“PERUBAHAN SOSIAL”
Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sosiologi
Diampu oleh Bapak Abdul ajiz, S.Sos
Kelas : X – IIS
Semoga makalah yang telah kami susun ini bisa menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi kami serta para pembaca pada umumnya.
Kami juga menyadari bahwa makalah yang telah kami susun ini juga
masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca, agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan
bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif
seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena
keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor
dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap
kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka
perubahan kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur
tersebut. Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan
perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya
bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu
perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya.
Untuk mempelajari perubahan pada masyarakat, perlu diketahui sebab-
sebab yang melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam
sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin karena adanya sesuatu
yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan. Menurut Soekanto (1990),
penyebab perubahan sosial dalam suatu masyarakat dibedakan menjadi dua
macam yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor penyebab yang berasal dari
dalam masyarakat sendiri antara lain bertambah atau berkurangnya jumlah
penduduk, penemuan baru, pertentangan dalam masyarakat, terjadinya
pemberontakan atau revolusi. Sedangkan faktor penyebab dari luar masyarakat
adalah lingkungan fisik sekitar, peperangan, pengaruh kebudayaan masyarakat
lain.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Perubahan itu dapat mengenai lingkungan hidup dalam arti lebih luas lagi,
mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola keperilakuan,
strukturstruktur, organisasi, lembaga-lembaga, lapisan-lapisan masyarakat, relasi-
relasi sosial, sistem-sistem komunikasi itu sendiri. Juga perihal kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial, kemajuan teknologi dan seterusnya.
1. Faktor alam
2. Faktor teknologi
3. Faktor kebudayaan
4
Kalau ada perubahan daripada salah satu faktor tadi, ataupun kombinasi dua
diantaranya, atau bersama-sama, maka terjadilah perubahan sosial. Faktor alam
apabila yang dimaksudkan adalah perubahan jasmaniah, kurang sekali
menentukan perubahan sosial. Hubungan korelatif antara perubahan slam dan
perubahan sosial atau masyarakat tidak begitu kelihatan, karena jarang sekali alam
mengalami perubahan yang menentukan, kalaupun ada maka prosesnya itu adalah
lambat. Dengan demikian masyarakat jauh lebih cepat berubahnya daripada
perubahan alam. Praktis tak ada hubungan langsung antara kedua perubahan
tersebut. Tetapi kalau faktor alam ini diartikan juga faktor biologis, hubungan itu
bisa di lihat nyata. Misalnya saja pertambahan penduduk yang demikian pesat,
yang mengubah dan memerlukan pola relasi ataupun sistem komunikasi lain yang
baru. Dalam masyarakat modern, faktor teknologi dapat mengubah sistem
komunikasi ataupun relasi sosial. Apalagi teknologi komunikasi yang demikian
pesat majunya sudah pasti sangat menentukan dalam perubahan sosial itu.
Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap barurutan : (1) invensi
yaitu proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan, (2) difusi,
ialah proses di mans ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam Sistem sosial,
dan (3) konsekwensi yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem
social sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi
jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunysi akibat. Karena itu
perubahan sosial adalah akibat komunikasi sosial.
5
Yang memicu terjadinya perubahan dan sebaliknya perubahan sosial
dapat juga terhambat kejadiannya selagi ada faktor yang menghambat
perkembangannya. Faktor pendorong perubahan sosial meliputi kontak dengan
kebudayaan lain, sistem masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen
serta masyarakat yang berorientasi ke masa depan. Faktor penghambat antara
lain sistem masyarakat yang tertutup, vested interest, prasangka terhadap hal
yang baru serta adat yang berlaku.
6
Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan baru baik berupa alat
ataupun gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau
serangkaian ciptaan para individu.
Pertentangan masyarakat
Pertentangan dapat terjadi antara individu dengan kelompok atau antara
kelompok dengan kelompok.
Lingkungan
Terjadinya banjir, gunung meletus, gempa bumi, dll yang
mengakibatkan penduduk di wilayah tersebut harus pindah ke wilayah
lain. Jika wilayah baru keadaan alamnya tidak sama dengan wilayah
asal mereka, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan di
wilayah yang baru guna kelangsungan kehidupannya.
Kebudayaan Lain
Masuknya kebudayaan Barat dalam kehidupan masyarakat di Indonesia
menyebabkan terjadinya perubahan.
7
C. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial
Berbeda dengan penduduk yang terdiri dari satu macam, masyarakat yang
beraneka ragam bisa mempercepat proses perubahan sosial. Dalam
lingkungan yang terdiri dari berbagai suku, ras, dan ideologi bisa
memunculkan toleransi tinggi dan menurunkan konflik yang mendorong
perubahan sosial.
8
Toleransi membuat masyarakat menerima hal-hal yang baru. Sikap ini bisa
mendorong masyarakat untuk berpikir lebih maju dan mendorong
melakukan perubahan sosial yang lebih baik.
3) Pendidikan rendah
9
Faktor lain adalah cara pandang dan pola pikir masyarakat yang bersifat
sederhana. Umumnya, masyarakat berpendidikan rendah tidak bisa secara
langsung menerima hal baru. Masyarakat enggan mengikuti perubahan
sosial yang ada. Sehingga perubahan ini bersifat statis dan lambat.
5) Hambatan Ideologi
10
bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi, pertahanan keamanan,
dan bidang iptek; namun demikian, tidaklah luput perhatian masyarakat atau
bangsa yang bersangkutan untuk berupaya menyelusuri, mengeksplorasi, dan
menggali serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai kepribadian atau
jatidiri sebagai bangsa yang bermartabat.
11
ruang (tempat), waktu, dan kelompok (masyarakat) tertentu. Artinya
keberlakuannya terbatas, tidak bersifat universal seperti yang berlaku bagi
nilai-nilai atau values. Sebagai contoh atau kasus, seyogianya manusia
mengenakkan pakaian, ini merupakan atau termasuk kualifikasi nilai (value).
Semua fihak cenderung mengakui dan menganut nilai atau value ini. Namun,
pakaian model apa yang harus dikenakan itu? Perkara model pakaian yang
disukai, yang disenangi, yang biasa dikenakan, itulah yang menjadi urusan
norma-norma yang dari tempat ke tempat, dari waktu ke waktu, dan dari
kelompok ke kelompok akan lebih cenderung beraneka ragam.
12
yang bersangkutan, manakala dihadapkan pada arus globalisasi tatanan
kehidupan manusia, suatu masyarakat tertentu (misalnya masyarakat
Indonesia) tidaklah sekedar memperlihatkan suatu fenomena kebengongan
semata, tetapi diharapkan mampu merespons, melibatkan diri dan
memanfaatkannya secara signifikan bagi eksistensi bagi dirinya, sesamanya,
dan lingkungan sekitarnya. Adapun spesifikasi sikap mental seseorang atau
kelompok yang kondusif untuk mengadopsi dan mengadaptasi proses
modernisasi adalah, (1) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa
berorientasi ke masa depan dan dengan cermat mencoba merencanakan masa
depannya, (2) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berhasrat
mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensi-potensi sumber daya alam, dan
terbuka bagi pengembangan inovasi bidang iptek. Dalam hal ini, memang
iptek bisa dibeli, dipinjam dan diambil alih dari iptek produk asing, namun
dalam penerapannya memerlukan proses adaptasi yang sering lebih rumit
daripada mengembangkan iptek baru, (3) nilai budaya atau sikap mental yang
siap menilai tinggi suatu prestasi dan tidak menilai tinggi status sosial, karena
status ini seringkali dijadikan suatu predikat yang bernuansa gengsi pribadi
yang sifat normatif, sedangkan penilai obyektif hanya bisa didasarkan pada
konsep seperti apa yang dikemukakan oleh D.C. Mc Clelland
(Koentjaraningrat, 1985), yaitu achievement-oriented, (4) nilai budaya atau
sikap mental yang bersedia menilai tinggi usaha fihak lain yang mampu
meraih prestasi atas kerja kerasnya sendiri.
Tanpa harus suatu masyarakat berubah seperti orang Barat, dan tanpa
harus bergaya hidup seperti orang Barat, namun unsur-unsur iptek Barat tidak
ada salahnya untuk ditiru, diambil alih, diadopsi, diadaptasi, dipinjam, bahkan
dibeli. Manakala persyaratan ini telah dipenuhi dan keempat nilai budaya atau
sikap mental yang telah ditampilkan telah dimiliki oleh suatu masyarakat
tersebut. Khusus untuk masyarakat di Indonesia, sejarah masa lampau
mengajarkan bahwa sistem ekonomi, politik, dan kebudayaan dari kerajaan-
kerajaan besar di Asia seperti India dan Cina, yang diadopsi dan diadaptasi
oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara ini, seperti Sriwijaya dan Majapahit,
namun fakta sejarah tidak membuktikan bahwa orang-orang Sriwijaya dan
13
Majapahit, dalam pengadopsian dan pengadaptasian nilai-nilai kebudayaan
tadi sekaligus menjadi orang India atau Cina.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan maka kesimpulan yang dapat
dipaparkan dalam makalah ini adalah :
B. Saran
Perubahan sosial dalam masyarakat tidak dapat dibatasi oleh ruang dan
waktu, olehnya itu kita sebagai bagian dari kelompok sosial harus berusaha
mengendalikan perubahan itu ke arah yang positif agar budaya yang terbentuk
dari perubahan sosial dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup
manusia yang makmur dan damai.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://jibis.pnri.go.id/informasi-rujukan/indeks-makalah/thn/2007/bln/03/tgl/29/
id/1002
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61b6bfea7e5fc/faktor-penghambat-dan-
pendorong-perubahan-sosial-beserta-contohnya
16