Anda di halaman 1dari 37

SOSIOLOGI AGAMA

AGAMA DAN PERUBAHAN SOSIAL

KELOMPOK 11
Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Andi Dody Meyputra Agustang, S. Sos, M.Pd

Disusun Oleh:

Friska Margaretha Purba (210603501013)

Husnul Khotibah (210603501030)


Lisa Amriani (210603502014)
Maqbul Fadmanegara (210603501015)
Monalisa Topayung (210603501041)
Yudha Pratama (210603501025)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL & HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AJARAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang dengan
keagungannya telah memberkahi kami dengan segala rahmat yang tiada batasnya sehingga
kami diberikan kemampuan dan kesempatan dalam menyusun makalah ini. Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpah kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, beserta
seluruh keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Kami menyadari atas segala kekurangan dan
keterbatasan pengetahuan sehingga wujud makalah ini masih dalam bentuk sederhana.
Namun demikian, berkat uluran pemikiran dari beberapa orang yang telah membantu kami
dengan memberikan sumbangan pengetahuan sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Sosiologi agama dan disisi lain, menelaah mengenai pengaruh agama terhadap perubahan
sosial dari berbagai aspek kehidupan.

Seiring dengan ucapan terima kasih yang teramat dalam kami haturkan kepada yang
terhormat:

1. Ayahanda Andi Dody Meyputra Agustang, S.Sos, M.Pd selaku dosen mata kuliah
Sosiologi Agama.
2. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial
& Hukum, Universitas Negeri Makassar yang telah memberikan saran dan masukan
serta turut meembantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mohon saran dan kritik yang membangun demi menyempurnakan makalah ini.

Makassar, 18 Februari 2023

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................................


ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................................


iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................


1

A. Latar Belakang .....................................................................................................................


1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................
2
C. Tujuan ..................................................................................................................................
2
D. Manfaat ................................................................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................


3

A. Pengaruh Agama dalam Bidang Ekonomi ...........................................................................


3
B. Pengaruh Agama dalam Bidang Pemerintahan ...................................................................
7
C. Pengaruh Agama dalam Keluarga .......................................................................................
14
D. Pengaruh Agama dalam Bidang Sosial Budaya ..................................................................
21

iii
BAB III PENUTUP .........................................................................................................................
30

A. Kesimpulan ..........................................................................................................................
30
B. Saran ....................................................................................................................................
30

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................


31

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama merupakan faktor yang penting dalam kehidupan masyarakat. Agama


mempengaruhi masyarakat dan sebaliknya pula masyarakat mempengaruhi agama.
Agama sendiri dapat diartikan sebagai suatu bentuk hidup yang mengandung
pengakuan pada suatu sumber yang berada pada luar diri manusia yang mempengaruhi
perbuatan-perbuatan manusia. Agama memiliki peran penting dalam membentuk nilai-
nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Agama dapat mempengaruhi cara pandang
masyarakat tentang moralitas, etika, sosial, dan politik. Hal ini dapat berdampak pada
perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat.

Perubahan sosial adalah perubahan dalam kebudayaan, struktur sosial, dan perilaku
masyarakat. Perubahan sosial dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti
teknologi, ekonomi, politik, dan budaya. Perubahan sosial dapat bersifat lambat dan
bertahap, atau cepat dan drastis.

Agama dapat mempengaruhi perubahan sosial dalam berbagai cara. Sebagai contoh,
agama dapat memberikan panduan moral dan etika yang kuat bagi masyarakat, yang
dapat mempengaruhi perilaku dan keputusan sosial. Agama juga dapat
mempromosikan nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas, yang dapat membantu
masyarakat bertahan dan beradaptasi dalam menghadapi perubahan sosial yang cepat
dan drastis.

Di sisi lain, agama juga dapat menjadi faktor yang menghambat perubahan sosial.
Ketika agama diterapkan secara kaku dan dogmatis, masyarakat dapat menjadi enggan
untuk mengadopsi perubahan sosial yang dianggap bertentangan dengan ajaran agama
mereka. Sebagai contoh, pandangan agama tertentu tentang peran gender atau
seksualitas dapat menjadi penghambat bagi perubahan sosial dalam bidang ini.

1
Namun, agama bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi perubahan sosial.
Ada banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi perubahan sosial, seperti teknologi,
politik, ekonomi, dan lingkungan. Agama hanyalah salah satu faktor yang memainkan
peran penting dalam membentuk nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat, dan
dapat mempengaruhi cara masyarakat merespon perubahan sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaruh Agama dalam Bidang Ekonomi?
2. Bagaimana Pengaruh Agama dalam Bidang Pemerintahan?
3. Bagaimana Pengaruh Agama daam Keluarga?
4. Bagaimana Pengaruh Agama dalam Bidang Sosial Budaya?

C. Tujuan
1. Mengetahui serta mampu mengaplikasikan pengaruh agama dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat termasuk bidang ekonomi, pemerintahan, keluarga, serta
sosial budaya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Sebagai sumber pembelajaran baik bagi mahasiswa maupun semua kalangan.

D. Manfaat

Dari makalah ini mungkin dapat menjadi sebuah masukan bagi penulis untuk membuat
tulisan yang lebih menarik drai sebelumnya dan menjadikan sebuah wawasan
penambah ilmu tentang apa yang telah dicantumkan mengenai teori sosiologi juga agar
dapat menjadi sebagai sumber wawasan pengetahuan dalam menambah ilmu dan
menjadi sumber rujukan bagi mahaisswa/siswa yang membutuhkan sumber bahan
bacaan mengenai Agama dan Perubahan Sosial.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Agama dalam Bidang Ekonomi

Pengaruh agama dalam bidang ekonomi sangat besar dan dapat kita rasakan dalam
kehidupan dan memiliki peran penting dalam perkembangannya.

Di Indonesia terdapat enam agama yaitu islam Kristen katolik buddha hindu dan
konghucu dan setiap agama tersebut pasti mempunyai ajaran atau pengajaran yang
dapat mendorong seseorang atau anggotanya dapat hidup dan berperilaku baik itu
dalam bidang social budaya politik, ekonomi, dan lain-lain.

Agama telah memainkan peran nya dalam bidang ekonomi beberapa agama telah
menganggap ekonomi suatu kebutuhan yang penting dalam menunjang kehidupan
beberapa konsep konsep tersebut yaitu keadilan kemiskinan pembagian kerja dan
pembagian sumberdaya yang berbeda beda. Agama juga berperan penting dalam
pengambilan keputusan ekonomi menurut Kenneth boulding seorang filsuf ekonomi
terkemuka di amerika menyatakan bahwa agama membawa pengaruh yang tak bisa
diabaikan dalm bidang ekonomi. Agama menjadi acuan dalm pengambilan keputusan
jenis akomodasi apa yang diproduksi, kelembagaan ekonomi dan perilaku ekonomi
memurut nya bahwa agama dapat menjadi suatu pertimbangan sebagai suatu elemen
dalam membentuk suatu etos kerja (Ramadhan, 2018).

Dari hal tersebut adanya suatu hubungan antara nilai agama yg telah tertanam dan
para perilaku ekonomi yang dapat atau bahkan sering kita jumpai di masyarakat yang
mencerminkan adanya suatu dorongan utk bekerj keras dan mendorong kepada
kemajuan. Agama yang ada di sekitar kita atau bahkan agama kita sendiri mengajarkan
utk dapat bekerj secara produktif dan menghasilkan kepada keberlangsungan hidup
yang terpenuhi. Sebagai salah satu acuan agama Kristen sangat mengajarkan adanya
hubungan antara ketaatan dalam menjalankan agamanya dan semangat dibidang
ekonomi.

3
Agama dan ekonomi adalah suatu relasi yang berbeda namun tidak dapat dibedakan
dalam sistm perekonomian, dalam bukunya “Etika Protestan dan Semangat
Kapitalisme” yang ditulis oleh Max Weber (1930) mengatakan bahwa doktrin Kristen
mempunyai peran penting dalam melahirkan nilai nilai etos kerja diantaranya ialah
gaya hidup hemat rasionalisme dan asketisisme dan suatu panggilan agar manusia
senantiasa rajin bekerja dengan anggapan dapat mendapat ganjaran dan pahala
diakhirat. Dalam bukunya Max Weber dapat disimpulkan bahwa agama merupakan
awal dari kemunculan sistem kapitalisme di Eropa Barat dan Amerika Serikat, Max
Weber mengatakan kemajuan dibidang perekonomian yang sangat berkembang di
Eropa dan Amerika Serikat tidak dapat dipungkiri karena sistem kapitalisme etika
protestan yang dikembangkan cavin semangat kerja yg telah dirumuskan pada masa
reformis telah memunculkan pengertian kaptalis murni dimana praktek tersebut
dilakukan oleh Benyamin Franklin adanya dorongan semangat kerja merupakan
praktek dari kapitalisme modern Benyamin Franklin dalam ajaran nya bahwa waktu
adalah uang dan waktu harus digunakan sebaik baiknya dengan bekerja dan tidak
dengan bermalas malasan (Darwis, 2017).

Calvitalisme mengajarkan bahwa takdir seseorang berada diantara surga dan neraka
tetapi seseorang tidak dapat mengetahui takdir mana yang akan diterimanya salah
satucara utk mengetahui takdir mana yang akan diterimanya dilihat dari bagaimana ia
bekerja didunia ini, kalau seseorang memiliki semangat kerja dan membuat ia berhasil
didunia ini tidak jauh berbeda juga takdir yang diterimanya kemungkinan berpeluang
masuk surga dan sebaliknya dengan perspektif tersebut para penganut calvinisme
mempunyai semangat bekerja keras (Widiastuti, 2019).

Selain itu gama Buddha juga menpelajari dan memperkenalkan pandangan religius
yang berkaitan dengan bidang ekonomi dengan bepusat kepada suatu keuntungan yang
dapat dilipat gandakan yng didalamnya terkandung suatu kepentingan baik itu
kepentingan pribadi dan kepentingan suatu kelompok atau bersama dan oleh karena itu
untuk mencapai tujuan tersebut yang bertujuan utk melahirkan kebahagian sendiri

4
maupun kebahagiaan bersama. Dengan demikian, adanya suatu konsep etos kerja yang
melandasi hal tersebut

1. Utthanasampada dimana ini merupakan hasil dari pekerjaan seseorang yang


berlandaskan rasa tanggu jawab atas pekerjaan nya tersebut
2. Arrakhsampada dimana konsep ini adanya sikap keadilan dengan membagi harta
dan kemakmuran terhadap orang lain
3. Kalyanamittata dimana konsep ini mengacu kepada adanya suatu jaringan social
dan adanya Kerjasama guna mencapai keuntungan bersma
4. Samivajivita adanya suatu usaha seseorang dalam menyeimbangkan kebutuhan
jasmani dan kebutuhan rohani

Sebagaimana yang ita ketahui bahwa Indonesia adalah negara beragama hal tersebut
yang dapat menjadi landasan bagi kehidupan sosial ekonomi dan dan menjadi modal
sosial awal yang datangnya berasal dari komunitas keagamaan yang ada dan dapat
dimanfaatkan sebagai sumberdaya dalam pembagunan. Dengan adanya faktor yang kuat
dari hal tersebut maka pembangunan perekonomin tersebut berorientasi pada nilai nilai
agama.

Selain itu juga banyak kita temui ada beberpa kelembagaan dalam bidang ekonomi
yang berlandaskan keagamaan yaitu

1. Bank Syariah Indonesia


Merupakan bank di Indonesia yang bergerak dalam bidang perbankan
syariah. Memiliki peranan penting sebagai fasilitator utk membantu aktivitas
perekonomian dalam ekosistem halal.
2. Pegadaian Syariah
Merupakan suatu tempat yang dijadikan sebagai suatu kepercayaan atas utang
yang mempunyai nilai yang dijadikan sebagai jaminan apabila seseorang tidak
mampu membayar utangnya tersebut dalam waktu yang telah ditetapkan, maka
kepemilikan barang tersebut akan berpindah.
3. Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS)

5
Unit ini bergerak pada usaha simpan pinjam atau koperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syarian termasuk dalam mengelola ziswaf (Hidayat Farid, 2016).

Agama dapat memberikan dampak pada keseharian manusia, termasuk dalam aspek
ekonomi berikut adalah beberapa contoh dampak agama dalam bidang ekonomi

1. Sikap seseorang terhadap kekayaan dan konsumsi : agama mampu


mempengaruhi perspektif seseorang terhadap kekayaan dan konsumsi. Beberapa
agama mengarahkan penganutnya agar hidup dengan sederhana dan menjauhi
konsumsi berlebihan, adapun agama lain memandang kekayaan sebagai suatu
berkat dan kesuksesan. Hal Tersebut dapat mempengaruhi gaya hidup
konsumen.
2. Kewajiban sosial: agama seringkali mengajarkan kewjiban sosial dan membantu
sesama, seperti membayar zakat atau memberikan sedekah. Hal ini, dapat
memicu pengeluaran konsumen untuk membantu sesama atau memenuhi
kewajiban sebagai umat beragama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi pada tingkat makro dan mikro.
3. Etika Bisnis: beberapa pandangan agama memiliki perspektif khusus tentang
etika bisnis, seperti larangan melakukan riba dalam islam atau ajaran Taoisme
tentang pengambilan keputusan yang adil dan seimbang. Hal ini dapat
mempengaruhi aktivitas bisnis dan kinerja perusahaan sepertibesaran gaji yang
adil atau transparansi dalam laporan keuangan.
4. Pengaruh kebijakan pemerintah: Agama juga dapat mempengaruhi program
kinerja pemerintah yang dapat mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan
sebagai contoh negara yang mayoritas masyarakatnya berkepercayaan muslim
melarang untuk membuat atau meminum minuman beralkohol, yang dapat
mempengaruhi industri perdagangan di negara tersebut.

Akan tetapi, perlu di garis bawahi dampak agama dalam aspek ekonomi dapat
bervariasi tergantung pada agama yang dianut, adat istiadat, serta faktor ekonomi
dan sosial lainnya. Agama tidak selalu menjadi komponen utama dalam

6
pengambilan keputusan ekonomi karena terdapat banyak aspek yang lain yang dapat
mempengaruhi aktivitas bisnis dan konsumen.

B. Pengaruh Agama dalam Bidang Pemerintahan

Agama merupakan salah satu sistem kepercayaan atau keyakinan manusia yang
menganggap bahwa terdapat sesuatu yang mereka yakini dan mempercayai akan
adanya Tuhan. Masyarakat dan agama memiliki peran untuk mengatasi persoalan yang
muncul di dalam masyarakat terutama dalam sebuah bidang pemerintahan. Oleh sebab
itu agama akan menjalankan fungsinya di dalam masyarakat yang sejahtera, aman,
stabil, dan lain sebagainya (Amran, 2015).

Sosiologi memandang bahwa agama merupakan sistem kepercayaan yang terwujud


dalam perilaku sosial masyarakat. Selain itu agama memiliki kaitan dengan
pengalaman manusia, baik itu secara individu ataupun kelompok dan setiap peran yang
dijalankan masing-masing oleh individu atau kelompok akan selalu berkaitan dengan
keyakinan, perbuatan serta sikap dari ajaran agama yang di anut masing-masing
pribadii dan telah didasari dari nilai-nilai agama yang terinternalisasikan (Hamali,
2018).

Masyarakat Indonesia berhak menganut dan memiliki agama sesuai dengan yang
diyakininya, namun bukan berarti bangsa Indonesia adalah negara agama. Indonesia
merupakan negara yang berlandaskan Pancasila yang memiliki lima sila, salah satunya
Ketuhanan Yang Maha Esa. Indonesia sendiri tidak memiliki agama khusus untuk
dijadikan sebagai agama resmi dalam menjalankan sistem pemerintahan ataupun
dijadikan sebagai dasar untuk memutuskan hukum.

Namun Indonesia akan adanya agama-agama yang dipeluk oleh masyarakatnya dan
tidak paksaan bagi masyarakatnya untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan
agamanya yang telah dianutnya dan itu merupakan bagian dari hak asasi yang diakui
secara sah oleh negara. Hal ini tertulis di dalam UUD 1945 pasal 28E ayat (1), Setiap
orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan

7
dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal
di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali (Shunhaji, 2019).

Evaluasi kepada masyarakat untuk menjalin kerukunan antara umat beragama oleh
pemerintah sangat perlu dilakukan karena akan sangat berpengaruh terhadap
kehidupan beragama dan bernegara. Kepentingan-kepentingan nasional serta prioritas
nasional menjadi salah satu tujuan utama seluruh lapisan masyarakat. Jamaludin
mengungkapkan ada tiga prioritas nasional dalam pembinaan kerukunan, yaitu:
Pemantapan ideologi Pancasila, pemantapan stabilitas dan ketahanan nasional serta
suksesnya pembangunan Nasional di segala bidang.

Dalam arti etimologi, pemerintahan sebenarnya berawal dari kata dasar


“pemerintah” yang berarti melakukan suatu pekerjaan secara menyeluruh. Sedangkan
kata penambah pada awalan “Pe” yang menjadi “Pemerintah” berarti badan yang
berhak melakukan hak atau memiliki kekuaasaan untuk memerintah. Dan terakhir
untuk kata “pemerintahan” yang diakhiri kata “an” merupakan segala perbuatan, hal,
cara ataupun urusan yang dilakukan oleh badan yang memiliki hak untuk memerintah.
Pemerintahan merupakan salah satu struktur dasar dalam sistem politik yang akan
melaksanakan mekanisme politik dan roda pemerintahan yang diwakilkan oleh seorang
petinggi atau wali.

Dalam konteks agama terutama dalam agama Islam memaknai bahwa sistem
pemerintahan akan dipimpin oleh seorang “Wali” atau “Amir”. Pemerintahan
merupakan salah satu bagian penting yang tidak terpisahkan dari konsep syariat islam.
Mengapa demikian karena konsep syariat islam memiliki sifat yang universal dan
mencakup aspek-aspek seperti negara, masyarakat dan sistem pemerintahan. Dalam
sistem pemerintahan menggunakannn syariat islam, ada dua bagian yang penting yang
menjadi sumber supremasi dan konstitusi yaitu Qur’an dan Sunnah (Rahman, 2020).

Di Indonesia sendiri agama pertama kali bergabung dalam sistem pemerintahan


berbasis syariat islam yaitu pada era kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera
Pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama di Aceh Utara sekitar abad Ke-13 yang

8
dipimpin oleh seorang sultan bernama Malik al-Saleh. Pada saat itu Kerajaan
Samudera Pasai tidak hanya berhasil menerapakan kaidah hukum islam dalam sistem
pemerintahannya tetapi juga berhasil menjadi pusat studi islam yang tidak hanya di
Indonesia saja melainkan di Asia Tenggara. Selain Kerajaan Samudera Pasai, terdapat
pula beberapa kerajaan yang memiliki tata kelola pemerintahan berbasi syariat islam
seperti Kerajaan Ternate, Gowa-Tallo, Kerajaan Demak, dan Kerajaan Mataram
(Hafizd, 2021).

Sistem pemerintahan yang bercorak islami pada kerajaan Samudera Pasai terus
berlanjut sampai abad ke 15. Pada saat itu Samudera Pasai sangat aktif dalam menjalin
hubungan diplomatik dengan beberapa negara, yakni Mekah, Gujarat dan Parsi (Nur
Afifah, n.d.).

Pemerintahan itu sendiri merupakan salah satu bagian penting yang tidak
terpisahkan dari konsep syariat islam. Mengapa demikian karena konsep syariat islam
memiliki sifat yang universal dan mencakup aspek-aspek seperti negara, masyarakat
dan sistem pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan menggunakan syariat islam, ada
dua bagian yang penting yang menjadi sumber supremasi dan konstitusi yaitu Qur’an
dan Sunnah. Lain halnya dengan puncak kepemimpinan pemerintahan yang dikepalai
oleh seorang yang memiliki gelar “Imam” atau “Amir”.

Namun seiring berjalannya waktu, struktur pemerintahan yang ada di Indonesia


telah banyak mengalami perubahan. Semua agama memiliki hak yang sama untuk ikut
bergabung dalam sistem pemerintahan. Salah satunya dalam bidang kementerian
agama. Kementerian agama merupakan salah satu kementerian yang menaungi urusan
agama. Kementerian Agama lahir di tengah kancah revolusi fisik bangsa Indonesia
mempertahankan kemerdekaan dari penjajahan. Sebagai bagian dari perangkat
bernegara dan berpemerintahan, Kementerian Agama hadir dalam rangka pelaksanaan
pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan dari terbentuknya kementerian agama
adalah untuk memenuhi tuntutan rakyat beragama di tanah air, yang dulunya merasa

9
bahwa urusan keagamaan pada zaman penjajahan tidak berjalan dengan semestinya
(Handoyo, 2022).

Kementerian Agama mengambil alih tugas-tugas keagamaan yang semula berada


pada beberapa kementerian, yaitu Kementerian Dalam Negeri, yang berkenaan dengan
masalah perkawinan, peradilan agama, kemasjidan dan urusan haji; dari Kementerian
Kehakiman, yang berkenaan dengan tugas dan wewenang Mahkamah Islam Tinggi;
dari Kementerian Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, yang berkenaan dengan
masalah pengajaran agama di sekolah-sekolah (Handoyo, 2022).

Kementerian agama memiliki fungsi untuk membangun jiwa manusia sebagai


landasan terbentuknya mental bernegara yang baik. Meski pembangunan infrastruktur
fisik juga dilakukan oleh Kementerian Agama, namun itu dalam rangka menunjang
pembangunan jiwa. Kementerian Agama menyelenggarakan dua fungsi strategis, yaitu
fungsi agama dan fungsi pendidikan. Tugas pokok Kementerian Agama Republik
Indonesia adalah membantu pemerintah dalam menyelenggarakan sebagian tugas
umum pemerintahan dan pembangunan di bidang keagamaan (Razi, 2020).

Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 83 Thn 2015 pasal 3,


kementerian agama menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1. Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan dalam bidang bimbingan


masyarakat yang beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu
dan sebagai penyelengara haji dan umrah serta pendidikan agama dan keagamaan.
2. Pelaksanaan jaminan produk halal.
3. Pelaksanaan pendidikan, pelatihan, penelitian dalam bidang keagamaan.
4. Melaksanakan bimbingan dan supervisi pada pelaksanaan urusan kementerian
agama.

Kementerian agama merupakan salah satu institusi negara yang bertugas membantu
presiden dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam urusan keagamaan. Pada
pelayanan ibadah haji, kementerian agama memiliki tanggung jawab. Pada sebagian
masyarakat awam sering menganggap bahwa keberhasilan kinerja Kementerian Agama

10
sering kali diukur pada sejauh mana kementerian tersebut sukses menjalankan dan
melayani ibadah yang dilaksanakan setiap tahunnya. Tujuan Kementerian Agama atas
penyelenggaraan ibadah haji yaitu untuk memberi pembinaan, layanan, dan
perlindungan bagi jamaah yang melakukan ibadah haji agar semua jamaah dapat
menunaikan ibadah sesuai dengan ketentuan agama (Sari, 2022).

Selain ibadah haji, kementerian agama turut mengambil bagian jaminan sebuah
produk yang diluncurkan oleh sebuah perusahaan yang sering kali disebut “Produk
Halal”. Seperti yang diketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang mayoritas
masyarakatnya beragama Islam dan merupakan salah satu konsumen terbanyak. Ketika
kegiatan impor dari negara yang memiliki mayoritas non muslim, secara tidak langsung
konsumen islam memiliki kekuatiran akan produk tersebut. Dengan adanya keresahan
masyarakat atas barang salah satunya makanan dan minuman, maka menjadi tugas
untuk memberikan perlindungan untuk produk dari luar Indonesia.

Pemerintah telah menerapkan berlakunya UU No. 33 tahun 2014 tentang jaminan


produk halal untuk para produsen yang harus menjamin bahwa produk makanan atau
minuman yang mereka produksi dan diperjual belikan merupakan produk yang halal
dan mendapatkan sertifikasi halal (Hartati, 2019).

Bukan hanya makanan atau minuman yang harus memiliki sertifikasi halal,
melainkan produk lain seperti produk kecantikan. Produk kecantikan atau kosmetik
merupakan salah satu produk yang terus berkembang setiap tahunnya dan sangat
diminati oleh semua kalangan terutama kaum hawa. Produk kecantikan saat ini sudah
sangat beragam dan memiliki beberapa kandungan produk yang halal dan non-halal.
Konsumen muslim sering kali mendapatkan beberapa produk yang berasal dari Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tetapi tidak mencantumkan label dari Majelis
Ulama Indonesia (MUI), itu akan sangat merugikan konsumen terutama yang muslim
apabila produk tersebut digunakannya. Oleh karena itu sertifikasi sangat penting
dicantumkan pada setiap produk agar konsumen dapat mengetahui ketika barang yang

11
mereka beli dan gunakan sudah termasuk produk yang halal terutama dari segi agama
(Ayunda & Kusuma, 2021).

Pengurusan atau pendaftaran sertifikasi halal pada produk sudah menjadi wewenang
badan penyelenggara jaminan produk halal (BPJPH) yang dinaungi oleh Kementerian
Agama agar para konsumen muslim nyaman untuk menggunakan dan mengonsumsi
produk yang diinginkan dan sudah menjadi kewajiban yang harus dipenuhi oleh
pemerintah. Produk yang halal tidak hanya memenuhi aspek keimanan dan ketaqwaan,
melainkan juga terjamin dari segi higenis dan kualitasnya. Itulah sebabnya produk yang
halal akan sangat didambakan oleh konsumen muslim. Tidak hanya konsumen muslim
saja yang mendapatkna keuntungan dari produk halal tetapi juga bari non-muslim yang
dijamin memperoleh produk berkualitas yang diproses secara higenis, sehat, dan aman
untuk digunakan dan dikonsumsi (Mukidi, 2015).

Sehingga dapat kita tarik garis besarnya bahwa pengaruh agama dalam bidang
pemerintahan dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti kebijakan, tata kelola, dan
praktek-praktek yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam beberapa negara, agama
memainkan peran penting dalam pembentukan hukum dan kebijakan pemerintah, serta
dalam pengambilan keputusan politik. Beberapa pengaruh agama dalam bidang
pemerintahan meliputi:

1. Kebijakan Pemerintah
Agama seringkali menjadi pertimbangan dalam pembuatan kebijakan pemerintah,
terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan moral dan etika. Contohnya seperti
pada kebijakan aborsi, atau perkawinan sejenis. Kebijakan tersebut biasanya
didasarkan pada pandangan agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat. Contoh
negara yang menerapkan kebijakan ini ialah negara kita sendiri, Indonesia. Dimana
dalam konstitusinya telah diatur bahwa agama harus diakui dan dihormati dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Salah satu kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan agama adalah pendidikan
terutama dalam pendidikan Islam. Pendidikan Islam merupakan ajaran islami yang

12
mengandung nilai-nilai untuk dijadikan sebagai pandangan hidup seseorang.
Pendidikan Islam dapat meliputi segenap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
untuk menumbuhkembangkan ajaran Islam dan nilai-nilai di dalamnya. Pendidikan
menurut Islam merupakan pendidikan yang dipahami serta dikembangkan melalui
ajaran dan nilai yang terkandung dari sumbernya yaitu Al-Quran dan Sunnah.
Dalam sistem pendidikan nasional dan badan standar pendidikan nasional
menyatakan bahwa pendidikan nasional memiliki peran penting bagi perkembangan
potensi peserta didik untuk menjadi manusia beriman dan bertaqwa, berakhlak
mulia, sehat dan berilmu, bertanggung jawab, dan menjadi warga negara yang
demokratis. Proses pendidikan yang lebih terarah mewujudkan peradaban dan
kemajuan yang lebih baik bagi bangsa ini. Namun jika sebaliknya pendidikan tidak
terarah dengan baik, maka hanya akan menyita waktu, biaya, dan tenaga tanpa
adanya hasil yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Oleh sebab itu
implementasi dari pendidikan nasional sangat berpengaruh besar pada kemajuan
dan mundurnya bangsa ini. (Pitri et al., 2022).
2. Tata Kelola Pemerintah
Agama juga memiliki peran penting dalam tata kelola pemerintah. Beberapa negara
menerapkan sistem theokrasi, dimana kekuasaan politik dan agama dipegang oleh
suatu lembaga atau individu. Contohnya ialah negara Iran, dimana ulama memiliki
kekuasaan politik dan religius dalam mengatur kehidupan masyarakat.
3. Praktek-praktek Pemerintah
Agama juga mempengaruhi praktek-praktek pemerintah, baik dalam hal
administrasi maupun dalam hal-hal yang lebih spesifik seperti hukuman mati.
Beberapa negara menerapkan hukuman mati dengan alasan moral dan religius,
seperti di Arab Saudi. Namun, ada juga negara yang menentang hukuman mati
karena dianggap bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, seperti di Eropa dan
Amerika Utara.
Walaupun agama berperan penting dalam bidang pemerintahan, terutama dalam
pembuatan kebijakan dan tata kelola pemerintah. Namun, pengaruh agama ini dapat
berdampak positif maupun negatif tergantung pada bagaimana pemerintah

13
menerapkan nilai-nilai agama dan praktiknya. Oleh karena itu, penting bagi
pemerintah untuk mempertimbangkan aspek-aspek sosial, politik, dan moral dalam
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan agama.

C. Pengaruh Agama dalam Keluarga

Keluarga adalah suatu komunitas yang terbentuk karena adanya ikatan pernikahan
yang hidup berdampingan secara sah dimata agama dan dimata hukum. Keluarga hidup
bersama melewati suka dan duka, selalu rukun dan damai demi mewujdkan keluarga
yang sakinah mawaddah dan warohmah serta sejahtera di dunia maupun di akhirat
kelak. Jika dipandang dari sisi psikologis, keluarga adalah gerombolan beberapa
individu yang hidup berdampingan dalam satu atap dan anggotanya memiliki ikatan
darah sehingga terjadi interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lain. Jadi,
keluarga adalah wadah untuk menimba ilmu sekaligus sebagi sarana belajar ilmu
agama. Suami istri mempunyai peran penting dalam membiasakan aktivitas beribadah
keagamaan. Jika sifat komunikasi keluarga yang akrab dan hangat , terbuka serta
melewati batas kerahasiaan, memberikan peluang atau ruang untuk berekspresi dalam
melaksanakan ajaran agama. Interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak akan
berimplikasi pada rasa yang sangat mendalam. Sehingga orang tua menjadi sebuah
contoh atau panutan hal ini dapat diketahui oleh sang anak karean mudah diidentifikasi
anak anak. peran agama bukan hanya sekedar untuk didakwahkan saja, tetapi juga
harus diamalkan dalam kehidupan sehari hari. Melalui sistem di masyarakat
diharapkan agama memiliki manfaat dan peran sebagai penyatu kelompok kelompok
masyarakat (Asmaya, 1970).

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan merupakan tempat pertama
seorang individu untuk bertumbuh dan berkembang. Keluarga merupakan tempat
interaksi pertama seorang anak, sehingga interaksi dalam keluarga sangat berpengaruh
terhadap lingkungan sosial anak kedepannya (Awaru, 2021) . Setiap keluarga memiliki
prinsip, norma atau aturan yang berbeda untuk dijalankan dan keluargalah yang
menjadi media pertama untuk menyampaikan dan mensosialisasikan hal tersebut.

14
Adapun Agama, seperti yang kita ketahui bahwa agama mengajarkan nilai-nilai moral
seperti baik dan buruk, aturan dalam berperilaku, baik itu kepada keluarga maupun
oranglain, dan lain sebagainya. Sehingga, seorang individu sebelum keluar kepada
masyarakat tentulah ia dibentuk pribadinya terlebih dahulu oleh keluarganya sendiri.
Disinilah peran agama sebagai pembentuk karakter dan pribadi seorang individu
sehingga ketika ia keluar ke masyarakat ia mampu menjadi seorang individu yang
bermoral, bermartabat, berbangsa, dan bernegara, serta paham terhadap posisinya
dalam masyarakat. Selain itu, peran agama dalam keluarga yang lain ialah agar
menjadikan seorang individu sebagai hamba yang taat kepada Tuhan-nya, sebagai
fondasi atau dasar dalam pendidikan moral dan akhlak, dan untuk memajukan
masyarakat Indonesia (Mursyid, 2021).

Keluarga mempunyai peran strategis dalam pembinaan agama bagi anak anaknya.
Salah satunya adalah pembentukan karakter pribadinya. Contoh fungsi keluarga adalah
fungsi religi. Yang dimaknai bahwa keluarga mempunyai keharusan menanamkan dan
mengajak para anggota keluarga untuk beragama. Bukan hanya itu, Orang tua
semestinya mampu mengenalkan, membimbing, memberi teladan sehingga semua
anggota kelurga dapat berperilaku sesuai kaidah-kaidah agama yang telah di tetapkan
(Rakhmawati, 2015). Orang tua sebagai peran utama dalam keluarga dari awal wajib
mengembangkan suasana religius dalam keluarga itu, yang dapat dipahami dan
dijalankan oleh para anggota keluarga.

Agama dalam kehidupan sangatlah urgent karena saat ini kejadian yang muncul
akibat westernisasi. Hal ini dikarenakan trend yang tidak sesuai dengan budaya kita. Di
barat, kehidupan yang serba bebas tanpa adanya aturan ketat seperti norma.
Kemaksiatan dan kekafiran dipahami sebagai salah satu hak asasi manusia. Perspektif
ini mengakibatkan berbagai kejadian kemanusiaan yang menakutkan di negara negara
Eropa dan Amerika.(Weber et al., 2018)

Dalam pembiasaan pendidikan agama di dalam keluarga, yang harus dikembangkan


kepada para anggota keluarga tidak hanya soal ibadah tetapi juaga merangkul semua

15
bagian kehidupan. Sehingga menjadi sebuah sarana controller dalam semua aktivitas
agar terhindar dari dosa. Agar penanaman nilai akan ilmu agama dapat ampuh kepada
anak anak untuk menghadapi segala kemungkinan di masa yang akan datang. Haruslah
ia dapat di didik sejak ia lahir, sampai menginjak usia dewasa. (Nurmadiah, 2016)

Perkembangan jiwa beragama anak juga dipengaruhi oleh faktor yang kompleks.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang dapat dikelompokkan
dalam dua faktor, yaitu: (1) faktor internal, (2) dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari individu itu sendiri. Faktor
internal merupakan faktor genetis atau keturunan baik dari ayah ataupun ibu.
Maksudnya adalah faktor yang sudah ada sejak lahir dan pengaruh keturunan dari
salah satu sifat atau kebiasaan yang dimiliki oleh salah satunya kedua orang tuanya
atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. Misalnya, sifat mudah marah yang
dimiliki seorang ayah bukan tidak mungkin akan menurun pula pada anaknya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar seperti faktor lingkungan
dan masyarakat. Faktor ini merupakan pengaruh yang dari lingkungan individu
mulai dari lingkungan keluarga, yakni keluarga, teman sebaya, dan masyarakat
sampai dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual dan media sosial seperti
seperti koran, majalah, instagram, Whatsapp dan lain sebagainya. Hal ini menjadi
indikasi bahwa jiwa beragama anak pengaruhnya didominasi oleh apa yang mereka
lihat dan dipahami, karena masing-masing bahan memiliki ciri ciri spesial dengan
gaya belajar yang berbeda pula. Kehidupan keluarga dapat mempererat konformitas
diantara anggota keluarga. Ikatan yang diabngun merupakan unsur esensial diantara
mereka untuk saling bekerja sama dan percaya. Sikap ini dapat memperkuat nilai
nilai akhlak dan moral.(Pascasarjana, 2012)

Genuine Psychology adalah salah satu sub bagian dari psikologi Islam yang
penelitiannya berorientasi pada epistimologi dan kerancuan psikologi lainnya. Ada

16
tiga asumsi yang dipakai dalam Genuine Psychology yang pertama Al Quran
sebagai pedoman utama dan pertama dalam memahami keseharian manusia secara
keseluruhan baik didunia maupun di akhirat. Kedua, manusia memiliki hak
kebebasan untuk bertindak apa saja dan mencapai tujuan tertentu. Ketiga,
kepribadian individu itu diatur oleh pemikiran. Genuine Psychology tetap
memegang erat pada ayat Qauliyah dan ayat kauniyah dalam meneliti kehidupan
manusia khususnya Al Quran yang pokok bahasannya mengandung nilai nilai
kehidupan alam semesta termasuk didalamnya manusia. Agama dan keluarga adalah
satu komponen yang akan selalu berdampingan dalam struktur pengembangan
kepribadian manusia. Kemampuan nalar dan bertindak individu terlepas dari
didikannya di sebuah keluarga. Dalam keluarga, segala aktivitas aktivitas agama
biasanya diajarkan kepada anak anak sebagai keharusan untuk menghadapi segala
rintangan di masa yang akan datang. Aktivitas keagamaan pada dasarnya
mengandung hal positif dalam keseharian manusia di dalam masyarakat. (Hadinata,
2019)
Agama merupakan pembinaan dasar yang harus dibekalkan kepada seorang
anak sejak dia dilahirkan. Mengingat bahwa kepribadian seorang anak pada usia
yang masih belia tentunya masih gampang dibentuk dan anak masih banyak berada
pada lingkungan keluarga. Maka, pendidikan agama harus dimulai dari keluarga
oleh orang tua, inti pendidikan agama ialah pembinaan iman kedalam jiwa seorang
anak untuk itu pelaksanaannya harus dalam lingkup keluarga. Pembentukan
kepribadian anak sangat bergantung pada penananaman iman dan akhlak.
Kepribadian tercipta lewat media nilai nilai dan pengalaman yang didapatkan
selama masa pertumbuhannya. (Abdullah, 2018).
Pendidikan agama adalah aset untuk meningkatkan semua komponen
kepribadian seseorang yang berlangsung seumur hidup dan pengimplementasiannya
dimulai sejak seseorang itu dilahirkan serta menjadi satu tanggung jawab khususnya
bagi keluarga. Pendidikan agama dilakukan orang tua kepada anaknya supaya dapat
tumbuh dan berkembang baik dari akal, pola pikir, jasmani, serta menjadi output
keyakinan agama,nilai moral, dan keterampilan. Harfiahnya agama dalam suatu

17
keluarga berlangsung selama hidup, dikala masih terjadi komunikasi sosial, maka
proses pembinaan akhlak akan terus berjalan. Puncak penanaman nilai agama
keluarga terjadi pada saat sang anak telah remaja. Hal ini tentu dipengaruhi oleh
dengan cepatnya jasmani dan rohani sang remaja. Perjalanan perkembangan anak
tentu tidak luput dari masalah disinilah peran agama dan keluarga untuk membantu
anak untuk menemukan jati dirinya, mengingat remaja adalah generasi penerus
bangsa dan faktor pembangun masyarakat.(Maryani et al., 2019)
Dalam kehidupan keluarga, agama juga mempunyai posisi yang sangat
urgen. Dalam hal ini ada beberapa peran penting yang dimiliki agama, antara lain
adalah edukatif, penyelamatan, pengawasan sosial, memupuk persaudaraan dan
transformatif.
1. Edukatif
Fungsi edukatif pada agama merangkum tugas mengajar dan mendidik.
Keberhasilan fungsi ini terletak pada pembudayaan nilai-nilai jasmani dan
rohani yang merupakan inti dari kepercayaan agama. Nilai yang dipahami antara
lain: tujuan hidup, nurani, rasa tanggung jawab .Pendidikan agama dalam
keluarga berfokus pada penanaman sifat ketakwaam kepada Allah. Hal ini
merupakan manifestasi dimulai dari implementasi kewajiban dalam ibadah. hal
ini wajib dibarengi dengan rasa ikhlas sepenuhnya akan arti arti ibadah tersebut,
sehingga ibadah.
2. Penyelamatan
Agama dengan semua nilai nilai moralnya memastikan jaminan keselamatan di
dunia dan akhirat. Agama mengarahkan manusia ke jalan keselamatan tidak
setengah setengah, namun secara global. Agama mengajarkan kepada keluarga
untuk membiasakan pengenalan kepada Tuhan. Dengan membiasakan agama
dalam keluarga, pastinya tiap bagian keluarga dapat berinteraksi dan dengan
Tuhannya dan meminta jalan keselamatan.
3. Pengawasan Sosial
Agama ikut andil dalam pembuatan norma-norma sosial sehingga agama
menyaring aturan aturaan sosial yang ada, menguatkan yang baik dan menolak

18
penagruh yang buruk agar selanjutnya dijadikan sebagai larangan. Agama juga
memberi hukuman yang wajib diterapkan kepada manusia yang melanggar
larangan dan menciptakan pengawasan yang ketat atas implementasinya.agama
berfungsi sebagai peletak atau acuan dasar norma yang wajib dilaksanakan.
anggota keluarga diwajibkan untuk melakukan kebajikan dengan anggota
keluarga yang lain dan juga anggota masyarakat. Dengan demikian, bilamana
ada anggota keluarga melanggar norma yang ada, maka hadirlah sanksi-sanksi.
Jadi dalam hal ini, agama berfungsi sebagai tembok norma yang berposisi untuk
mengawasi tindakan sosial.
4. Mempererat Persaudaraan
Persamaan keyakinan adalah salah satu persamaan yang dapat mempererat
persaudaraan. rasa kekeluargaan yang kuat. Manusia dalam persaudaraan tidak
hanya melibatkan separuh dari dirinya saja, melainkan seluruh pribadinya juga
dilibatkan dalam suatu kebersamaan yang terdalam dengan sesuatu yang
bermakna yang dipercaya bersama sama. Rasa persatuan dengan pondasi agama
ini akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan persaudaraan yang kokoh dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat
5. Transformatif
Agama mampu beradaptasi terhadap perubahan bentuk kehidupan masyarakat
kuno ke dalam bentuk kehidupan baru yang lebih modern. Artinya
menggantikan nilai-nilai lama dengan menumbuhkan dan membiasakan nilai
nilai baru. Transformasi ini dilakukan pada nilai-nilai adat yang kurang
manusiawi. agama juga mempunyai posisi strategis dan fungsi yang penting
dalam kehidupan keluarga. Sebagai misal, kesimpulan Koenig yang
menyebutkan bahwa agama dapat membantu meredakan stress, depresi,
kecemasan. Selain itu agama juga menurunkan resiko penggunaan zat adiktif
seperti rokok, alkohol dan perilaku merugikan lainnya. Dengan implementasi
kehidupan agama yang baik, dapat diharapkan akan terwujud kepribadian dan
akhlak yang kuat dalam hubungan keluarga.(Sholahudin, 2016)

19
Pendidikan keluarga merupakan garis awal bagi pendidikan individu.
Keluarga adalah sumber pendidikan alami yang berjalan dengan semestinya.
Keluarga merupakan komponen terkecil dalam yang utama dan pertama bagi
seorang anak. Sebelum ia dapat beradaptasi dengan lingkungan, tentu terlebih
dahulu ia akan berkenalan atau mengenali kondisi keluarga. Keluargalah yang
akan berkontribusi mewarnai kelangsungan hidup bagi seorang anak. Lingkup
keluarga merupakan media yang secara langsung memberikan dampak terhadap
perilaku dan perkembangan seorang anak. Contoh jika keluarga itu menganut
agama islam maka pendidikan yang ditekankan kepada anak adalah pendidikan
islamiah. Dalam konteks tersebut pendidkan yang dimaksud adalah yang
diajarkan Allah lewat Al-Quran dan sunnah sunnah Nabi.
Output yang didapatkan oleh sang anak dalam keluarga sangat menetukan
pendidikan anak itu kedepannya. Baik dalam lingkup lembaga pendidikan
ataupun dalam lingkup masyarakat. Orang tua memegang peranan penting
sebagai penanggung jawab dalam membina anak anak yang sudah diberikan
oleh Tuhan. Keluarga bertanggung jawab penuh terhadap anaknya sejak lahir,
dan pendidikan karakter anak anaknya (Ulum, 2012).
Agama memiliki peran penting dalam menyokong terbentuknya hubungan
antar anggota keluarga. Adapun pengaruh Agama terhadap keluarga sebagai
berikut:
1. Nilai dan Keyakinan yang dipertahankan: Agama membawa nilai-nilai dan
keyakinan yang dipertahankan oleh anggota keluarga. Hal tersebutlah yang
nantinya akan membentuk dasar etika dan moral keluarga, kemuadian
memberikan pedoman bagaimana anggota keluarga berinteraksi satu sama
lain dengan dunia luar.
2. Praktik Keagamaan: Praktik keagamaan dapat berupa doa, pembacaan kitab
suci, peribadatan, dan lain sebagainya mampu menjadi bagian penting dari
kehidupan keluarga yang taat beragama. Praktik-praktik tersebut dapat
mempererat ikatan antara anggota keluarga.

20
3. Pendidikan Agama: Agama menjadi dasar pendidikan yang diberikan oleh
orangtua kepada anak-anak mereka. Pendidikan agama dapat membantu
anak-anak memahami niali-nilai dan keyakinan yang dipegang oleh
keluarga, serta membantu mereka mengembangkan rasa hormat dan
penghargaan terhadap agama keluarga.
4. Pilihan Hidup: Agama dapat mempengaruhi pilihan hidup anggota keluarga,
seperti pilihan pasangan hidup, karir, dan gaya hidup. Beberapa agama
memiliki aturan dan ketentuan tertentu yang harus diikuti oleh anggota
keluarga, dan hal ini dapat mempengaruhi keputusan hidup mereka.
5. Sumber dukungan: Agama dapat memberikan sumber dukungan bagi
anggota keluarga yang menghadapi kesulitan dalam kehidupan.
Kepercayaan pada Tuhan dan doa dapat membantu keluarga melewati masa-
masa sulit, serta memberikan rasa optimisme dan harapan.
6. Penyelesaian Konflik: Agama dapat memberikan kerangka untuk
menyelesaikan konflik dalam keluarga. Beberapa agama memiliki aturan
dan prosedur yang jelas tentang cara menyelesaikan konflik, dan hal ini
dapat membantu anggota keluarga dalam mengatasi perbedaan mereka
dengan cara yang damai dan terstruktur.

Namun perlu diingat bahwa pengaruh agama dalam keluarga juga dapat
menjadi sumber konflik dan perselisihan. Adakalanya, perbedaan keyakinan
antara anggota keluarga dapat menimbulkan ketegangan dan ketidaksepahaman.
Hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi setiap keluarga dalam
mempertahankan hubungan yang sehat nan harmonis.

D. Pengaruh Agama dalam Bidang Sosial Budaya

Dalam masyarakat modern, budaya adalah suatu hal yang sangat kompleks.
Budaya baru akan terus bermunculan karena akses informasi dan komunikasi yang
sangat mudah diakses. Perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi memberi
dampak besar. Aspek kebudayaan merupakan salah satu aspek yang paling terpengaruh
dengan adanya perkembangan tersebut. Hal ini secara bertahap telah terjadi pergeseran

21
atau perubahan. Perubahan yang begitu pesat menuntut agar kita bisa mengimbangi
perkembangan tersebut. Hal tersebut ditandai dengan mulai berubahnya ritual atau
kebiasaan yang penuh akan sarat dan makna dalam hal ini adalah budaya.

Contoh kecil adanya perubahan budaya yang menjadi akibat oleh perkembangan
tersebut adalah seperti yang terjadi pada masyarakat Cicantayan atau yang dikenal
dengan sebutan “Kota santri” yang berlokasi di daerah Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.
Sekitar tahun 1960, masyarakat ini dikenal sebagai masyarakat yang kondisi
keagamaannya sangat kental dan bercorak diberbagai aspek. Dimulai dari aspek
pendidikan, pertanian, ekonomi, dan kebudayaan yang terkenal dengan rasa
kebersamaan dan nilai keislaman. Namun, karena laju perkembangan terbilang cepat,
kebiasaan-kebiasaan tersebut mulai memudar seiring berjalannnya waktu (Setiawan,
2017).

Budaya sendiri menurut Nata dalam (Setiawan, 2017) adalah istilah yang berarti
segala upaya, karya, gagasan dan nilai yang tercipta dari manusia. Budaya tersebut bisa
berbentuk peninggalan bangunan, kesenian, teknologi, ilmu pengetahuan dan lain
sebagainya.

Adapun menurut Aghsari dan Wekke dalam (Yunus & Mukhlisin, 2020) budaya
adalah unsur yang sangat erat dengan kehidupan manusia karena hakikatnya manusia
adalah mahluk sosial. Budaya merupakan suatu cara hidup yang terus berkembang,
dianut oleh sekelompok masyarakat, dan diwariskan ke generasi selanjutnya.

Warisan budaya merupakan hasil budaya fisik dari berbagai tradisi yang berbeda
beda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadi
panutan dalam jati diri suatu kelompok atau bangsa. Jadi warisan budaya adalah hasil
budaya fisik dan nilai budaya dari masa lampau (Karmadi, 2007). Oleh karena itu,
sebagai masyarakat modern yang baik, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk
melestarikan budaya yang telah diwariskan tersebut.

22
Agama yang masuk pada masyarakat yang mempunyai keragaman akan mengalami
proses akulturasi sehingga agama bisa memiliki versi atau beberapa perbedaan dalam
pengamalannya. Mulai dari segi pemahaman sampai pada arti penting agama sesuai
dengan kultur masing-masing daerah atau tempat. Dari masyarakat beragam etnik
inilah terjadi perbedaan cara dalam melaksanakan perintah agama (Rohmaniah, 2018).

Terkait dengan hal tersebut, Indonesia terkenal dengan agama dan kebudayaan
yang sangat beraneka ragam. Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha dan
Konghucu adalah agama yang telah resmi di Indonesia (Yunus & Mukhlisin, 2020).

Agama dijadikan sebagai sumber keyakinan akan sistem sistem yang ada dalam
kehidupan bermasyarakat. Nilai yang terkandung didalamnya dapat menjadi penggerak
atau pengontrol segala tindakan masyarakat untuk tetap sesuai dengan nilai nilai yang
berasal dari ajaran agama dan kebudayaan. Oleh karenanya, secara langsung atau tidak
langsung agama telah menjadi pedoman dari dilaksanakannya kegiatan kegiatan
masyarakat. Segala tindakan yang bedasarkan nilai inilah kemudian belakangan ini
dianggap sebagai kebudayaan.

Agama juga menjadi efektif dalam hal membina masyarakat untuk menciptakan dan
mewujudkan suatu budaya atau kebiasaan. Secara, agama mananamkan suatu nilai
yang dianggap baik untuk para penganutnya. Agama menuntut untuk bisa menjadi
pribadi yang taat serta dijauh dari berbagai hal yang dilarang oleh ajaran agama.
Kemudian, agama juga berisi nilai ajaran toleransi yang menuntut para penganutnya
untuk saling mengasihi agar bisa saling menghargai perbedaan dan gotong royong
dalam masyarakat. Hal ini biasanya ditonjolkan dalam kegiatan sosial ataupun
keagamaan. Selanjutnya, agama akan menjadi pendorong tercapainya kedamaian
dalam bermasyarakat (Rohmaniah, 2018).

Mengenai hal ini, dapat disimpulkan bahwa agama dapat menjadi jembatan untuk
mengurangi terjadinya disintegrasi dalam masyarakat. Bahkan, agama dapat dijadikan
rujukan dalam menyelesaikan masalah dalam masyarakat. Baik masalah individu
maupun persoalan sosial yang lebih besar.

23
Dengan demikian, inilah yang menjadi keterkaitan antara agama dan kebudayaan
sehingga perkembangan yang terjadi dalam masyarakat menyangkut persoalan tersebut
memiliki hubungan timbal balik yang sangat berpengaruh (Haryanto, 2015).

Budaya dan agama merupakan suatu hal yang berbeda tetapi saling mempengaruhi
satu sama lain sehingga dihasilkanlah suatu kebudayaan yang baru atau dapat di sebut
percampuran budaya yang berbeda. Menurut Endang Saifudin Anshari, dalam
tulisannya mengatakan bahwa agama dan kebudayaan tidak saling memengaruhi
dimana ada prinsip yang berbeda dimana tidak satupun ada kesamaan antara keduanya
tapi keduanya saling berhubungan dan berkesinambungan seperti yang kita lihat dalam
kehidupan sehari hari.

Agama dan budaya adalah dua hal yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan.
Keberadaan sebuah agama sangat berkaitan erat dan saling memengaruhi dari
pengalaman suatu agama yang bersangkutan dan juga sebaliknya kebudayaan sangat
dipengaruhi dan diyakini oleh masyarakat, dan dipengaruhi kebudayaan itu sendiri.
Oleh sebab itu agama bukan hanya menjadi masalah bagi seorang individu tetapi
merupakan masalah social yang akhirnya tidak hanya melahirkan suatu siikap
kesolehan individual tetapi juga dapat melahirkan kesolehan social. Yojachem Wach,
mengatakan bahwa sebuah pengaruh agama terhadap kebudayaan manusia yang
immaterial adanya mitologis hubungan kolektif tergantung pemikiran kepada Tuhan.

Kemudian ada juga agama yang merupakan hasil jadi kebudayaan yaitu agama
bumi yang ada dan hidup tumbuh serta berkembang di dalam suatu masyarakat dimana
memiliki kedudukan yang penting di dalam suatu perubahan sosial. Perubahan sosial
itu dapat terjadi karena dalam suatu bentuk masyarakat ini merupakan suatu hal yang
tidak dapat dilepaskan serta terikatnya dengan adanya agama. Oleh sebab itu, hal ini
menggagaskan suatu bentuk pemikiran tentang hubungan agama dengan sosial yang
bertitik tolak dengan andaian-andaian bahwasanya sosial adalah fakta yang
berlangsung serta di akibatkan adanya kekuatan yang besar dan berada diluar kontrol
masyarakat, kemungkinan sedikitpun untuo dapat menghentikannya. Maka dari itu,

24
disposisi agama ada pada satu sis yang dapat menjadi bentuk penentang adanya
perubahan serta pada sisi lain dapat menjadilan faktor pendorong adanya perubahan-
perubahan sosial. Perubahan sosial di dalam masyarakat, komunitas manusia tertentu
dapat berakibat, berdampak positik serta dampak negatif dimana realitas sosial ini tentu
akan memberikan suatu pengaruh pada masyarakat di dalamnya serta fakta-fakta sosial
ini dapat berakibatkan masyarakat ini harus dapat menyesuaikan dirinya terhadap
perubahan-perubahan sosial yang berada dan telah terjadi, Maka mereka melakukan
berkompetisi di dalam kehidupan sehingga dapag mencapai adanya kemajuan dalam
berbagai bidang. Kondisi inilah yang dapat menyebabkan akan terjadinya suatu bentuk
persaingan yang sehat dan baik serta ada pula yang berakibatkan persaingan yang
kurang sehat di dalam komunitas masyarakat tersebut (Amran, 2015).

Perkembangan interkasi Islam dan budaya itu dapat saja terjadi di dalam beberapa
kemungkinan. Pertama, Islam dapat mewarnai, mengubah, dan membaharui
budayanya. Kedua, bahwa kebenarannya Islam yang mewarnai kebudayaan itu. Yang
jadi masalahnya ialah tergantung bagaimana kekuatan dari etnis kebudayaan dan etnis
islam, apabila etnis kebudayaan yang bgitu kuat maka dapat memunculkan muatan
lokal dalam agama, misalnya Islam Jawa. Tetapi sebaliknya, jika entitas Islam kuat
mempengaruhi suatu budaya maka itu akan memunculkan kebudayaan Islam. (Yuli
Darwati, 2018).

Persoalan ini dapat terbuktikan apabila adanya suatu pengaruh agama-agama dalam
suatu yang hal signifikan terhadap sosial budaya masyarakat negara kita. Misalnya
pengaruh agama hindu-buddha Indonesia yang sudah berlangsung mulai dari abad-4
dimana bersamaan dengan masuknya pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha. Selain dari
itu pengaruh agama Islam mulai ada atau masuk mulai dari abad-8 dan ada juga disebut
pada sejak abad-13, terakhir pengaruh agama kristen serta agama katolik yang
berlangsung sejak permulaan abad-16. Akan tetapi, mayoritasnya anggota komunitas
atau masyarakat Indonesia yang menganut agama Islam. Pada umumnya hal iti berada
di Pulau Jawa, Madura, Sumatera, dan tidak termasuk sebagian yang berada di
Sumatera Utara, serta pulau-pulau yang berada di sebelah barat pulau sumatera,

25
kalimantan, sulawesi, tidak termasuk daerah Minahasa dan sebagian besar Tana Toraja,
dan sebagian besar lainnya berada di daerah Maluku. Umumnya penduduk yang
menganut agama kristen dan agama katolik ini, berada di daerah Bali yang pada
umumnya menganut agama Hindu (Hidayah, 2021).

Akan halnya, pengaruh yang saling berkaitan antar agama serta budaya. Pertama,
agama akan memengaruhi suatu kebudayaan, kelompok-kelompok, komunitas
masyarakat, suku bangsa. Kedua, budaya lebih berkeinginam mengubah suatu
kebenaran agama sehingga akan dapat menghasilkan tafsiran-tafsiran yang lain.
Persoalan ini berpokok bagi segala agama hingga agama dapat berfungsi sekiranya jadi
alat atur atau pengatur sekalian akan membudayakannya dalam artian mengungkapkan
hal yang dapat ia percaya di dalam gambaran budaya dalam bentuk etis, seni bangunan,
struktur masyarakat, adat istiadat dan lainnya. Maka dari itu pluraisme budaya tersebut
berdasar pada kriteria agama. Soalan ini dapat terjadi sebab manusia sebagai
homoreligius yang dimana insan berbudidaya serta dapat mengkreasikan dalam suatu
kebebasan menghadirkan berbagai objel realitas serta tata nilai baru dalam berdasar
inspirasi agama. Agama serta masyarakat itu memiliki hubungan erat. Maka perlu kita
ketahui bahwasanya bukan berarti berimplikasi dalam pengertian agama menciptakan
masyarakat. Akan tetapi soal mencerminkan bahwa agama ialah implikasi dari deretan
masyarakat. Ikatan antar agama dan masyarakat itu dilihat dalam masalah ritualnya.
Pada satuan masyarakat tradisional yang bergantung pada hati nurani kolektif, serta
agama akan nampak memainkan peranan ini. Selain itu, masyarakat akan menjadi
masyarakat disebabkan fakta-fakta bahwa para anggota akan taat kepada kepercayaan
serta pendapat bersama. Ritual yang dapat tercipta akan mengumpulkan orang dalam
upacara keagamaannya, serta menekan kepada kepercayaan-kepercayaan mereka atas
moral yang ada, apabila solidaritas mekanis itu bergantung, maka agama akan nampak
sebagai alat integrasi masyarakat, dan praktek ritual yang secara terus-menerus
menekankan kepada kepatuhan manusia terhadap agama dimana ikut serta di dalam
memainkan atau memperlakukan penguatan dan solidaritas tersebut (Bauto, 2016).

26
Kemudian, diterimanya agama dengan demikian, kebudayaan satu masyarakat akan
sangat dipengaruhi oleh agama yang mereka peluk. Dimana ketika agama telah
diterima dalam masyarakat, maka dengan sendirinya agama tersebut akan mengubah
struktur kebudayaan masyarakat tersebut. Perubahan tersebut bisa bersifat mendasar
(asimilasi) dan dapat pula hanya mengubah unsur-unsur saja (akulturasi). Atau pada
awalnya bersifat akulturasi dan semakin lama menjadi asimilasi. Hal ini terbukti
dengan munculnya organisasi Islam pergerakan yang menginginkan untuk kembali
kepada ajaran Islam murni yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah, seperti Jami’at al-Khair
(1901), Sarekat Islam (1911) dan organisasi Islam Muhammadiyah yang berdiri pada
tahun 1912. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa hubungan antara agama dan
kebudayaan tersebut akan menyebabkan terjadinya proses akulturasi dan asimilasi
(Pongsibanne, 2017).

Agama mempunyai dampak yang besar dalam aspek sosial dan budaya di lingkup
masyarakat, agama menjadi kriteria yang sangat penting dalam memilih nilai-nilai,
adat-istiadat, dan norma yang ada pada diri setiap individu dan kelompok. Contoh
pengaruh agama dalam aspek sosial adalah mensosialisasikan etika dan nilai moral
yang baik. Agama dapat menjadi acuan bagi seseorang dan kelompok dalam
menentukan keputusan dan beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, banyak
agama yang mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, toleransi, kasih sayang, dan
saling memaafkan. Nilai ini dapat menjadi support system masyarakat untuk
mempererat hubungan satu sama lain.

Selain itu, agama mempunyai peran strategis dalam membentuk identitas sosial dan
budaya. Sebagai contoh, beberapa agama memiliki tradisi unik yang diikuti oleh para
penganutnya. Tradisi ini dapat menjadi komponen penting dari identitas sosial dan
budaya seseorang ataupun kelompok.

Agama juga berdampak pada pola pikir dan tindakan seseorang dan kelompok
dalam beragam aspek seperti politik, kebijakan sosial, dan pendidikan. Beberapa
kepercayaan mempunyai pandangan yang lebih bebas. Perspektif agama ini dapat

27
mempengaruhi pandangan dan keputusan hidup seorang individu dan kelompok
tentang permasalahan hidup tersebut.

Pengaruh agama dalam bidang sosial tidaklah selalu positif. Pada beberapa
kejadian, nilai-nilai yang dijadikan pedoman oleh agama dapat berakibat konflik dan
perpecahan dalam masyarakatnya. Sebagai contoh, perbedaaan keyakinan seringkali
menjadi penyebab konflik dan kekerasan di banyak negara.

Secara garis besar, agama memberikan dampak yang besar dalam bidang sosial dan
budaya. Agama dapat mensosialisasikan nilai-nilai moral dan etika yang baik,
menetapkan identitas serta mempengaruhi pikiran dan tindakan.

Seiring berjalannya waktu, kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangan


terhadap nilai nilai dan unsur unsur dalam masyarakat. Namun, ada kecenderungan
bahwa nilai dan unsur budaya tersebut dapat berdampak pada perubahan kebudayaan.

Kecenderungan tersebut dapat menghasilkan jarak atau penafsiran lain antara agama
dan kebudayaan. Akibatnya, ada beberapa sikap hubungan antara Agama dan
Kebudayaan, yaitu:

1. Sikap Radikal: sikap radikal adalah Agama akan menantang kebudayaan. Inilah
merupakan suatu sikap radikal serta ekslusif, yang menekankan pertantangan antara
agama dan kebudayaan. Yang dimana pandangan ini, semua sikon masyarakat itu
berlawanan dengan keinginan serta kehendak Agama tersebut. Maka dari itu,
manusia harus memilih Agama dan kebudayaan, sebab seorang tidak dapat
mengabdi kepada lebih atau dua tuan. Demikian, segala praktek di dalam unsur-
unsur kebudayaan itu harus ditolak ketika telah menjadi umat beragama.
2. Sikap Akomodasi: Agama Milik Kebudayaan. Yang dimana sikap ini menunjukka
adanya keselarasan antara Agama serta kebudayaan.
3. Sikap Perpaduan: ialah Agama yang berada diatas kebudayaan. Dimana sikap ini
menunjukkan telah adanya suatu keterikatan antara Agama dan kebudayaan.

28
Dimana hidup serta kehidupan manusia harus terarah kepada tujuan ilahi serta
tujuan insani, karena manusia harus miliki dua tujuan sekaligus.
4. Sikap Pambaharuan: ikap pembaharuan adalah Agama dapat memperbaharui
kebudayaan. Dimana sikap ini menunjukkan bahwa agama harus dapat
memperbaharui masyarakat dan segala sesuatunya yang berikatan di dalamnya.
Bukan sekedar bermakna memperbaiki akan tetapi juga membuat pengertian
kebudayaan yang baru, melainkan memperbaharui hasil (Haryanto, 2015).

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Agama merupakan salah satu faktor yang memainkan peran penting dalam
membentuk nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat, dan dapat mempengaruhi
cara masyarakat merespon perubahan sosial.
Agama dapat memberikan dampak pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia,
termasuk dalam aspek ekonomi diantaranya ialah sikap seseorang terhadap kekayaan
dan konsumsi, kewajiban sosial, etika bisnis, dan memengaruhi kebijakan pemerintah.
Adapun pengaruh agama pada aspek pemerintahan ialah mempengaruhi kebijakan
pemerintah, tata kelola pemerintah, serta praktek-praktek pemerintah. Selain itu,
pengaruh agama dalam keluarga memuat nilai dan keyakinan yang dipertahankan,
praktik keagamaan, pilihan hidup, dan lain sebagainya. Kemudian pengaruh agama
pada aspek sosial budaya ialah sebagai salah satu alat dalam mensosialisasikan etika
dan nilai moral yang baik, sebagai identitas sosial budaya seorang individu maupun
kelompok dan lain-lain.

B. Saran
Makalah dengan judul agama dan perubahan sosial ini merupakan suatu
pembahasan yang sangat menarik dari semua pembahasan karena menjelaskan
mengenai pengaruh agama dalam seluruh aspek kehidupan diantaranya ialah pada aspek
ekonomi, pemerintahan, keluarga dan sosial budaya. Sehingga dalam penulisan
makalah ini, semoga dapat menjadi bahan refenrensi bagi mahasiswa/ siswa yang
menjalani studinya dalam mempelajari materi itu sendiri. Kami berharap dengan adanya
makalah ini mungkin dapat menjadi sebuah pelengkap dan melengkapi makalah-
makalah yang ada sebelumnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. (2018). Urgensi Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dan Implikasinya


Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak. Transformasi : Jurnal Kepemimpinan &
Pendidikan Islam, 2(1), 1–16. https://doi.org/10.47945/transformasi.v2i1.311
Amran, A. (2015). Peranan Agama Dalam Perubahan Sosial Masyarakat. Hikmah, 2(1),
23–39. http://repo.iain-padangsidimpuan.ac.id/269/1/Ali Amran.pdf
Asmaya, E. (1970). Implementasi Agama Dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah.
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 6(1).
https://doi.org/10.24090/komunika.v6i1.341
Awaru, T. (2021). Sosiologi Keluarga (R. Rerung (ed.)). Media Sains Indonesia.
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=R9VDEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&ots=-
0c7FP2Yl2&sig=Hq_4TEzxJ6CjVl99ztkOFle9KeA&redir_esc=y#v=onepage&q&f=f
alse
Ayunda, R., & Kusuma, V. Z. A. (2021). Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Muslim
Terhadap Produk Kosmetik Yang Memiliki Kandungan Non-Halal Di Indonesia.
Maleo Law Journal, 5(I), 123–138.
http://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/MLJ/article/view/1466
Bauto, L. M. (2016). Perspektif Agama dan Kebudayaan dalam Kehidupan Masyarakat
Indonesia. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 23(2), 11.
https://doi.org/10.17509/jpis.v23i2.1616
Darwis, M. (2017). Enterpreneurship dalam Perspektif Islam Meneguhkan Paradigma
Pertautan Agama dengan Ekonomi. Iqtishoduna, 6(1), 190–221.
Hadinata, E. O. (2019). Pemaknaan Agama dalam Sebuah Keluarga bagi Remaja dalam
Perspektif Genuine Psychology. Psikoislamedia: Jurnal Psikologi, 3, 302–313.
Hafizd, J. Z. (2021). Sejarah Hukum Islam di Indonesia: Dari Masa Kerajaan Islam Sampai
Indonesia Modern. Jurnal Tamaddun : Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan Islam, 9(1).
https://doi.org/10.24235/tamaddun.v9i1.8087
Hamali, S. (2018). Agama dalam Perspektif Sosiologis. Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas
Agama, 12(2), 86–105. https://doi.org/10.24042/ajsla.v12i2.2111
Handoyo, L. (2022). Sosiologi Korupsi. Media Sains Indonesia.
Hartati, R. (2019). PERAN NEGARA DALAM PELAKSANAAN JAMINAN PRODUK

31
HALAL. Αγαη, 8(5), 55.
Haryanto, J. . (2015). Relasi Agama dan Budaya dalam Hubungan Intern Umat Islam.
Journal Smart, 41–54.
Hidayah, R. (2021). Sistem Sosial Budaya Indonesia (Andriyanto (ed.)). Lakeisha.
Hidayat Farid. (2016). Sistem pengawasan pada koperasi simpan pinjam dan pembiayaan
syariah (kspps) dalam mewujudkan Shariah Compliance. Mahkamah, 2(1), 384.
file:///C:/Users/Windows 8.1/Downloads/referensi proposal/47-Article Text-126-1-10-
20170311 (1).pdf
Karmadi, A. D. (2007). Budaya Lokal Sebagai Warisan Budaya dan Upaya Pelestariannya.
Dialog Budaya Daerah Jawa Tengah, 1–6. http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/wp-
content/uploads/sites/37/2014/11/Budaya_Lokal.pdf
Maryani, Y., Hermansyah, & Fikruzzaman, D. (2019). Pengaruh Pendidikan Agama dalam
Keluarga terhadap Akhlak Remaja. Jurnal Thoriqotuna, 1(1), 221–239.
Mukidi. (2015). Prosedur Pemberian Sertifikat Label Halal Terhadap Produk Makanan Di
Restoran Hotel Syariah Untuk Mewujudkan Hak Kenyamanan Konsumen Muslim.
Jurnal Hukum Kaidah, 19(3), 397–415.
Mursyid, A. H. (2021). Peran Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Masyarakat.
5(2), 221–226.
Nur Afifah, S. (n.d.). Perkembangan Kerajaan Melayu Islam di Asia Tenggara.
Nurmadiah, N. (2016). Peranan Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap
Pembentukan Kepribadian Anak-Anak. Al-Afkar : Jurnal Keislaman & Peradaban,
1(2), 8–25. https://doi.org/10.28944/afkar.v1i2.6
Pascasarjana, P. (2012). Tesis Oleh : Seri Murni Program Studi PROGRAM
PASCASARJANA.
Pitri, A., Ali, H., & Anwar Us, K. (2022). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan
Islam: Paradigma, Berpikir Kesisteman Dan Kebijakan Pemerintah (Literature Review
Manajemen Pendidikan). Jurnal Ilmu Hukum, Humaniora Dan Politik, 2(1), 23–40.
https://doi.org/10.38035/jihhp.v2i1.854
Pongsibanne, L. K. (2017). Islam Dan Budaya Lokal (Kajian Antropologi Agama). In
Kaukaba Dipantara.
Rahman, A. (2020). Sistem Pemerintahan Berbasis Syariat Islam di Indonesia (Studi Kasus
Penerapan Qanun Jinayat di Pemerintah Provinsi Aceh). KAIS Kajian Ilmu Sosial, 91–
107.
Rakhmawati, I. (2015). Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak. Jurnalbimbingan

32
Konseling Isla, 6(1), 1–18.
Ramadhan, M. (2018). Politik Ekonomi Islam dalam Narasi Pembangunan Nasional. LKiS.
Razi, F. (2020). Amanat Menteri Agama RiPada Peringatan Hari Amal Bakti Ke-
74Kementerian Agama. 1–8.
https://kalteng.kemenag.go.id/file/file/barsel/d221577809201.pdf
Rohmaniah, S. (2018). Peran Agama dalam Masyarakat Multikultural. 3(01).
Sari, P. N. (2022). MANAJEMEN PELAYANAN JAMAAH HAJI KEMENTERIAN AGAMA
KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2020.
Setiawan, daryanto. (2017). Dampak Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Terhadap Budaya. Jurnal Pendidikan, X(2), 195–211.
Sholahudin. (2016). Konsep Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga. UIN Syarif
Hidayatullah, 89–102.
Shunhaji, A. (2019). Agama Dalam Pendidikan Agama Islam. Jurnalptiq.Com, 1(1), 1–21.
Ulum, S. (2012). Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dan Pengaruhnya Terhadap Akhlak
Siswa di Sekolah (Issue 107011003587).
Weber, M., Spencer, H., & Moller, M. (2018). Misykat, Volume 03, Nomor 01, Juni 2018 |
35. 03, 35–62.
Widiastuti, M. (2019). Konsep Keselamatan dalam Ajaran Calvinisme. Jurnal Pionir
LPPM Universitas Asahan, 5, 288–296.
Yuli Darwati, M. A. D. (2018). Interaksi Agama Dan Budaya. Empirisma, 27(1), 55–64.
https://doi.org/10.30762/empirisma.v27i1.1443
Yunus, Y., & Mukhlisin. (2020). Sosial-Budaya: Harmonisasi Agama Dan Budaya Dalam
Pendidikan Toleransi. Kalam: Jurnal Agama Dan Sosial Humaniora, 8(2), 1–26.
https://doi.org/10.47574/kalam.v8i2.78

33

Anda mungkin juga menyukai