Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA PELAJARAN


ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

DI
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 1 :
Arhamisywa
Indah
Haerul Ikhwan

MTs Darussalam Pattalassang


TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan sesuai dengan deadline yang sudah ditentukan. Makalah ini berisikan tentang Pengertian
Perubahan Sosial Budaya, Faktor Internal dan Eksternal serta Faktor pendorong dan penghambat
perubahan sosial budaya.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fatimah S.Pd selaku guru mata pelajaran
Pengetahuan Sosial yang telah memberi kesempatan dan kepercayaannya kepada kami untuk membuat
dan menyelesaikan makalah ini. Sehingga kami memperoleh banyak ilmu, informasi dan pengetahuan
selama kami membuat dan menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kepada seluruh teman-teman yang
membantu penyelesaian makalah ini baik berupa bantuan moril maupun materil.

Setelah itu kami berharap semoga makalah ini berguna bagi pembaca meskipun terdapat banyak
kekurangsempurnaan di dalamnya. Akhir kata kami meminta maaf sebesar-besarnya kepada pihak
pembaca maupun pengoreksi jika terdapat kesalahan dalam penulisan, penyusunan maupun kesalahan
lain yang tidak berkenan di hati pembaca maupun pengoreksi, karena hingga saat ini kami masih dalam
proses belajar. Oleh karena itu kami memohon kritik dan sarannya demi kemajuan bersama.
1

DAFTAR ISI
Kata pengantar...................................................................................1

Daftar isi..............................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang masalah................................................................................3

b. Maksud dan tujuan.......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Perubahan Sosial Budaya...........................................................6

b. Teori-teori perubahan sosial........................................................................7

c. Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan budaya........................8

d. Bentuk-bentuk perubahan sosial dan kebudayaan.......................................9

e. Faktor penyebab perubahan sosial............ ..............................................12

f. Faktor pendorong perubahan sosial budaya................................................16

g. Faktor penghambat perubahan sosial budaya.............................................18

h. Proses perubahan sosial budaya................................................................20

i. Sikap kritis masyarakat terhadap perubahan sosial budaya......................22

BAB III PENUTUP


a. Kesimpulan................................................ .................................24

b. Saran-saran.................. ........................................................................24

DAFTAR PUSTAKA
2

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan
mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-
perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang
lambat sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan dapat
diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada
suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu
yang lampau. Seseorang yang tidak dapat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di
Indonesia misalnya, akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis, tidak maju dan tidak berubah.
Pernyataan demikian didasarkan pada pandangan sepintas yang tentu saja kurang mendalam dan
kurang teliti. Karena tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang
masa. Orang-orang desa sudah mengenal perdagangan, alat-alat transportasi modern, bahkan dapat
mengakui berita-berita mengenai daerah lain melalui radio, televisi dan sebagainya yang kesemuanya
belum dikenal sebelumnya.

Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-


pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Karena luasnya bidang dimana mungkin
terjadi perubahan-perubahan tersebut maka bilamana seseorang hendak membuat penelitian perlulah
terlebih dahulu ditentukan secara tegas, perubahan apa yang dimaksudnya dasar penelitiannya mungkin
tak akan jelas, apabila hal tersebut tidak dikemukakan terlebih dahulu.

Dengan diakuinya dinamika sebagai inti jiwa masyarakat banyak sosiolog modern yang
mencurahkan perhatiannya pada masalah-masalah perubahan sosial dan kebudayaan dalam
masyarakat. Masalah tersebut menjadi lebih penting lagi dalam hubungannya dengan pembangunan
ekonomi yang diusahakan oleh banyak masyarakat negara-negara yang memperoleh kemerdekaan
politiknya setelah perang dunia II. Sebagian besar ahli ekonomi mula-mula mengira bahwa suatu
masyarakat akan dapat membangun ekonominya dengan cepat, apabila telah dicukupi dan dipenuhi
syarat-syarat yang khusus diperlukan dalam bidang ekonomi. Akan tetapi pengalaman mereka yang
berniat untuk mengadakan pembangunan ekonomi dalam masyarakat-masyarakat yang baru mulai
dengan pembangunan terbukti bahwa syarat-syarat ekonomis saja tak cukup untuk melancarkan
pembangunan. Di samping itu diperlukan pula perubahan-perubahan masyarakat yang dapat
menetralisasi faktor-faktor kemasyarakatan yang
3

mengalami perkembangan. Hal ini dapat memperkuat atau menciptakan faktor-faktor yang dapat
mendukung pembangunan tersebut. Sebaliknya, perlu diketahui terlebih dahulu perubahan-perubahan
dibidang manakah yang akan terjadi nanti sebagai akibat dari pembangunan ekonomi dalam
masyarakat. Perubahan-perubahan diluar bidang ekonomi tidak dapat dihindarkan karena setiap
perubahan dalam suatu lembaga kemasyarakatan akan mengakibatkan pula perubahan-perubahan
didalam lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lainnya. Pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
tersebut selalu terkait proses saling mempengaruhi secara timbal balik.

Para sosiologi pernah mengadakan klasifikasi antara masyarakat-masyarakat statis dan dinamis.
Masyarakat yang statis adalah masyarakat yang sedikit sekali mengalami perubahan dan berjalan
lambat. Masyarakat yang dinamis adalah masyarakat yang mengalami berbagai perubahan dengan
cepat. Jadi setiap masyarakat, pada suatu masa dapat dianggap sebagai masyarakat yang statis.
Sedangkan pada masyarakat yang lainnya, dianggap sebagai masyarakat yang dinamis. Perubahan-
perubahan bukanlah semata-mata berarti suatu kemajuan (progress) namun dapat pula berarti
kemunduran dari bidang-bidang kehidupan tertentu.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan gejala yang
normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi
modern. Penemuan-penemuan baru dibidang teknologi yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat
dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut.

Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu. Namun dewasa ini
perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya, sehingga membingungkan manusia
yang menghadapinya. Perubahan-perubahan sering berjalan secara konstan, hal tersebut memang
terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka perubahan terlihat
berlangsung terus, walau diselingi keadaan dimana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur
struktur masyarakat yang terkena perubahan.

4
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengertian perubahan sosial budaya

2. Teori-teori perubahan sosial

3. Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan budaya

4. Bentuk-bentuk perubahan sosial budaya

5. Faktor penyebab perubahan sosial budaya

6. Faktor pendorong perubahan sosial budaya

7. Faktor penghambat perubahan sosial budaya

8. Proses perubahan sosial budaya

9. Sikap kritis masyarakat terhadap perubahan sosial budaya


5

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian perubahan sosial budaya
Beberapa pakar mengemukakan pengertian Perubahan Sosial diantaranya sebagai berikut :

1. Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosialnya. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam sistem sosial adalah nilai-nilai, sikap-sikap dan
pola perilakunya diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Selain itu Kingsley Davis
mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi
masyarakat

2. William F Ogburn berusaha memberikan pengertian tertentu,, walau tidak memberi definisi
tentang perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan
sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial, yang ditekankan
adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.

3. Mac Iver lebih suka membedakan antara utilitarian elements dengan cultural elements yang
didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan
dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan kedalam kedua kategori tersebut diatas. Sebuah
mesin ketik, alat pencetak, atau sistem keuangan, merupakan utilitarian elements,, karena
benda-benda tersebut tidak langsung memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, tetapi dapat
dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. Utilitarian elements disebutnya Civilization. Artinya,
semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya kondisi-kondisi
kehidupannya, termasuk di dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat
material. Pesawat telepon, jalan kereta api, sekolah, hukum dan seterusnya dimasukkan ke
dalam golongan tersebut. Culture menurut Mac Iver adalah ekspresi jiwa yang terwujud dalam
cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama rekreasi dan hiburan.
Sebuah potret, novel, drama, film, permainan, filsafat dan sebagainya, termasuk culture, karena
hal-hal itu secara langsung memenuhi kebutuhan manusia.

4. Gillin dan Gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara
hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi penduduk ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-
penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat Samuel Koenig mengatakan bahwa
perubahan sosial menunjuk

6
pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.

Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan
unsur-unsur sosial dalam masyarakat, sehingga terbentuk tata kehidupan sosial yang baru dalam
masyarakat. Perubahan dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial,
pola-pola perilaku, organisasi susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya. Perubahan Budaya adalah
perubahan unsur-unsur kebudayaan karena perubahan pola pikir masyarakat sebagai pendukung
kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan yang berubah adalah sistem kepercayaan/religi, sistem mata
pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan, sistem peralatan hidup dan teknologi, bahasa, kesenian,
serta ilmu pengetahuan.

B. Teori-teori perubahan sosial


Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiolog telah mencoba untuk merumuskan prinsip-
prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial. Banyak yang berpendapat bahwa
kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari
pergaulan hidup manusia. Yang lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya
perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya
perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian ada pula yang
berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial bersifat periodik dan non periodik. Pokoknya,
pendapat-pendapat tersebut pada umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran
kejadian-kejadian Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan bahwa
ada suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial, tidak akan
berhasil baik. Dia meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut.
Akan tetapi perubahan-perubahan tetap ada, dan yang paling penting adalah bahwa lingkaran terjadinya
gejala-gejala sosial harus dipelajari, karena adanya jalan tersebut barulah akan dapat diperoleh suatu
generalisasi.

Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial premier yang menyebabakan
terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis, atau biologis
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial budaya (William F
Ogburn menekankan pada kondisi teknologis). Sebaliknya, ada pula yang mengatakan bahwa semua
kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan menghasilkan perubahan-perubahan sosial.

Untuk mendapatkan hasil sebagaimana diharapkan, hubungan antara kondisi dan faktor-faktor
tersebut harus diteliti terlebih dahulu. Penelitian yang obyektif akan dapat memberikan hukum-hukum
umum perubahan sosial dan kebudayaan, disamping itu juga harus diperhatikan waktu serta tempatnya
perubahan-perubahan tersebut berlangsung.

C. Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan


Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan perbedaan
antara perubahan-perubahan sosial dengan perubahan-perubahan kebudayaan. Perbedaan demikian
tergantung dari adanya perbedaan pengertian dari masyarakat dan kebudayaan. Apabila perbedaan
pengertian tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan senditinya perbedaan antara
perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan kebudayaan dapat dijelaskan.

Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan
kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian nya yaitu: kesenian, ilmu
pengetahuan teknologi, filsafat dan seterusnya, perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-
aturan organisasi sosial. Sebagai contoh dikemukakannya perubahan pada logat bahasa Aria setelah
terpisah dari induknya. Akan tetapi Perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial
masyarakatnya. Perubahan perubahan tersebut lebih merupakan perubahan kebudayaan ketimbang
perubahan sosial. Masyarakat menurut Kingsley Davis adalah sistem hubungan dalam arti hubungan
antara organisasi-organisasi dan bukan hubungan antara sel-sel, kebudayaan dikatakannya mencakup
segenap cara berpikir dan bertingkah laku yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti
menyampaikan buah pikiran secara simbolis dan bukan oleh karena warisan yang berdasarkan
keturunan.

Apabila diambil definisi kebudayaan dari Taylor yang mengatakan bahwa kebudayaan adalah
suatu kompleks yang mencakup pengetahuan kepercayaan, kesenian, moral hukum adat istiadat dan
setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat maka perubahan perubahan
kebudayaan adalah setiap perubahan dari unsur-unsur tersebut. Perubahan-perubahan sosial dan
kebudayaan mempunyai suatu aspek yang sama yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu
penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya, dewasa ini proses-proses pada perubahan perubahan sosial dapat diketahui dari adanya
ciri-ciri tertentu antara lain :

1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap masyarakat mengalami
perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat.

2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan-
perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.

3. Perubahan perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat
sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri titik organisasi akan diikuti oleh
suatu organisasi yang mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.

4. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja,
karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.

5. Secara tipologis perubahan-perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai:


a. social proses: the circulation of various rewards,facilities, and personnel in an existing
structure.

b. Segmentation: the proliferation of structural units that do not differ qualitatively from
existing units.

c. Structural change: the emerge of qualitatively new completed of roles and organization.

d. Changes in group structure: the shifts in the composition of groups, the level of
consciousness of groups, and the relations among the groups in society.

D. Bentuk-bentuk perubahan sosial dan kebudayaan


Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk yaitu:

1. Perubahan evolusi

Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat dalam waktu
yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan titik perubahan-
perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat yaitu sejalan dengan usaha-
usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dengan kata lain perubahan sosial
terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan
kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh perubahan sosial
dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat agraris.

Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu:

 Unilinier Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami


perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu dari yang sederhana menjadi kompleks dan
sampai pada tahap yang sempurna.

 Universal Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu


melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia tetap
mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.

 Multilined Theories of Evolution: menekankan pada penelitian terhadap tahap perkembangan


tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya penelitian pada

pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.

2. Perubahan Revolusi

Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau
perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan perubahan
sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung
relatif cepat. Dalam revolusi perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan,
diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan.

Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat titip secara sosiologi, suatu revolusi
dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu antara lain adalah:

 Ada beberapa keinginan umum mengadakan setiap perubahan titik di dalam masyarakat harus
ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai
perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.

 Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin
masyarakat tersebut.

 Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan keinginan tersebut untuk kemudian


merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat untuk dijadikan program dan
arah bagi geraknya masyarakat.

 Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat titik artinya adalah
bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu diperlukan
juga suatu tujuan yang abstrak misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.

 Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan faktor
adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi apabila momentum (pemilihan waktu
yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal.

Contoh dari perubahan revolusi adalah: kemerdekaan Indonesia merupakan revolusi dari negara terjajah
menjadi negara merdeka.

3. Perubahan yang direncanakan atau dikehendaki

Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah
direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam
masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan

10

Dinamakan agent of change yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari
masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan titik oleh karena itu
suatu perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan pengawasan agent of change.
Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut perubahan dikehendaki titik misalnya, untuk
mengurangi angka kematian anak-anak akibat politik pemerintah mengadakan gerakan Pekan Imunisasi
Nasional (PIN) atau untuk mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah mengadakan
program Keluarga Berencana (KB).
4. Perubahan yang tidak direncanakan atau tidak dikehendaki

Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki oleh
masyarakat. Karena terjadi diluar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa masalah-
masalah yang memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam masyarakat. Oleh karenanya, perubahan
yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi. Misalnya, kasus banjir bandang di Sinjai,
Kalimantan barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan yang kurang memperhatikan
kelestarian lingkungan. Sebagai akibatnya banyak perkampungan dan permukiman masyarakat
terendam air yang mengharuskan para warganya mencari permukiman baru.

5. Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil

 Perubahan berpengaruh besar

Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan


terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja sistem mata pencaharian
dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak pada perubahan masyarakat agraris menjadi
industrialisasi pada perubahan ini memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah
kepadatan penduduk di wilayah industri dan mengakibatkan adanya perubahan mata
pencaharian.

 Perubahan berpengaruh kecil

Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada


struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contoh,
perubahan mode pakaian dan model rambut. Perubahan-perubahan tersebut tidak membawa
pengaruh yang besar dalam masyarakat karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan
pada lembaga kemasyarakatan homolis.

11

E. Faktor-faktor penyebab perubahan sosial dan kebudayaan


Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan budaya bukanlah merupakan faktor yang tunggal tetapi
menyangkut hal yang kompleks. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam
masyarakat. Soeryono Soekanto menyebutkan adanya faktor internal dan eksternal yang menyebabkan
terjadinya perubahan dalam masyarakat.

1. Faktor internal
 Perubahan jumlah penduduk

Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat di pulau Jawa menyebabkan terjadinya
perubahan dalam struktur masyarakatnya, terutama tentang hal yang menyangkut lembaga-
lembaga kemasyarakatan titik lembaga sistem hak milik atas tanah mengalami perubahan
perubahan-perubahan. Orang mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah gadai tanah,
bagi hasil, dan sebagainya, yang sebelumnya tidak dikenal. Sebaliknya, berkurangnya penduduk
disebabkan karena berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari satu daerah ke daerah
lain (misalnya transmigrasi). Perpindahan penduduk tersebut mengakibatkan kekosongan
misalnya dalam bidang pembagian kerja atau stratifikasi sosial yang selanjutnya dapat
mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.

 Penemuan-penemuan baru

Penemuan-penemuan juga dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan pada masyarakat


meliputi beberapa hal berikut:

1) Discovery adalah suatu penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat atau gagasan
yang diciptakan oleh seorang individu maupun serangkaian individu dalam masyarakat.
Contoh: penemuan listrik, diesel, lokomotif, dan lain-lain.

2) Invention adalah discovery yang telah diakui, diterima, dan diterapkan oleh masyarakat.
Jadi, invention merupakan bentuk pengembangan dari discovery. Contoh: mobil, kereta api,
dan lain-lain.

3) Inovasi artinya suatu penemuan baru apabila unsur atau alat baru yang ditemukan tersebut
sudah menyebar ke bagian bagian masyarakat dan dikenal serta dimanfaatkan secara luas
oleh masyarakat. Jadi, pada saat penemuan menjadi invention, proses inovasi baru selesai.

Beberapa faktor yang mendorong terjadinya penemuan baru antara lain sebagai berikut:

12

a. Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya.

b. Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.

c. Perangsang untuk aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.

 Teknologi

Teknologi dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat yaitu dapat mempengaruhi


sebagian dari pikiran dan perilaku manusia yang akan membawa perubahan sosial budaya dalam
kehidupannya. Contoh teknologi dalam industri tekstil dapat mempengaruhi cara berpakaian
serta mode atau gaya berpakaian manusia. Dengan demikian sesungguhnya keberadaan
teknologi telah banyak membantu atau memudahkan aktivitas manusia Dan juga mengubah
kehidupan manusia menuju keadaan yang lebih baik. Namun dalam kenyataannya, teknologi
juga dapat membawa pengaruh ke arah yang kurang baik dan justru dapat menyebabkan
masalah baru yang lebih parah. Contoh: teknologi komunikasi seperti dalam bentuk tayangan
televisi jika tidak dapat diadaptasi dengan baik secara langsung dapat mengubah pola kehidupan
sehari-hari masyarakat misalnya gaya hidup, kekerasan dan lainnya.

 Pertentangan (conflict)

Sebagai proses sosial, pertentangan atau konflik merupakan proses disosiatif, namun
selalu berakibat negatif. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat dapat berupa hal-
hal berikut:

o Pertentangan antara individu di dalam masyarakat

o Pertentangan antar kelompok di dalam masyarakat.

o Pertentangan antara individu dengan kelompok di dalam masyarakat.

o Pertentangan antar generasi di dalam masyarakat.

Sebenarnya, hubungan antara pertentangan dengan perubahan sosial budaya bersifat


timbal balik ya itu pertentangan di suatu masyarakat dapat memungkinkan terjadinya
perubahan sosial budaya, dan sebaliknya perubahan sosial budaya di dalam masyarakat
dapat memungkinkan terjadinya pertentangan.

 Keterbukaan masyarakat

Sifat masyarakat yang terbuka mempermudah masyarakat tersebut untuk menerima unsur-
unsur baru atau menyerapnya dalam kondisi sosial dan budayanya. Oleh karena itu, masyarakat
yang bersifat terbuka akan

13

mempermudah terjadinya perubahan-perubahan sosial maupun budaya. Contoh: melalui


pendidikan, seorang anak buruh bangunan dapat menjadi seorang dokter atau insinyur,
sehingga dapat mengubah kondisi keluarganya, yakni mengangkat keluarganya untuk memiliki
kehidupan sosial dan budaya yang lebih baik.

 Pemberontakan atau revolusi

Evolusi ataupun pemberontakan merupakan faktor yang dapat menyebabkan perubahan-


perubahan sosial budaya yang besar. Contoh titik2 revolusi kemerdekaan Indonesia.

2. Faktor eksternal
 Lingkungan alam (Lingkungan fisik)

Perubahan lingkungan alam fisik (bukan karena faktor manusia) dapat membawa perubahan
pada kehidupan sosial budaya suatu masyarakat. Bencana alam yang dahsyat dapat mengubah
struktur sosial budaya masyarakat setempat titik banjir dan gempa. Gempa dan gelombang
tsunami yang memporak-porandakan Aceh, menyebabkan beberapa penduduk yang bermata
pencaharian sebagai nelayan dievakuasi atau akhirnya pindah ke dataran tinggi sehingga beralih
profesi sebagai petani dan mencoba untuk menekuni pertanian di daerah tersebut

 Peperangan

Perang menyebabkan pada banyak aspek titik pihak yang menang pada umumnya berupaya
menerapkan norma-norma dan nilai-nilai yang dianggap paling benar oleh masyarakat mereka.
Contoh: perang antara Amerika dan sekutu terhadap Irak. Amerika dan sekutu sebab pihak yang
menang, berupaya mempengaruhi sistem politik, sosial dan budaya Irak. Hal ini menyebabkan
perubahan pemerintahan Irak termasuk perubahan kehidupan sosial negara Irak seperti
emansipasi kaum perempuan Irak.

 Kontak kebudayaan dengan masyarakat lain

Kontak kebudayaan antar masyarakat akan menyebabkan pengaruh positif dan negatif.
Contoh: kontak kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan barat (Eropa). Pengaruh positif
yang didapat oleh masyarakat Indonesia antara lain berupa transformasi ilmu pengetahuan
dan teknologi. Adapun pengaruh negatif yang diperoleh bangsa Indonesia dapat berupa
sikap sekelompok anak muda di dalam masyarakat Indonesia yang ke barat-baratan
(westernis).

Proses terjadinya pengaruh perubahan karena kontak kebudayaan dengan masyarakat lain
dijelaskan sebagai berikut:

14

1) Difusi kebudayaan: penyebaran unsur kebudayaan dari suatu tempat lain.

2) Akulturasi kebudayaan: pertemuan antara dua kebudayaan atau lebih dimana kebudayaan asli
masih tampak.

3) Asimilasi kebudayaan: proses pertemuan dan percampuran dua kebudayaan atau lebih. Faktor
yang merubah terjadinya asimilasi antara lain toleransi, pernikahan campur, atau sikap simpati
terhadap kebudayaan lain.

Di dalam masyarakat yang mengalami suatu proses perubahan, terdapat faktor-faktor pendorong
jalannya perubahan titik menyebutkan bahwa terdapat kekuatan-kekuatan pendorong (motivational
forces) yang mempengaruhi perubahan. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Adanya ketidakpuasan terhadap situasi yang ada, karena itu ada keinginan akan situasi yang
lain.

b. Adanya pengetahuan tentang perbedaan antara apa yang ada dengan yang seharusnya bisa ada.

c. Adanya tekanan-tekanan dari luar seperti persaingan atau kompetisi, keharusan-keharusan


menyesuaikan diri dan sebagainya.

d. Adanya kebutuhan kebutuhan dari dalam untuk mencapai efisiensi dan peningkatan, misalnya
produktivitas.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan


Laju perubahan sosial budaya setiap daerah berbeda-beda. Lihat saja, masyarakat kota lebih cepat
mengalami perubahan dibandingkan masyarakat desa. Laju perubahan sosial budaya dalam masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor besar, yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat.

a. Faktor pendorong perubahan sosial budaya

 Kontak dengan budaya lain

Kontak merupakan proses penyampaian informasi tentang ide, keyakinan, dan hasil-hasil
budaya. Adanya kontak dengan budaya lain menjadikan satu kebudayaan bertemu dan saling
bertukar informasi. Misalnya kontak dagang antara pedagang Nusantara dengan pedagang
India, Arab dan barat. Kebudayaan mereka saling mempengaruhi yang akhirnya membawa
perubahan sosial budaya. Oleh karena itu, seringnya melakukan kontak dengan budaya lain akan
mempercepat laju perubahan sosial budaya.

15

 Sikap menghargai hasil karya orang lain

Tidak adanya apresiasi terhadap karya orang lain menjadikan seseorang enggan untuk berkarya.
Namun akan berbeda jika setiap orang menghargai hasil karya orang lain. Setiap orang akan
berlomba-lomba menciptakan suatu karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Karya-karya inilah
yang mendorong munculnya perubahan sosial budaya titik penemuan pesawat terbang
mengilhami Prof. Dr. Ing.B.J. Habibie untuk mendirikan pabrik pesawat di Bandung.

 Sistem pendidikan yang maju

Pendidikan mengajarkan seseorang untuk berpikir ilmiah dan objektif. Dengan kemampuan
tersebut, seseorang dapat menilai bentuk kebudayaan yang sesuai dengan kebutuhan serta
kebudayaan yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Berbekal pengetahuan itu
seseorang melakukan perubahan pada kebudayaan jika dirasa perlu titik oleh karena itu, sistem
pendidikan tinggi mampu mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
 Keinginan untuk maju

Tidak ada seorangpun yang puas dengan keadaan sekarang. Mereka umumnya menginginkan
sesuatu yang lebih baik dari keadaan saat ini. Oleh karena itu, orang akan melakukan berbagai
upaya guna melakukan perubahan hidup yang tentunya ke arah kemajuan. Misalnya seorang
pelajar mengikuti kursus komputer untuk menambah pengetahuan dan keterampilan komputer.

 Toleransi terhadap perubahan

Sikap toleransi dibutuhkan untuk mempercepat laju perubahan sosial budaya dalam
masyarakat. Adanya sikap toleransi menjadikan masyarakat lebih mudah menerima hal-hal
baru. Masyarakat akan menerima hal-hal baru yang dirasa membawa kebaikan.

 Penduduk yang heterogen

Masyarakat yang heterogen memudahkan terjadinya perubahan sosial budaya. Hal ini dapat
dilihat pada masyarakat Indonesia. Penduduk Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku, ras,
dan ideologi. Perbedaan-perbedaan yang ada tidak selamanya membawa keuntungan bagi
Indonesia. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan konflik jika tidak disertai dengan rasa
toleransi yang tinggi. Konflik-konflik inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial
budaya.

16

 Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu

Setiap orang tidak akan pernah puas dengan keadaan saat ini. Berbagai cara dan upaya mereka
lakukan untuk mengubah taraf hidup. Rasa tidak puas terhadap keadaan mendorongnya
melakukan berbagai perubahan. Hal ini pun terjadi pada masyarakat Indonesia ketika reformasi
digulirkan rasa tidak puas terhadap pemerintahan saat ini mendorong masyarakat menuntut
perubahan secara total.

 Sistem pelapisan terbuka

Sistem pelapisan terbuka memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal yang lebih tinggi.
Sistem ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk maju. Kesempatan untuk menaiki
strata yang lebih tinggi mendorong seseorang melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

 Orientasi ke masa depan (Visioner)

Pandangan yang visioner mendorong seseorang melakukan beragam perubahan. Bagi mereka
masa lalu adalah sesuatu yang patut untuk dikenang bukan sebagai pedoman hidup masa depan
harus lebih baik dari masa sekarang. Visi inilah yang mendorong seseorang melakukan
perubahan.

 Sikap mudah menerima hal-hal baru

Suatu perubahan akan berdampak besar jika setiap orang menerima perubahan tersebut titik
keadaan ini menjadi berbeda jika tidak ada seorangpun yang menanggapi Perubahan tersebut.
Perubahan akan berlalu begitu saja tanpa ada masyarakat yang mengikutinya. Oleh karena itu
sikap mudah menerima hal-hal baru mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di
masyarakat.

b. Faktor penghambat perubahan sosial budaya

 Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

Masyarakat yang kurang berhubungan dengan masyarakat lain mengalami perubahan


yang lamban. Hal ini dikarenakan masyarakat tersebut tidak mengetahui perkembangan
masyarakat lain yang dapat memperkaya kebudayaan sendiri. Mereka terkurung dalam
kebudayaan mereka dan pola-pola pemikiran yang masih sederhana. Contohnya suku-
suku bangsa yang masih tinggal di pedalaman.

17

 Masyarakat yang bersikap tradisional

Umumnya masyarakat tradisional memegang kuat adat-istiadat yang ada. Mereka menolak
segala hal baru yang berkenaan dengan kehidupan sosial. Adat dan kebiasaan diagung-
agungkan. Sikap ini menghambat masyarakat tersebut untuk maju.

 Pendidikan yang rendah

Masyarakat yang berpendidikan rendah umumnya tidak dapat menerima hal-hal baru. Pola pikir
dan cara pandang mereka masih bersifat sederhana. Mereka umumnya enggan mengikuti gerak
perubahan yang ada. Artinya, masyarakat statis dan tidak mengalami perubahan yang berarti.

 Adanya kepentingan yang tertanam kuat pada sekelompok orang (vested interest)

Adanya vested interest yang kuat dalam suatu kelompok menyebabkan perubahan sulit terjadi.
Hal ini dikarenakan setiap kelompok yang telah menikmati kedudukannya akan menolak segala
bentuk perubahan. Mereka akan berusaha mempertahankan sistem yang telah ada titik mereka
takut adanya perubahan akan mengubah kedudukan dan statusnya dalam masyarakat.
 Ketakutan akan terjadinya kegoyahan integrasi

Terciptanya integrasi merupakan harapan dan cita-cita masyarakat pada umumnya. Oleh karena
itu, integrasi merupakan sesuatu yang dilindungi oleh masyarakat. Segala hal baru ditolak untuk
menghindari kegoyahan dalam integrasi masyarakat.

 Prasangka buruk terhadap unsur budaya asing

Sikap demikian sering dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa asing.
Pengalaman-pengalaman menyebabkan mereka senantiasa berprasangka buruk terhadap
budaya asing. Akibatnya, mereka menolak segala hal baru terutama berasal dari bangsa asing,
walaupun akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

 Hambatan ideologis

Perubahan yang bersifat ideologi sangat sulit dilakukan. Mengapa demikian? Setiap orang
memandang ideologi sebagai sebuah pedoman hidup yang paling mendasar. Oleh karena itu,
perubahan yang bersifat ideologis tidak mungkin terjadi terlebih pada masyarakat tradisional
ketika ideologi dipegang kuat dalam kehidupan sosial.

18

 Adat atau kebiasaan

Adat atau kebiasaan merupakan pola pola perilaku bagi anggota masyarakat di dalam
memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Apabila kemudian ternyata pola-pola perilaku tersebut
efektif lagi di dalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Mungkin adat atau
kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah,
cara berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga sukar untuk dirubah.

G. Proses-proses perubahan sosial dan kebudayaan


1. Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan

Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan keadaan yang diidam-
idamkan setiap masyarakat. Dengan keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam
keadaan demikian, individu secara psikologis merasakan adanya ketentraman, karena tidak adanya
pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai. Setiap kali terjadi gangguan terhadap keadaan
keserasian, maka masyarakat dapat menolaknya atau mengubah susunan lembaga-lembaga
kemasyarakatan dengan maksud menerima unsur yang baru. Akan tetapi, kadang kala unsur baru
dipaksakan masuknya oleh suatu kekuatan. Apabila masyarakat tidak dapat menolaknya karena unsur
baru tersebut tidak menimbulkan keguncangan, pengaruhnya tetap ada, akan tetapi sikapnya dangkal
dan hanya terbatas pada bentuk luarnya. Norma-norma dan nilai-nilai sosial tidak akan terpengaruh
olehnya, dan dapat berfungsi secara wajar.
Adakalanya unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan mempengaruhi norma-
norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada warga masyarakat. Itu berarti adanya
gangguan yang kontinu terhadap keserasian masyarakat titik keadaan tersebut berarti bahwa
ketegangan-ketegangan serta kekecewaan di antara para warga tidak mempunyai saluran pemecahan.
Apabila ketidak serasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan, maka keadaan
tersebut dinamakan penyesuaian (adjusment) bila sebaliknya yang terjadi maka dinamakan ketidak
penyesuaian sosial (maladjusment) yang mungkin mengakibatkan terjadinya anomie.

Suatu perbedaan dapat diadakan antara penyelesaian dari lembaga-lembaga kemasyarakatan dan
penyelesaian dan individu yang ada dalam masyarakat tersebut. Yang pertama menunjuk pada keadaan,
di mana masyarakat berhasil menyesuaikan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan keadaan yang
mengalami perubahan sosial dan kebudayaan. Sedangkan yang kedua menunjuk pada usaha-usaha
individu untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah diubah atau

19

diganti, agar terhindar dari disorganisasi psikologis. Di Minangkabau misalnya di mana menurut tradisi
wanita mempunyai kedudukan penting karena garis keturunan yang matrilineal, terlihat adanya suatu
kecenderungan di mana hubungan antara anggota keluarga batin lebih erat. Hubungan antara anak-
anak dengan ayahnya yang semula dianggap tidak mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap anak-anak
sebab ayah dianggap sebagai orang luar cenderung menguat.

2. Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan

Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan (avenue or channel of change) merupakan saluran-
saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-
lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi dan
seterusnya. Apabila lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut sebagai suatu sistem sosial
digambarkan,maka coraknya sebagai berikut:

a. Organisasi politik

b. Organisasi keagamaan

c. Organisasi pendidikan

d. Organisasi ekonomi

e. Organisasi hukum

Lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut di atas merupakan suatu struktur apabila mencakup


hubungan antar lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempunyai pola-pola tertentu dan keserasian
tertentu. Dengan singkat dapatlah dikatakan bahwa saluran tersebut berfungsi agar sesuatu perubahan
dikenal, diterima diakui serta dipergunakan oleh khalayak ramai, atau dengan singkat, mengalami proses
institutionalization (pelembagaan).
3. Disorganisasi (disintegrasi) dan reorganisasi (reintegrasi)

a. Pengertian

Disorganisasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari suatu
kebulatan, misalnya masyarakat, agar dapat berfungsi sebagai organisasi harus ada keserasian antar
bagian-bagiannya. Terjadinya disorganisasi antara lain terletak pada persoalan apakah organisasi
tersebut berfungsi secara semestinya atau tidak baik, masalah lain yang sering timbul adalah
disorganisasi dalam masyarakat acapkali dihubungkan dengan moral yaitu anggapan-anggapan tentang
apa yang baik dan apa yang buruk.

20

Suatu disorganisasi atau disintegrasi mungkin dapat dirumuskan sebagai suatu proses berpudarnya
norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat, karena perubahan-perubahan yang terjadi pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan titik sedangkan reorganisasi atau reintegrasi adalah suatu proses
pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang telah mengalami perubahan. Tahap organisasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai
yang baru telah melembaga (institutionalized) dalam arti warga masyarakat. Berhasil tidaknya proses
pelembagaan (institutionalization) tersebut dalam masyarakat, mengikuti formula sebagai berikut:
pelembagaan (institutionalization) = (efektivitas menanam) - (kekuatan menentang masyarakat).

Yang dimaksud dengan efektivitas menanam adalah hasil positif penggunaan tenaga manusia, alat,
organisasi dan metode dalam menanamkan lembaga baru titik semakin besar kemampuan tenaga
manusia, alat-alat yang dipakai organisasi yang tertib nya dan sistem penanaman sesuai dengan
kebudayaan masyarakat makin besar pula hasil yang dapat dicapai oleh usaha penanaman lembaga baru
itu.

b. Suatu gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi

Gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi dalam masyarakat pernah dilukiskan oleh William I
Thomas dan Florian Znaniecki dalam karya klasiknya yang berjudul the police peasant In Europe and
Amerika. Khusus tentang on this organization and organization mereka membentangkan pengaruh dari
suatu masyarakat yang tradisional dan masyarakat yang modern terhadap jiwa anggotanya, watak atau
jiwa seseorang sedikit-banyak merupakan pencerminan kebudayaan masyarakatnya. Pada masyarakat
masyarakat tradisional aktivitas seseorang sepenuhnya berada di bawah kepentingan masyarakatnya.
Segala sesuatu didasarkan pada tradisi dan setiap usaha untuk mengubah suatu unsur sajak itu berarti
bahwa sedang ada usaha untuk mengubah struktur masyarakat seluruhnya. Struktur dianggap sesuatu
yang suci, tak dapat diubah-ubah dengan rasis dan berjalan lambat sekali titik perubahan dari suatu
masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat yang modern akan mengakibatkan pula perubahan
dalam jiwa setiap anggota masyarakat itu.

c. Ketidak serasian perubahan-perubahan dan ketertinggalan budaya (cultural lag)


Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, tidak selalu perubahan-perubahan pada unsur-
unsur masyarakat dan kebudayaan mengalami kelainan yang seimbang. Ada unsur-unsur yang dengan
cepat berubah, akan tetapi ada pula unsur-unsur yang sukar untuk berubah. Biasanya unsur-unsur
kebudayaan kebendaan lebih mudah berubah dari pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Apabila
terdapat unsur-unsur yang tidak mempunyai hubungan yang erat, maka tak ada persoalan mengenai
tidak adanya keseimbangan lajunya perubahan-perubahan. Misalnya suatu perubahan dalam cara
bertani tidak begitu pengaruh terhadap tarian-tarian tradisional, akan tetapi sistem pendidikan anak-
anak mempunyai hubungan yang erat dengan diperkerjakan nya tenaga

21

tenaga wanita pada industri, misalnya, apabila dalam hal ini terjadi ketidak serasian, maka kemungkinan
akan terjadi kegoyahan dalam hubungan antara unsur-unsur tersebut di atas, sehingga keserasian
masyarakat terganggu.

Suatu teori yang terkenal di dalam sosiologi mengenai perubahan dalam masyarakat adalah teori
ketertinggalan budaya (cultural lag) dari William F ogburn, teori tersebut mulai dengan kenyataan
bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya dalam keseluruhannya seperti diuraikan
sebelumnya, akan tetapi ada bagian yang tumbuh cepat sedangkan ada bagian lain yang tumbuhnya
lambat. Perbedaan antara kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat
dinamakan cultural lag (ketertinggalan kebudayaan), juga suatu ketertinggalan (lag) terjadi apabila laju
perubahan dari dua unsur masyarakat atau kebudayaan (mungkin juga lebih) yang mempunyai korelasi,
tidak sebanding sehingga unsur yang satu tertinggal oleh unsur lainnya.

H. Sikap kritis masyarakat terhadap perubahan sosial dan kebudayaan

Perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat, apapun bentuk dan jenis unsur yang berubah
akan meninggalkan suatu kondisi yang baru. Dari kondisi lama kepada kondisi baru tersebut dinamakan
transisi. Keadaan lama dan baru bukan merupakan keadaan yang terpisah melainkan saling
menyambung. Secara singkat dikatakan bahwa kondisi sekarang merupakan hasil dari proses perubahan
di waktu lampau dan kondisi sekarang ini pun akan mengalami perubahan membentuk keadaan baru di
masa depan.

Selain ada unsur-unsur yang berubah, di dalam masyarakat terdapat juga unsur-unsur sosial dan
kebudayaan yang tidak mengalami perubahan. Unsur-unsur kebudayaan fundamental yang dijadikan
pedoman hidup, misalnya ideologi titik selain itu ada pula unsur-unsur sosial atau kebudayaan yang jika
berubah dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan sistem atau menimbulkan kegoncangan dalam
masyarakat. Bierens De Hann menyebutkan adanya dua unsur perubahan dalam masyarakat:

1. Unsur statika, yaitu unsur-unsur di dalam masyarakat yang cenderung mempertahankan suatu
keadaan untuk tidak berubah, seperti adanya vested interest atau golongan orang-orang yang
menghendaki status quo (keadaan yang tetap).
2. Unsur dinamika, yaitu unsur-unsur dalam masyarakat yang menghendaki adanya perubahan
misalnya perubahan lingkungan alam, perubahan struktur sosial, nilai-nilai sosial, dan
sebagainya.

Oleh karena itu, masyarakat umum dari masyarakat Indonesia pada khususnya, hendaknya menyikapi
perubahan apapun yang terjadi secara selektif. Masyarakat Indonesia harus mampu mempertimbangkan
kekurangan dan kelebihan setiap perubahan sosial dan budaya. Perubahan tersebut harus diantisipasi
dengan perilaku perilaku yang positif.

22

Jangan sampai pada saat terjadi perubahan sosial dan budaya, masyarakat Indonesia belum punya
pegangan nilai dan norma yang kokoh, sehingga terjadi keadaan anomie. Selain itu, masyarakat
Indonesia hendaknya jangan terlalu bersikap apriori terhadap perubahan sosial dan budaya, sehingga
tidak ingin menerima perubahan sama sekali. Sikap apriori ini menyebabkan ketertinggalan kebudayaan.
Kita sadari bahwa perubahan sosial dan budaya akan terjadi dalam masyarakat selama masyarakat itu
masih ada. Sikap terbaik kita adalah harus selektif dalam menerima perubahan, kita harus mampu
memilih yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat.
23

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan mana
dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan
perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang
lambat sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat titik perubahan-perubahan hanya akan
dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat
pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada
waktu yang lampau titik seseorang yang tidak dapat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa
di Indonesia misalnya, akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis, tidak maju dan tidak
berubah.

Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial norma norma sosial, pola-pola
perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan
dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.

Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu namun dewasa ini perubahan-
perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang
menghadapinya. Perubahan-perubahan mana sering berjalan secara konstan. Hal tersebut memang
terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka perubahan terlihat
berlangsung terus, walau diselingi keadaan dimana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur
struktur masyarakat yang terkena perubahan.

B. Kritik dan Saran


Makalah yang kami buat masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami berharap pembaca
terutama ibu guru dapat memberikan kritik dan saran konstruktif kepada kami untuk perbaikan makalah
agar lebih bagus lagi.
24

DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Soerjono Soekanto, SH, MA, (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Tim Absi Guru,(2007). IPS Terpadu untuk SMP kelas 3. Jakarta: Erlangga

Wismuliani, Endar dkk, 2009, IPS : untuk SMP dan MTs kelas IX, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional, h. 57-67.

http://gurumuda.com/

(http://belajarpsikologi.com/pengertian-perubahan-sosial/)

http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_Sosial
25

Anda mungkin juga menyukai