Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN AGAMA KATOLIK DAN ETIKA PEMERINTAHAN

OLEH:

1. FRANSISKUS XAVERIUS OBE (21210165)


2. MARIA FEBRIYANTI RAHAYU (21210203)
3. FELISITAS NAITIO (21210172)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TIMOR

KEFAMENANU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah dengan judul “HUBUNGAN AGAMA KATOLIK DAN ETIKA PEMERINTAHAN
” dalam mata kuliah Etika Pemerintahan dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini berisi
Gambaran Umum Agama Katolik, Legitimasi Dan Sumber Kekuatan Agama Katolik,
Hubungan Agama Katolik Dengan Etika Pemerintahan dan Peran Tokoh Agama Katolik
Sebagai Agen Perubahan.Semoga dengan makalah ini kami berharap para pembaca dapat
mengambil hikmahnya dan dapat dijadikan sebagai suatu pedoman pembelajaran. untuk
kedepannya kami berharap dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan makalah ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bantuan tersebut
sangat membantu penyelesaian makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

KEFAMENANU, 21 NOVEMBER 2023

TIM PENYUSUN: KELOMPOK II


DAFTAR ISI

COVER DEPAN................................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1 Gambaran Umum Agama Katolik.................................................................................
2.2 Legitimasi Dan Sumber Kekuatan Agama Katolik.......................................................
2.3 Hubungan Agama Katolik Dengan Etika Pemerintahan...............................................
2.4 Peran Tokoh Agama Katolik Sebagai Agen Perubahan.................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama dalam negara kita adalah sudah jelas. Dalam negara yang berdasarkan
Pancasila, kita menghargai fungsi dan peran agama. Agama menerapkan bagian yang penting
dalam kehidupan bangsa kita yang dikenal sebagai bangsa yang religius. Agama memiliki
kedudukan dan peran penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pengakuan akan agama ini
tercermin dari penetapan prinsip sila pertama Pancasila, yaitu: Ketuhanan Yang Maha
Esa.Agama telah menjadi sumber kekuatan politik selama ribuan tahun di berbagai bagian
dunia. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang mencakup Peran Historis Sejarah mencatat
banyak kerajaan dan kekaisaran di seluruh dunia yang memiliki agama sebagai inti dari
struktur politik mereka. Kekuasaan para pemimpin agama seringkali berdampingan dengan
kekuasaan politik, dan agama digunakan untuk mengukuhkan legitimasi pemerintahan.
Hungungan agama dan pemerintah sangat intens dalam hal pembuatan kebijakan
dalam pemerintahan. Pembuatan kebijakan harus berdasarkan perimbangan norma moral dan
etika. Agama seringkali menetapkan norma moral dan etika dalam masyarakat. Ini
memberikan alasan bagi pemimpin politik untuk mengacu pada nilai-nilai agama saat
merancang kebijakan dan undang-undang, yang memungkinkan mereka untuk
mempertahankan otoritas moral.Para pemimpin politik yang dapat meraih dukungan dari
kelompok agama memiliki kekuatan politik yang kuat. Mereka dapat memobilisasi pengikut
agama untuk mendukung kebijakan atau kampanye politik.

1.2 Rumusan Masalah


1). Bagaimana Gambaran Umum Agama Katolik?
2). Bagaimana Legitimasi Dan Sumber Kekuatan Agama Katolik?
3). Bagaimana Hubungan Agama Katolik Dengan Etika Pemerintahan?
4). Bagaimana Peran Tokoh Agama Katolik Sebagai Agen Perubahan ?
1.3 Tujuan
1). Untuk Mengetahui Bagaimana Gambaran Umum Agama Katolik
2). Untuk Mengetahui Bagaimana Legitimasi Dan Sumber Kekuatan Agama Katolik
3). Untuk Mengetahui Bagaimana Hubungan Agama Katolik Dengan Etika Pemerintahan
4).Untuk Mengetahui Bagaimana Peran Tokoh Agama Katolik Sebagai Agen Perubahan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Agama Katolik


Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama (आगम) yang berarti "Cara
Hidup". Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa
Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali".
Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan
Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan serta peribadatan
kepada Tuhan (atau sejenisnya) serta tata kaidah yang berhubungan dengan adat istiadat, dan
pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan, pelaksanaan
agama bisa dipengaruhi oleh adat istiadat daerah setempat. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, agama adalah pengatur (sistem) yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
keyakinan serta pengabdian kepada Sang Pencipta Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Gereja sering kali diartikan secara sempit sebagai gedung atau tempat peribadatan.
Secara etimologis, gereja berasal dari bahasa Yunani yaitu“ekklesia” yang artinya
perkumpulan. Gereja sendiri kemudian memiliki arti sebagai perkumpulan umat yang
percaya kepada pewartaan Yesus Kristus. Gereja Katolik merupakan lembaga agama yang
menaungi seluruh umat Katolik di dunia. Sebagai lembaga agama, Gereja Katolik memiliki
hirarkiedan teritori terstruktur dari tingkat dunia hingga ke teritori administratif terkecil.

2.2 Legitimasi Dan Sumber Kekuatan Agama Katolik


Sudah jelas bahwa agama berpotensi sebagai sumber bukan hanya kohesi sosial
melainkan juga konflik sosial. Kondisi tersebut sangat ditentukan oleh bagaimana agama
diposisikan; terutama ketika ia berada dalam diskursus publik. Dari sinilah, diskusi tentang
Pancasila beranjak. Akankah Pancasila bisa menjembatani polemik ideologis antara
kelompok religius dan nasionalis.Agama memiliki peran strategis dalam mengkonstruksi dan
memberikan kerangka nilai serta norma dalam membangun struktur negara dan pendisiplinan
masyarakat. Negara menggunakan agama sebagai legitimasi dogmatik untuk mengikat warga
negara agar mematuhi aturan-aturan yang ada. Adanya hubungan timbal balik itulah yang
kemudian menimbulkan hubungan saling mendominasi antar kedua entitas tersebut. Negara
yang didominasi unsur kekuatan agama yang terlalu kuat hanya akan melahirkan negara
teokrasi yang cenderung melahirkan adanya hipokrisi moral maupun etika yang ditunjukkan
para pemuka agama. Kondisi tersebut terjadi karena adanya pencampuradukan unsur teologis
dan materialis secara konservatif.
Agama katolik merupakan agama minoritas kedua setelah agama islam,Legitimasi agama
Katolik di Indonesia didasarkan pada sejarah panjang hubungan antara Gereja Katolik dan
masyarakat Indonesia. Berikut adalah beberapa faktor yang memberikan legitimasi agama
Katolik di Indonesia:
1. Sejarah Penyebaran Agama: Katolik diperkenalkan di Indonesia sejak abad ke-16 oleh
para misionaris, terutama oleh para imam dari ordo Yesuit dan Dominikan. Mereka
berkontribusi besar dalam penyebaran agama Katolik di kepulauan Indonesia.
2. Keterlibatan dalam Pendidikan dan Kesehatan: Gereja Katolik di Indonesia terlibat secara
aktif dalam sektor pendidikan dan kesehatan. Sekolah-sekolah Katolik dan rumah sakit
yang dijalankan oleh Gereja Katolik telah memberikan kontribusi besar dalam
meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
3. Keterlibatan dalam Pembangunan Sosial: Gereja Katolik juga terlibat dalam berbagai
program pembangunan sosial, seperti pembangunan pedesaan, pengentasan kemiskinan,
dan bantuan kemanusiaan. Hal ini memberikan citra positif terhadap agama Katolik di
mata masyarakat.
4. Penerimaan dan Adaptasi: Agama Katolik di Indonesia telah berhasil menyatu dengan
budaya lokal. Gereja Katolik di Indonesia telah menerima dan menghormati tradisi lokal
dalam ibadah dan kegiatan keagamaan, yang memperkuat rasa identitas Katolik di tengah
masyarakat Indonesia yang beragam.
5. Peran Pemimpin Gereja: Para pemimpin gereja Katolik di Indonesia, termasuk Uskup dan
Romo, seringkali memiliki peran penting dalam membangun hubungan baik antara agama
Katolik dan pemerintah serta masyarakat. Mereka sering mengadvokasi hak asasi
manusia, keadilan sosial, dan perdamaian.
6. Kontribusi terhadap Dialog Antaragama: Gereja Katolik di Indonesia aktif dalam dialog
antaragama dengan komunitas agama lain. Upaya untuk membangun pemahaman dan
toleransi antar umat beragama di Indonesia juga meningkatkan legitimasi agama Katolik.
7. Pengakuan dari Pemerintah: Pemerintah Indonesia mengakui keberadaan dan kontribusi
Gereja Katolik di negara ini. Keberagaman agama di Indonesia dihormati, dan Gereja
Katolik diakui sebagai salah satu agama yang sah.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa tingkat legitimasi agama adalah dinamis
dan dapat bervariasi di antara individu dan kelompok masyarakat. Faktor-faktor di atas
mewakili sebagian besar kontribusi Gereja Katolik di Indonesia terhadap masyarakat dan
penerimaan agama Katolik dalam konteks Indonesia.
Agama katolik seringkali menetapkan norma moral dan etika dalam masyarakat. Ini
memberikan alasan bagi pemimpin politik untuk mengacu pada nilai-nilai agama saat
merancang kebijakan dan undang-undang, yang memungkinkan mereka untuk
mempertahankan otoritas moral.Para pemimpin politik yang dapat meraih dukungan dari
kelompok agama memiliki kekuatan politik yang kuat. Mereka dapat memobilisasi pengikut
agama untuk mendukung kebijakan atau kampanye politik.
sumber kekuatan agama pada umumnya adalah dogmatis. ajaran agama berperan
penting dalam membaharuan moralitas seseorang. Dalam tataran Indonesia agama diakui
oleh negara, peran agama sebagai pemersatu dan pendorong keberhasilan sangat penting
dalam dalam negara. Tidak kala pentingnya peran tokoh-tokoh agama karena mereka
merupakan orang yang pertanggung jawab dalam pendidikan moral bangsa.

2.3 Hubungan Agama Katolik Dengan Etika Pemerintahan


Tindakan praktis gereja terhadap politik adalah segala upaya dan suatu proses untuk
memahami dan cara memaknai relitas politik dari cara pandang dan cara berpikir yang telah
diajarkan dalam Alkitab. Mengupayakan suatu kesejahteraan kota dalam hal ini
dimaksud dengan politik merupakan suatu amanat yang dituliskan Alkitab untuk seluruh
umat Tuhan. Hubungan antara agama Katolik dan etika pemerintahan melibatkan
pemahaman dan penerapan nilai-nilai moral serta ajaran-ajaran agama dalam konteks tata
kelola pemerintahan. Beberap a aspek hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Keadilan dan Solidaritas: Agama Katolik mengajarkan prinsip-prinsip keadilan sosial dan
solidaritas. Pemerintahan yang diorientasikan pada nilai-nilai ini harus berusaha
menciptakan masyarakat yang adil, di mana hak-hak dan kesejahteraan semua warganya
diakui dan dijamin. Solidaritas, dalam konteks ini, mengacu pada tanggung jawab
bersama untuk memastikan kesejahteraan seluruh masyarakat.
 Perlindungan Hak Asasi Manusia: Etika pemerintahan yang sesuai dengan ajaran Katolik
harus menghormati dan melindungi hak asasi manusia. Pemerintah diharapkan untuk
menjamin kebebasan beragama, hak sipil, dan hak-hak dasar lainnya sesuai dengan
pandangan Katolik tentang martabat manusia.
 Kewajiban Pemerintah dalam Pelayanan Sosial: Ajaran sosial Gereja Katolik menekankan
pentingnya pemerintah dalam memberikan pelayanan sosial kepada yang membutuhkan,
terutama yang paling rentan. Pemerintahan yang beretika harus berusaha untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, dan keadilan sosial.
 Toleransi dan Dialog Antaragama: Agama Katolik mendorong toleransi dan dialog
antaragama. Pemerintahan yang beretika harus menciptakan lingkungan di mana
kebebasan beragama dihormati dan masyarakat dapat hidup berdampingan secara damai,
menghormati keberagaman agama dan keyakinan.
 Kebijakan Lingkungan: Ajaran Katolik juga mencakup tanggung jawab untuk menjaga
kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pemerintahan yang mencerminkan etika Katolik
harus mempertimbangkan dampak kebijakannya terhadap lingkungan dan
mempromosikan keberlanjutan.
 Pencegahan Korupsi dan Keadilan Sosial: Agama Katolik menekankan pentingnya
keadilan sosial dan melawan korupsi. Pemerintahan yang beretika harus bekerja untuk
menciptakan sistem yang adil dan melibatkan diri dalam upaya pencegahan dan
penindakan terhadap praktik-praktik korupsi.
 Pengentasan Kemiskinan: Etika pemerintahan yang sesuai dengan ajaran Katolik juga
menekankan pentingnya mengentaskan kemiskinan. Pemerintahan diharapkan untuk
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mendukung pembangunan ekonomi
inklusif dan mengurangi kesenjangan sosial.
Perlu diketahui bahwa hubungan antara agama Katolik dan etika pemerintahan dapat
berbeda-beda tergantung pada interpretasi dan aplikasi ajaran agama tersebut oleh para
pemimpin dan warga negara. Selain itu, dalam negara yang menerapkan prinsip pemisahan
antara agama dan negara, peran agama dalam pengarahan etika pemerintahan mungkin lebih
bersifat individual atau kelompok masyarakat daripada dalam kebijakan pemerintah secara
keseluruhan.
2.4 Peran Tokoh Agama Katolik Sebagai Agen Perubahan
Tokoh agama Katolik dapat memainkan peran yang sangat penting sebagai agen
perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk sosial, ekonomi, dan politik. Berikut
adalah beberapa peran yang dapat dimainkan oleh tokoh agama Katolik sebagai agen
perubahan:
 Pendidikan dan Pemasyarakatan Nilai-Nilai Moral: Tokoh agama Katolik, terutama para
rohaniwan dan pemimpin gereja, dapat berperan dalam mendidik dan memasyarakatkan
nilai-nilai moral yang diajarkan oleh ajaran Katolik. Mereka dapat mempromosikan
keadilan, solidaritas, toleransi, dan tanggung jawab sosial sebagai landasan bagi
perubahan positif.
 Pelembagaan Keadilan Sosial: Para tokoh agama Katolik dapat mengadvokasi kebijakan
publik yang mendorong keadilan sosial. Mereka dapat berperan dalam membentuk opini
publik, berpartisipasi dalam dialog politik, dan mempromosikan kebijakan yang
mendukung distribusi kekayaan yang lebih adil, perlindungan hak asasi manusia, dan
pengentasan kemiskinan.
 Keterlibatan dalam Pembangunan Masyarakat: Tokoh agama Katolik dapat memimpin
dan mendukung proyek-proyek pembangunan masyarakat yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup orang-orang yang lebih membutuhkan. Hal ini dapat melibatkan
pengembangan infrastruktur, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan bantuan kemanusiaan.
 Dialog Antaragama dan Toleransi: Para tokoh agama Katolik dapat memainkan peran
penting dalam membangun dialog dan toleransi antaragama. Mereka dapat membuka
pintu untuk komunikasi antarumat beragama, mempromosikan pemahaman saling
menghormati, dan meminimalkan konflik agama.
 Pendidikan dan Pengetahuan: Tokoh agama Katolik dapat mempromosikan pendidikan
dan pengetahuan dalam masyarakat. Mereka dapat mendukung inisiatif pendidikan yang
mencakup ajaran agama, tetapi juga ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan
lainnya untuk meningkatkan kualifikasi dan peluang masyarakat.
 Pemberdayaan Perempuan: Tokoh agama Katolik dapat mendukung pemberdayaan
perempuan dan memerangi diskriminasi gender. Mereka dapat memainkan peran dalam
mempromosikan kesetaraan gender, hak-hak perempuan, dan mengatasi ketidaksetaraan
dalam berbagai lapisan masyarakat.
 Pengembangan Ekologi Integral: Paus Fransiskus dalam ensikliknya "Laudato Si'"
menekankan perlunya ekologi integral, yaitu hubungan yang sehat antara manusia dan
lingkungannya. Tokoh agama Katolik dapat memimpin usaha untuk membangun
kesadaran akan tanggung jawab kita terhadap lingkungan dan mendukung langkah-
langkah praktis untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.
Peran tokoh agama Katolik sebagai agen perubahan mencerminkan kontribusi mereka
terhadap pembangunan masyarakat yang lebih adil, berkelanjutan, dan berlandaskan pada
nilai-nilai keagamaan. Meskipun peran ini dapat berbeda-beda di berbagai konteks, pemimpin
agama memiliki potensi untuk membentuk budaya dan memengaruhi arah perubahan di
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama katolik merupakan agama minoritas kedua setelah agama islam,Legitimasi
agama Katolik di Indonesia didasarkan pada sejarah panjang hubungan antara Gereja Katolik
dan masyarakat Indonesia.Hungungan agama dan pemerintah sangat intens dalam hal
pembuatan kebijakan dalam pemerintahan. Pembuatan kebijakan harus berdasarkan
perimbangan norma moral dan etika. Agama seringkali menetapkan norma moral dan etika
dalam masyarakat. Ini memberikan alasan bagi pemimpin politik untuk mengacu pada nilai-
nilai agama saat merancang kebijakan dan undang-undang, yang memungkinkan mereka
untuk mempertahankan otoritas moral.Para pemimpin politik yang dapat meraih dukungan
dari kelompok agama memiliki kekuatan politik yang kuat. Mereka dapat memobilisasi
pengikut agama untuk mendukung kebijakan atau kampanye politik. Tokoh agama Katolik
dapat memainkan peran yang sangat penting sebagai agen perubahan dalam berbagai aspek
kehidupan, termasuk sosial, ekonomi, dan politik.
3.2 Saran
1) Negara perlu memberikan ruang bagi agama serta mengawasi agama dalam negara
tersebut.
2) Perlunya keadilan dan perlakuan yang sama terhadap semua agama dalam suatu negara.

DAFTAR PUSTAKA
Putra Hardiansyah, D.2018. Peran Agama dalam Negara Menurut Ibnu Khaldun. Jurnal
Manthiq 3(2):41-60

Krisyanto, Eddy.2001. Etika Politik Dalam Konteks Indonesia. Yogyakarta: Kanisius

https://id.scribd.com/document/424543476/Makalah-Agama-Katolik-Dan-Etika-
ignatius-Wahyu-Aji-Wibowo-pe-I-2016-101316086

https://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-agama-menurut-para-ahli.html

https://politik.fisip.unair.ac.id/en/relasi-antara-agama-dan-politik/

https://geotimes.id/opini/legitimasi-agama-barang-lama-yang-masih-laku-dijual/

https://id.wikipedia.org/wiki/Agama

Anda mungkin juga menyukai