Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

“PERUBAHAN SOCIAL BUDAYA”

oleh :

1. M Fariz Asaluqi 13011800041


2. EVA CAHYA NINGSIH 13011800031
3. NERIA ROS FITRIA 13011800044
4. NILA NURJANAH 13011800047

KELAS : 4A - PMA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS BINA BANGSA

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, akhirnya


makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan deadline yang sudah
ditentukan.  Makalah ini berisikan tentang Pengertian Perubahan Sosial Budaya,
Faktor internal dan ekstrenal serta factor pendorong dan penghambat perubahan
social budaya.

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu


wadah pembelajaran dalam menimbah ilmu utamanya dalam pelajaran SOSIOLOGI
DAN terkhusus pada perubahan social budaya.

 Setelah itu kami berharap semoga makalah ini berguna bagi pembaca
meskipun terdapat banyak kekurangsempurnaan di dalamnya. Akhir kata kami
meminta maaf sebesar-besarnya kepada pihak pembaca maupun pengoreksi jika
terdapat kesalahan dalam penulisan, penyusunan maupun kesalahan lain yang tidak
berkenan di hati pembaca mupun pengoreksi, karena hingga saat ini kami masih
dalam proses belajar. Oleh karena itu kami  memohon kritik dan sarannya demi
kemajauan bersama.
Serang,      Maret 2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................1


1.2 Manfaat dan Tujuan...............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Pengertian Perubahan Sosial Budaya...…….....…………………….


2.2 Teori – teori Perubahan Sosial..………….......……………………….
2.3 Hubungan  antara Perubahan Sosial dan Perubahan Budaya.…...
2.4 Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial dan kebudayaan…..…………….
2.5 Faktor Penyebab  Perubahan Sosial Budaya………………...…….
2.6 Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya.…….……………….
2.7 Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya .…………………..
2.8 Proses Perubahan Sosial Budaya…………………….………….....
2.9 Sikap Kritis Masyarakat terhadap Perubahan Sosial Budaya........
BAB III PENUTUP...................................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................

3.2 Saran.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-
perubahan.Perubahan mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti
kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas
maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan
tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan
dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan
suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan
kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak
dapat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di  indonesia misalnya,
akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis , tidak maju dan tidak berubah.
Pernyataan demikian didasarkan pada pandangan sepintas yang tentu saja kurang
mendalam dan kurang teliti.Karena tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti
pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Orang orang desa sudah mengenal
perdagangan, alat-alat transport modern, bahkan dapat mengakui berita-berita
menggenai daerah lain melalui radio, televisi, dan sebagainya yang kesemuanya
belum dikenal sebelumnya.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-
norma sosial, pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan,
lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan
lain sebagainya. Karena luasnya bidang dimana mungkin terjadi perubahan-
perubahan tersebut maka bilamana seseorang hendak membuat penelitian perlulah
terlebih dahulu ditentukan secara tegas, perubahan apa yang dimaksudnya dasar
penelitiannya mungkin tak akan jelas, apabila hal tersebut tidak dikemukakan
terlebih dahulu.
Dengan diakuinya dinamika sebagai inti jiwa masyarakat banyak sosiolog
modern yang mencurahkan perhatiannya pada masalah-masalah perubahan sosial
dan kebudayaan dalam masyarakat. Masalah tersebut menjadi lebih penting lagi
dalam hubungannya dengan pembangunan ekonomi yang di usahakan oleh banyak
masyarakat Negara-negara yang memperoleh kemerdekaan politiknya setelah
perang dunia II. Sebagian besar ahli ekonomi mula-mula mengira bahwa suatu
masyarakat akan dapat membangun ekonominya dengan cepat, apabila telah
dicukupi dan dipenuhi syarat-syarat yang khusus diperlukan dalam bidang ekonomi.
Akan tetapi pengalaman mereka yang berniat untuk mengadakan pembangunan
ekonomi dalam masyarakat-masyarakat yang baru mulai dengan pembangunan
terbukti bahwa syarat-syarat ekonomis saja tak cukup untuk melancarkan
pembangunan.Di samping itu diperlukan pula perubahan-perubahan masyarakat
yang dapat menetralisasi faktor-faktor kemasyarakatan yang mengalami
perkembangan. Hal ini dapat memperkuat atau menciptakan factor-faktor yang
dapat mendukung pembangunan tersebut. Sebaliknya, perlu diketahui terlebih
dahulu perubahan-perubahan di bidang  manakah yang akan terjadi nanti sabagai
akibat dari pembangunan ekonomi dalam masyarakat. Perubahan-perubahan di luar
bidang ekonomi  tidak dapat dihindarkan karena setiap perubahan dalam suatu
lembaga kemasyarakatan akan mengakibatkan pula perubahan-perubahan di dalam
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lainnya. Pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan tersebut selalu terkait proses saling mempengaruhi secara timbal
balik.
Para sosiologi pernah mengadakan klasifikasi antara masyarakat-masyarakat
statis dan dinamis. Masyarakat yang statis adalah masyarakat yang sedikit sekali
mengalami perubahan dan berjalan lambat. Masyarakat yang dinamis
adalah masyarakat yang mengalami berbagai perubahan dengan cepat.Jadi setiap
masyarakat, pada suatu masa dapat dianggap sebagai masyarakat yang statis.
Sedangkan pada masyarakat yang lainya, dianggap sebagai masyarakat yang
dinamis. Perubahan-perubahan bukanlah semata-mata berarti suatu kemajuan
(progress) namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang-bidang kehidupan
tertentu.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini
merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-
bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di
bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh
masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu.
Namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat
cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya.Perubahan-
perubahan sering berjalan secara konstan.Ia tersebut memang terikat oleh waktu
dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka perubahan terlihat
berlangsung terus, walau diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan
reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan.

1.2    Manfaat dan Tujuan

Manfaat dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui:


1.  Pengertian Perubahan Sosial Budaya
2.  Teori-teori Perubahan Sosial
3.  Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Budaya
4.  Bentuk-bentuk Perubahan Sosial Budaya
5.  Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya
6.  Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
7.  Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
8.  Proses Perubahan Sosial Budaya
9.  SIkap Kritis Masyarakat terhadap Perubahan Sosial budaya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1   Pengertian perubahan sosial budaya
Beberapa pakar mengemukakan pengertian perubahan sosial diantaranya
sebagaiberikut:

1. Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan-perubahan


yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam  suatu
masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya. Unsur-unsur yang
termasuk ke dalam sistem sosial adalah nilai-nilai, sikap-sikap dan pola
perilakunya diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Selain
itu Kingsley davismendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan yang
terjadi pada struktur dan fungsi masyarakat.
2. William F Ogburn berusaha memberikan pengertian tertentu, walau tidak
memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan
ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan
baik material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh
besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
3. Mac iver lebih suka membedakan antara utilitarian elements dengan cultural
elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang
primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat
diklasifikasikan ke dalam kedua kategori tersebut diatas. Sebuah mesin ketik,
alat pencetak, atau sistem keuangan, merupakan utilitarian elements, karena
benda-benda tersebut tidak langsung memenuhi kebutuhan-kebutuhan
manusia, tetapi dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. Utilitarian
elements disebutnya civilization. Artinya, semua mekanisme  dan organisasi
yang dibuat manusia dalam upaya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya,
termasuk di dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat
material. Pesawat  telepon, jalan kereta api, sekolah, hukum dan seterusnya
dimasukan ke dalam golongan tersebut. Cultur menurut Mac Iver adalah
ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan
hidup, seni kesusastraan, agama rekreasi dan hiburan. Sebuah potret, novel,
drama, film, permainan, filsafat dan sebagainya, termasuk culture, karena
hal-hal itu secara langsung memenuhi kebutuhan manusia.
4. Gillin dan gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu
variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-
perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk
ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru
dalam masyarakat. Secara singkat Samuel Koening mengatakan bahwa
perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam
pola-pola kehidupan manusia. Dengan demikian, secara umum dapat
disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur sosial
dalam masyarakat, sehingga terbentuk tata kehidupan sosial yang baru
dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai
sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi, susunan lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya. Perubahan budaya
adalah perubahan unsur-unsur kebudayaan karena perubahan pola pikir
masyarakat sebagai pendukung kebudayaan.Unsur-unsur kebudayaan yang
berubah adalah sistem kepercayaan/religi, system mata pencaharian hidup,
sistem kemasyarakatan, sistem peralatan hidup dan tehnologi, bahasa,
kesenian, serta ilmu pengetahuan.

2.2 Teori-teori perubahan sosial


Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiolog telah mencoba untuk
merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial.
Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan
social merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia.
Yang lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya
perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat
seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau
kebudayaan. Kemudian ada pula yang berpendapat bahwa perubahan-perubahan
sosial bersifat periodik dan non periodik. Pokoknya, pendapat-pendapat tersebut
pada umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran kejadian-
kejadian. Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa segenap usaha untuk
mengemukakan bahwa ada suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam
perubahan-perubahan sosial , tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran
akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut.  Akan tetapi perubahan-
perubahan tetap ada, dan yang paling penting adalah bahwa lingkaran terjadinya
gejala-gejala sosial harus dipelajari, karena dengan jalan tersebut barulah akan
dapat diperoleh suatu generalisasi.
Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial premier
yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis,
teknologis, geografis, atau biologis menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
pada aspek-aspek kehidupan sosial lainya (William F. Ogburn menekankan pada
kondisi tekhnologis). Sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa semua kondisi
tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan menghasilkan perubahan-
perubahan sosial.
Untuk mendapatkan hasil sebagaimana diharapkan, hubungan antara kondisi
dan faktor-faktor tersebut harus diteliti terlebih dahulu.Penelitian yang obyektif
akan dapat memberikan hukum-hukum umum perubahan sosial dan kebudayaan,
disamping itu juga harus diperhatikan waktu serta tempatnya perubahan-perubahan
tersebut berlangsung.
2.3 Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan
Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering
mempersoalkan perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dengan perubahan-
perubahan kebudayaan. Perbedaan demikian tergantung dari adanya perbedaan
pengertian dari masyarakat dan kebudayaan. Apabila perbedaan pengertian
tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan sendirinya perbedaan
antara perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan kebudayaan dapat
dijelaskan.
Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari
perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya
yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, tekhnologi, filsafat dan seterusnya, bahkan
perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial. Sebagai
contoh dikemukakanya perubahan pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari
induknya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial
masyarakatnya.Perubahan-perubahan tersebut lebih merupakan perubahan
kebudayaan ketimbang perubahan sosial. Masyarakat menurut kingsley davis adalah
sistem hubungan dalam arti hubungan antara organisasi-organisasi, dan bukan
hubungan antara sel-sel, kebudayaan dikatakanya mencakup segenap cara berfikir
dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti
menyampaikan buah pikiran secara simbolis dan bukan oleh karena warisan yang
berdasarkan keturunan.
Apabila diambil definisi kebudayaan dari Tylor yang mengatakan bahwa
kebudayaan adalah suatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan.
Keseniaan, moral, hukum, adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan
manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan-perubahan kebudayaan
adalah setiap perubahan dari unsur-unsur tersebut.
Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama
yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau
suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya,
dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari
adanya ciri-ciri tertentu, antara lain :
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap
masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara
cepat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti
dengan perubahan-perubahan pada lembaga lembaga sosial lainnya.
3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan
disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses
penyesuaian diri. Disorganisasi akan di ikuti oleh suatu reorganisasi yang
mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.
4. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau
bidang spiritual saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal
balik yang sangat kuat.
5.  Secara tipologis perubahan-perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai:
a. Social proses : the circulation of various rewards, facilities, and personnel
in an existing structure.
b.  Segmentation: the proliferation of structural units that do not differ
qualitatively from existing units.
c. Structural change: the emerge of qualitatively new complexes of roles
and organization
d. Changes in group structure: the shifts in the composition of groups, the
level of consciousness of groups, and the relations among the groups in
society.
2.4 Bentuk-bentuk perubahan sosial dan kebudayaan
Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan kedalam beberapa
bentuk, yaitu :
1.    Perubahan Evolusi
Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam
proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari
masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti
kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan
sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri
terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada
waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke
masyarakat agraris.
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang
evolusi, yaitu:
• Unilinier Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan masyarakat
mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang sederhana
menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.
• Universal Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan masyarakat
tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan
manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
• Multilined Theories of Evolution: menekankan pada penelitian terhadap tahap
perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada
pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.
2.    Perubahan Revolusi
Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat
dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya.Secara sosiologis perubahan
revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur
kehidupan atau lembaga- lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat.
Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak
direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam
tubuh masyarakat yang bersangkutan.
Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara
sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu,
antara lain adalah:
• Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam
masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu
keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
• Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu
memimpin masyarakat tersebut.
• Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk
kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk
dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.
• Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat.
Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh
masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak, misalnya
perumusan sesuatu ideologi tersebut.
• Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan
faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi.  Apabila
momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat
gagal.
Contoh dari perubahan Revolusi adalah: Kemerdekaan Indonesia merupakan
revolusi dari Negara terjajah menjadi Negara merdeka.
3.  Perubahan yang direncanakan atau dikehendaki
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang
diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang
hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang
menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin
satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.Oleh karena itu, suatu perubahan
yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan pengawasan agent of change.
Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut perubahan dikehendaki.
Misalnya, untuk mengurangi angka kematian anak-anak akibat polio, pemerintah
mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) atau untuk mengurangi
pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah mengadakan program keluarga
berencana (KB).
4.    Perubahan yang tidak direncanakan atau tidak dikehendaki
Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak
dikehendaki oleh masyarakat.Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan,
perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang memicu kekacauan atau
kendala-kendala dalam masyarakat. Oleh karenanya, perubahan yang tidak
dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi. Misalnya, kasus banjir bandang
di Sinjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan yang
kurang memerhatikan kelestarian lingkungan.Sebagai akibatnya, banyak
perkampungan dan permukiman masyarakat terendam air yang mengharuskan para
warganya mencari permukiman baru.
5.    Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil
a. Perubahan berpengaruh besar
Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut
mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan
kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak
pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi. Pada perubahan ini
memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di
wilayah industri dan mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian.
b. Perubahan berpengaruh kecil
Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan- perubahan
yang terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau
berarti bagi masyarakat.Contoh, perubahan mode pakaian dan mode
rambut. Perubahan-perubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar
dalam masyarakat karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada
lembaga kemasyarakatan homolis.
2.5 Faktor-faktor penyebab perubahan sosial dan kebudayaan
Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan budaya bukanlah
merupakan faktor yang tunggal, tetapi menyangkut hal yang kompleks.banyak faktor
yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat. Soeryono
Soekanto menyebutkan adanya faktor internal dan eksternal yang menyebabkan
terjadinya perubahan dalam masyarakat.
1.   Faktor internal
a.      Perubahan jumlah penduduk
Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat di pulau jawa,
menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakatnya, terutama
tentang hal yang menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan. Lembaga sistem
hak milik atas tanah mengalami perubahan-perubahan. Orang mengenal hak milik
individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil, dan sebagainya, yang
sebelumnya tidak dikenal. Sebaliknya, berkurangnya penduduk disebabkan karena
berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari satu daerah ke daerah lain
(misalnya transmigrasi). Perpindahan penduduk tersebut mangakibatkan
kekosongan misalnya dalam bidang pembagian kerja atau stratifikasi sosial yang
selanjutnya dapat memperngaruhi lembaga-lembaga kemasyrakatan.
b.     Penemuan-penemuan baru
Penemuan-penemuan juga dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan
pada masyarakat meliputi beberapa hal berikut.
1)     Discovery adalah suatu penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa
alat atau gagasan yang diciptakan oleh seorang individu maupun serangkaian
individu dalam suatu masyarkat.
Contoh: penemuan listrik, diesel, lokomotif, dan lain-lain.
2)     Invention adalah discovery yang telah diakui, diterima, dan diterapkan
oleh masyarakat. Jadi, invention merupakan bentuk pengembangan dari
discovery. Contoh: mobil, kreta api, dan lain-lain.
3)     Inovasi artinya suatu penemuan baru apabila unsur atau alat baru yang
ditemukan tersebut sudah menyebar ke bagian-bagian masyarakat dan dikenal serta
dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Jadi, pada saat penemuan menjadi
invention, proses inovasi belum selesai.
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya penemuan baru antara lain sebagai
berikut:
1)Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya.
2)Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
3)Perangsang untuk aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat
c.      Teknologi
Teknologi dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat yaitu dapat
mempengaruhi sebagian dari pikiran dan perilaku manusia yang akan membawa
perubahan sosial budaya dalam kehidupannya. Contoh: teknologi dalam industri
tekstil dapat mempengaruhi cara berpakaian serta mode atau gaya berpakaian
manusia. Dengan demikian sesungguhnya keberadaan teknologi telah banyak
membantu atau memudahkan aktivitas manusia dan juga mengubah kehidupan
manusia menuju  keadaan yang lebih baik. Namun, dalam kenyataannya, teknologi
juga dapat membawa pengaruh ke arah yang kurang baik dan justru dapat
menyebabkan masalah baru yang lebih parah. Contoh : teknologi komunikasi seperti
dalam bentuk tayangan telivisi, jika tidak dapat diadaptasi dengan baik secara
langsung dapat mengubah pola kehidupan sehari-hari masyarakat, misalnya gaya
hidup, kekerasan, dan lainya.
d.     Pertentangan (conflict)
Sebagai proses sosial, pertentangan (conflict) merupakan proses disosiatif,
namun selalu berakibat negatif. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat dapat
berupa hal-hal berikut:
1)  Pertentangan antara individu di dalam masyarakat
2)  Pertentangan antar kelompok di dalam masyarakat
3)  Pertentangan antara individu dengan kelompok di dalam masyarakat.
4)  Pertentangan antar generasi di dalam masyarakat
Sebenarnya, hubungan antara pertentangan dengan perubahan sosial
budaya bersifat timbal balik, yaitu pertentangan di suatu masyarakat dapat
memungkinkan terjadinya perubahan sosial budaya, dan sebaliknya perubahan
sosial budaya di dalam masyarakat dapat memungkinkan terjadinya pertentangan.
e.    Keterbukaan masyarakat
Sifat masyarakat yang terbuka mempermudah masyarakat tersebut untuk
menerima unsur-unsur baru atau menyerapnya dalam kehidupan sosial dan
budayanya. Oleh karena itu, masyarakat yang bersifat terbuka akan mempermudah
terjadinya perubahan-perubahan sosial maupun budaya. Contoh : melalui
pendidikan, seorang anak buruh bangunan dapat menjadi seorang dokter atau
insinyur, sehingga dapat mengubah kondisi keluarganya, yakni mengangkat
keluarganya untuk memiliki kehidupan sosial dan budaya yang lebih baik.

f.     Pemberontakan atau revolusi


Revolusi ataupun pemberontakan merupakan faktor yang dapat
menyebabkan perubahan-perubahan sosial budaya yang besar. Contoh :revolusi
kemerdekaan Indonesia.

2.   Faktor Eksternal
a.   Lingkungan alam (lingkungan fisik)
Perubahan lingkungan alam fisik (bukan karena faktor manusia) dapat
membawa perubahan pada kehidupan sosial budaya suatu masyarakat. Bencana
alam yang dahsyat dapat mengubah struktur sosial budaya masyarakat
setempat. Contoh banjir dan gempa. Gempa dan gelombang tsunami yang
memporak porandakan Aceh, menyebabkan beberapa penduduk yang bermata
pencaharian sebagai nelayan dievakuasi atau akhirnya pindah ke dataran tinggi
sehingga beralih profesi sebagai petani dan mencoba untuk menekuni pertanian di
daerah tersebut
b.    Peperangan
Perang menyebabkan pada banyak aspek. Pihak yang menang pada
umumnya berupaya menerapkan norma-norma dan nilai-nilai yang dianggap paling
benar oleh masyarakat mereka. Contoh : perang antara Amerika dan sekutu
terhadap Irak. Amerika dan sekutu sebagai pihak yang menang, berupaya
mempengaruhi sistem politik, sosial , dan budaya Iraq. Hal ini menyebabkan
perubahan pemerintahan Iraq termasuk perubahan kehidupan sosial negara Iraq
seperti emansipasi kaum perempuan Iraq.
c.    Kontak kebudayaan dengan masyarakat lain
Kontak  kebudayaan antar masyarakat akan menyebabkan pengaruh positif
dan negatif.Contoh: kontak kebudayaan Indonesia dengan kebudayaa barat
(Eropa). Pengaruh positifyang di dapat oleh masyarakat Indonesia antara lain
berupa transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun pengaruh
negatif yang diperoleh bangsa  Indonesia dapat berupa sikap sekelompok anak
muda di dalam masyarakat Indonesia yang kebarat-baratan (westernis).

Proses terjadinya pengaruh perubahan karena kontak kebudayaan dengan


masyarakat lain dijelaskan sebagai berikut:
1)    Difusi kebudayaan : penyebaran unsur kebudayaan dari suatu tempat lain
2)    Akulturasi kebudayaan : pertemuan antar dua kebudayaan atau lebih di mana
kebudayaan asli masih tampak.
3)    Asimilasi kebudayaan: proses pertemuan dan percampuran dua kebudayaan
atau lebih. Faktor yang merubah terjadinya asimilasi antara lain toleransi,
pernikahan campur, atau sikap simpati terhadap kebudayaan lain.
Di dalam masyarakat yang mengalami suatu proses perubahan, terdapat faktor-
faktor pendorong jalannya perubahan. Margono Slamet menyebutkan bahwa
terdapat kekuatan-kekuatan pendorong (motivational forces) yang mempengaruhi
perubahan. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut :
a.   Adanya ketidakpuasan terhadap situasi yang ada, karena itu ada keinginan akan
situai yang lain.
b.   Adanya pengetahuan tentang perbedaan antara apa yang ada dengan yang
seharusnya bisa ada.
c.   Adanya tekanan-tekanan dari luar, seperti persaingan atau kompetisi, keharusan-
keharusan menyesuaikan diri, dan sebagainya.
d.   Adanya kebutuhan-kebutuhan daridalam untuk mencapai efisiensi dan
peningkatan, misalnya produktivitas.
2.6Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan
Laju perubahan sosial budaya setiap daerah berbeda-beda. Lihat saja,
masyarakat kota lebih cepat mengalami perubahan dibandingkan masyarakat desa.
Laju perubahan sosial budaya dalam masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor dasar,
yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat.
a. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
Faktor-faktor pendorong perubahan sosial budaya sebagai berikut.
1) Kontak dengan Budaya Lain
Kontak merupakan proses penyampaian informasi tentang ide, keyakinan,
dan hasil-hasil budaya. Adanya kontak dengan budaya lain menjadikan satu
kebudayaan bertemu dan saling bertukar informasi. Misalnya kontak dagang antara
pedagang nusantara dengan pedagang India, Arab, dan Barat. Kebudayaan mereka
saling mempengaruhi yang akhirnya membawa perubahan sosial budaya. Oleh
karena itu, seringnya melakukan kontak dengan budaya lain akan mempercepat laju
perubahan sosial budaya.
2) Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Tidak adanya apresiasi terhadap karya orang lain menjadikan seseorang
enggan untuk berkarya. Namun, akan berbeda jika setiap orang menghargai hasil
karya orang lain. Setiap orang akan berlomba-lomba menciptakan suatu karya yang
bermanfaat bagi masyarakat. Karya-karya inilah yang mendorong munculnya
perubahan sosial budaya. Penemuan pesawat terbang mengilhami Prof. Dr. Ing.B.J.
Habibie untuk mendirikan pabrik pesawat di Bandung.
3) Sistem Pendidikan yang Maju
Pendidikan mengajarkan seseorang untuk berpikir ilmiah dan objektif.
Dengan kemampuan tersebut, seseorang dapat menilai bentuk kebudayaan yang s
esuai dengan kebutuhan serta kebudayaan yang tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Berbekal pengetahuan itu seseorang melakukan perubahan
pada kebudayaan jika dirasa perlu. Oleh karena itu, sistem pendidikan tinggi mampu
mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
4) Keinginan untuk Maju
Tidak ada seorang pun yang puas dengan keadaan sekarang. Mereka
umumnya menginginkan sesuatu yang lebih baik dari keadaan saat ini. Oleh karena
itu, orang akan melakukan berbagai upaya guna melakukan perubahan hidup yang
tentunya ke arah kemajuan. Misalnya seorang pelajar mengikuti kursus komputer
untuk menambah pengetahuan dan keterampilan komputer.
5).Toleransi terhadap Perubahan
Sikap toleransi dibutuhkan untuk mempercepat laju perubahan sosial budaya
dalam masyarakat. Adanya sikap toleransi menjadikan masyarakat lebih mudah
menerima halhal baru. Masyarakat akan menerima hal-hal baru yang dirasa
membawa kebaikan.
6) Penduduk yang Heterogen
Masyarakat yang heterogen memudahkan terjadinya perubahan sosial
budaya. Hal ini dapat dilihat pada masyarakat Indonesia. Penduduk Indonesia terdiri
atas bermacam-macam suku, ras, dan ideologi. Perbedaan-perbedaan yang ada
tidak selamanya membawa keuntungan bagi Indonesia. Perbedaan tersebut dapat
menimbulkan konflik jika tidak disertai dengan rasa toleransi yang tinggi. Konflik-
konflik inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
7) Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang Kehidupan Tertentu
Setiap orang tidak akan pernah puas dengan keadaannya saat ini. Berbagai
cara dan upaya mereka lakukan untuk mengubah taraf hidup. Rasa tidak puas
terhadap keadaan mendorongnya melakukan berbagai perubahan. Hal ini pun
terjadi pada masyarakat Indonesia ketika reformasi digulirkan. Rasa tidak puas
terhadap pemerintahan saat itu mendorong masyarakat menuntut perubahan
secara total.
8) Sistem Pelapisan Terbuka
Sistem pelapisan terbuka memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal yang
lebih tinggi. Sistem ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk maju.
Kesempatan untuk menaiki strata yang lebih tinggi mendorong seseorang
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
  9) Orientasi ke Masa Depan (Visioner)
Pandangan yang visioner mendorong seseorang melakukan beragam
perubahan. Bagi mereka masa lalu adalah sesuatu yang patut untuk dikenang, bukan
sebagai pedoman hidup. Masa depan harus lebih baik dari masa sekarang. Visi inilah
yang mendorong seseorang melakukan perubahan.
10) Sikap Mudah Menerima Hal-Hal Baru
Suatu perubahan akan berdampak besar jika setiap orang menerima
perubahan tersebut. Keadaan ini menjadi berbeda jika tidak ada seorang pun yang
menanggapi perubahan tersebut. Perubahan akan berlalu begitu saja tanpa ada
masyarakat yang mengikutinya. Oleh karena itu, sikap mudah menerima hal-hal baru
mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di masyarakat.
b. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Faktor-faktor penghambat perubahan sosial budaya sebagai berikut.

1) Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain


Masyarakat yang kurang berhubungan dengan masyarakat lain
mengalami perubahan yang lamban. Hal ini dikarenakan masyarakat tersebut
tidak mengetahui perkembangan masyarakat lain yang dapat memperkaya
kebudayaan sendiri. Mereka terkukung dalam kebudayaan mereka dan
polapola pemikiran yang masih sederhana. Contohnya suku-suku bangsa
yang masih tinggal di pedalaman.
2) Masyarakat yang Bersikap Tradisional
Umumnya masyarakat tradisional memegang kuat adat istiadat yang
ada. Mereka menolak segala hal baru yang berkenaan dengan kehidupan
sosial. Adat dan kebiasaan diagung-agungkan. Sikap ini menghambat
masyarakat tersebut untuk maju.
3) Pendidikan yang Rendah
Masyarakat yang berpendidikan rendah umumnya tidak dapat
menerima hal-hal baru. Pola pikir dan cara pandang mereka masih bersifat
sederhana. Mereka umumnya enggan mengikuti gerak perubahan yang ada.
Artinya, masyarakat statis dan tidak mengalami perubahan yang berarti.
4) Adanya Kepentingan yang Tertanam Kuat pada Sekelompok Orang (vested
interest)
Adanya vested interest yang kuat dalam suatu kelompok
menyebabkan perubahan sulit terjadi. Hal ini dikarenakan setiap kelompok
yang telah menikmati kedudukannya akan menolak segala bentuk
perubahan. Mereka akan berusaha mempertahankan sistem yang telah ada.
Mereka takut adanya perubahan akan mengubah kedudukan dan statusnya
dalam masyarakat.
5) Ketakutan akan Terjadinya Kegoyahan Integrasi
Terciptanya integrasi merupakan harapan dan cita-cita masyarakat
pada umumnya.Oleh karena itu, integrasi merupakan sesuatu yang dilindungi
oleh masyarakat. Segala hal baru ditolak untuk menghindari kegoyahan
dalam integrasi masyarakat.
6) Prasangka Buruk terhadap Unsur Budaya Asing
Sikap demikian sering dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah
oleh bangsa asing. Pengalaman-pengalaman tempo dahulu menyebabkan
mereka senantiasa berprasangka buruk terhadap budaya asing.  Akibatnya,
mereka menolak segala hal baru terutama berasal dari bangsa asing,
walaupun akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
7) Hambatan Ideologis
Perubahan yang bersifat ideologi sangat sulit dilakukan. Mengapa
demikian? Setiap orang memandang ideologi sebagai sebuah pedoman hidup
yang paling mendasar. Oleh karena itu, perubahan yang bersifat ideologis
tidak mungkin terjadi terlebih pada masyarakat tradisional ketika ideologi
dipegang kuat dalam kehidupan sosial.
8) Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota
masyarakat di dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Apabila
kemudian ternyata pola-pola perilaku tersebut efektif lagi didalam
memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Mungkin adat atau
kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, system mata pencaharian,
pembuatan rumah, cara berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga sukar
untuk di rubah.

2.7 Proses-proses perubahan sosial dan kebudayaan


1.    penyesuaian masyarakat terhadap perubahan
Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan
keadaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Dengan keserasian masyarakat
dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam keadaan demikian,
individu secara psikologis merasakan adanya ketentraman, karena tidak adanya
pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai. Setiap kali terjadi gangguan
terhadap keadaan keserasian, maka masyarakat dapat menolaknya atau mengubah
susunan lembaga-lembaga kemasyarakatanya dengan maksud menerima unsur yang
baru. Akan tetapi, kadang kala unsur baru dipaksakan masuknya oleh suatu
kekuatan. Apabila masyarakat tidak dapat menolaknya karena unsur baru tersebut
tidak menimbulkan kegoncangan,pengaruhnya tetap ada, akan tetapi sikapnya
dangkal dan hanya terbatas pada bentukluarnya. Norma-norma dan nilai-nilai sosial
tidak akan terpengaruh olehnya, dan dapat berfungsi secara wajar.
Adakalanya unsur, unsur baru dan lama yang betentangan secara bersamaan
mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada
warga masyarakat. Itu berarti adanya gangguan yang kontinu terhadap keserasian
masyarakat. Keadaan tersebut berarti bahwa ketegangan-ketegangan serta
kekcewaan diantara para warga tidak mempunyai saluran pemecahan. Apabila
ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan, maka
keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment) bila sebaliknya yang terjadi
maka dinamakan ketidak penyesuaian sosial (maladjustment) yang mungkin
mengakibatkan terjadinya anomie.
Suatu perbedaan dapat diadakan antara penyesuaian dari lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan penyesuaian dan individu yang ada dalam masyarakat tersebut.
Yang pertama menunjuk pada keadaan, di mana masyarakat berhasil menyesuaikan
lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan keadaan yang mengalami perubahan
sosial dan kebudayaan. Sedangkan yang kedua menunjuk pada usaha-usaha individu
untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah
diubah atau diganti, agar terhindar dari disorganisasi  psikologis. Di
minangkabau misalnya dimana menurut tradisi wanita mempunyai keududukan
penting karena garis keturunan yang matrilineal, terlihat adanya suatu
kecenderungan di mana hubungan antara anggota keluarga batih lebih erat.
Hubungan antara anak-anak dengan ayahnya yang semula dianggap  tidak
mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap anak-anak sebab ayah dianggap sebagai
orang luar cenderung menguat.
2.    Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan
Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan (avenue or channel of
change) merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan.
Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama,rekreasi dan seterusnya. Apabila
lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut sebagai suatu sistem sosial
digambarkan, maka coraknya sebagai berikut:
Organisasi politik

Organisasi keagamaan
Organisasi pendidikan
Organisasi ekonomi
Organisasi hukum
Lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut di atas merupakan suatu
struktur apabila mencakup hubungan antar lembaga-lambaga kemasyarakatan yang
mempunyai pola-pola tertentu dankeserasian tertentu.
Dengan singkat dapatlah dikatakan bahwa saluran tersebut  berfungsi agar sesuatu
perubahan dikenal, diterima, diakui serta dipergunakan oleh khalayak ramai, atau
dengan singkat, mengalami  proses institutionalization (pelembagaan)
3.     Disorganisasi (disintergrasi) dan reorganisasi (reintergrasi)
a.    pengertian
Disorganisasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada
bagian-bagian dari suatu kebulatan, misalnya masyarakat, agar dapat
berfungsi sebagai organisasi, harus ada keserasian antar bagian-bagianya.
Kriteria terjadinya disorganisasi antara lain terletak pada persoalan apakah
organisasi tersebut berfungsi secara semestinya atau tidak baik, masalah lain
yang sering timbul adalah disorganisasi dalam masyarakat acapkali
dihubungkan dengan moral yaitu anggapan-anggapan tentang apa yang baik
dan apa yang buruk.
Suatu disorganisasi atau disintergrasi mungkin dapat dirumuskan
sebagai suatu proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam
masyarakat, karena perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan. Sedangkan reorganisasi atau reintergrasi adalah
suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru agar serasi
dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami
perubahan.
Tahap reorganisasi dilaksanakan apabilanorma-norma dan nilai-nilai
yang baru telah melembaga (institutionalized) dalam diri warga masyarakat.
Berasil tidaknya proses pelembagaan (institutionalization) tersebut dalam
masyarakat, mengikuti formula sebagai berikut.
Yang dimaksud dengan efektivitas menanam adalah hasil positif
penggunaan tenaga manusia, alat, organisasi dan metode didalam
menanamkan lembaga baru. Semakin besar kemampuan tenaga manusia,
alat-alat yang dipakai organisasi yang tertibnya dan system penanaman
sesuai dengan kebudayaan masyarakat makin besar pula hasil yang dapat
dicapai oleh usaha penanaman lembaga baru itu.
b.    Suatu gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi
Gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi dalam
masyarakat pernah dilukiskan oleh William.I.Thomas dan Florian Znaniecki
dalam karya klasiknya yang berjudul The Polish Peasant in Europe and
Amerika. Khusus tentang On disorganization and Reorganization mereka
membentangkan pengaruh dari suatu masyarakat yang tradisional dan
masyarakat yang modern terhadap jiwa anggotanya, watak atau jiwa
seseorang sedikit banyak merupakan pencerminan kebudayaan
masyarakatnya. Pada masyarakat-masyarakat tradisional, aktivitas seseorang
sepenuhnya berada di bawah kepentingan masyarakatnya.Segala sesuatu
didasarkan pada tradisi dan setiap usaha untuk mengubah suatu unsur saja,
itu berarti bahwa sedang ada usaha untuk mengubah struktur masyarakat
seluruhnya. Struktur di anggap sesuatu yang suci, tak dapat di ubah-ubah
dengan drastis dan berjalan lambat sekali. Perubahan dari suatu masyarakat
yang tradisional menjadi masyarakat yang modern akan mengakibatkan pula
perubahan dalam jiwa setiap anggota masyarakat itu.
c.    Ketidakserasian perubahan-perubahan dan ketertinggalan budaya
(cultural lag)
Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, tidak selalu
perubahan-perubahan pada unsur-unsur masyarakat dan kebudayaan
mengalami kelainan yang seimbang. Ada unsur-unsur yang dengan cepat
berubah, akan tetapi ada pula unsur-unsur yang sukar untuk berubah.
Biasanya unsur-unsur kebudayaan kebendaan lebih mudah berubah dari
pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Apabila terdapat unsur-unsur yang
tidak mempunyai hubungan yang erat, maka tak ada persoalan mengenai
tidal adanya keseimbangan lajunya perubahan-perubahan. Misalnya suatu
perubahan dalam cara bertani, tidak begitu pengaruh terhadap tarian-tarian
tradisional, akan tetapi sistem pendidikan anak-anak mempunyai hubungan
yang erat dengan dipekerjakannya tenaga-tenaga wanita pada industri,
misalnya, apabila dalam hal ini terjadi ketidakserasian, maka kemungkinan
akan terjadi kegoyahan dalam hubungan antara-antara unsur-unsur tersebut
diatas, sehingga keserasian masyarakat terganggu.
Suatu teori yang terkenal di dalam sosiologi mengenai perubahan
dalam masyarakat adalah teori ketertinggalan budaya (cultural lag) dari
William F.Ogburn, teori tersebut mulai dengan kenyataan bahwa
pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya dalam keseluruhanya
seprti di uraikan sebelumnya, akan tetapi ada bagian yang tumbuh cepat,
sedangkan ada bagian lain yang tumbuhnya lambat. Perbedaan antara
kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat,
dinamakan cultural lag (artinya ketertinggalan kebudayaan), juga suatu
ketertinggalan (lag) terjadi apabila laju perubahan dari dua unsur masyarakat
atau kebudayaan (mungkin juga lebih) yang mempunyai korelasi, tidak
sebanding sehingga unsur yang satu tertinggal oleh unsur lainnya.
2.8 Sikap kritis masyarakat terhadap perubahan sosial dan kebudayaan
Perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat, apapun bentuk dan
jenis unsur yang berubah akan meninggalkan suatu kondisi yang baru. Peralihan dari
kondisi lama kepada kondisi baru tersebut dinamakan transisi.Keadaan lama dan
baru bukan merupakan keadaan yang terpisah, melainkan saling
menyambung.secara singkat dikatakan bahwa kondisi sekarang merupakan hasil dari
proses perubahan di waktu lampau dan kondisi sekarang ini pun akan mengalami
perubahan membentuk keadaan baru di masa depan.
Selain ada unsur-unsur yang berubah, di dalam masyarakat terdapat juga
unsu-unsur sosial dan kebudayaan yang tidak mengalami perubahan.Unsur yang
tidak mengubah unsur kebudayaan fundamental yang diajadikan pedoman hidup,
misalnya ideology.
Selain itu ada pula unsur-unsur sosial atau kebudayaan yang jika berubah
dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan system atau menimbulkan
kegoncangan dalammasyarakat.Bierens  de Hann menyebutkan adanya dua unsur
perubahan didalam masyarakat:
1.    Unsur statika,  yaitu unsur-unsur di dalam masyarakat yang cenderung
mempertahankan sesuatu keadaan untuk tidak berubah, seperti
adanya vested interest atau golongan orang-orang yang menghendaki status
quo(keadaan yang tetap).
2.    Unsur dinamika, yaitu unsur-unsur di dalam masyarakat yang
menghendaki adanya perubahan, misalnya perubahan lingkungan alam,
perubahan struktur sosial, nilai-nilai sosial, dan sebagainya,
Oleh karena itu, masyarakat umum dan masyarakat Indonesia pada
khususnya, hendaknya menyikapi perubahan apapun yang terjadi secara
selektif.Masyarakat Indonesia harus mampu mempertimbangkan kekurangan dan
kelebihan setiap perubahan sosial dan budaya. Perubahan tersebut harus
diantisipasi dengan perilaku-perilaku yang positif. Jangan sampai pada saat terjadi
perubahan sosial dan budaya, masyarakat Indonesia belum punya pegangan nilai
dan norma yang kokoh, sehingga terjadi keadaan anomie. Selain itu, masyarakat
Indonesia hendaknya jangan terlalu bersikap apriori terhadap perubahan sosial dan
budaya, hingga tidak ingin menerima perubahan sama sekali. Sikap apriori ini
menyebabkan ketertinggalan kebudayaan. Kita sadari bahwa perubahan sosial dan
budaya akan terjadi dalam masyarakat selama masyarakat itu masih ada. Sikap
terbaik kita adalah haros selektif dalam menerima perubahan, kita harus mampu
memilih yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-
perubahan.Perubahan mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti
kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas
maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan
tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan
dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan
suatu masyarakat pada suatu waktu dan mebandingkanya dengan susunan dan
kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak
dapat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di  indonesia misalnya,
akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis , tidak maju dan tidak berubah.

Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-


norma sosial, pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan,
lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan
lain sebagainya.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu.Namun
dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya,
sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya.Perubahan-perubahan
mana sering berjalan secara konstan.Ia tersebut memang terikat oleh waktu dan
tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka perubahan terlihat
berlangsung terus, walau diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan
reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan.

3.2   Kritik dan Saran


Makalah yang kami buat masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
berharap pembaca terutama Bapak Dosen dapat memberikan kritik dan saran
konstruktif kepada kami untuk perbaikan makalah agar lebih bagus lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. DR. Soerjono Soekanto, SH, MA,(1990).Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:


Rajawali pers.
Tim Absi Guru, (2007).IPS Terpadu untuk SMP Kelas 3. Jakarta: Erlangga
Wismuliani, Endar dkk, 2009, IPS : untuk SMP dan MTs Kelas IX, Jakarta : Pusat
perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 57 – 67.
http://gurumuda.com/
(http://belajarpsikologi.com/pengertian-perubahan-sosial/)

http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial
http://zahranmirzan.blogspot.com/2013/01/makalah-perubahan-sosial-budaya.html

Anda mungkin juga menyukai