Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“PERUBAHAN SOSIAL”
Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sosiologi
Diampu oleh Bapak Abdul ajiz, S.Sos

Disusun Oleh : Kelompok 4


Ketua : Talita Aprilia
Anggota : - Susi Safira
- Silvia Rahma
- Widiastuti

Kelas : X – IIS

KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN


INDRAMAYU
MA GUPPI CIKEDUNG
KEC. TERISI KAB. INDRAMAYU
TAHUN 2023
Alamat : Jl. Raya Rajasinga – Terisi Kec. Terisi Kab. Indramayu
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar
sehingga kami pada akhirnya bisa menyelesaikan Makalah Sosiologi yang
berjudul “PERUBAHAN SOSIAL” tepat pada waktunya. Rasa terima kasih juga
kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Semoga makalah yang telah kami susun ini bisa menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi kami serta para pembaca pada umumnya.

Kami juga menyadari bahwa makalah yang telah kami susun ini juga
masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca, agar kedepannya bisa lebih baik lagi.

Terisi, 05 Februari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4


A. Proses Perubahan Sosial ...................................................................... 5
B. Penyebab Perubahan Sosial ................................................................. 6
C. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial ............. 8
D. Dampak Akibat Perubahan Sosial ....................................................... 10

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 15


A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

William F. Ogburn dalam Moore (2002), berusaha memberikan suatu


pengertian tentang perubahan sosial. Ruang lingkup perubahan sosial meliputi
unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun immaterial. Penekannya
adalah pada pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-
unsur immaterial. Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan
yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Definisi lain dari perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi
dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi
sistem sosialnya. Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga
masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia dimana perubahan
mempengaruhi struktur masyarakat lainnya (Soekanto, 1990). Perubahan
sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang
mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam
unsur geografis, biologis, ekonomis dan kebudayaan. Sorokin (1957),
berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan suatu kecenderungan
yang tertentu dan tetap dalam perubahan sosial tidak akan berhasil baik.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan
dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut
tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup
perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun
demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan
tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial.
Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan.
Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan

1
bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan
bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif
seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena
keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor
dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap
kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka
perubahan kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur
tersebut. Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan
perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya
bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu
perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya.
Untuk mempelajari perubahan pada masyarakat, perlu diketahui sebab-
sebab yang melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam
sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin karena adanya sesuatu
yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan. Menurut Soekanto (1990),
penyebab perubahan sosial dalam suatu masyarakat dibedakan menjadi dua
macam yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor penyebab yang berasal dari
dalam masyarakat sendiri antara lain bertambah atau berkurangnya jumlah
penduduk, penemuan baru, pertentangan dalam masyarakat, terjadinya
pemberontakan atau revolusi. Sedangkan faktor penyebab dari luar masyarakat
adalah lingkungan fisik sekitar, peperangan, pengaruh kebudayaan masyarakat
lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan yang


akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana perubahan sosial terjadi
dan dampak apa yang ditimbulkan dalam dalam masyarakat akibat perubahan
social tersebut.

2
C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana


perubahan sosial terjadi dan dampak apa yang ditimbulkan dalam dalam
masyarakat akibat perubahan sosial tersebut serta mengetahui faktor
Pendorong dan penghambatnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-


lembaga sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-
lembaga sosial itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem
sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perilaku ataupun sikap-
sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial.

Masih banyak faktor-faktor penyebab perubahan sosial yang dapat


disebutkan, ataupun mempengaruhi proses suatu perubahan sosial. Kontak-kontak
dengan kebudayaan lain yang kemudian memberikan pengaruhnya, perubahan
pendidikan, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan
tertentu, penduduk yang heterogen, tolerasi terhadap perbuatan-perbuatan yang
semula dianggap menyimpang dan melanggar tetapi yang lambat laun menjadi
norma-norma, bahkan peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang bersifat
formal.

Perubahan itu dapat mengenai lingkungan hidup dalam arti lebih luas lagi,
mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola keperilakuan,
strukturstruktur, organisasi, lembaga-lembaga, lapisan-lapisan masyarakat, relasi-
relasi sosial, sistem-sistem komunikasi itu sendiri. Juga perihal kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial, kemajuan teknologi dan seterusnya.

Ada pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial itu merupakan


suatu respons ataupun jawaban dialami terhadap perubahan-perubahan tiga unsur
utama :

1. Faktor alam

2. Faktor teknologi

3. Faktor kebudayaan

4
Kalau ada perubahan daripada salah satu faktor tadi, ataupun kombinasi dua
diantaranya, atau bersama-sama, maka terjadilah perubahan sosial. Faktor alam
apabila yang dimaksudkan adalah perubahan jasmaniah, kurang sekali
menentukan perubahan sosial. Hubungan korelatif antara perubahan slam dan
perubahan sosial atau masyarakat tidak begitu kelihatan, karena jarang sekali alam
mengalami perubahan yang menentukan, kalaupun ada maka prosesnya itu adalah
lambat. Dengan demikian masyarakat jauh lebih cepat berubahnya daripada
perubahan alam. Praktis tak ada hubungan langsung antara kedua perubahan
tersebut. Tetapi kalau faktor alam ini diartikan juga faktor biologis, hubungan itu
bisa di lihat nyata. Misalnya saja pertambahan penduduk yang demikian pesat,
yang mengubah dan memerlukan pola relasi ataupun sistem komunikasi lain yang
baru. Dalam masyarakat modern, faktor teknologi dapat mengubah sistem
komunikasi ataupun relasi sosial. Apalagi teknologi komunikasi yang demikian
pesat majunya sudah pasti sangat menentukan dalam perubahan sosial itu.

A. Proses Perubahan Sosial

Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap barurutan : (1) invensi
yaitu proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan, (2) difusi,
ialah proses di mans ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam Sistem sosial,
dan (3) konsekwensi yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem
social sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi
jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunysi akibat. Karena itu
perubahan sosial adalah akibat komunikasi sosial.

Beberapa pengamat terutama ahli anthropologi memerinci dua tahap


tambahan dalam urutan proses di atas. Salah satunya ialah pengembangan
inovasi yang terjadi telah invensi sebelum terjadi difusi. Yang dimaksud ialah
proses terbentuknya ide baru dari suatu bentuk hingga menjadi suatu bentuk
yang memenuhi kebutuhan audiens penerima yang menghendaki. Kami tidak
memaaukkan tahap ini karena ia tidak selalu ada. Misalnya, jika inovasi itu
dalam bentuk yang siap pakai. Tahap terakhir yang terjadi setelah
konsekwensi, adalah menyusutnya inovasi, ini menjadi bagian dari
konsekwensi.

5
Yang memicu terjadinya perubahan dan sebaliknya perubahan sosial
dapat juga terhambat kejadiannya selagi ada faktor yang menghambat
perkembangannya. Faktor pendorong perubahan sosial meliputi kontak dengan
kebudayaan lain, sistem masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen
serta masyarakat yang berorientasi ke masa depan. Faktor penghambat antara
lain sistem masyarakat yang tertutup, vested interest, prasangka terhadap hal
yang baru serta adat yang berlaku.

Perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan dalam perubahan


cepat dan lambat, perubahan kecil dan besar serta perubahan direncanakan dan
tidak direncanakan. Tidak ada satu perubahan yang tidak meninggalkan
dampak pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan tersebut. Bahkan
suatu penemuan teknologi baru dapat mempengaruhi unsur-unsur budaya
lainnya. Dampak dari perubahan sosial antara lain meliputi disorganisasi dan
reorganisasi sosial, teknologi serta cultural.

B. Penyebab Perubahan Sosial


1. Dari Dalam Masyarakat
 Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk ini meliputi bukan hanya perpindahan penduduk
dari desa ke kota atau sebaiiknya, tetapi juga bertambah dan
berkurangnya penduduk

 Penemuan-penemuan baru (inovasi)


Adanya penemuan teknologi baru, misalnya teknologi plastik. Jika dulu
daun jati, daun pisang dan biting (lidi) dapat diperdagangkan secara
besar-besaran maka sekarang tidak lagi.

Suatu proses sosial perubahan yang terjadi secara besar-besaran dan


dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama sering disebut dengan
inovasi atau innovation. Penemuan-penemuan baru sebagai sebab
terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian-
pengertian Discovery dan Invention

6
Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan baru baik berupa alat
ataupun gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau
serangkaian ciptaan para individu.

Discovery baru menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakui


dan menerapkan penemuan baru itu.

 Pertentangan masyarakat
Pertentangan dapat terjadi antara individu dengan kelompok atau antara
kelompok dengan kelompok.

 Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi


Pemberontakan dari para mahasiswa, menurunkan rezim Suharto pada
jaman orde baru. Munculah perubahan yang sangat besar pada Negara
dimana sistem pemerintahan yang militerisme berubah menjadi
demokrasi pada jaman refiormasi. Sistem komunikasi antara birokrat
dan rakyat menjadi berubah (menunggu apa yang dikatakan pemimpin
berubah sebagai abdi masyarakat).

2. Dari Luar Masyarakat


 Peperangan
Negara yang menang dalam peperangan pasti akan menanamkan nilai-
nilai sosial dan kebudayaannya.

 Lingkungan
Terjadinya banjir, gunung meletus, gempa bumi, dll yang
mengakibatkan penduduk di wilayah tersebut harus pindah ke wilayah
lain. Jika wilayah baru keadaan alamnya tidak sama dengan wilayah
asal mereka, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan di
wilayah yang baru guna kelangsungan kehidupannya.

 Kebudayaan Lain
Masuknya kebudayaan Barat dalam kehidupan masyarakat di Indonesia
menyebabkan terjadinya perubahan.

7
C. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial

1. Faktor Pendorong Perubahan Sosial


1) Kontak dengan Budaya Lain

Kelompok masyarakat mengalami perubahan sosial cepat karena terjadi


proses pertukaran informasi dan budaya lainnya. Contohnya saja kontak
dengan pedagang dari India, Arab, dan barat. Kontak ini bisa mempercepat
laju perubahan sosial.

2) Sistem Pendidikan Maju

Salah satu faktor mempercepat proses perubahan sosial adalah berpikir


ilmiah dan objektif. Pendidikan yang maju bisa mendorong pola perubahan
sosial budaya yang mengikuti perkembangan zaman.

3) Keinginan Masyarakat untuk Maju

Masyarakat yang ingin mengubah kehidupannya ke arah yang lebih maju,


bisa mempercepat proses perubahan. Contohnya saja pelajar yang mengikuti
les berenang untuk mengasah keterampilan baru.

4) Penduduk yang Heterogen

Berbeda dengan penduduk yang terdiri dari satu macam, masyarakat yang
beraneka ragam bisa mempercepat proses perubahan sosial. Dalam
lingkungan yang terdiri dari berbagai suku, ras, dan ideologi bisa
memunculkan toleransi tinggi dan menurunkan konflik yang mendorong
perubahan sosial.

5) Toleransi Terhadap Perubahan

8
Toleransi membuat masyarakat menerima hal-hal yang baru. Sikap ini bisa
mendorong masyarakat untuk berpikir lebih maju dan mendorong
melakukan perubahan sosial yang lebih baik.

6) Mencari Bidang Tertentu

Suatu kelompok berupaya mencari cara untuk mengubah kehidupan. Rasa


tidak puas ini bisa mendorong masyarakat mencari bidang tertentu dan
menuntut perubahan total.

2. Faktor Penghambat Perubahan Sosial

Dalam masyarakat proses perubahan sosial bisa mengalami kecepatan atau


kelambatan. Ada dua faktor yaitu pendorong dan penghambat perubahan
sosial. Faktor ini bisa mengubah proses perubahan dalam masyarakat. Faktor
penghambat perubahan sosial yaitu:

1) Kurangnya Interaksi dengan Masyarakat Lain

Salah satu faktor penghambat perubahan sosial adalah kurangnya interaksi


antar masyarakat. Faktor ini bisa menghambat perubahan dan
perkembangan sosial. Kelompok orang-orang ini masih menganut pola
pemikiran sederhana dan kebudayaan sendiri. Contohnya adalah suku-suku
yang tinggal di dalam pedalaman.

2) Masyarakat Bersikap Tradisional

Beberapa kelompok masyarakat masih memegang adat istiadat kuat dalam


lingkungan. Mereka menolak segala hal baru yang bisa mengubah
perubahan sosial. Sikap tradisional ini bisa menghambat masyarakat ke
perubahan sosial yang lebih dinamis.

3) Pendidikan rendah

9
Faktor lain adalah cara pandang dan pola pikir masyarakat yang bersifat
sederhana. Umumnya, masyarakat berpendidikan rendah tidak bisa secara
langsung menerima hal baru. Masyarakat enggan mengikuti perubahan
sosial yang ada. Sehingga perubahan ini bersifat statis dan lambat.

4) Prasangka Buruk Terhadap Budaya Asing

Salah satu faktor masyarakat menolak perubahan sosial karena menolak


perubahan dari luar. Pengalaman dimasa lalu seperti penjajahan membuat
beberapa kelompok menolak dan berprasangka buruk terhadap budaya
asing.

5) Hambatan Ideologi

Masyarakat tradisional masih memegang kuat ideologi dalam kehidupan


sosial. Ideologi ini dianggap sebagai pedoman dasar.

6) Kepentingan yang Tertanam Kuat

Suatu kelompok masyarakat memiliki kepentingan yang tertanam kuat,


sehingga perubahan sulit terjadi. Kelompok ini berusaha mempertahankan
sistem yang telah ada sampai takut terjadi perubahan yang bisa mengubah
kedudukan dan status.

D. Dampak Akibat Perubahan Sosial


Arah perubahan meliputi beberapa orientasi, antara lain (1) perubahan
dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau unsur-unsur
kehidupan sosial yang mesti ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan dengan
orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru,
(3) suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah
eksis atau ada pada masa lampau. Tidaklah jarang suatu masyarakat atau
bangsa yang selain berupaya mengadakan proses modernisasi pada berbagai

10
bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi, pertahanan keamanan,
dan bidang iptek; namun demikian, tidaklah luput perhatian masyarakat atau
bangsa yang bersangkutan untuk berupaya menyelusuri, mengeksplorasi, dan
menggali serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai kepribadian atau
jatidiri sebagai bangsa yang bermartabat.

Dalam memantapkan orientasi suatu proses perubahan, ada beberapa


faktor yang memberikan kekuatan pada gerak perubahan tersebut, yang antara
lain adalah sebagai berikut, (1) suatu sikap, baik skala individu maupun skala
kelompok, yang mampu menghargai karya pihak lain, tanpa dilihat dari skala
besar atau kecilnya produktivitas kerja itu sendiri, (2) adanya kemampuan
untuk mentolerir adanya sejumlah penyimpangan dari bentuk-bentuk atau
unsur-unsur rutinitas, sebab pada hakekatnya salah satu pendorong perubahan
adanya individu-individu yang menyimpang dari hal-hal yang rutin. Memang
salah satu ciri yang hakiki dari makhluk yang disebut manusia itu adalah
sebagai makhluk yang disebut homo deviant, makhluk yang suka menyimpang
dari unsur-unsur rutinitas, (3) mengokohkan suatu kebiasaan atau sikap mental
yang mampu memberikan penghargaan (reward) kepada pihak lain
(individual, kelompok) yang berprestasi dalam berinovasi, baik dalam bidang
sosial, ekonomi, dan iptek, (4) adanya atau tersedianya fasilitas dan pelayanan
pendidikan dan pelatihan yang memiliki spesifikasi dan kualifikasi progresif,
demokratis, dan terbuka bagi semua fihak yang membutuhkannya.

Modernisasi, menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk


menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat
atau berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya suka
dipertentangkan dengan nilai-nilai tradisi. Modernisasi berasal dari kata
modern (maju), modernity (modernitas), yang diartikan sebagai nilai-nilai
yang keberlakuan dalam aspek ruang, waktu, dan kelompok sosialnya lebih
luas atau universal, itulah spesifikasi nilai atau values. Sedangkan yang lazim
dipertentangkan dengan konsep modern adalah tradisi, yang berarti barang
sesuatu yang diperoleh seseorang atau kelompok melalui proses pewarisan
secara turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya tradisi meliputi
sejumlah norma (norms) yang keberlakuannya tergantung pada (depend on)

11
ruang (tempat), waktu, dan kelompok (masyarakat) tertentu. Artinya
keberlakuannya terbatas, tidak bersifat universal seperti yang berlaku bagi
nilai-nilai atau values. Sebagai contoh atau kasus, seyogianya manusia
mengenakkan pakaian, ini merupakan atau termasuk kualifikasi nilai (value).
Semua fihak cenderung mengakui dan menganut nilai atau value ini. Namun,
pakaian model apa yang harus dikenakan itu? Perkara model pakaian yang
disukai, yang disenangi, yang biasa dikenakan, itulah yang menjadi urusan
norma-norma yang dari tempat ke tempat, dari waktu ke waktu, dan dari
kelompok ke kelompok akan lebih cenderung beraneka ragam.

Spesifikasi norma-norma dan tradisi bila dilihat atas dasar proses


modernisasi adalah sebagai berikut, (1) ada norma-norma yang bersumber dari
tradisi itu, boleh dikatakan sebagai penghambat kemajuan atau proses
modernisasi, (2) ada pula sejumlah norma atau tradisi yang memiliki potensi
untuk dikembangkan, disempurnakan, dilakukan pencerahan, atau
dimodifikasi sehingga kondusif dalam menghadapi proses modernisasi, (3) ada
pula yang betul-betul memiliki konsistensi dan relevansi dengan nilai-nilai
baru. Dalam kaitannya dengan modernisasi masyarakat dengan nilai-nilai
tradisi ini, maka ditampilkan spesifikasi atau kualifikasi masyarakat modern,
yaitu bahwa masyarakat atau orang yang tergolong modern (maju) adalah
mereka yang terbebas dari kepercayaan terhadap tahyul. Konsep modernisasi
digunakan untuk menamakan serangkaian perubahan yang terjadi pada seluruh
aspek kehidupan masyarakat tradisional sebagai suatu upaya mewujudkan
masyarakat yang bersangkutan menjadi suatu masyarakat industrial.
Modernisasi menunjukkan suatu perkembangan dari struktur sistem sosial,
suatu bentuk perubahan yang berkelanjutan pada aspek-aspek kehidupan
ekonomi, politik, pendidikan, tradisi dan kepercayaan dari suatu masyarakat,
atau satuan sosial tertentu.

Modernisasi suatu kelompok satuan sosial atau masyarakat,


menampilkan suatu pengertian yang berkenaan dengan bentuk upaya untuk
menciptakan kehidupan masyarakat yang sadar dan kondusif terhadap tuntutan
dari tatanan kehidupan yang semakin meng-global pada saat kini dan
mendatang. Diharapkan dari proses menduniakan seseorang atau masyarakat

12
yang bersangkutan, manakala dihadapkan pada arus globalisasi tatanan
kehidupan manusia, suatu masyarakat tertentu (misalnya masyarakat
Indonesia) tidaklah sekedar memperlihatkan suatu fenomena kebengongan
semata, tetapi diharapkan mampu merespons, melibatkan diri dan
memanfaatkannya secara signifikan bagi eksistensi bagi dirinya, sesamanya,
dan lingkungan sekitarnya. Adapun spesifikasi sikap mental seseorang atau
kelompok yang kondusif untuk mengadopsi dan mengadaptasi proses
modernisasi adalah, (1) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa
berorientasi ke masa depan dan dengan cermat mencoba merencanakan masa
depannya, (2) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berhasrat
mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensi-potensi sumber daya alam, dan
terbuka bagi pengembangan inovasi bidang iptek. Dalam hal ini, memang
iptek bisa dibeli, dipinjam dan diambil alih dari iptek produk asing, namun
dalam penerapannya memerlukan proses adaptasi yang sering lebih rumit
daripada mengembangkan iptek baru, (3) nilai budaya atau sikap mental yang
siap menilai tinggi suatu prestasi dan tidak menilai tinggi status sosial, karena
status ini seringkali dijadikan suatu predikat yang bernuansa gengsi pribadi
yang sifat normatif, sedangkan penilai obyektif hanya bisa didasarkan pada
konsep seperti apa yang dikemukakan oleh D.C. Mc Clelland
(Koentjaraningrat, 1985), yaitu achievement-oriented, (4) nilai budaya atau
sikap mental yang bersedia menilai tinggi usaha fihak lain yang mampu
meraih prestasi atas kerja kerasnya sendiri.

Tanpa harus suatu masyarakat berubah seperti orang Barat, dan tanpa
harus bergaya hidup seperti orang Barat, namun unsur-unsur iptek Barat tidak
ada salahnya untuk ditiru, diambil alih, diadopsi, diadaptasi, dipinjam, bahkan
dibeli. Manakala persyaratan ini telah dipenuhi dan keempat nilai budaya atau
sikap mental yang telah ditampilkan telah dimiliki oleh suatu masyarakat
tersebut. Khusus untuk masyarakat di Indonesia, sejarah masa lampau
mengajarkan bahwa sistem ekonomi, politik, dan kebudayaan dari kerajaan-
kerajaan besar di Asia seperti India dan Cina, yang diadopsi dan diadaptasi
oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara ini, seperti Sriwijaya dan Majapahit,
namun fakta sejarah tidak membuktikan bahwa orang-orang Sriwijaya dan

13
Majapahit, dalam pengadopsian dan pengadaptasian nilai-nilai kebudayaan
tadi sekaligus menjadi orang India atau Cina.

Proses modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli oleh


masyarakat perkotaan (urban community), terutama di kota-kota Negara
Sedang Berkembang, seperti halnya di Indonesia. Kota-kota di negara-negara
sedang berkembang menjadi pusat-pusat modernisasi yang diaktualisasikan
oleh berbagai bentuk kegiatan pembangunan, baik aspek fisik-material, sosio-
kultural, maupun aspek mental-spiritual. Kecenderungan-kecenderungan
seperti ini, menjadikan daerah perkotaan sebagai daerah yang banyak
menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi penduduk pedesaan, terutama
bagi generasi mudanya. Obsesi semacam ini menjadi pendorong kuat bagi
penduduk pedesaan untuk beramai-ramai membanjiri dan memadati setiap
sudut daerah perkotaan, dalam suatu proses sosial yang disebut urbanisasi.
Fenomena demografis seperti ini, selanjutnya menjadi salah satu sumber
permasalahan bagi kebijakan-kebijakan dalam upaya penataan ruang dan
kehidupan masyarakat perkotaan. Sampai dengan saat sekarang ini masalah
perkotaan ini masih menunjukkan gelagat yang semakin ruwet dan kompleks.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan maka kesimpulan yang dapat
dipaparkan dalam makalah ini adalah :

1. Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-


lembaga sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga sosial itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada
sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola
perilaku ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari
kelompok-kelompok sosial.
2. Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap barurutan : (1) invensi yaitu
proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan, (2) difusi, ialah
proses dimana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam Sistem sosial,
dan (3) konsekwensi yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem
social sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi.
3. Perubahan sosial selalu menimbulkan perubahan dalam masyarakat, salah
satunya adalah globalisasi yang menimbulkan berbagai dampak baik
positif maupun negative dari sisi positif misalnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dapat dinikmati seluruh kelompok sosial
masyarakat.

B. Saran
Perubahan sosial dalam masyarakat tidak dapat dibatasi oleh ruang dan
waktu, olehnya itu kita sebagai bagian dari kelompok sosial harus berusaha
mengendalikan perubahan itu ke arah yang positif agar budaya yang terbentuk
dari perubahan sosial dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup
manusia yang makmur dan damai.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aris Tanudirjo, Daud. 1993. Sejarah Perkembangan Budaya di Dunia dan di


Indonesia. Yogyakarta:Widya Utama

Gumgum Gumilar, 2001. Teori Perubahan Sosial. Unikom. Yogyakarta.

Soekmono, R.tt. 1988. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia.


Jakarta:Kanisius

Suyanto, 2002. Merefleksikan Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia.


Kompas, 17 Desember 2002, hal. 5.

http://jibis.pnri.go.id/informasi-rujukan/indeks-makalah/thn/2007/bln/03/tgl/29/
id/1002

http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya

https://katadata.co.id/safrezi/berita/61b6bfea7e5fc/faktor-penghambat-dan-
pendorong-perubahan-sosial-beserta-contohnya

16

Anda mungkin juga menyukai