadi seperti orang- orang sebelum kita yang berpecah belah dan
berselisih sehingga mereka binasa. Dia juga menyebutkan bahwa Dia
memerintahkan kaum muslimin untuk bersatu di atas agama dan melarang mereka
dari berpecah belah di dalamnya. Dan yang semakin memperjelas pokok ini
adalah apa yang terdapat di dalam Sunnah (hadis-hadis) berupa penjelasan yang
mengagumkan tentang hal tersebut..

Tujuan dari perumpamaan hubungan di antara kaum Muslimin itu dengan


hubungan antar anggota badan yang satu, seperti disabdakan oleh Rasulullah saw
"Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling cinta dan saling kasih-mengasihi
di antara mereka itu adalah bagaikan satu jasad yang apabila salah satu dari
anggotanya mengalami keluhan penyakit, maka seluruh anggota badannya akan
turut mengalaminya dengan tidak dapat tidur dan demam." (HR. Bukhari). Dan
inilah yang menjadi tujuan diarahkannya seluruh masyarakat untuk menggalang
solidaritas sesama mereka, yaitu agar mempertajam sensitifitas, saling bahu-
membahu menyatakan perasaan-perasaan mereka dan saling mendukung satu

8
sama lain. Semuanya berusaha mencapai satu tujuan, yaitu merealisasikan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

2.2 Sedekah Dalam Solidaritas Sosial

Sedekah merupakan salah satu kewajiban yang dilakukan oleh seorang


muslim yang telah berlebihan hartanya. Yang wajib bersedekah kepada orang
yang berhak menerimanya.1Sedekah adalah hak Allah berupa harta yang
diberikan oleh seseorang yang kaya kepada yang berhak menerimanya fakir dan
miskin.Harta itu disebut dengan sedekah karena didalamnya terkandung berkah
penyucian jiwa, pengembangan dengan ebaikan-kebaikan, dan harapan untuk
mendapat. Hal itu disebabkan asal kata sedekah adalah al- shodaqoh yang berarti
tumbuh, suci, dan berkah.

Disamping sedekah wajib, ada juga sedekah yang disunnahkan dan

dianjurkan untuk dikeluarkan kapan saja.Hal ini disebabkan karena anjuran

dari al-Qur’an dan as-Sunnah untuk mengeluarkan sedekah tidaklah terikat.


Mengeluarkan sedekah pada setiap saat yang merupakan perbuatan sunnat
dilakukan menurut ijma’ ulama, dan Islam mengajak manusia untuk berkorban
harta, memberikan dorongan kepadanya dengan gaya bahasa yang memikat
hati,membangkitkan semangat jiwa, dan menanamkan nilainilai kebaikan didalam
hati.

Sedekah disunnahkan bagi orang yang memiliki kelebihan harta, yaitu dari biaya
untuk dirinya sendiri dan biaya orang-orang yang dinafkahkan apabila seseorang
memberikan sedekah sehingga orangorang yang dinafkahkan menjadi
kekurangan, maka ia berdosa, berdasarkan sabda Nabi SAW :

َ‫ُ ذن ييبَ مي يعريي ْي ذخ يوري َع ذمََّ نوَ َ َو يح ْنثينيي ي‬ ‫ع َ ذ يْ يٍيمي َع م يذَّ يا ذب ي‬


َ َ‫ھ يِ ذَّ َي ذُ يويسي ْيمَم ْنثينيي ي‬ ‫َ يذمَري ي‬

َ ْ‫ يا َّن ي‬-‫ْ ي ذب َيثذ َِي يِ ميي ذ يِ ذع يونيع ا ُ لب ِ ل ٰٓ َّ ُ لع‬


َّ‫ُم َا ٍيي يا ٍيي يا يِ ذِ َعا م يذَّ يا َّن يِ ذْ يَ يِ ذ‬

‫َيَِٕمقَ يو ذَّ ََ ي‬
‫ل ي يض‬

9
“Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Kasir, telah mengabarkan kepada
kami Sufyan, telah bercerita kapada kami Abu Ishak dari Wahab bin Jabir hawani
dari Abdullah bi Amru berkata. Telah bersabda Rasulullah SAW.cukuplah
seseorang dinilai berdosa apabila ia menyia-nyia orangorang yang harus
dinafkahkan”.(HR. Abu Daud). Permasalahannya adalah berkaitan dengan makna
amarah Allah dan maksud sedekah yang dapat meredam amarah tersebut. Apakah
amarah Allah terletak kepada amarah manusia ? karena dengan bersedekah dapat
menjalin kasih sayang sesama mereka begitu juga sebaliknya, ketika mereka
marah kepada orang yang tidak mau bersedekah maka Allah pun murka kepada
orang yang tersebut, seperti orang miskin yang melihat orang kaya hidup
bermewah – mewah sehingga muncul kemarahan dihati orang miskin tersebut.
Apalagi sedekah itu luas cakupannya tidak dengan harta saja, tetapi dengan setiap
perbuatan yang baik. Ketika orang bersedekah kepada karib kerabatnya karena
mereka termasuk orang yang miskin, sedangkan tetangga disebelah rumah juga
termasuk orang yang miskin, dan dengan melihat hal tersebut tetangga yang
miskin tadi menjadi marah dan tersakiti. Apakah itu juga dapat menyebabkan
amarah Allah SWT? Maka mana letak amarah Allah dan sedekah yang bagaimana
dapat meredam amarah Allah SWT dan apa penyebab munculnya Amarah Allah
tersebut ? apakah dengan meredamnya amarah manusia, maka Allah pun tidak
akan marah kepada manusia? Begitu juga sebaliknya, sebagaimana pada intinya
sedekah adalah untuk berbuat baik dan menghilangkan keburukan diantara
manusia dan juga secara perlahan-lahan dapat menghapuskan dosa kecil,maka
apakah ketika manusia melakukan dosa kecil dapat mendatangkan murka Allah
SWT?Manusia adalah makhluk yang senantiasa bersosialisasi dengan makhluk
yang lainnya terutama dikalangan masyarakat, tentu sedikit banyaknya tidak lepas
dari berbagai kesalahan atau dosa, maka apakah dengan adanya kesalahan dan
dosa yang dibuat oleh manusia tersebut akan mendatangkan amarah Allah SWT?
Maka seperti apa marahnya Allah, apakah marah Allah datang dari kesalahan
yang telah diperbuat ? dan Allah pun mendatangkan azab dan siksanya. Apalagi
terkadang manusia itu tidak tahu dengan kesalahan yang diperbuatnya, seperti
tersakitinya seseorang tetapi dia tidak ada niat untuk menyakitinya, lantas apakah

10
dengan bersedekah kepada siapa saja akan dapat menghilangkan kesalahan yang
telah diperbuat?Untuk lebih jelasnya penulis akan mencoba meneliti maksud
hadis dari kitab-kitab sumbernya yang berkaitan dengan permasalahan
tersebut.Dan metode- metode yang telah ditetapkan dalam ilmu hadis sehingga
dapat menjelaskannya secara spesifikasi dan dapat ditemukan tolak ukur dari
permasalahan yang akan dibahas.

2.3 Zakat Dalam Solidaritas Sosial

A. Pengertian Zakat
Zakat adalah salah satu dari lima pilar utama dalam agama Islam dan
merupakan kewajiban keuangan yang dikenakan kepada umat Muslim
yang mampu untuk membersihkan harta seseorang dari sifat-sifat negatif
seperti kekikiran, keserakahan, dan egoisme. Zakat merupakan ibadah
yang mengandung unsur sosial, ekonomi, dan spiritual. Selain itu, zakat
juga salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
mendapatkan pahala dan keberkahan dari-Nya. Zakat mengandung
harapan untuk mendapatkan berkah, membersihkan jiwa, serta
menumbuhkan dan mengembangkannya dengan berbagai kebaikan,
berasal dari kata "zaka" yang memiliki makna suci, baik, berkah, tumbuh,
dan berkembang. (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq: 5).
B. Hukum Zakat
Hukum zakat dalam Islam adalah wajib bagi setiap muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Hukum zakat ini didasarkan pada dalil-
dalil dari Al-Quran dan Hadits, di antaranya adalah:

Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 43: “Dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’”
Firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 103: “Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa

11
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: “Islam
dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah
dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah bagi yang mampu.”
Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
“Barangsiapa yang diberi harta oleh Allah lalu ia tidak menunaikan
zakatnya, maka pada hari kiamat hartanya itu akan dijadikan seekor ular
besar yang berbisa yang akan melilit lehernya, kemudian ular itu akan
menggigit kedua pipinya sambil berkata: Aku hartamu, aku simpananmu.”
C. Jenis – jenis Zakat
Zakat terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Zakat fitrah: Zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim pada
bulan Ramadhan sebelum shalat Idul Fitri. Zakat fitrah berupa bahan
makanan pokok yang disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat
setempat. Besaran zakat fitrah adalah 2,5 kg atau 3,5 liter per orang.
- Zakat mal: Zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim yang
memiliki harta melebihi nisab (batas minimal) dan telah mencapai haul
(masa kepemilikan) selama satu tahun hijriyah. Zakat mal berlaku
untuk harta-harta seperti emas, perak, uang, ternak, hasil pertanian,
perdagangan, profesi, pertambangan, dan lain-lain. Besaran zakat mal
bervariasi tergantung jenis hartanya, mulai dari 2,5% hingga 20%.
D. Syarat - syarat Zakat
Syarat-syarat zakat adalah sebagai berikut:
 Beragama Islam
 Orang merdeka (bukan budak)
 Harta yang dimiliki halal
 Kepemilikan penuh atas hartanya
 Mencapai nisab sesuai jenis hartanya
 Mencapai haul sesuai dengan ketentuannya

12
 Tidak memiliki hutang
 Harta atau penghasilan yang bertambah
E. Rukun-Rukun Zakat
 Niat.
 Harta yang dizakati
 Pemberi zakat
 Penerima zakat
F. Asnaf (Golongan) Penerima Zakat
 Fakir: Orang yang sangat miskin dan tidak memiliki harta sama
sekali atau harta yang dimilikinya tidak mencapai nisab.
 Miskin: Orang yang miskin dan memiliki harta tetapi tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
 Amil: Orang yang ditugaskan untuk mengumpulkan,
mendistribusikan, dan mengelola zakat.
 Muallaf: Orang yang baru masuk Islam atau cenderung masuk
Islam dan membutuhkan bantuan untuk memperkuat imannya.
 Riqab: Orang yang terbelenggu perbudakan atau hutang dan
membutuhkan bantuan untuk membebaskan dirinya.
 Gharimin: Orang yang berhutang untuk kepentingan umum atau
mendesak dan tidak mampu membayar hutangnya.
 Fisabilillah: Orang yang berjuang di jalan Allah SWT, seperti
mujahidin, da’i, ilmuwan, pelajar, dan lain-lain.
 Ibnu sabil: Orang yang sedang dalam perjalanan jauh dan
kehabisan bekal atau mengalami kesulitan.
G. Hubungan Zakat dengan islam solidaritas social
Zakat memiliki peran sentral dalam Islam, bukan hanya sebagai kewajiban
keagamaan, tetapi juga sebagai instrumen solidaritas sosial. Zakat adalah
satu dari lima pilar Islam dan merupakan kewajiban bagi umat Muslim
yang mampu untuk memberikan sebagian dari harta mereka kepada yang
membutuhkan. Praktik zakat memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat

13
Muslim, menciptakan keseimbangan ekonomi, dan mengurangi
kesenjangan sosial. Dengan memberikan zakat, umat Muslim
berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih adil dan
berkeadilan.
H. Manfaat Zakat
 Redistribusi Kekayaan: Zakat membantu mengurangi kesenjangan
ekonomi dengan mengambil sebagian kekayaan dari yang lebih
mampu untuk membantu mereka yang kurang mampu.
 Membersihkan Hati: Melalui membayar zakat, seseorang dapat
membersihkan hatinya dari sifat serakah dan menciptakan
kesadaran akan tanggung jawab sosial terhadap sesama.
 Solidaritas Sosial: Zakat memperkuat ikatan sosial dalam
masyarakat, menciptakan rasa solidaritas di antara orang-orang
dengan saling membantu dalam saat kesulitan.
 Kesejahteraan Individu: Zakat membantu individu yang kurang
mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makanan,
pakaian, dan pendidikan, sehingga meningkatkan kesejahteraan
mereka.
 Pemberdayaan Ekonomi: Melalui program-program zakat
produktif, dana zakat dapat digunakan untuk memberdayakan
masyarakat melalui pemberian modal usaha dan pelatihan
keterampilan.
 Ketertiban Sosial: Zakat dapat membantu menciptakan ketertiban
sosial dengan mengurangi kemiskinan, yang dapat menjadi
penyebab ketidakstabilan dan ketegangan dalam masyarakat.
 Pahala dan Kebaikan: Membayar zakat dianggap sebagai amal
perbuatan baik dalam agama Islam, dan pahalanya diharapkan dari
Tuhan.
 Penting untuk dipahami bahwa zakat bukan hanya kewajiban
keagamaan, tetapi juga konsep yang mendukung pembangunan
sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.

14
2.4 Infak Dalam Solidaritas Sosial

A. Pengertian Infaq
Kata Infaq berasal dari Bahasa Arab yaitu “infaq” menurut bahasa
yaitu membelanjakan atau menafkahkan. Sedangkan menurut istilah
Agama Islam infaq berarti menafkahkan atau membelanjakan sebagian
harta benda yang dimiliki di jalan yang diridhoi Allah swt. Contohnya
menginfakkan hartanya untuk pembangunan masjid, musalla, madrasah,
untuk dakwah
Islam, dan sebagainya. Dengan demikian, yang disebut infaq apabila
membelanjakan harta untuk kepentingan agama. Infaq adalah perbuatan
yang mulia dan diperintahkan Allah swt untuk dilaksanakan oleh seluruh
umat manusia.
Infaq dalam Al Qur’an mempunyai beberapa pengertian. Dalam
arti luas dimaksudkan untuk mendayagunakan seluruh harta dengan dasar
iman untuk fi sabilillah. Dalam arti lainnya adalah membelanjakan atau
mempergunakan harta dari sisa keperluan. Konotasi yang pertama
mengimplikasikan adanya mobilitas dana umat pada saat tertentu.
Namun,pelaksanaannya lebih ditentukan dengan kadar keimanan individu,
berbeda
dengan tuntutan zakat yang pelaksanaannya harus diambil oleh petugas
tertentu.
Dalam pengertian yang kedua memiliki konotasi pemberian harta
pada pihak lain secara sukarela.
‫ااهياي ي يم يَوسايلي َٰٓ ي‬
ٰٓ‫يْ يُ سواي َب ذَِ يوذ وي َااني يل ذانم يرلي ذ يٰٓ ذِ يماي يا نْيَ يٰٓ َ ذا ينَِٕانيو ي ذوايي ي َٰٓ ذِ يْي لن ذ يل يمَ نا ي‬ ‫ذِويٍذ َو َب ذِ ير ذاَي يْ يم يٰٓ ذِ يماي ي‬
Dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 274 Allah berfirman :3
Artinya : Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang
hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat

15
pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak
(pula) mereka bersedih hati. (Qs. Al-Baqarah ayat 274)
Tujuan yang hendak dicapai dari infaq adalah mengatasi kebutuhan
dasar kelompok lemah atau yang membutuhkan, untuk mencapai tatanan
kehidupan berdasarkan pada keadilan dan kemanusiaan.
Selain itu, infaq di sisi lain berarti nilai ibadah untuk sarana
mendekatkan diri kepada Allah swt, karena sesungguhnya perintah
berinfaq sendiri terdapat di dalam ayat Al Qur’an dan diperintahkan
langsung oleh Allah swt.
B. Hukum Infaq
Adapun hukum infaq, yaitu :
1. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dan lain lain.
2. Infaq sunnah diantaranya, infaq kepada fakir miskin sesama
muslim, infaq bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain lain.
C. Dasar Hukum Infaq
Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kabajikan (yang
sempurna), sebelum kamu manafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.
Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya. (Q.S. Ali „Imran [3]:92)”
D. Manfaat Berinfaq
1. Dengan Berinfaq kita akan mendapatkan manfaat antara lain :
2. Menambah keimanan
3. Sebagai bekal di akhirat
4. Menambah rejeki dan keberkahan
5. Memperkokoh persaudaraan sesama muslim
6. Meningkatkan syair islam
7. Terwujudnya sarana ibadah dan tempat belajar agama bagi umat
Islam
E. Syarat Infaq
1. Orang yang memiliki harta berlebih

16
2. Ikhlas karena Allah swt
3. Tidak menyebut nyebut infaq yang telah diperbuat
4. Tidak menyakiti orang yang menerimanya
F. Rukun Infaq
1. Orang yang memberi infaq
2. Orang yang menerima infaq
3. Barang yang diinfaqkan milik sendiri da nada manfaatnya
4. Ada pernyataan antara pemberi dan penerima infaq
G. Hal yang harus diperhatikan dalam berinfaq
1. Diharamkannya mengungkit-ungkit pemberian, dan menyakiti hati
orang yang diberikan shadaqah atau infaq kepadanya, yang mana
hal ini dapat menghapuskan pahala berinfaq tersebut.
2. Diharamkannya riya’ (ingin dilihat oleh orang) dalam beramal
shaleh, ini dapat juga menghapus pahala ibadah.
3. Bahwasanya tidak dianggap infaq kecuali dari harta milik sendiri
bukan harta milik orang lain, maka tidak akan diterima dan tidak
mendapat pahala, kecuali dengan izin pemiliknya.

2.5 Hibah Dalam Solidaritas Sosial

A. Pengertian Hibah

Kata Hibah berasal dari kata Bahasa Arab yang sudah diadopsi dari kata
bahasa Indonesia kata ini berasal dari kata kerja (‫َ ٰٓھ‬- ‫ )ابھ‬yang berarti
memberikan. Secara terminologi hibah berarti pemberian yang dilakukan
secara sukarela dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. tanpa
mengharapkan balasan apapun. Apabila seseorang memberikan harta miliknya
kepada orang lain maka berarti si pemberi itu menghibahkan miliknya.
Kemudian perkataan hibah yang berarti memberi dijumpai dalam Al-Qur'an
surat Al-imran ayat 38 yang berbunyi:

17
‫ً يْيوَ و َ يَْنوَ نََ ذرني يو ذَّ ي ذي بيھذ يْْي ي ٍيي يا ا يْمنبَ اي و ييعَني ْي يِي َبنيي يني‬ ‫َ َا يِ ۤي يِ ي‬
‫ُ يِ ذ َض َيرنني ا ي‬

Artinya: “Disanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya


Tuhanku, berilah Aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya
Engkau Maha Pendengar doa".

B. Dasar Hukum Hibah

Untuk menentukan dasar hukum hibah dalam al-Qur’an secara langsung


sulit ditemukan. Dalam al-Qur’an penggunaan kata hibah digunakan dalam
kontek pemberian anugrah Allah kepada utusan-utusannya, doa-doa yang
dipanjatkan oleh hamba-hamba-Nya terutama para Nabi, dan menjelaskan
sifat Allah yang maha memberi karunia, hanya saja dapat digunakan petunjuk
dan anjuran secara umum agar seseorang memberikan sebagian rizkinya
kepada orang lain. Hibah disyari'atkan dan dihukumi mandub (sunah) dalam
Islam, berdasarkan firman Allah SWT Surat al Baqarah ayat 177:

...‫ْْي ذ ل يَّ ياَمذَّي ياَ ذ يَِْ ير ذَّي ياَ ذ ي َوَِ ع َ ذَِٕ ذع َمع وي ياا َْْي ُب يِ َلع َ ذ يِي يا يا ََا يع‬
‫اَ ْ ۤني َا يل ذَّي َ ن‬...
‫ي‬

Artinya: "…Dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-


anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan)…."
(Q.S al Baqarah: 177)

pertama memberikan kebebasan hibah tanpa batas, akan tetapi argument


pendapat kedua juga perlu dipertimbangkan untuk mendapat manfaat yang
lebih baik.

C. Rukun Syarat Hibah

Adapun yang menjadi rukun hibah menurut Abdurrahman alJaziri yaitu :

18
1. Penghibah adalah orang yang memberikan hibah atau orang yang
mengibahkan hartanya kepada orang lain.
2. Penerima hibah adalah orang yang menerima pemberian dalam hal ini
tidak ada ketentuan tentang siapa yang berhak menerima hibah, pada
dasarnya setiap orang yang memiliki kecakapan melakukan perbuatan
hukum dapat menerima hibah.
3. Barang yang dihibahkan adalah barang yang diberikan oleh seseorang
kepada orang lain. Pada dasarnya segala macam benda yang dapat
dijadikan hak milik bisadihibahkan, misalnya harta gono-gini, benda
bergerak atau tidak bergerak.
4. Sighat adalah kata-kata yang dilakukan oleh orang yang melakukan
hibah, karena hibah itu semacam akad. Ijab adalah kata yang
diucapkan oleh penghibah, sedangkan qabul adalah kata yang yang
diucapkan oleh orang yang menerima hibah.
D. Hikmah Hibah

Hikmah disyari’atkannya hibah (pemberian) sangat besar. Karena hibah itu


bisa menghilangkan rasa dari dengki, dan menyatukan hati dalam cinta kasih
dan sayang menyayangi. Hibah menunjukkan kemuliaan akhlak, kesucian
tabiat, adanya sifat-sifat yang tinggi,himmah, keutamaan dan kemuliaan. Allah
Yang Maha Bijaksana mengetahui bahwa jiwa-jiwa itu ada yang mempunyai
sifat kikir dan bakhil, makanya Allah mencela orang-orang yang menuntut
kembali apa yang telah mereka berikan. Apabila seseorang suka memberi,
berarti berusaha mendapatkan sifat paling mulia, karena dalam memberi,
orang menggunakan kemuliaan, menghilangkan kebakhilan jiwa,
memasukkan kegembiraan ke dalam hati orang yang diberi, mewariskan rasa
kasih sayang dan. terjalin rasa cinta antara pemberi dan penerima, serta
menghilangkan rasa iri hati. Maka orang yang suka memberi termasuk orang-
orang yang beruntung.

19
2.6 Hadiah Dalam Solidaritas Sosial
A. Pengertian Hadiah
Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan
maksud untuk memuliakan atau memberikan penghargaan atas suatu
prestasi yang diraih. Salah satu kemuliaan ajaran agama Islam adalah
anjuran untuk saling memberikan hadiah. Hal ini akan menumbuhkan rasa
cinta sesama muslim serta dapat menumbuhkan rasa persatuan dan
kesatuan umat.

B. Hukum Dan Dalil Hadiah


Sabda Rasulullah saw. “Sekiranya aku diundang makan sepotong
lengan atau kaki binatang, pasti akan penuhi undangan tersebut. Begitu
juga jika sepotong lengan atau kaki dihadiahkan kepadaku, pasti aku akan
menerimanya.” (HR. Bukhari)
Allah Swt berfirman:

َِ ‫ِي ياٍذ يب َ ذمويغ ۤيي يِ َ نيا ا َ ذن ينَِٕ ذمبي َا يا يوي اي يۤي ذرنَ يْ َر ذب يٍ َذع يو ذَّ ا َ ذن ينَِٕ ذمَ َا يا يوي َنر ۤيي‬
‫و يٍ َذع يو ذَّ ينَِٕ ذمَا َ ذن َا يا يوي ه‬
‫َ يام ن‬
‫اَ ذ‬
‫نلي َِ ذمبي يا ياَ ي ذرو َ ذب َي ي ذ َر ذب‬

Artinya: "Dan kamu tidak menafkahkan, melainkan karena mencari


keridhaan Allah dan sesuatu yang kamu belanjakan, kelak akan
disempurnakan balasannya sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya".
(QS. Al-Baqarah: 272).

C. Syarat Dan Rukun Hadiah


Rukun hadiah dan rukun hibah sebenarnya sama dengan rukun
sedekah, yaitu:
1. Orang yang memberi hadiah, syaratnya orang yang memiliki benda
itu dan yang berhak
2. mentasarrufkannya (memanfaatkannya)
3. Orang yang diberi hadiah, syaratnya orang yang berhak memiliki.

20
4. Akad, (ijab dan qabul).
5. Barang yang diberikan, syaratnya barangnya dapat dijual.

D. Manfaat Hadiah
1. Manumbuhkan rasa saling mencintai dan menghormati antar
sesama.
2. Mendorong seseorang agar lebih maju dalam kebaikan.
3. Mendidik seseorang untuk menepati janji.
4. Menghindarkan diri dari sifat iri dan dengki.
5. Menumbuhkan motivasi agar terus berupaya meraih prestasi
6. Senantiasa berbesar hati melihat keberhasilan yang diraih orang
lain.

E. Macam macam Hadiah


Hadiah dalam islam dibagi meenjadi 3 macam:
1. Hadiah dari seseorang yang posisinya “di bawah” kepada orang
yang posisinya “diatas”, semisal hadiah dari bawahan kepada
atasan, dari seorang yang memiliki kepentingan bisnis kepada
orang yang punya kewenangan mengambil keputusan atas bisnis
tersebut. Hadiah semacam ini yang tidak diperbolehkan, karena
termasuk gratifikasi yang bisa menyebabkan seseorang bertindak
tidak adil kepada orang lain.
2. Hadiah dari seseorang kepada orang lain yang setara, misalnya
antara teman, kerabat, keluarga, tetangga. Hadiah semacam ini
boleh dan dianjurkan sepanjang saling memberi manfaat dan
mempererat persahabatan atau persaudaraan.
3. Hadiah dari seseorang yang posisinya “di atas” kepada orang yang
posisinya “di bawah”, dimana sipemberi tak memiliki kepentingan
terhadap yang diberi dan tak ada pamrih untuk mendapatkan
balasan. Seperti hadiah dari majikan kepada pekerjanya, hadiah
dari pejabat kepada bawahannya, hadiah dari orang kaya kepada

21
kaum fakir, dan sebagainya. Inilah bentuk hadiah yang sangat
dianjurkan.

F. Adab Memberi dan menerima hadiah


1. Dan diantara kemuliaan akhlak Nabi saw. disaat hadiah datang
kepada beliau, beliau mengikutkan orang lain menikmati hadiah
tersebut.
2. Disaat dihadiahkan kepada beliau sekeranjang buah-buahan, beliau
membaginya kepada orang tua yang shalih dan kepada anak-anak
yang hadir bersama beliau.
3. Nabi saw. selalu mengirim hadiah kepada keluarganya, teman
kerabatnya, beliau selalu setia kepada istrinya, dan menjadikan
hadiah sebagai sarana kasih sayang.
4. Nabi saw. selalu membalas hadiah. Barang siapa yang tidak
mempunyai sesuatu untuk membalas hadiah maka hendaklah
berdo‟a atas hadiah tersebut.
5. Memberi hadiah kepada tetangganya yang terdekat, seperti yang
dijelaskan dalam hadits Aisyah ra, dia berkata: Wahai Rasulullah!
Saya mempunya dua orang tetangga kepada siapakah aku
memberikan hadiah?, “Kepada orang yang pintunya paling dekat
denganmu” Jawab beliau. (HR.Bukhari)
6. Seseorang dianjurkan untuk menerima hadiah sekalipun hadiah
tersebut tidak berkesan.

2.7 Pentingnya Solidaritas Sosial Dalam Kehidupan


Solidaritas sosial Islam adalah suatu keadaan di mana anggota masyarakat
Islam merasa memiliki dan terikat satu sama lain, memiliki kepercayaan dan
perasaan yang sama, serta memiliki kesadaran kolektif untuk saling membantu
dan menolong. Solidaritas sosial Islam ini penting untuk menjaga keutuhan
dan kemajuan umat Islam.

22
Namun, dalam kenyataannya, solidaritas sosial Islam masih sering
mengalami hambatan. Faktor-faktor yang menghambat solidaritas sosial Islam
dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal yang menghambat solidaritas social
 Kurang memahami ajaran Islam.
Ajaran Islam mengajarkan umatnya untuk saling mencintai, tolong-
menjaga persaudaraan. Namun, jika umat Islam kurang memahami
ajaran Islam, maka mereka akan sulit untuk menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
 Sikap individualisme.
Sikap individualisme adalah sikap yang mementingkan diri sendiri
dan mengabaikan kepentingan orang lain. Sikap ini dapat
menghambat solidaritas sosial karena membuat orang menjadi
egois dan tidak mau membantu orang lain.
 Perbedaan kepentingan.
Perbedaan kepentingan dapat menyebabkan konflik dan
perselisihan di antara umat Islam. Konflik dan perselisihan ini
dapat menghambat solidaritas sosial karena membuat umat Islam
saling bermusuhan dan tidak mau bekerja sama.
2. Faktor eksternal yang menghambat solidaritas social
 Pengaruh budaya asing.
Pengaruh budaya asing yang masuk ke dalam masyarakat Islam
dapat menggeser nilai-nilai Islam yang mengajarkan solidaritas
sosial.
 Ketidakadilan sosial.
Ketidakadilan sosial dapat menimbulkan kesenjangan dan
perpecahan di antara umat Islam. Kesenjangan dan perpecahan ini
dapat menghambat solidaritas sosial karena membuat umat Islam
saling curiga dan tidak mau saling membantu.
 Kebijakan pemerintah.

23
Kebijakan pemerintah yang tidak adil dan tidak berpihak kepada
rakyat dapat menimbulkan ketidakpuasan dan kemarahan di
kalangan umat Islam. Ketidakpuasan dan kemarahan ini dapat
menghambat solidaritas sosial karena membuat umat Islam saling
berselisih dan tidak mau bekerja sama.

Berikut adalah upaya upaya yang dapat dilakukam untuk meningkatkan


solidaritas social:

 Pembelajaran agama Islam.


Pembelajaran agama Islam yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan dapat meningkatkan pemahaman umat Islam
terhadap ajaran Islam.
 Pendidikan moral
Pendidikan moral dapat menanamkan sikap saling mencintai dan
tolong-menolong di antara umat Islam.
 Peningkatan kesadaran kolektif.
Kesadaran kolektif dapat diwujudkan melalui berbagai kegiatan,
seperti kegiatan sosial, keagamaan, dan kemasyarakatan.
 Penyelesaian konflik.
Konflik dan perselisihan di antara umat Islam perlu diselesaikan
secara damai dan bijaksana.
 Peningkatan keadilan sosial.
Keadilan sosial dapat diwujudkan melalui berbagai kebijakan
pemerintah, seperti kebijakan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.

Solidaritas sosial Islam merupakan hal yang penting untuk menjaga


keutuhan dan kemajuan umat Islam. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya
untuk meningkatkan solidaritas sosial Islam agar umat Islam dapat hidup rukun,
damai, dan saling membantu.

24
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Islam dan solidaritas sosial Praktik zakat, infak, sedekah, Hibah, dan hadiah
memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat Muslim, menciptakan keseimbangan
ekonomi, dan mengurangi kesenjangan sosial. Dengan memberikan zakat, umat
Muslim berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih adil dan
berkeadilan.

3.2 Saran

Walaupun zakat, infak, sedekah, hibah, dan hadiah sudah banyak muslim
mengetahuinya tetapi masih ada saja oknum yang tidak ingin melaksanakan
kewajiban tersebut dengan alasan belum memiliki harta yang berkecukupan.
Begitu juga dengan perlakuan beberapa oknum yang melaksanakan kewajiban
tersebut dengan memposting di media sosial dengan tujuan memenuhi banyak
penonton. Dengan begitu ada beberapa saran yang memungkinkan umat muslim
untuk melaksanakan kewajiban tersebut dengan ikhlas ;

 Edukasi tentang pentingnya zakat dalam agama Islam dan dampak


positifnya terhadap masyarakat. Pemahaman yang jelas akan
meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab sosial.
 Menceritakan berbagi Pengalaman: Berbagi kisah sukses atau pengalaman
pribadi tentang manfaat zakat ,infaq, sedekah, hibah, dan memberi hadiah
dapat memberikan inspirasi dan motivasi kepada orang lain untuk ikut
berkontribusi.
 Kolaborasi masyarakat dan pemerintah tentang kesejahteraan Bersama:
Tekankan konsep saling ketergantungan dan kesejahteraan bersama dalam
Islam. Dengan membantu sesama melalui zakat, infaq, sedekah dan hibah
masyarakat secara keseluruhan akan merasakan manfaatnya.

25
 Melalui kombinasi pendekatan edukatif, inspirasional, dan praktis,
diharapkan dapat meningkatkan partisipasi umat Muslim dalam
melaksanakan kewajiban zakat.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://baznas.jogjakota.go.id/detail/indeks/29612
https://repo.uinsatu.ac.id/20874/5/BAB%2011.pdf
https://mahad.um-surabaya.ac.id/homepage/news_article?slug=spirit-solidaritas-
agama-dan-perjuangan-ruang-hidup-kemanusiaan
https://www.neliti.com/id/publications/145725/existensi-solidaritas-dalam-islam-
suatu-keniscayaan
https://islamhouse.com/id/books/2830537/

27

Anda mungkin juga menyukai