Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SOSIAL BUDAYA

Perubahan Sosisal Budaya Dalam Masyarakat

Disusun Oleh :
YOPAN SATRIA ALAM

1011011133
Dosen Penbimbing :
NURUL ARIYANI, S.S

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER


(STMIK)
DIAN CIPTA CENDIKIA (DCC) LAMPUNG
KOTABUMI
2012

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
akhirnya penulis dapat menyusun Makalah Ilmiah ini dalam rangka menyelesaikan tugas yang
dibebankan kepada kami pada Mata Kuliah Teknik Presentasi di Perguruan Tinggi DCC
Kotabumi Lampung Utara.
Setelah penulis melaksanakan penelitian, dan mencari sumber data yang diperlukan dalam
penyusunan makalan ini maka penulis dapat mengetahui, memahami dan mengerti apa yang
berkaitan dengan perubahan social budaya dalam masyarakat.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Meskipun
demikian, Penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi siapapun yang membaca
dan Penulis mengharapkan masukan yang berupa saran dan kritiknya dari Bapak/Ibu Dosen serta
rekan-rekan semua.
Ucapan terima kasih kepada miss Nurul Ariyani S,s sebagai dosen pembimbing dan sekaligus
sebagai dosen mata kuliah Teknik Presentasi.

Kotabumi, 20 Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
COVER ........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI .............iii
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah ..1
1.2. Identifikasi Masalah 2
1.3. Batasan Masalah .....3
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...3
Bab II Pembahasan
2.1. Pengertian Perubahan Sosial ......4
2.2. Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Buaya .....5
2.3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Budaya 7
2.4.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan ...8
2.5.
Proses Perubahan Sosial Budaya ...8
2.5.1 Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
2.5.2 Proses Evolusi Sosial
2.5.3. Proses Difusi
2.5.4. Akulturasi Dan Asimilasi
2.5.5. Pembaruan (Inovasi)
2.6.
Perubahan Dan Fenomena Sosial ...15
Bab III Penutup
3.1.
Kesimpulan ....23
3.2.
Saran ..24
Daftar Pustaka ........25

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Setiap individu yang hidup bermasyarakat selama ia hidup pasti mengalami peubahanperubahan, perubahan dalam arti yang tidak mencolok atau tidak menarik, perubahan yang
bersifat terbatas maupun yang tidak tidak menarik, perubahan yang bersifat terbatas maupun
yang luas, serta ada pula perubahan yang lambat sekali, tetapi itu ada juga yang berjalan dengan
cepat. Perubahan-perubahan pada masyarakat atau individu hanya akan dapat dilihat apabila
seseorang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan
membandingkannya dengan susunan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau.

Perubahan-perubahan pada masyarakat tentu dapat mengenali nilai-nilai sosial, norma-norma


sosial, pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekeuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.
Masyarakat Indonesia saat ini sedang mengalami masa pancaroba yang amat dahsyat sebagai
akibat tuntutan reformasi secara menyeluruh. Sedang tuntutan reformasi itu berpangkal pada
kegiatan pembangunan nasional yang menerapkan teknologi maju untuk mempercepat
pelaksanaannya. Di lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu menuntut acuan
nilai-nilai budaya, masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multi kulturalnya itu seolah-olah
mengalami kelimbungan dalam menata kembali tatanan sosial, politik dan kebudayaan dewasa
ini.

1.2.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maka masalah-masalah yang di identifikasi :


1. Proses Perubahan Sosial Budaya
2. Perubahan dan Fenomena Sosial

1.3.

Batasan Masalah

Jika membahas mengenai perubahan sistem sosial budaya indonesia ini tentunya sangatlah
panjang namun, perlu penulis cantumkan batasan dari pembahasan ini, yaitu antara lain
pengertian perubahan sosial, beberapa bentuk peruabahan sosial dan budaya, faktor-faktor
menyebabkan perubahan sosial, faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan, proses
peubahan social budaya, perubahan dan fenomena social.

1.4.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik
Presentasi serta untuk menambah wawasan dan ilmu tentang Sosial Budaya.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah supaya semua pembaca paham tentang adanya
perubahan social dan budaya khususnya pada masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

Pengertian Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsurunsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat di
pengaruhi

oleh

unsur-unsur

eksternal

sistem sosial lama

meninggalkan

pola

kehidupan,

budaya, dan

kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-

polakehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.

Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyrakat untuk meniggalkanunsur-unsur
budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih menggunakan unsur-unsur budaya dan
sistem sosial yang baru. Seluruh kehidupan masyarakat baik pada tingkatan individual,
kelompok, Negara, dan dunia yang mengalami perubahan.

Hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek sebagai berikut, yaitu:
perubahan pola pikir masyarakat, perubahan prilaku masyrakat .
2.2.

Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan

Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan kedalam beberapa bentuk, yaitu:
a.

Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat


Perubahan secara lambat ini yang memerlukan waktu yang sangat lama, dan rentetanrentetan perubahan yang kecil yang saling mengikuti dengan lambat di namakan evolusi.Pada
evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu.Perubahan
tersebut

terjadi karena usaha masyarakat untuk

menyesuaikan diri

dengan keperluan-

keperluan, keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat. Sedangkan perubahan sosial yang berlangsung dengancepat dan menyangkut dasardasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat ( yaitu lembaga-lembaga kemasyrakatan
lazimnya disebut revolusi ).

b. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar


Perubahan kecil

adalah

perubahan

yang

terjadi

pada

unsur-unsur struktur

sosial

yangTidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat.
Contohperubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian.

Perubahan

besar

adalah perubahan

sosial yangmembawa pengaruh

yang terjadi

langsung atau

pengaruh

pada

unsur-unsur

berarti

bagi

struktur
masyarakat.

Contoh perubahanbesar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi


bagi pola kehidupan masyarakat.

c. Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau
Tidak Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau
yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakanperubahan
didalam masyrakat.

Perubahan

ini

dibuat

oleh masyarakat sendiri yang menginginkan perubahan tersebut. Sedangkan perubahan sosial
yang tidak dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa
terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung diluar jangkauan dan pengawasan masyarakat dan dapat
menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Dan apabila
perubahan yang tidak direncanakan tersebut berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan
yang dikehendaki, perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang demikian besarnya
terhadap perubahan-perubahan yang dikehendaki. Dengandemikian keadaan tersebut tidak
mungkin diubah tanpa mendapat halangan-halanganmasyarakat itu sendiri, atau dengan kata
lain, perubahan yang dikehendaki lebih diterima oleh masyarakat dengan cara mengadakan
perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga

kemasyakatan yang ada

atau

dengan cara

membentuk yang baru. Sering kali terjadi perubahan yang dikehendaki bekerja sama dengan
perubahan yang tidak dikehendaki dankedua proses tersebut saling menghargai.

2.3.
a.

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Budaya


Sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri diantaranya:

1. Bertambah dan berkurangnya penduduk


2. Penemuan-penemuan baru
3. Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi didalam tubuh masyarakt itu sendiri

b.

Sebab-sebab yang berasal dai luar masyarakat

1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada disekitar manusia
2. Peperangan dengan negara lain
3. Pengaruh kebudayan masyrakat lain.

2.4.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan

a.

Faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan

1.

Kontak dengan kebudayaan lain

2.

sistem pendidkan yang maju

3.

sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju

4.

sistem lapisan masyarakat yang terbuka

b.

faktor-faktor yang mengahambat terjadinya perubahan


Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

2.

Perkembangan ilmu pengetehuan yang terlambat

3.

Sikap masyarakat yang tradisonalistis dan sikap pasrah masyarakat

2.5.

1.

Proses Perubahan Sosial Budaya

Konsep-konsep penting dalam proses perubahan sosial antara lain internalisasi (internalization),
sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation). Kemudian ada juga evolusi
kebudayaan (cultural evolution) yang mengamati perkembangan kebudayaan manusia dari
bentuk yang sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Serta juga ada
difusi (diffusion) yaiu penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan
bangsa-bangsa di muka bumi. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing
oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses akulturasi (acculturation) dan asimilasi (assimilation).
Akhirnya ada proses pemabaharuan atau inovasi (innovation), yang berhubungan erat dengan
penemuan baru (discovery dan invention).

2.5.1

Proses Belajar Kebudayaan Sendiri

Proses internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai saaat
ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang individu terus belajar untuk
mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang membentuk kepribadiannya. Perasaan
pertama yang diaktifkan dalam kepribadian saat bayi dilahirkan adalah rasa puas dan tak puas,
yang menyebabkan ia menangis.

Proses sosialisasi, semua pola tindakan individu-individu yang menempati berbagai kedudukan
dalam masyarakatnya yang dikumpai seseorang dalam kehidupannya sehari-hari sejak ia
dilahirkan. Para individu dalam masyarakat yang berbeda-beda juga mengalami proses
sosialisasi yang berbeda-beda, karena proses itu banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan
serta lingkungan sosial yang bersangkutan. Penelitian dilapangan telah dapat menghasilkan
pengumpulan bahan mengenai adat istiadat pengasuhan anak, kebiasaan-kebiasaan dalam
kehidupan seksual, dan riwayat hidup yang rinci dari sejumlah individu.individu-individu yang
mengalami berbagai hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi atau enkulturasinya,
sehingga individu seperti itu mengalami kesukaran dalam menyesuaikan kepribadiannya dengan
lingkungan sosial sekitarnya.

2.5.2. Proses Evolusi Sosial


Proses Mikroskopik dan Makroskopik Dalam Evolusi Sosial. Proses evolusi dapat dianalisa
secara mendetail (makroskopik) tetapi dapat dilihat secara keseluruhan, dengan hanya
memperhatikan perubahan-perubahan besar yang telah terjadi (makroskopik). Proses evolusi
sosial budaya secara makroskopik yang terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang, dalam
antropologi disebut Proses-proses pemberi arah, atau directional proses.

Proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya. Dalam antropologi, perhatian terhadap
proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya baru timbul sekitar tahun 1920 bersama
dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat.

Dalam meneliti masalah ketegangan antara adat istiadat yang berlaku dengan kebutuhan yang
dirasakan oleh beberapa individu dalam suatu masyarakat, perlu diperhatikan dua konsep yang
berbeda, yaitu (1) kebudayaan sebagai kompleks dari komsep norma-norma, pandanganpandangan, dan sebagainya, yang bersifat abstrak (yaitu sistem budaya), dan (2) kebudayaan
sebagai serangkaian tindakan yang konkrit, dimana para individu saling berinteraksi (yaitu
sistem sosial). Kedua sistem tersebut sering saling bertentangan, dan dengan mempelajari
konflik-konfliks yang ada dalam setiap masyarakat itulah dapat diperoleh pengertian mengenai
dinamika masyarakat pada umumnya.

2.5.3. Proses Difusi


Penyebaran manusia dalam Ilmu paleoantropologi memperkirakan bahwa makhluk manusia
yang pertama hidup didaerah sabana beriklim tropis di Afrika Timur. Manusia sekarang telah
menduduki hampir seluruh muka bumi dengan berbagai jenis lingkungan iklim yang berbedabeda. Hal itu hanya mungkin terjadi dengan proses pengembangbiakan, migrasi, serta adaptasi
fisik dan sosial budaya, yang berlangsung beratus ratus ribu tahun lamanya.

Penyebaran unsur-unsur kebudayaan. Bersama dengan penyebaran dan migrasi kelompokkelompok manusia, turut tersebar pula berbagai unsur kebudayaan. Sejarah dari proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang disebut proses difusi itu merupakan salah satu objek
penelitian ilmu antropologi, terutama sub ilmu antropologi diakronik. Proses difusi dari unsurunsur kebudayaan antara lain diakibatkan oleh migrasi bangsa-bangsa yang berpindah dari suatu
tempat ketempat lain dimuka bumi.

Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan kelompokkelompok manusia atau bangsa-bangsa, tetapi karena unsur-unsur kebudayaan itu memang
sengaja dibawa oleh individu-individu tertentu, seperti para pedagang dan pelaut. Bentuk difusi
yang terutama mendapat perhatian antropologi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang
berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu-individu dari berbagai kelompok yang
berbeda.

2.5.4. Akulturasi Dan Asimilasi


Akulturasi yaitu Proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsurunsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.

Kalau masalah-masalah mengenai akulturasi kita ringkas, akan tampak 5 golongan masalah,
yaitu :
1. Masalah tentang metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu proses
akulturasi dalam suatu masyarakat.
2. Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah dan tidak mudah diterima oleh suatu
masyarakat.
3. Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan yang mudah dan tidak mudah diganti atau diubah oleh
unsur-unsur kebudayaan asing.
4. Masalah mengenai jenis-jenis individu yang tidak menemui kesukaran dan cepat diterima unsur
kebudayaan asing, dan jenis-jenis individu yang sukar dan lamban dalam menerimanya.
5. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan serta krisis-krisis sosial yang muncul akibat
akulturasi.

Dalam meneliti jalannya suatu proses akulturasi, seorang peneliti sebaiknya memperhatikan
beberapa hal, yaitu :
1. Keadaan sebelum proses akulturasi dimulai.
2. Para individu pembawa unsur-unsur kebudayaan asing.
3. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsusr-unsur kebudayaan asing untuk masuk kedalam
kebudayaan penerima.
4.

Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh.

5.

Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing.

Asimilasi Adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas
dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing berubah menjadi unsurunsur kebudayaan campuran.

Dari berbagai proses asimilasi pernah diteliti, diketehui bahwa pergaulan intensif saja belum
tentu mengakibatkan terjadinya suatu proses asimilasi, tanpa adanya toleransi dan simpati antara
kedua golongan.

2.5.5. Pembaruan ( inovasi )


Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal
serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga terbentuk
suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Suatu proses inovasi tentu berkaitan penemuan
baru dalam teknologi, yang biasanya merupakan suatu proses sosial yang melalui tahap
discovery dan invension.

Pendorong penemuan baru. Faktor-faktor yang menjadi pendorong bagi seorang individu untuk
memulai serta mengembangkan penemuan baru adalah (1) kesadaran akan kekurangan dalam
kebudayaan; (2) mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan; (3) sistem perangsang bagi
kegiatan mencipta. Penemuan baru sering kali terjadi saat ada suatu krisis masyarakat, dan suatu
krisis terjadi karena banyak orang merasa tidak puas karena mereka melihat kekurangankekurangan yang ada di sekelilingnya.

Dengan demikian proses inovasi itu merupakan suatu proses evolulusi juga. Bedanya ialah
bahwa dalam proses inovasi para individu berperan secara aktif, sedangkan dalam proses evolusi
para individu itu pasif, bahkan seringkali negatif.

2.6.

Perubahan Dan Fenomena Sosial

Logis sekali kalau contoh-contoh penerimaan perubahan paling besar bila unsur perubahan itu
merupakan akibat dari kebutuhan di dalam masyarakat itu sendiri. Ini dapat merupakan usaha
suatu masyarakat, untuk beradaptasi secara ekonomis dengan revolusi teknologi yang melanda
seluruh dunia, meskipun dampak perubahan itu mungkin terasa dalam masyarakat seluruhnya.
Perubahan peranan wanita di Afrika, atau sebenamya juga di Amerika Serikat, dapat dianggap
sebagai contoh perubahan seperti itu. Akan tetapi, perubahan sering dipaksakan dari luar
kebudayaan, biasanya oleh kolonialisme melalui penaklukan.

Perubahan kebudayaan selain terjadi karena adanya mekanisme perubahan seperti yang telah
dijelaskan di atas, bisa juga terjadi karena adanya perubahan secara paksa. Bentuk-bentuk
perubahan kebudayaan secara paksa adalah kolonialisme. Penaklukan, pemberontakan dan
revolusi. Kolonilasme dan penaklukan biasanya ditandai oleh kemenangan militer Negara
penjajah/penakluk

dan

pemindah

tanganan

kekuasaan

politik

tradisional

ke

tangankolonial/penakluk. Penduduk asli yang ditaklukkan tidak mampu menolak perubahan


yangdipaksakan. Kegiatan-kegiatan tradisional di bidang ekonomi, politik, agama, sosial dibatasi

dan dipaksa untuk melakukan kegiatan-kegiatan baru yang cenderung mengisolasikan individu
dan merusak integrasi sosialnya. Perubahan kebudayaan secara paksa melalui kolonialisme dan
penaklukan terjadi pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Politik kolonilalisme
dikembangkan oleh negara-negara, seperti Belanda, Portugal, Inggris, Perancis,Spanyol dan
Amerika serikat.Tidak mengherankan jika unsur-unsur budaya negara penjajahsampai sekarang
masih ditemukan dan diterapkan di negara-negara bekas jajahan. Unsur-unsur bahasa, agama,
system politik negara colonial dapat ditemukan di negara bekas jajahannya.

Apabila kolonialisme dan penaklukan merupakan bentuk perubahan kebudayaan secara paksa
yang berasal dari luar, maka pemberontakan dan revolusi dapat timbul dari dalam masyarakat itu
sendiri. Pemberontakan dan revolusi muncul karena kondisi-kondisi yang dianggap kurang
menguntungkan bagi sebagian besar masyarakat. Kondisi yang dimaksud bisa berupa ketidak
adilan dalam distribusi (kekayaan/material dan kekuasaan), munculnya perasaan benci pada

kelompok yang dianggap sebagai penindas dan hilangnya kepercayaan penguasa. Menurut
Haviland (1988: 268) terdapat lima kondisi sebagai pencetus timbulnya pemberontakan dan
revolusi, yaitu: (1) hilangnya kewibawaan pejabat-pejabat yang kedudukan-nya mantap, sering
sebagai kegagalan politik luar negeri, kesulitan keuangan, pemecatan menteri yang popular, atau
perubahan kebijakan yang popular, (2) Bahaya terhadap kemajuan ekonomi yang baru dicapai.
Di Perancis dan Rusia, golongan penduduk, golongan profesi dan pekerja di kota-kota yang
nasib ekonominya mengalami perbaikan sebelumnya, tertimpa oleh kesulitan-kesulitan yang
tidak terduga-duga, seperti tajamnya kenaikan pangan dan pengangguran, (3) Ketidak tegasan
pemerintah, seperti kebijaksanaan yang tidak konsisten. Pemerintah yang demikian itu
kelihatannya seperti dikendalikan dan tidak mengendalikan peristiwa, (4) Hilangnya dukungan
dari kelas cendekiawan. Kehilangan seperti itu oleh pemerintah-pemerintah prarevolusi di
Perencis danRusia menyebab-kan pemerintah kehilangan dukungan falsafahnya, yang
menyebabkan mereka kehilangan popularitas dilingkungan cendekiawan, (5) Pemimpin atau
kelompok pemimpin yang memiliki kharisma cukup besar untuk menggerak kan sebagian besar
rakyat ,melawan pemerintah.

Kelima kondisi di atas dapat dijadikan sebagai acuan untuk menganalisis perubahan kebudayaan
melalui pemberontakan dan revolusi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 (masa
reformasi). Pada saat itu Presiden Soeharto, kabinet serta kroninya sudah kehilangan
kewibawaan di mata rakyatnya, karena dianggap gagal membenahi persoalan ekonomi politik
yang terjadi. Tingkat inflasi yang tinggi, korupsi, kolusi dan nepotisme yang merajalela
mengakibatkan kehidupan rakyat semakin sengsara. Rakyat semakin tidak percaya dengan rezim
orde baru. Kalangan cendekiawan dan akademisi mulai mencabut dukungannya serta menuntut
untuk segera mundur. Munculnya pemimpin informal yang kharismatik, seperti Amin Rais, Gus
Dur, Megawati Soekarnoputri, Hamengkubuwono X yang memiliki pengaruh besar untuk
menggerakkan rakyat. Dimotori oleh gerakan mahasiswa dan didukung oleh pemimpin
karismatik, akhirnya terjadilah perubahan besar-besaran diIndonesia yang diawali dengan
mundurnya Soeharto dari jabatan Presiden pada 21 Mei 1998.

Salah satu produk sampingan kolonialisme adalah tumbuhnya antropologi terapan dan
digunakannya teknik dan pengetahuan antropologi untuk keperluan "praktis.Dengandemikian,
tidak salah bila antropologi Inggris sering dipandang sebagai "hamba" politik kolonial negara
tersebut, karena mereka umumnya dipaksa menyediakan informasi yangberguna untuk tetap
mempertahankan kekuasaan pemerintahan kolonial di daerah jajahannya. Di Amerika Serikat,
para ahli antropologi dari abad-19 sangat mendambakan kegunaan disiplin mereka, dan
tidak jarang mereka turun tangan membantu orang-orang Indian Amerika, tempat mereka
bekerja. Awal abad ini, karya Franz Boas, yang hampir seorang diri melatih satu generasi ahli
antropologi di Amerika Serikat, telah membantu pemerintah untuk mengubah politik imigrasi
negara tersebut.Dalam tahun 1930-an para ahli antropologi menanggapi sejumlah studi yang
dilakukan di lingkungan industri dan lembaga-lembaga lainnya, untuk tujuan-tujuan
terapan.Timbulnya Perang Dunia II timbullah pekerjaan-pekerjaan khusus di bidang administrasi
kolonial di luar perbatasan nenua Amerika,khususnya di daerah Pasifik, yang dikerjakan oleh
pegawai-pegawai yang telah mendapat latihan di bidang antropologi.

Timbulnya kebangkitan orang-orang Jepang untuk melawan tentara sekutu jugadisebabkan oleh
pengaruh dari para ahli antropologi dalam menentukan struktur pendudukanAmerika Serikat.
Eksperimen-eksperimen Amerika Utara yang dimaksudkan untuk memadu kebudayaan kolonial
dengan struktur pribumi dengan kekacauan yang sekecil mungkin, jugatelah berhasil.Meskipun
banyak di antara studi itu diakui memang untuk kepentingan sandimiliter, akan tetapi itu semua
juga bermanfaat untuk program pengembangan ilmu pengetahuan.

Akan tetapi, seperti yang tercermin dalam beberapa kepustakaan awal tentang hubungan antara
bangsa-bangsa Eropa dengan kelompok-kelompok penduduk asli, tidak mengandung pengertian
antropologis dan sering tidak ada perikemanusiaan sama sekali.Pertemuan antara kolonialis
dengan penduduk pribumi di beberapa tempat sering mengakibatkan kematian besar-besaran,
kesengsaraan yang memilukan, dan keruntuhan komunitas atau yang lebih dikenal sebagai
"kerusakan kebudayaan" (culture crash).Keruntuhan tradisi komunitas seperti di atas yang
ditandai dengan terjadinya khaos atau ketidakstabilan sosial dan kecemasan setiap individu,

sering diikuti dengan terjadinya pendudukan kolonial.Ini sama sekali tidak berarti, bahwa
masyarakat tradisional itu tidak mengenal bentrokan sebelum berhubungan dengan peradaban
lain, tetapi berarti bahwa pertentangan-pertentangan tersebut dapat diatasi melalui lembagalembaga kebudayaanya.

Kebudayaan asli pada awal-awal terjadinya pendudukan umumnya berantakan,karena lembagalembaga tradisional yang diciptakan untuk mengatasi ketegangan atau pertentangan diantara
masyarakat pendukung sebuah kebudayaan tidak diperbolehkan oleh para penguasa kolonial
untuk menangani perubahan baru yang cepat dan tidak pada tempatnya dalam konteks sistem
tradisional itu.Perubahan yang terlalu cepat dalam system nilai, misalnya, menyebabkan bagianbagian lain dari kebudayaan menjadi ketinggalan.

Kadang-kadang penduduk pribumi memperlihatkan kekuatan dan daya tahan yang besar dalam
menghadapi dominasi Eropa, dimana mereka menemukan dan melakukan cara-cara yang kreatif
dan cerdik untuk mengkounternya. Penduduk yang dimaksud orang-orangTrobriand yang berada
di bawah pemerintahan kolonial Inggris. Para misionaris suatu ketikamemperkenalkan sebuah
permainan tradisional Inggris bernama cricket kepada masyarakat Trobriand yang menjadi
daerah jajahan negaranya. Akan tetapi, semua penduduk berusaha dan sepakat untuk
membendung masuknya permainan Inggris secara utuh dengan menjadikannya sebagai suatu
pertandingan yang benar-benar bersifat Trobriand.Tidak"primitif" dan juga tidak terlalu sesuai
dengan bentuk aslinya di Inggris.Cricket ala Trobriand yang kreatif ini disejajarkan dengan
kegiatan-kegiatan yang khas, yang tetap mempertahankan pentingnya pandangan-pandangan
pokok dalam kebudayaan pribumi itu.Semua orang yang berkepentingan dengan permainan itu
kelihatan gembira dan bangga, dan para pemainnyasama semangatnya untuk memamerkan
siapakah diantara mereka itu mampu mencetak nilai.Mulai dari mengecat mukanya sebagai tanda
persiapan untuk bermain, nyanyian tim yang membawakan lagu-lagu yang bernada "kasar", taritarian rombongan yang saling member semangat, tidak dapat diragukan lagi, bahwa setiap
pemain bermain demi kepentingannya sendiri, demi kemasyhuran timnya, dan demi ratusan
gadis-gadis cantik yang biasanya menonton pertandingan itu.

Kasus-kasus akulturasi yang paling ekstrim biasanya terjadi sebagai akibat dari kemenangan
militer dan pemindahtanganan kekuasaan politik tradisional ke tangan parapenakluk, yang tidak
mengetahui apa-apa tentang kebudayaan yang mereka kuasai.Rakyatpribumi, yang tidak mampu
menolak perubahan-perubahan yang dipaksakan, karena kegiatan-kegiatan tradisional mereka di
bidan sosial, agama dan ekonomi juga turut dibatasi, sehingga mereka dengan terpaksa
melakukan kegiatan-kegiatan baru yang cenderung mengisolasikan individu dan mengoyakkoyak integrasi sosialnya.Sistem perbudakan di Amerika Serikatpada masa kolonialnya,
merupakan contoh yang paling terkenal, yang memberi penjelasan tentang masalah hubungan
antar-ras yang dahulu dikemas dalam istilah "inferioritas rasial."Perlu juga saya kemukakan di
sini, bahwa sistem perbudakan yang terjadi di Amerika pada awalnya tidak hanya terjadi di
Amerika Serikat saja, tetapi juga hingga ke negara-negara bagian, seperti di daerah-daerah
perkebunan di Kepulauan Karibia dan di daerah-daerah pantai Amerika Selatan
BAB III
PENUTUP

3.1.

Kesimpulan

Dalam makalah ini kami menyimpulkan Masyarakat manusia di manapun tempatnya pasti
mendambakan kemajuan dan peningkatan kesejahteraan yang optimal. Kondisi masyarakat
secara obyektif merupakan hasil tali temali antara lingkungan alam, lingkungan sosial serta
karakteristik individu.. Perjalanan panjang dalam rentangan periode kesejarahan telah mengajak
masyarakat manusia menelusuri hakikat kehidupan dan tata cara kehidupan yang berkembang
pesat hidup. Ruang gerak perubahan itupun juga berlapis-lapis, dimulai dari kelompok terkecil
seperti keluarga sampai pada kejadian yang paling lengkap mencakup tarikan kekuatan
kelembagaan dalam masyarakat.

Perubahan sosial adalah suatu proses yang luas,lengkap yang mencakup suatu tatanan kehidupan
manusia. Perubahan sosial akan mempengaruhi segala aktivitas maupun orientasi pendidikan
yang berlangsung. Sebagai bagian dari pranata sosial, tentunya pendidikan akan ikut terjaring
dalam hukum-hukum perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Sebaliknya, pendidikan
sebagai wadah pengembangan kualitas manusia dan segala pengetahuan tentunya menjadi agen
penting yang ikut menentukan perubahan social masyarakat ke depan.

Budaya sangat erat sekali dengan kehidupan kita di masyarakat. Kebudayaan ini pasti terdapat di
dalam masyarakat di seluruh belahan dunia. Oleh karena itu, marilah kita jaga bersama budaya
yang telah kita miliki dan janganlah kita serahkan kebudayaan ini kepada Negara lain.

3.2.

SARAN

Penulis menyarankan supaya kita semua baik penulis maupun pembaca mau untuk menjaga
budaya kita dan janganlah menghilangkannya Karena itu merupakan hal yang sangat berharga
sekali.Penulis juga menyarankan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan masalah budaya
khususnya di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini

DAFTAR PUSTAKA
http://bintangriyadi.blogspot.com/2008/01/dinamika-masyarakat-dan kebudayaan.html
http://www.pdf-search-engine.com/teori-perubahan-sosial-menurut-ahli-pdf.html
Soelaeman, Munandar. 2005 Ilmu Budaya Dasar. Refika Aditama. Bandung
Sjafri Sairin, 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia:Perspektif Antropologi. Pustaka
Belajar. Yogyakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya

http://wikan2004.multiply.com/journal/item/2/Ringkasan
Materi_Perubahan _Sosial_Budaya Enoh, Moh. 1994. Geografi regional asia Sub Region Jepang
Surabaya :IKIP

Anda mungkin juga menyukai