oleh :
KELAS : 4A - PMA
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020
KATA PENGANTAR
Setelah itu kami berharap semoga makalah ini berguna bagi pembaca
meskipun terdapat banyak kekurangsempurnaan di dalamnya. Akhir kata kami
meminta maaf sebesar-besarnya kepada pihak pembaca maupun pengoreksi jika
terdapat kesalahan dalam penulisan, penyusunan maupun kesalahan lain yang tidak
berkenan di hati pembaca mupun pengoreksi, karena hingga saat ini kami masih
dalam proses belajar. Oleh karena itu kami memohon kritik dan sarannya demi
kemajauan bersama.
Serang, Maret 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
3.2 Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-
perubahan.Perubahan mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti
kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas
maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan
tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan
dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan
suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan
kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak
dapat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di indonesia misalnya,
akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis , tidak maju dan tidak berubah.
Pernyataan demikian didasarkan pada pandangan sepintas yang tentu saja kurang
mendalam dan kurang teliti.Karena tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti
pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Orang orang desa sudah mengenal
perdagangan, alat-alat transport modern, bahkan dapat mengakui berita-berita
menggenai daerah lain melalui radio, televisi, dan sebagainya yang kesemuanya
belum dikenal sebelumnya.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-
norma sosial, pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan,
lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan
lain sebagainya. Karena luasnya bidang dimana mungkin terjadi perubahan-
perubahan tersebut maka bilamana seseorang hendak membuat penelitian perlulah
terlebih dahulu ditentukan secara tegas, perubahan apa yang dimaksudnya dasar
penelitiannya mungkin tak akan jelas, apabila hal tersebut tidak dikemukakan
terlebih dahulu.
Dengan diakuinya dinamika sebagai inti jiwa masyarakat banyak sosiolog
modern yang mencurahkan perhatiannya pada masalah-masalah perubahan sosial
dan kebudayaan dalam masyarakat. Masalah tersebut menjadi lebih penting lagi
dalam hubungannya dengan pembangunan ekonomi yang di usahakan oleh banyak
masyarakat Negara-negara yang memperoleh kemerdekaan politiknya setelah
perang dunia II. Sebagian besar ahli ekonomi mula-mula mengira bahwa suatu
masyarakat akan dapat membangun ekonominya dengan cepat, apabila telah
dicukupi dan dipenuhi syarat-syarat yang khusus diperlukan dalam bidang ekonomi.
Akan tetapi pengalaman mereka yang berniat untuk mengadakan pembangunan
ekonomi dalam masyarakat-masyarakat yang baru mulai dengan pembangunan
terbukti bahwa syarat-syarat ekonomis saja tak cukup untuk melancarkan
pembangunan.Di samping itu diperlukan pula perubahan-perubahan masyarakat
yang dapat menetralisasi faktor-faktor kemasyarakatan yang mengalami
perkembangan. Hal ini dapat memperkuat atau menciptakan factor-faktor yang
dapat mendukung pembangunan tersebut. Sebaliknya, perlu diketahui terlebih
dahulu perubahan-perubahan di bidang manakah yang akan terjadi nanti sabagai
akibat dari pembangunan ekonomi dalam masyarakat. Perubahan-perubahan di luar
bidang ekonomi tidak dapat dihindarkan karena setiap perubahan dalam suatu
lembaga kemasyarakatan akan mengakibatkan pula perubahan-perubahan di dalam
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lainnya. Pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan tersebut selalu terkait proses saling mempengaruhi secara timbal
balik.
Para sosiologi pernah mengadakan klasifikasi antara masyarakat-masyarakat
statis dan dinamis. Masyarakat yang statis adalah masyarakat yang sedikit sekali
mengalami perubahan dan berjalan lambat. Masyarakat yang dinamis
adalah masyarakat yang mengalami berbagai perubahan dengan cepat.Jadi setiap
masyarakat, pada suatu masa dapat dianggap sebagai masyarakat yang statis.
Sedangkan pada masyarakat yang lainya, dianggap sebagai masyarakat yang
dinamis. Perubahan-perubahan bukanlah semata-mata berarti suatu kemajuan
(progress) namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang-bidang kehidupan
tertentu.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini
merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-
bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di
bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh
masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu.
Namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat
cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya.Perubahan-
perubahan sering berjalan secara konstan.Ia tersebut memang terikat oleh waktu
dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka perubahan terlihat
berlangsung terus, walau diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan
reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan alam (lingkungan fisik)
Perubahan lingkungan alam fisik (bukan karena faktor manusia) dapat
membawa perubahan pada kehidupan sosial budaya suatu masyarakat. Bencana
alam yang dahsyat dapat mengubah struktur sosial budaya masyarakat
setempat. Contoh banjir dan gempa. Gempa dan gelombang tsunami yang
memporak porandakan Aceh, menyebabkan beberapa penduduk yang bermata
pencaharian sebagai nelayan dievakuasi atau akhirnya pindah ke dataran tinggi
sehingga beralih profesi sebagai petani dan mencoba untuk menekuni pertanian di
daerah tersebut
b. Peperangan
Perang menyebabkan pada banyak aspek. Pihak yang menang pada
umumnya berupaya menerapkan norma-norma dan nilai-nilai yang dianggap paling
benar oleh masyarakat mereka. Contoh : perang antara Amerika dan sekutu
terhadap Irak. Amerika dan sekutu sebagai pihak yang menang, berupaya
mempengaruhi sistem politik, sosial , dan budaya Iraq. Hal ini menyebabkan
perubahan pemerintahan Iraq termasuk perubahan kehidupan sosial negara Iraq
seperti emansipasi kaum perempuan Iraq.
c. Kontak kebudayaan dengan masyarakat lain
Kontak kebudayaan antar masyarakat akan menyebabkan pengaruh positif
dan negatif.Contoh: kontak kebudayaan Indonesia dengan kebudayaa barat
(Eropa). Pengaruh positifyang di dapat oleh masyarakat Indonesia antara lain
berupa transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun pengaruh
negatif yang diperoleh bangsa Indonesia dapat berupa sikap sekelompok anak
muda di dalam masyarakat Indonesia yang kebarat-baratan (westernis).
Organisasi keagamaan
Organisasi pendidikan
Organisasi ekonomi
Organisasi hukum
Lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut di atas merupakan suatu
struktur apabila mencakup hubungan antar lembaga-lambaga kemasyarakatan yang
mempunyai pola-pola tertentu dankeserasian tertentu.
Dengan singkat dapatlah dikatakan bahwa saluran tersebut berfungsi agar sesuatu
perubahan dikenal, diterima, diakui serta dipergunakan oleh khalayak ramai, atau
dengan singkat, mengalami proses institutionalization (pelembagaan)
3. Disorganisasi (disintergrasi) dan reorganisasi (reintergrasi)
a. pengertian
Disorganisasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada
bagian-bagian dari suatu kebulatan, misalnya masyarakat, agar dapat
berfungsi sebagai organisasi, harus ada keserasian antar bagian-bagianya.
Kriteria terjadinya disorganisasi antara lain terletak pada persoalan apakah
organisasi tersebut berfungsi secara semestinya atau tidak baik, masalah lain
yang sering timbul adalah disorganisasi dalam masyarakat acapkali
dihubungkan dengan moral yaitu anggapan-anggapan tentang apa yang baik
dan apa yang buruk.
Suatu disorganisasi atau disintergrasi mungkin dapat dirumuskan
sebagai suatu proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam
masyarakat, karena perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan. Sedangkan reorganisasi atau reintergrasi adalah
suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru agar serasi
dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami
perubahan.
Tahap reorganisasi dilaksanakan apabilanorma-norma dan nilai-nilai
yang baru telah melembaga (institutionalized) dalam diri warga masyarakat.
Berasil tidaknya proses pelembagaan (institutionalization) tersebut dalam
masyarakat, mengikuti formula sebagai berikut.
Yang dimaksud dengan efektivitas menanam adalah hasil positif
penggunaan tenaga manusia, alat, organisasi dan metode didalam
menanamkan lembaga baru. Semakin besar kemampuan tenaga manusia,
alat-alat yang dipakai organisasi yang tertibnya dan system penanaman
sesuai dengan kebudayaan masyarakat makin besar pula hasil yang dapat
dicapai oleh usaha penanaman lembaga baru itu.
b. Suatu gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi
Gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi dalam
masyarakat pernah dilukiskan oleh William.I.Thomas dan Florian Znaniecki
dalam karya klasiknya yang berjudul The Polish Peasant in Europe and
Amerika. Khusus tentang On disorganization and Reorganization mereka
membentangkan pengaruh dari suatu masyarakat yang tradisional dan
masyarakat yang modern terhadap jiwa anggotanya, watak atau jiwa
seseorang sedikit banyak merupakan pencerminan kebudayaan
masyarakatnya. Pada masyarakat-masyarakat tradisional, aktivitas seseorang
sepenuhnya berada di bawah kepentingan masyarakatnya.Segala sesuatu
didasarkan pada tradisi dan setiap usaha untuk mengubah suatu unsur saja,
itu berarti bahwa sedang ada usaha untuk mengubah struktur masyarakat
seluruhnya. Struktur di anggap sesuatu yang suci, tak dapat di ubah-ubah
dengan drastis dan berjalan lambat sekali. Perubahan dari suatu masyarakat
yang tradisional menjadi masyarakat yang modern akan mengakibatkan pula
perubahan dalam jiwa setiap anggota masyarakat itu.
c. Ketidakserasian perubahan-perubahan dan ketertinggalan budaya
(cultural lag)
Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, tidak selalu
perubahan-perubahan pada unsur-unsur masyarakat dan kebudayaan
mengalami kelainan yang seimbang. Ada unsur-unsur yang dengan cepat
berubah, akan tetapi ada pula unsur-unsur yang sukar untuk berubah.
Biasanya unsur-unsur kebudayaan kebendaan lebih mudah berubah dari
pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Apabila terdapat unsur-unsur yang
tidak mempunyai hubungan yang erat, maka tak ada persoalan mengenai
tidal adanya keseimbangan lajunya perubahan-perubahan. Misalnya suatu
perubahan dalam cara bertani, tidak begitu pengaruh terhadap tarian-tarian
tradisional, akan tetapi sistem pendidikan anak-anak mempunyai hubungan
yang erat dengan dipekerjakannya tenaga-tenaga wanita pada industri,
misalnya, apabila dalam hal ini terjadi ketidakserasian, maka kemungkinan
akan terjadi kegoyahan dalam hubungan antara-antara unsur-unsur tersebut
diatas, sehingga keserasian masyarakat terganggu.
Suatu teori yang terkenal di dalam sosiologi mengenai perubahan
dalam masyarakat adalah teori ketertinggalan budaya (cultural lag) dari
William F.Ogburn, teori tersebut mulai dengan kenyataan bahwa
pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya dalam keseluruhanya
seprti di uraikan sebelumnya, akan tetapi ada bagian yang tumbuh cepat,
sedangkan ada bagian lain yang tumbuhnya lambat. Perbedaan antara
kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat,
dinamakan cultural lag (artinya ketertinggalan kebudayaan), juga suatu
ketertinggalan (lag) terjadi apabila laju perubahan dari dua unsur masyarakat
atau kebudayaan (mungkin juga lebih) yang mempunyai korelasi, tidak
sebanding sehingga unsur yang satu tertinggal oleh unsur lainnya.
2.8 Sikap kritis masyarakat terhadap perubahan sosial dan kebudayaan
Perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat, apapun bentuk dan
jenis unsur yang berubah akan meninggalkan suatu kondisi yang baru. Peralihan dari
kondisi lama kepada kondisi baru tersebut dinamakan transisi.Keadaan lama dan
baru bukan merupakan keadaan yang terpisah, melainkan saling
menyambung.secara singkat dikatakan bahwa kondisi sekarang merupakan hasil dari
proses perubahan di waktu lampau dan kondisi sekarang ini pun akan mengalami
perubahan membentuk keadaan baru di masa depan.
Selain ada unsur-unsur yang berubah, di dalam masyarakat terdapat juga
unsu-unsur sosial dan kebudayaan yang tidak mengalami perubahan.Unsur yang
tidak mengubah unsur kebudayaan fundamental yang diajadikan pedoman hidup,
misalnya ideology.
Selain itu ada pula unsur-unsur sosial atau kebudayaan yang jika berubah
dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan system atau menimbulkan
kegoncangan dalammasyarakat.Bierens de Hann menyebutkan adanya dua unsur
perubahan didalam masyarakat:
1. Unsur statika, yaitu unsur-unsur di dalam masyarakat yang cenderung
mempertahankan sesuatu keadaan untuk tidak berubah, seperti
adanya vested interest atau golongan orang-orang yang menghendaki status
quo(keadaan yang tetap).
2. Unsur dinamika, yaitu unsur-unsur di dalam masyarakat yang
menghendaki adanya perubahan, misalnya perubahan lingkungan alam,
perubahan struktur sosial, nilai-nilai sosial, dan sebagainya,
Oleh karena itu, masyarakat umum dan masyarakat Indonesia pada
khususnya, hendaknya menyikapi perubahan apapun yang terjadi secara
selektif.Masyarakat Indonesia harus mampu mempertimbangkan kekurangan dan
kelebihan setiap perubahan sosial dan budaya. Perubahan tersebut harus
diantisipasi dengan perilaku-perilaku yang positif. Jangan sampai pada saat terjadi
perubahan sosial dan budaya, masyarakat Indonesia belum punya pegangan nilai
dan norma yang kokoh, sehingga terjadi keadaan anomie. Selain itu, masyarakat
Indonesia hendaknya jangan terlalu bersikap apriori terhadap perubahan sosial dan
budaya, hingga tidak ingin menerima perubahan sama sekali. Sikap apriori ini
menyebabkan ketertinggalan kebudayaan. Kita sadari bahwa perubahan sosial dan
budaya akan terjadi dalam masyarakat selama masyarakat itu masih ada. Sikap
terbaik kita adalah haros selektif dalam menerima perubahan, kita harus mampu
memilih yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-
perubahan.Perubahan mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti
kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas
maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan
tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan
dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan
suatu masyarakat pada suatu waktu dan mebandingkanya dengan susunan dan
kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak
dapat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di indonesia misalnya,
akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis , tidak maju dan tidak berubah.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial
http://zahranmirzan.blogspot.com/2013/01/makalah-perubahan-sosial-budaya.html