Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI SOSIAL
“PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DALAM MASYARAKAT”

Dosen pengampu:

Drs. FERRY VICTOR I A KOAGOUW M.Si


Dra. SINTJE ANEKE RONDONUWU M.Si
Dr. GRACE JANE WALELENG S.Sos, M.Si

MAKALAH

DISUSUN OLEH

FARHAN ASLAH – 210811050072

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL & POLITIK

PRODI ILMU KOMUNIKASI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karuniaNya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Perubahan Sosial Dalam Masyarakat”.

Dalam penyusuanan makalah ini, saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalh ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembacanya. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini terdapat kelebihan dan kekurangannya sehingga kami mengharap kritik
dan saran yang dapat memperbaiki untuk penulisan makalah selanjutnya.

Manado, 14 NOVEMBER 2022

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1. Pengertian Perubahan Sosial 2
2.2. Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Buaya 2
2.3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Budaya 3
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan 3
2.5. Proses Perubahan Sosial Budaya 4
2.6. Perubahan Dan Fenomena Sosial 7
2.7. Contoh Kasus yang Ada di Masyarakat 11
BAB III PENUTUP 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Setiap individu yang hidup bermasyarakat selama ia hidup pasti mengalami peubahan-
perubahan, perubahan dalam arti yang tidak mencolok atau tidak menarik, perubahan yang
bersifat terbatas maupun yang tidak tidak menarik, perubahan yang bersifat terbatas maupun
yang luas, serta ada pula perubahan yang lambat sekali, tetapi itu ada juga yang berjalan
dengan cepat. Perubahan-perubahan pada masyarakat atau individu hanya akan dapat dilihat
apabila seseorang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu
waktu dan membandingkannya dengan susunan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu
yang lampau.

Perubahan-perubahan pada masyarakat tentu dapat mengenali nilai-nilai sosial, norma-norma


sosial, pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekeuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.

Masyarakat Indonesia saat ini sedang mengalami masa pancaroba yang amat dahsyat sebagai
akibat tuntutan reformasi secara menyeluruh. Sedang tuntutan reformasi itu berpangkal pada
kegiatan pembangunan nasional yang menerapkan teknologi maju untuk mempercepat
pelaksanaannya. Di lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu menuntut acuan
nilai-nilai budaya, masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multi kulturalnya itu seolah-
olah mengalami kelimbungan dalam menata kembali tatanan sosial, politik dan kebudayaan
dewasa ini.

1.2. Rumusan masalah Masalah

Berdasarkan latar belakang maka masalah-masalah yang di identifikasi :

1. Proses Perubahan Sosial Budaya

2. Perubahan dan Fenomena Sosial

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik
Presentasi serta untuk menambah wawasan dan ilmu tentang Sosial Budaya.

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah supaya semua pembaca paham tentang adanya
perubahan social dan budaya khususnya pada masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua
unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat di
pengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola kehidupan, budaya, dan sistem
sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya,
dan sistem sosial yang baru.

Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyrakat untuk meniggalkan unsur-
unsur budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih menggunakan unsur-unsur budaya
dan sistem sosial yang baru. Seluruh kehidupan masyarakat baik pada tingkatan individual,
kelompok, Negara, dan dunia yang mengalami perubahan.

Hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek sebagai berikut, yaitu:
perubahan pola pikir masyarakat, perubahan prilaku masyrakat .

2.2. Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan

Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan kedalam beberapa bentuk, yaitu:

a. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat

Perubahan secara lambat ini yang memerlukan waktu yang sangat lama, dan rentetan-rentetan
perubahan yang kecil yang saling mengikuti dengan lambat di namakan evolusi. Pada
evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu.
Perubahan tersebut terjadi karena usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan
keperluan-keperluan, keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan
pertumbuhan masyarakat. Sedangkan perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat dan
menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat ( yaitu lembaga-
lembaga kemasyrakatan lazimnya disebut ‘revolusi’ ).

b. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang Tidak
membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan
kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian.

Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang
membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan
besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan
masyarakat.
c. Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki
atau Tidak Direncanakan

Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau
yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan
perubahan didalam masyrakat. Perubahan ini dibuat oleh masyarakat sendiri yang
menginginkan perubahan tersebut. Sedangkan perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau
direncanakan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa terjadi tanpa dikehendaki,
berlangsung diluar jangkauan dan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan
timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Dan apabila perubahan
yang tidak direncanakan tersebut berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang
dikehendaki, perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang demikian besarnya
terhadap perubahan-perubahan yang dikehendaki. Dengan demikian keadaan tersebut tidak
mungkin diubah tanpa mendapat halangan-halangan masyarakat itu sendiri, atau dengan kata
lain, perubahan yang dikehendaki lebih diterima oleh masyarakat dengan cara mengadakan
perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyakatan yang ada atau dengan cara
membentuk yang baru. Sering kali terjadi perubahan yang dikehendaki bekerja sama dengan
perubahan yang tidak dikehendaki dan kedua proses tersebut saling menghargai.

2.3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Budaya

A. Sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri diantaranya:

1. Bertambah dan berkurangnya penduduk

2. Penemuan-penemuan baru

3. Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat

4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi didalam tubuh masyarakt itu sendir

B. Sebab-sebab yang berasal dai luar masyarakat

1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada disekitar manusia

2. Peperangan dengan negara lain

3. Pengaruh kebudayan masyrakat lain.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan

A. Faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan

1. Kontak dengan kebudayaan lain


2. sistem pendidkan yang maju

3. sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju

4. sistem lapisan masyarakat yang terbuka

B. faktor-faktor yang mengahambat terjadinya perubahan

1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

2. Perkembangan ilmu pengetehuan yang terlambat

3. Sikap masyarakat yang tradisonalistis dan sikap pasrah masyarakat

2.5. Proses Perubahan Sosial Budaya

Konsep-konsep penting dalam proses perubahan sosial antara lain internalisasi


(internalization), sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation). Kemudian ada
juga evolusi kebudayaan (cultural evolution) yang mengamati perkembangan kebudayaan
manusia dari bentuk yang sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks.
Serta juga ada difusi (diffusion) yaiu penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh
perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur
kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses akulturasi (acculturation) dan
asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pemabaharuan atau inovasi (innovation), yang
berhubungan erat dengan penemuan baru (discovery dan invention).

A. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri

Proses internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai
saaat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang individu terus belajar
untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang membentuk kepribadiannya.

Perasaan pertama yang diaktifkan dalam kepribadian saat bayi dilahirkan adalah rasa puas
dan tak puas, yang menyebabkan ia menangis.

Proses sosialisasi, semua pola tindakan individu-individu yang menempati berbagai


kedudukan dalam masyarakatnya yang dikumpai seseorang dalam kehidupannya sehari-hari
sejak ia dilahirkan. Para individu dalam masyarakat yang berbeda-beda juga mengalami
proses sosialisasi yang berbeda-beda, karena proses itu banyak ditentukan oleh susunan
kebudayaan serta lingkungan sosial yang bersangkutan. Penelitian dilapangan telah dapat
menghasilkan pengumpulan bahan mengenai adat istiadat pengasuhan anak, kebiasaan-
kebiasaan dalam kehidupan seksual, dan riwayat hidup yang rinci dari sejumlah
individu.individu-individu yang mengalami berbagai hambatan dalam proses internalisasi,
sosialisasi atau enkulturasinya, sehingga individu seperti itu mengalami kesukaran dalam
menyesuaikan kepribadiannya dengan lingkungan sosial sekitarnya.

B. Proses Evolusi Sosial

Proses Mikroskopik dan Makroskopik Dalam Evolusi Sosial. Proses evolusi dapat dianalisa
secara mendetail (makroskopik) tetapi dapat dilihat secara keseluruhan, dengan hanya
memperhatikan perubahan-perubahan besar yang telah terjadi (makroskopik). Proses evolusi
sosial budaya secara makroskopik yang terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang,
dalam antropologi disebut ”Proses-proses pemberi arah”, atau directional proses.

Proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya. Dalam antropologi, perhatian terhadap
proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya baru timbul sekitar tahun 1920 bersama
dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat.

Dalam meneliti masalah ketegangan antara adat istiadat yang berlaku dengan kebutuhan yang
dirasakan oleh beberapa individu dalam suatu masyarakat, perlu diperhatikan dua konsep
yang berbeda, yaitu (1) kebudayaan sebagai kompleks dari komsep norma-norma,
pandangan-pandangan, dan sebagainya, yang bersifat abstrak (yaitu sistem budaya), dan (2)
kebudayaan sebagai serangkaian tindakan yang konkrit, dimana para individu saling
berinteraksi (yaitu sistem sosial). Kedua sistem tersebut sering saling bertentangan, dan
dengan mempelajari konflik-konfliks yang ada dalam setiap masyarakat itulah dapat
diperoleh pengertian mengenai dinamika masyarakat pada umumnya.

C. Proses Difusi

Penyebaran manusia dalam Ilmu paleoantropologi memperkirakan bahwa makhluk manusia


yang pertama hidup didaerah sabana beriklim tropis di Afrika Timur. Manusia sekarang telah
menduduki hampir seluruh muka bumi dengan berbagai jenis lingkungan iklim yang berbeda-
beda. Hal itu hanya mungkin terjadi dengan proses pengembangbiakan, migrasi, serta
adaptasi fisik dan sosial budaya, yang berlangsung beratus ratus ribu tahun lamanya.

Penyebaran unsur-unsur kebudayaan. Bersama dengan penyebaran dan migrasi kelompok-


kelompok manusia, turut tersebar pula berbagai unsur kebudayaan. Sejarah dari proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang disebut proses difusi itu merupakan salah satu
objek penelitian ilmu antropologi, terutama sub ilmu antropologi diakronik. Proses difusi dari
unsur-unsur kebudayaan antara lain diakibatkan oleh migrasi bangsa-bangsa yang berpindah
dari suatu tempat ketempat lain dimuka bumi.
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-
kelompok manusia atau bangsa-bangsa, tetapi karena unsur-unsur kebudayaan itu memang
sengaja dibawa oleh individu-individu tertentu, seperti para pedagang dan pelaut. Bentuk
difusi yang terutama mendapat perhatian antropologi adalah penyebaran unsur-unsur
kebudayaan yang berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu-individu dari berbagai
kelompok yang berbeda.

D. Akulturasi Dan Asimilasi

Akulturasi yaitu Proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga
unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.

Kalau masalah-masalah mengenai akulturasi kita ringkas, akan tampak 5 golongan masalah,
yaitu :

1. Masalah tentang metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu


proses akulturasi dalam suatu masyarakat.

2. Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah dan tidak mudah diterima
oleh suatu masyarakat.

3. Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan yang mudah dan tidak mudah diganti atau
diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing.

4. Masalah mengenai jenis-jenis individu yang tidak menemui kesukaran dan cepat diterima
unsur kebudayaan asing, dan jenis-jenis individu yang sukar dan lamban dalam
menerimanya.

5. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan serta krisis-krisis sosial yang muncul akibat


akulturasi.

Dalam meneliti jalannya suatu proses akulturasi, seorang peneliti sebaiknya memperhatikan
beberapa hal, yaitu :

1. Keadaan sebelum proses akulturasi dimulai.

2. Para individu pembawa unsur-unsur kebudayaan asing.

3. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsusr-unsur kebudayaan asing untuk masuk kedalam
kebudayaan penerima.

4. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh.

5. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing.


Asimilasi Adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan
latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga
sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing berubah
menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.

Dari berbagai proses asimilasi pernah diteliti, diketehui bahwa pergaulan intensif saja belum
tentu mengakibatkan terjadinya suatu proses asimilasi, tanpa adanya toleransi dan simpati
antara kedua golongan.

E. Pembaruan ( inovasi )

Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan
modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga
terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Suatu proses inovasi tentu
berkaitan penemuan baru dalam teknologi, yang biasanya merupakan suatu proses sosial
yang melalui tahap discovery dan invension.

Pendorong penemuan baru. Faktor-faktor yang menjadi pendorong bagi seorang individu
untuk memulai serta mengembangkan penemuan baru adalah (1) kesadaran akan kekurangan
dalam kebudayaan; (2) mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan; (3) sistem perangsang
bagi kegiatan mencipta. Penemuan baru sering kali terjadi saat ada suatu krisis masyarakat,
dan suatu krisis terjadi karena banyak orang merasa tidak puas karena mereka melihat
kekurangan-kekurangan yang ada di sekelilingnya.

Dengan demikian proses inovasi itu merupakan suatu proses evolulusi juga. Bedanya ialah
bahwa dalam proses inovasi para individu berperan secara aktif, sedangkan dalam proses
evolusi para individu itu pasif, bahkan seringkali negatif.

2.6. Perubahan Dan Fenomena Sosial

Logis sekali kalau contoh-contoh penerimaan perubahan paling besar bila unsur perubahan
itu merupakan akibat dari kebutuhan di dalam masyarakat itu sendiri. Ini dapat merupakan
usaha suatu masyarakat, untuk beradaptasi secara ekonomis dengan revolusi teknologi yang
melanda seluruh dunia, meskipun dampak perubahan itu mungkin terasa dalam masyarakat
seluruhnya. Perubahan peranan wanita di Afrika, atau sebenamya juga di Amerika Serikat,
dapat dianggap sebagai contoh perubahan seperti itu. Akan tetapi, perubahan sering
dipaksakan dari luar kebudayaan, biasanya oleh kolonialisme melalui penaklukan.

Perubahan kebudayaan selain terjadi karena adanya mekanisme perubahan seperti yang telah
dijelaskan di atas, bisa juga terjadi karena adanya perubahan secara paksa. Bentuk-bentuk
perubahan kebudayaan secara paksa adalah kolonialisme. Penaklukan, pemberontakan dan
revolusi. Kolonilasme dan penaklukan biasanya ditandai oleh kemenangan militer Negara
penjajah/penakluk dan pemindah tanganan kekuasaan politik tradisional ke
tangankolonial/penakluk. Penduduk asli yang ditaklukkan tidak mampu menolak perubahan
yangdipaksakan. Kegiatan-kegiatan tradisional di bidang ekonomi, politik, agama, sosial
dibatasi

dan dipaksa untuk melakukan kegiatan-kegiatan baru yang cenderung mengisolasikan


individu dan merusak integrasi sosialnya. Perubahan kebudayaan secara paksa melalui
kolonialisme dan penaklukan terjadi pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Politik
kolonilalisme dikembangkan oleh negara-negara, seperti Belanda, Portugal, Inggris,
Perancis,Spanyol dan Amerika serikat.Tidak mengherankan jika unsur-unsur budaya negara
penjajahsampai sekarang masih ditemukan dan diterapkan di negara-negara bekas jajahan.
Unsur-unsur bahasa, agama, system politik negara colonial dapat ditemukan di negara bekas
jajahannya.

Apabila kolonialisme dan penaklukan merupakan bentuk perubahan kebudayaan secara paksa
yang berasal dari luar, maka pemberontakan dan revolusi dapat timbul dari dalam masyarakat
itu sendiri. Pemberontakan dan revolusi muncul karena kondisi-kondisi yang dianggap
kurang menguntungkan bagi sebagian besar masyarakat. Kondisi yang dimaksud bisa berupa
ketidak adilan dalam distribusi (kekayaan/material dan kekuasaan), munculnya perasaan
benci pada kelompok yang dianggap sebagai penindas dan hilangnya kepercayaan penguasa.
Menurut Haviland (1988: 268) terdapat lima kondisi sebagai pencetus timbulnya
pemberontakan dan revolusi, yaitu: (1) hilangnya kewibawaan pejabat-pejabat yang
kedudukan-nya mantap, sering sebagai kegagalan politik luar negeri, kesulitan keuangan,
pemecatan menteri yang popular, atau perubahan kebijakan yang popular, (2) Bahaya
terhadap kemajuan ekonomi yang baru dicapai. Di Perancis dan Rusia, golongan penduduk,
golongan profesi dan pekerja di kota-kota yang nasib ekonominya mengalami perbaikan
sebelumnya, tertimpa oleh kesulitan-kesulitan yang tidak terduga-duga, seperti tajamnya
kenaikan pangan dan pengangguran, (3) Ketidak tegasan pemerintah, seperti kebijaksanaan
yang tidak konsisten. Pemerintah yang demikian itu kelihatannya seperti dikendalikan dan
tidak mengendalikan peristiwa, (4) Hilangnya dukungan dari kelas cendekiawan. Kehilangan
seperti itu oleh pemerintah-pemerintah prarevolusi di Perencis danRusia menyebab-kan
pemerintah kehilangan dukungan falsafahnya, yang menyebabkan mereka kehilangan
popularitas dilingkungan cendekiawan, (5) Pemimpin atau kelompok pemimpin yang
memiliki kharisma cukup besar untuk menggerak kan sebagian besar rakyat ,melawan
pemerintah.

Kelima kondisi di atas dapat dijadikan sebagai acuan untuk menganalisis perubahan
kebudayaan melalui pemberontakan dan revolusi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-
1998 (masa reformasi). Pada saat itu Presiden Soeharto, kabinet serta kroninya sudah
kehilangan kewibawaan di mata rakyatnya, karena dianggap gagal membenahi persoalan
ekonomi politik yang terjadi. Tingkat inflasi yang tinggi, korupsi, kolusi dan nepotisme yang
merajalela mengakibatkan kehidupan rakyat semakin sengsara. Rakyat semakin tidak percaya
dengan rezim orde baru. Kalangan cendekiawan dan akademisi mulai mencabut dukungannya
serta menuntut untuk segera mundur. Munculnya pemimpin informal yang kharismatik,
seperti Amin Rais, Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, Hamengkubuwono X yang memiliki
pengaruh besar untuk menggerakkan rakyat. Dimotori oleh gerakan mahasiswa dan didukung
oleh pemimpin karismatik, akhirnya terjadilah perubahan besar-besaran diIndonesia yang
diawali dengan mundurnya Soeharto dari jabatan Presiden pada 21 Mei 1998.

Salah satu produk sampingan kolonialisme adalah tumbuhnya antropologi terapan dan
digunakannya teknik dan pengetahuan antropologi untuk keperluan
"praktis”.Dengandemikian, tidak salah bila antropologi Inggris sering dipandang sebagai
"hamba" politik kolonial negara tersebut, karena mereka umumnya dipaksa menyediakan
informasi yangberguna untuk tetap mempertahankan kekuasaan pemerintahan kolonial di
daerah jajahannya. Di Amerika Serikat, para ahli antropologi dari abad-19 sangat
mendambakan kegunaan disiplin mereka, dan tidak jarang mereka turun tangan membantu
orang-orang Indian Amerika, tempat mereka bekerja. Awal abad ini, karya Franz Boas, yang
hampir seorang diri melatih satu generasi ahli antropologi di Amerika Serikat, telah
membantu pemerintah untuk mengubah politik imigrasi negara tersebut.Dalam tahun 1930-an
para ahli antropologi menanggapi sejumlah studi yang dilakukan di lingkungan industri dan
lembaga-lembaga lainnya, untuk tujuan-tujuan terapan.Timbulnya Perang Dunia II timbullah
pekerjaan-pekerjaan khusus di bidang administrasi kolonial di luar perbatasan nenua
Amerika,khususnya di daerah Pasifik, yang dikerjakan oleh pegawai-pegawai yang telah
mendapat latihan di bidang antropologi.

Timbulnya kebangkitan orang-orang Jepang untuk melawan tentara sekutu jugadisebabkan


oleh pengaruh dari para ahli antropologi dalam menentukan struktur pendudukanAmerika
Serikat. Eksperimen-eksperimen Amerika Utara yang dimaksudkan untuk memadu
kebudayaan kolonial dengan struktur pribumi dengan kekacauan yang sekecil mungkin,
jugatelah berhasil.Meskipun banyak di antara studi itu diakui memang untuk kepentingan
sandimiliter, akan tetapi itu semua juga bermanfaat untuk program pengembangan ilmu
pengetahuan.

Akan tetapi, seperti yang tercermin dalam beberapa kepustakaan awal tentang hubungan
antara bangsa-bangsa Eropa dengan kelompok-kelompok penduduk asli, tidak mengandung
pengertian antropologis dan sering tidak ada perikemanusiaan sama sekali.Pertemuan antara
kolonialis dengan penduduk pribumi di beberapa tempat sering mengakibatkan kematian
besar-besaran, kesengsaraan yang memilukan, dan keruntuhan komunitas atau yang lebih
dikenal sebagai "kerusakan kebudayaan" (culture crash).Keruntuhan tradisi komunitas seperti
di atas yang ditandai dengan terjadinya khaos atau ketidakstabilan sosial dan kecemasan
setiap individu, sering diikuti dengan terjadinya pendudukan kolonial.Ini sama sekali tidak
berarti, bahwa masyarakat tradisional itu tidak mengenal bentrokan sebelum berhubungan
dengan peradaban lain, tetapi berarti bahwa pertentangan-pertentangan tersebut dapat diatasi
melalui lembaga-lembaga kebudayaanya.
Kebudayaan asli pada awal-awal terjadinya pendudukan umumnya berantakan,karena
lembaga-lembaga tradisional yang diciptakan untuk mengatasi ketegangan atau pertentangan
diantara masyarakat pendukung sebuah kebudayaan tidak diperbolehkan oleh para penguasa
kolonial untuk menangani perubahan baru yang cepat dan tidak pada tempatnya dalam
konteks sistem tradisional itu.Perubahan yang terlalu cepat dalam system nilai, misalnya,
menyebabkan bagian-bagian lain dari kebudayaan menjadi ketinggalan.

Kadang-kadang penduduk pribumi memperlihatkan kekuatan dan daya tahan yang besar
dalam menghadapi dominasi Eropa, dimana mereka menemukan dan melakukan cara-cara
yang kreatif dan cerdik untuk mengkounternya. Penduduk yang dimaksud orang-
orangTrobriand yang berada di bawah pemerintahan kolonial Inggris. Para misionaris suatu
ketikamemperkenalkan sebuah permainan tradisional Inggris bernama “cricket” kepada
masyarakat Trobriand yang menjadi daerah jajahan negaranya. Akan tetapi, semua penduduk
berusaha dan sepakat untuk membendung masuknya permainan Inggris secara utuh dengan
menjadikannya sebagai suatu pertandingan yang benar-benar bersifat
Trobriand.Tidak"primitif" dan juga tidak terlalu sesuai dengan bentuk aslinya di
Inggris.Cricket ala Trobriand yang kreatif ini disejajarkan dengan kegiatan-kegiatan yang
khas, yang tetap mempertahankan pentingnya pandangan-pandangan pokok dalam
kebudayaan pribumi itu.Semua orang yang berkepentingan dengan permainan itu kelihatan
gembira dan bangga, dan para pemainnyasama semangatnya untuk memamerkan siapakah
diantara mereka itu mampu mencetak nilai.Mulai dari mengecat mukanya sebagai tanda
persiapan untuk bermain, nyanyian tim yang membawakan lagu-lagu yang bernada "kasar",
tari-tarian rombongan yang saling member semangat, tidak dapat diragukan lagi, bahwa
setiap pemain bermain demi kepentingannya sendiri, demi kemasyhuran timnya, dan demi
ratusan gadis-gadis cantik yang biasanya menonton pertandingan itu.

Kasus-kasus akulturasi yang paling ekstrim biasanya terjadi sebagai akibat dari kemenangan
militer dan pemindahtanganan kekuasaan politik tradisional ke tangan parapenakluk, yang
tidak mengetahui apa-apa tentang kebudayaan yang mereka kuasai.Rakyatpribumi, yang
tidak mampu menolak perubahan-perubahan yang dipaksakan, karena kegiatan-kegiatan
tradisional mereka di bidan sosial, agama dan ekonomi juga turut dibatasi, sehingga mereka
dengan terpaksa melakukan kegiatan-kegiatan baru yang cenderung mengisolasikan individu
dan mengoyak-koyak integrasi sosialnya.Sistem perbudakan di Amerika Serikatpada masa
kolonialnya, merupakan contoh yang paling terkenal, yang memberi penjelasan tentang
masalah hubungan antar-ras yang dahulu dikemas dalam istilah "inferioritas rasial."Perlu juga
saya kemukakan di sini, bahwa sistem perbudakan yang terjadi di Amerika pada awalnya
tidak hanya terjadi di Amerika Serikat saja, tetapi juga hingga ke negara-negara bagian,
seperti di daerah-daerah perkebunan di Kepulauan Karibia dan di daerah-daerah pantai
Amerika Selatan.
2.7. 10 Contoh perubahan sosial budaya

Jika di paragraf di atas sudah membahas beberapa hal penting dalam perubahan sosial
budaya. Sekarang waktunya masuk ke bab contoh perubahan sosial budaya. Saat
membicarakan tentang contoh kasus, memang ada banyak sekali. Diantaranya sebagai
berikut.
1. Contoh perubahan sosial budaya yang bersifat besar

20 tahun yang lalu pertanian di Indonesia masih menggunakan cara-cara sederhana dan
manual. Mulai dari semai padi, menanam padi, perawatan padi hingga panen padi sekalipun
masih menggunakan sederhana. Namun, sekarang sudah tidak lagi. Jika dulu menyemai
padi masih disemai di lahan persawahan, sekarang bisa disemai di dalam ruangan dan
menggunakan teknologi canggih.
Jika dulu menanam padi menggunakan cara manual, ditanam menggunakan tenaga
manusia, sekarang sudah bisa menggunakan mesin otomotif. Begitupun saat tiba waktu
panen. Tidak lagi dipanen dengan tenaga manusia, tetapi sudah bisa dipanen secara
otomatis menggunakan traktor. Kini, dunia pertanian sudah semakin canggih.
Tentu saja perubahan budaya ini ada sebagian yang menerima dengan baik dan ada juga
yang menolak. Bagi petani desa, terkendala oleh biaya akan menolak cara ini. karena mesin
yang digunakan pun harganya mahal. Namun sebagian yang punya uang, lebih memilih
cara ini karena lebih cepat proses kerjanya.
2. Contoh perubahan sosial budaya yang bersifat kecil
Perubahan yang tidak berpengaruh besar adalah perubahan lifestyle. Contoh yang sering
kita temukan adalah perubahan gaya berpakaian. Dulu, masyarakat terbiasa berpakaian
tidak berhijab. Sebaliknya, dahulu orang yang berhijab hanya segelintir orang. Kini
berubah, hampir sebagian besar sudah menggunakan hijab dalam kehidupan sehari-hari.

Karena faktor lingkungan yang tinggi menggunakan hijab inilah yang mendorong orang-
orang disekitar kita menggunakan hijab bukan karena kewajiban. Tetapi karena pengaruh
lingkungan dan fashion. Meskipun demikian, perubahan sosial budaya seperti ini tidak
sampai menimbulkan konflik dan pertentangan besar dalam masyarakat.
3. Contoh perubahan sosial budaya yang dipengaruhi oleh Negara lain
Sebagai Negara jajahan yang pernah dijajah oleh bangsa Barat. Ternyata Indonesia juga
mengalami perubahan sosial budaya loh. Salah satu pengaruh positifnya adalah Terjadi
transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga Indonesia bisa melek teknologi
mutakhir dan terbaru dari Negara-negara barat.

Sayangnya, bagi sebagian masyarakat justru terseret pada hal yang kurang baik. Misalnya
berpengaruh pada gaya hidup orang-orang barat seperti minum-minuman keras,
terpengaruh dalam budaya pergaulan yang tidak mengindahkan sopan santun kepada orang
yang lebih tua dan pengaruhi pola hidup.
4. Contoh perubahan sosial Budaya dalam Keagamaan
Salah satu contoh perubahan budaya yang berkaitan dengan keagamaan adalah budaya
dalam agama islam. Indonesia dikenal sebagai Negara islam yang ternyata juga sudah
mengalami akulturasi budaya. Bagi orang islam, tentu saja sudah tidak asing lagi dengan
menara bukan?

Yap, beberapa masjid pasti ada menara. Kata menara inilah yang ternyata bentuk dari
akulturasi budaya. Seperti yang diceritakan oleh Gus Muwafiq tentang asal usul nama
menara di setiap masjid. Dahulu sebelum islam diperkenalkan, lelehur kita sudah memiliki
keyakinan sendiri.
Jadi sebelum Sayidina Ali ke Persia, para leluhur memiliki tuhan dan menyembah Api.
Begitu ikut islam, Apinya hilang. Tapi masih ada beberapa yang menyembah api di depan
masjid, dan dibangun tiang tinggi untuk api yang disebut manoro.
Akhirnya orang Majusi mampu menghilangkan api, dan terbentuklah menara di setiap
masjid. Kemudian dicontoh sedunia di setiap masjid dibuat menara. Nah, dari cerita ini
menunjukan bahwa terjadi akulturasi sosial budaya bahkan sebelum masa penjajahan
masuk di Indonesia.
5. Contoh perubahan sosial budaya pada bangunan
Orang Jawa Tengah pastinya sudah tidak asing dengan Masjid Demak bukan? Masjid
Demak salah satu masjid tertua di Jawa. Di Yogyakarta juga punya, di sana ada masjid
Kotagede, sebagai masjid Mataram Islam pertama kali. Dari segi bangunan, kedua masjid
memiliki peleburan budaya dari leluhur kita.

Contohnya pada masjid Kotagede, bagian atap tersusun seperti kuil, hindu Asia Selatan.
Sedangkan dari pola arsitektur di dunia Islam, di sana juga ada corak Ottoman dari
Byzantium, Ada corak India dan Syro-egypto. Bahkan, banyak juga ditemukan bangunan
masjid yang dipengaruhi oleh seni bangunan era kerajaan Hindu-Budha.
6. Contoh perubahan sosial budaya kebudayaan jawa lama masa Mataram islam
Seperti yang dikutip oleh Fikrah, VOl. I, No. 2, Juli-Desember 2014 ternyata perubahan
sosial budaya sudah dilakukan sejak era Mataram Islam. Sultan Agung mengeluarkan
kebijakan agar kebudayaan lama Jawa (era Hindu-Budha) diakulturasikan dengan ajaran-
ajaran Islam. Kebijakan Sultan Agung ini menghasilkan akulturasi budaya, sebagai berikut.

 Grebeg disesuaikan dengan hari besar Islam, yaitu hari raya idul fitri dan Maulid
Nabi, yang disebut Grebeg Poso dan Grebeg Mulud.
 Gamelan Sekaten dibunyikan pada Grebeg Mulud, dipukul di halaman masjid
Agung.
Tahun Caka (baca: Saka) -peninggalan era HinduBudha- yang berdasarkan perjalanan
matahari, tahun Caka pada tahun 1633 M telah menunjukkan tahun 15550 Saka tidak lagi
ditambah dengan hitungan matahari, tetapi dengan hitungan yang didasarkan pada
perjalanan bulan, sesuai dengan model tahun Hijriyah. Tahun yang baru disusun itu disebut
tahun Jawa dan sampai sekarang tetap dipakai.
7. Perubahan Sosial Pada Komunikasi
Pada zaman dulu komunikasi antar orang sangatlah mudah karena tidak adanya alat
komunikasi yang sudah baik. Apabila ingin mengajak untuk kumpul, biasanya seseorang
akan mengabarkan secara langsung melalui surat atau datang langsung.

Namun, dengan adanya perubahan sosial proses berubahnya teknologi juga akan
berpengaruh kepada keadaan sosial dan budaya cara komunikasi seseorang. Sekarang, apa-
apa itu bisa langsung telefon atau bahkan yang sudah memiliki whatsApp bisa mengadakan
janjian melalui aplikasi pesan tersebut.

8. Perubahan Sosial Budaya dalam Hal Bahasa


Mayoritas bahasa untuk berbicara pada masyarakat yang tradisional menggunakan bahasa
daerah masing-masing. Nah, sekarang perbedaanya adalah sudah semakin berkembangnya
teknologi dan paparan media sosial, bahasa seseorang sudah mulai berubah juga.

Misalkan, bagi kalian yang awalnya waktu SD – SMA di daerah masing-masing, bahasa
kalian akan menggunakan bahasa daerah tetapi kalau sudah kuliah dan kerja akan terbiasa
dengan lingkungan baru dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Namun, kedepan lagi perubahan ini juga bahaya untuk keberlangsungan hidup bahasa
daerah kita. Indonesia kaya akan jumlah bahasanya, namun jika sudah luntur dan orang
didalamnya tidak lagi menggunakan bahasa tersebut untuk bicara maka akan lupa dan
hilang juga.
9. Perubahan Sektor Pertanian dan Perkebunan
Semakin banyak nih anak-anak yang bercita-cita menjadi pegawai dan akhirnya lahan
pertanian banyak yang tidak diurus. Bahkan, sampai-sampai lahan pertanian tersebut
banyak dimanfaatkan di berdayakan. Akhirnya, lahan tersebut dijual untuk tempat hunian,
seperti membangun perumahan atau berdagang.

Perubahan sosial dan cara pandang sekarang mengubah mindset seseorang dari desa untuk
bisa bekerja di perantuan kota menjadi pegawai. Padahal, tanpa makan kita tidak bisa
bekerja dan sehat.
10. Cara Berpakaian
Dahulu hampir semua masyarakat memakai pakaian adat, dengan kemajuan dan
perkembangan, masyarakat secara bertahap mulai meninggalkan pakaian adat dan memakai
pakaian yang menjadi modis. Bahkan, sekarang banyak juga berkembang baju muslim yang
modis.

Oleh karenanya, tetap berpakain sopan yang baik dan pastinya selalu bisa momodifikasi
supaya terlihat stylist dan juga memenuhi norma-norma yang ada.
11. Contoh perubahan sosial dalam kehidupan sehari-hari
Berikut ini daftar contoh perubahan sosial dan bahkan juga perubahan budaya dalam
kehidupan kita sehari-hari.

 Gaya Berpakaian
 Gaya Komunikasi yang serba digital
 Perilaku anak banyak yang kurang sopan karena dampak lingkungan dan tontonan
 Hilangnya permainan tradisional
 Pudarnya acara bersama dan kumpul di masyarakat
 Kurang fasih berbahasa daerah asal
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dalam makalah ini kami menyimpulkan Masyarakat manusia di manapun tempatnya pasti
mendambakan kemajuan dan peningkatan kesejahteraan yang optimal. Kondisi masyarakat
secara obyektif merupakan hasil tali temali antara lingkungan alam, lingkungan sosial serta
karakteristik individu.. Perjalanan panjang dalam rentangan periode kesejarahan telah
mengajak masyarakat manusia menelusuri hakikat kehidupan dan tata cara kehidupan yang
berkembang pesat hidup. Ruang gerak perubahan itupun juga berlapis-lapis, dimulai dari
kelompok terkecil seperti keluarga sampai pada kejadian yang paling lengkap mencakup
tarikan kekuatan kelembagaan dalam masyarakat.

Perubahan sosial adalah suatu proses yang luas,lengkap yang mencakup suatu tatanan
kehidupan manusia. Perubahan sosial akan mempengaruhi segala aktivitas maupun orientasi
pendidikan yang berlangsung. Sebagai bagian dari pranata sosial, tentunya pendidikan akan
ikut terjaring dalam hukum-hukum perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat.
Sebaliknya, pendidikan sebagai wadah pengembangan kualitas manusia dan segala
pengetahuan tentunya menjadi agen penting yang ikut menentukan perubahan social
masyarakat ke depan.

Budaya sangat erat sekali dengan kehidupan kita di masyarakat. Kebudayaan ini pasti
terdapat di dalam masyarakat di seluruh belahan dunia. Oleh karena itu, marilah kita jaga
bersama budaya yang telah kita miliki dan janganlah kita serahkan kebudayaan ini kepada
Negara lain.

3.2. SARAN

Penulis menyarankan supaya kita semua baik penulis maupun pembaca mau untuk menjaga
budaya kita dan janganlah menghilangkannya Karena itu merupakan hal yang sangat
berharga sekali.Penulis juga menyarankan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan
masalah budaya khususnya di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini
DAFTAR PUSTAKA

http://bintangriyadi.blogspot.com/2008/01/dinamika-masyarakat-dan kebudayaan.html

http://www.pdf-search-engine.com/teori-perubahan-sosial-menurut-ahli-pdf.html

Soelaeman, Munandar. 2005 Ilmu Budaya Dasar. Refika Aditama. Bandung

Sjafri Sairin, 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia:Perspektif Antropologi. Pustaka


Belajar. Yogyakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya

http://wikan2004.multiply.com/journal/item/2/Ringkasan Materi_Perubahan _Sosial_Budaya


Enoh, Moh. 1994. Geografi regional asia Sub Region Jepang Surabaya :IKIP

Anda mungkin juga menyukai