Tentang
OLEH :
Dengan mengucapkan puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, akhirnya penulis dapat menyusun Makalah Ilmiah ini dalam rangka menyelesaikan tugas
yang dibebankan kepada .
Setelah penulis melaksanakan penelitian, dan mencari sumber data yang diperlukan
dalam penyusunan makalan ini maka penulis dapat mengetahui, memahami dan mengerti apa
yang berkaitan dengan masalah social budaya dalam masyarakat.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Meskipun
demikian, Penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi siapapun yang membaca
dan Penulis mengharapkan masukan yang berupa saran dan kritiknya dari Bapak/Ibu Guru serta
rekan-rekan semua.
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ........................................................................................................................i
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………..1
1.2. Identifikasi Masalah …………………………………………………………2
1.3. Batasan Masalah ……………………………………………………….…....3
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………….…..3
Bab II Pembahasan
2.1. Pengertian Perubahan Sosial ..……………………………………….…..….4
2.2. Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Buaya ..………………….….…….5
2.3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Budaya …………7
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan ……….…..8
2.5. Proses Perubahan Sosial Budaya …………………………………………...8
2.5.1 Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
2.5.2 Proses Evolusi Sosial
2.5.3. Proses Difusi
2.5.4. Akulturasi Dan Asimilasi
2.5.5. Pembaruan (Inovasi)
2.6. Perubahan Dan Fenomena Sosial ……………………………………..….15
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan ……………………………………………………….……...23
3.2. Saran ………………………………………………………………….….24
Daftar Pustaka ...……………………………………………………………….....25
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap individu yang hidup bermasyarakat selama ia hidup pasti mengalami peubahan-
perubahan, perubahan dalam arti yang tidak mencolok atau tidak menarik, perubahan yang
bersifat terbatas maupun yang tidak tidak menarik, perubahan yang bersifat terbatas maupun
yang luas, serta ada pula perubahan yang lambat sekali, tetapi itu ada juga yang berjalan dengan
cepat. Perubahan-perubahan pada masyarakat atau individu hanya akan dapat dilihat apabila
seseorang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan
membandingkannya dengan susunan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau.
Perubahan-perubahan pada masyarakat tentu dapat mengenali nilai-nilai sosial, norma-
norma sosial, pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan
dalam masyarakat, kekeuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.
Masyarakat Indonesia saat ini sedang mengalami masa pancaroba yang amat dahsyat
sebagai akibat tuntutan reformasi secara menyeluruh. Sedang tuntutan reformasi itu berpangkal
pada kegiatan pembangunan nasional yang menerapkan teknologi maju untuk mempercepat
pelaksanaannya. Di lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu menuntut acuan
nilai-nilai budaya, masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multi kulturalnya itu seolah-olah
mengalami kelimbungan dalam menata kembali tatanan sosial, politik dan kebudayaan dewasa
ini.
Jika membahas mengenai perubahan sistem sosial budaya indonesia ini tentunya
sangatlah panjang namun, perlu penulis cantumkan batasan dari pembahasan ini, yaitu antara lain
pengertian perubahan sosial, beberapa bentuk peruabahan sosial dan budaya, faktor-faktor
menyebabkan perubahan sosial, faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan, proses
peubahan social budaya, perubahan dan fenomena social.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Teknik Presentasi serta untuk menambah wawasan dan ilmu tentang Sosial Budaya.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah supaya semua pembaca paham tentang adanya
perubahan social dan budaya khususnya pada masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua
unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat di
pengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial
lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem
sosial yang baru.
Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyrakat untuk meniggalkan
unsur-unsur budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih menggunakan unsur-unsur budaya
dan sistem sosial yang baru. Seluruh kehidupan masyarakat baik pada tingkatan individual,
kelompok, Negara, dan dunia yang mengalami perubahan.
Hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek sebagai berikut, yaitu:
perubahan pola pikir masyarakat, perubahan prilaku masyrakat .
Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan kedalam beberapa bentuk, yaitu:
Perubahan secara lambat ini yang memerlukan waktu yang sangat lama, dan rentetan-
rentetan perubahan yang kecil yang saling mengikuti dengan lambat di namakan evolusi. Pada
evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan
tersebut terjadi karena usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan,
keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat. Sedangkan perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-
dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat ( yaitu lembaga-lembaga kemasyrakatan
lazimnya disebut ‘revolusi’ ).
2. Penemuan-penemuan baru
1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada disekitar manusia
Proses internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu
mulai saaat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang individu terus
belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang membentuk
kepribadiannya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalam kepribadian saat bayi dilahirkan adalah
rasa puas dan tak puas, yang menyebabkan ia menangis.
Proses sosialisasi, semua pola tindakan individu-individu yang menempati berbagai
kedudukan dalam masyarakatnya yang dikumpai seseorang dalam kehidupannya sehari-hari
sejak ia dilahirkan. Para individu dalam masyarakat yang berbeda-beda juga mengalami proses
sosialisasi yang berbeda-beda, karena proses itu banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan
serta lingkungan sosial yang bersangkutan. Penelitian dilapangan telah dapat menghasilkan
pengumpulan bahan mengenai adat istiadat pengasuhan anak, kebiasaan-kebiasaan dalam
kehidupan seksual, dan riwayat hidup yang rinci dari sejumlah individu.individu-individu yang
mengalami berbagai hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi atau enkulturasinya,
sehingga individu seperti itu mengalami kesukaran dalam menyesuaikan kepribadiannya dengan
lingkungan sosial sekitarnya.
2.5.2. Proses Evolusi Sosial
Proses Mikroskopik dan Makroskopik Dalam Evolusi Sosial. Proses evolusi dapat
dianalisa secara mendetail (makroskopik) tetapi dapat dilihat secara keseluruhan, dengan hanya
memperhatikan perubahan-perubahan besar yang telah terjadi (makroskopik). Proses evolusi
sosial budaya secara makroskopik yang terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang, dalam
antropologi disebut ”Proses-proses pemberi arah”, atau directional proses.
Proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya. Dalam antropologi, perhatian
terhadap proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya baru timbul sekitar tahun 1920
bersama dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat.
Dalam meneliti masalah ketegangan antara adat istiadat yang berlaku dengan kebutuhan
yang dirasakan oleh beberapa individu dalam suatu masyarakat, perlu diperhatikan dua konsep
yang berbeda, yaitu (1) kebudayaan sebagai kompleks dari komsep norma-norma, pandangan-
pandangan, dan sebagainya, yang bersifat abstrak (yaitu sistem budaya), dan (2) kebudayaan
sebagai serangkaian tindakan yang konkrit, dimana para individu saling berinteraksi (yaitu
sistem sosial). Kedua sistem tersebut sering saling bertentangan, dan dengan mempelajari
konflik-konfliks yang ada dalam setiap masyarakat itulah dapat diperoleh pengertian mengenai
dinamika masyarakat pada umumnya.
2.5.3. Proses Difusi
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-
kelompok manusia atau bangsa-bangsa, tetapi karena unsur-unsur kebudayaan itu memang
sengaja dibawa oleh individu-individu tertentu, seperti para pedagang dan pelaut. Bentuk difusi
yang terutama mendapat perhatian antropologi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang
berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu-individu dari berbagai kelompok yang
berbeda.
Akulturasi yaitu Proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-
unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.
2. Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah dan tidak mudah diterima oleh
suatu masyarakat.
3. Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan yang mudah dan tidak mudah diganti atau diubah
oleh unsur-unsur kebudayaan asing.
4. Masalah mengenai jenis-jenis individu yang tidak menemui kesukaran dan cepat diterima
unsur kebudayaan asing, dan jenis-jenis individu yang sukar dan lamban dalam menerimanya.
3. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsusr-unsur kebudayaan asing untuk masuk kedalam
kebudayaan penerima.
Asimilasi Adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia
dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga
sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing berubah menjadi
unsur-unsur kebudayaan campuran.
Dari berbagai proses asimilasi pernah diteliti, diketehui bahwa pergaulan intensif saja
belum tentu mengakibatkan terjadinya suatu proses asimilasi, tanpa adanya toleransi dan simpati
antara kedua golongan.
2.5.5. Pembaruan ( inovasi )
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi,
dan modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga
terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Suatu proses inovasi tentu berkaitan
penemuan baru dalam teknologi, yang biasanya merupakan suatu proses sosial yang melalui
tahap discovery dan invension.
Pendorong penemuan baru. Faktor-faktor yang menjadi pendorong bagi seorang individu
untuk memulai serta mengembangkan penemuan baru adalah (1) kesadaran akan kekurangan
dalam kebudayaan; (2) mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan; (3) sistem perangsang bagi
kegiatan mencipta. Penemuan baru sering kali terjadi saat ada suatu krisis masyarakat, dan suatu
krisis terjadi karena banyak orang merasa tidak puas karena mereka melihat kekurangan-
kekurangan yang ada di sekelilingnya.
2.6. Perubahan Dan Fenomena Sosial
Logis sekali kalau contoh-contoh penerimaan perubahan paling besar bila unsur
perubahan itu merupakan akibat dari kebutuhan di dalam masyarakat itu sendiri. Ini dapat
merupakan usaha suatu masyarakat, untuk beradaptasi secara ekonomis dengan revolusi
teknologi yang melanda seluruh dunia, meskipun dampak perubahan itu mungkin terasa dalam
masyarakat seluruhnya. Perubahan peranan wanita di Afrika, atau sebenamya juga di Amerika
Serikat, dapat dianggap sebagai contoh perubahan seperti itu. Akan tetapi, perubahan sering
dipaksakan dari luar kebudayaan, biasanya oleh kolonialisme melalui penaklukan.
Perubahan kebudayaan selain terjadi karena adanya mekanisme perubahan seperti yang
telah dijelaskan di atas, bisa juga terjadi karena adanya perubahan secara paksa. Bentuk-bentuk
perubahan kebudayaan secara paksa adalah kolonialisme. Penaklukan, pemberontakan dan
revolusi. Kolonilasme dan penaklukan biasanya ditandai oleh kemenangan militer Negara
penjajah/penakluk dan pemindah tanganan kekuasaan politik tradisional ke
tangankolonial/penakluk. Penduduk asli yang ditaklukkan tidak mampu menolak perubahan
yangdipaksakan.
Kegiatan-kegiatan tradisional di bidang ekonomi, politik, agama, sosial dibatasi dan
dipaksa untuk melakukan kegiatan-kegiatan baru yang cenderung mengisolasikan individu dan
merusak integrasi sosialnya. Perubahan kebudayaan secara paksa melalui kolonialisme dan
penaklukan terjadi pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Politik kolonilalisme
dikembangkan oleh negara-negara, seperti Belanda, Portugal, Inggris, Perancis,Spanyol dan
Amerika serikat.Tidak mengherankan jika unsur-unsur budaya negara penjajahsampai sekarang
masih ditemukan dan diterapkan di negara-negara bekas jajahan. Unsur-unsur bahasa, agama,
system politik negara colonial dapat ditemukan di negara bekas jajahannya.
Apabila kolonialisme dan penaklukan merupakan bentuk perubahan kebudayaan secara
paksa yang berasal dari luar, maka pemberontakan dan revolusi dapat timbul dari dalam
masyarakat itu sendiri. Pemberontakan dan revolusi muncul karena kondisi-kondisi yang
dianggap kurang menguntungkan bagi sebagian besar masyarakat. Kondisi yang dimaksud bisa
berupa ketidak adilan dalam distribusi (kekayaan/material dan kekuasaan), munculnya perasaan
benci pada kelompok yang dianggap sebagai penindas dan hilangnya kepercayaan penguasa.
Menurut Haviland (1988: 268) terdapat lima kondisi sebagai pencetus timbulnya pemberontakan
dan revolusi, yaitu: (1) hilangnya kewibawaan pejabat-pejabat yang kedudukan-nya mantap,
sering sebagai kegagalan politik luar negeri, kesulitan keuangan, pemecatan menteri yang
popular, atau perubahan kebijakan yang popular, (2) Bahaya terhadap kemajuan ekonomi yang
baru dicapai. Di Perancis dan Rusia, golongan penduduk, golongan profesi dan pekerja di kota-
kota yang nasib ekonominya mengalami perbaikan sebelumnya, tertimpa oleh kesulitan-kesulitan
yang tidak terduga-duga, seperti tajamnya kenaikan pangan dan pengangguran, (3) Ketidak
tegasan pemerintah, seperti kebijaksanaan yang tidak konsisten. Pemerintah yang demikian itu
kelihatannya seperti dikendalikan dan tidak mengendalikan peristiwa, (4) Hilangnya dukungan
dari kelas cendekiawan. Kehilangan seperti itu oleh pemerintah-pemerintah prarevolusi di
Perencis danRusia menyebab-kan pemerintah kehilangan dukungan falsafahnya, yang
menyebabkan mereka kehilangan popularitas dilingkungan cendekiawan, (5) Pemimpin atau
kelompok pemimpin yang memiliki kharisma cukup besar untuk menggerak kan sebagian besar
rakyat ,melawan pemerintah.
Kelima kondisi di atas dapat dijadikan sebagai acuan untuk menganalisis perubahan
kebudayaan melalui pemberontakan dan revolusi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998
(masa reformasi). Pada saat itu Presiden Soeharto, kabinet serta kroninya sudah kehilangan
kewibawaan di mata rakyatnya, karena dianggap gagal membenahi persoalan ekonomi politik
yang terjadi. Tingkat inflasi yang tinggi, korupsi, kolusi dan nepotisme yang merajalela
mengakibatkan kehidupan rakyat semakin sengsara. Rakyat semakin tidak percaya dengan rezim
orde baru. Kalangan cendekiawan dan akademisi mulai mencabut dukungannya serta menuntut
untuk segera mundur. Munculnya pemimpin informal yang kharismatik, seperti Amin Rais, Gus
Dur, Megawati Soekarnoputri, Hamengkubuwono X yang memiliki pengaruh besar untuk
menggerakkan rakyat. Dimotori oleh gerakan mahasiswa dan didukung oleh pemimpin
karismatik, akhirnya terjadilah perubahan besar-besaran diIndonesia yang diawali dengan
mundurnya Soeharto dari jabatan Presiden pada 21 Mei 1998.
Salah satu produk sampingan kolonialisme adalah tumbuhnya antropologi terapan dan
digunakannya teknik dan pengetahuan antropologi untuk keperluan "praktis”.Dengandemikian,
tidak salah bila antropologi Inggris sering dipandang sebagai "hamba" politik kolonial negara
tersebut, karena mereka umumnya dipaksa menyediakan informasi yangberguna untuk tetap
mempertahankan kekuasaan pemerintahan kolonial di daerah jajahannya. Di Amerika Serikat,
para ahli antropologi dari abad-19 sangat mendambakan kegunaan disiplin mereka, dan tidak
jarang mereka turun tangan membantu orang-orang Indian Amerika, tempat mereka bekerja.
Awal abad ini, karya Franz Boas, yang hampir seorang diri melatih satu generasi ahli antropologi
di Amerika Serikat, telah membantu pemerintah untuk mengubah politik imigrasi negara
tersebut.Dalam tahun 1930-an para ahli antropologi menanggapi sejumlah studi yang dilakukan
di lingkungan industri dan lembaga-lembaga lainnya, untuk tujuan-tujuan terapan.Timbulnya
Perang Dunia II timbullah pekerjaan-pekerjaan khusus di bidang administrasi kolonial di luar
perbatasan nenua Amerika,khususnya di daerah Pasifik, yang dikerjakan oleh pegawai-pegawai
yang telah mendapat latihan di bidang antropologi.
Timbulnya kebangkitan orang-orang Jepang untuk melawan tentara sekutu
jugadisebabkan oleh pengaruh dari para ahli antropologi dalam menentukan struktur
pendudukanAmerika Serikat. Eksperimen-eksperimen Amerika Utara yang dimaksudkan untuk
memadu kebudayaan kolonial dengan struktur pribumi dengan kekacauan yang sekecil mungkin,
jugatelah berhasil.Meskipun banyak di antara studi itu diakui memang untuk kepentingan
sandimiliter, akan tetapi itu semua juga bermanfaat untuk program pengembangan ilmu
pengetahuan.
Akan tetapi, seperti yang tercermin dalam beberapa kepustakaan awal tentang hubungan
antara bangsa-bangsa Eropa dengan kelompok-kelompok penduduk asli, tidak mengandung
pengertian antropologis dan sering tidak ada perikemanusiaan sama sekali.Pertemuan antara
kolonialis dengan penduduk pribumi di beberapa tempat sering mengakibatkan kematian besar-
besaran, kesengsaraan yang memilukan, dan keruntuhan komunitas atau yang lebih dikenal
sebagai "kerusakan kebudayaan" (culture crash).Keruntuhan tradisi komunitas seperti di atas
yang ditandai dengan terjadinya khaos atau ketidakstabilan sosial dan kecemasan setiap individu,
sering diikuti dengan terjadinya pendudukan kolonial.Ini sama sekali tidak berarti, bahwa
masyarakat tradisional itu tidak mengenal bentrokan sebelum berhubungan dengan peradaban
lain, tetapi berarti bahwa pertentangan-pertentangan tersebut dapat diatasi melalui lembaga-
lembaga kebudayaanya.
Kebudayaan asli pada awal-awal terjadinya pendudukan umumnya berantakan,karena
lembaga-lembaga tradisional yang diciptakan untuk mengatasi ketegangan atau pertentangan
diantara masyarakat pendukung sebuah kebudayaan tidak diperbolehkan oleh para penguasa
kolonial untuk menangani perubahan baru yang cepat dan tidak pada tempatnya dalam konteks
sistem tradisional itu.Perubahan yang terlalu cepat dalam system nilai, misalnya, menyebabkan
bagian-bagian lain dari kebudayaan menjadi ketinggalan.
Kadang-kadang penduduk pribumi memperlihatkan kekuatan dan daya tahan yang besar
dalam menghadapi dominasi Eropa, dimana mereka menemukan dan melakukan cara-cara yang
kreatif dan cerdik untuk mengkounternya. Penduduk yang dimaksud orang-orangTrobriand yang
berada di bawah pemerintahan kolonial Inggris. Para misionaris suatu ketikamemperkenalkan
sebuah permainan tradisional Inggris bernama “cricket” kepada masyarakat Trobriand yang
menjadi daerah jajahan negaranya. Akan tetapi, semua penduduk berusaha dan sepakat untuk
membendung masuknya permainan Inggris secara utuh dengan menjadikannya sebagai suatu
pertandingan yang benar-benar bersifat Trobriand.Tidak"primitif" dan juga tidak terlalu sesuai
dengan bentuk aslinya di Inggris.Cricket ala Trobriand yang kreatif ini disejajarkan dengan
kegiatan-kegiatan yang khas, yang tetap mempertahankan pentingnya pandangan-pandangan
pokok dalam kebudayaan pribumi itu.Semua orang yang berkepentingan dengan permainan itu
kelihatan gembira dan bangga, dan para pemainnyasama semangatnya untuk memamerkan
siapakah diantara mereka itu mampu mencetak nilai.Mulai dari mengecat mukanya sebagai tanda
persiapan untuk bermain, nyanyian tim yang membawakan lagu-lagu yang bernada "kasar", tari-
tarian rombongan yang saling member semangat, tidak dapat diragukan lagi, bahwa setiap
pemain bermain demi kepentingannya sendiri, demi kemasyhuran timnya, dan demi ratusan
gadis-gadis cantik yang biasanya menonton pertandingan itu.
Kasus-kasus akulturasi yang paling ekstrim biasanya terjadi sebagai akibat dari
kemenangan militer dan pemindahtanganan kekuasaan politik tradisional ke tangan
parapenakluk, yang tidak mengetahui apa-apa tentang kebudayaan yang mereka
kuasai.Rakyatpribumi, yang tidak mampu menolak perubahan-perubahan yang dipaksakan,
karena kegiatan-kegiatan tradisional mereka di bidan sosial, agama dan ekonomi juga turut
dibatasi, sehingga mereka dengan terpaksa melakukan kegiatan-kegiatan baru yang cenderung
mengisolasikan individu dan mengoyak-koyak integrasi sosialnya.Sistem perbudakan di
Amerika Serikatpada masa kolonialnya, merupakan contoh yang paling terkenal, yang memberi
penjelasan tentang masalah hubungan antar-ras yang dahulu dikemas dalam istilah "inferioritas
rasial."Perlu juga saya kemukakan di sini, bahwa sistem perbudakan yang terjadi di Amerika
pada awalnya tidak hanya terjadi di Amerika Serikat saja, tetapi juga hingga ke negara-negara
bagian, seperti di daerah-daerah perkebunan di Kepulauan Karibia dan di daerah-daerah pantai
Amerika Selatan
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penulis menyarankan supaya kita semua baik penulis maupun pembaca mau untuk
menjaga budaya kita dan janganlah menghilangkannya Karena itu merupakan hal yang sangat
berharga sekali.Penulis juga menyarankan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan masalah
budaya khususnya di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini
DAFTAR PUSTAKA
http://bintangriyadi.blogspot.com/2008/01/dinamika-masyarakat-dan kebudayaan.html
http://www.pdf-search-engine.com/teori-perubahan-sosial-menurut-ahli-pdf.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya