Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SOSIOLOGI DAKWAH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

1. NURAISYAH (190202013)
2. RASMI (190202017)

PRODI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN KOMUNIKASI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH SINJAI


TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
semua limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah “Sosiologi Dakwah” dengan baik.

Adapun maksud dan tujuan kami untuk menyusun Makalah ini, yaitu
dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan. Tidak lupa, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam
proses terciptanya Makalah ini.

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan yang ditemukan


dalam Makalah ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan masukan-masukan dan
kritik yang membangun sebagai bahan evaluasi guna memperbaiki Makalah ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Sinjai, 05 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Perubahan sosial sebagai konsekuensi dakwah.......................................3
B. Perubahan sosial sebagai tantangan dakwah...........................................5
C. Sosialisasi dan penyesuaian diri terhadap perubahan.............................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................................13
B. Saran........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah suatu proses perubahan sosial yang dilakukan pelaku dakwah
tentunya terencana untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, maka penting
memberikan pemahaman dan mendeskripsikan tentang fungsi dakwah dalam
perubahan sosial. Perubahan sosial bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan
manusia secara paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang terentang
mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial, namun hal yang paling penting
bagaimana menyeru, mengajak dan memanggil masyarakat agar tingkat
kereligiusan lebih meningkat sebagai modal utama dalam setiap aspek kehidupan.
Olehnya materi yang disampaikan, di setiap kajian-kajian dengan cara diskusi
tanya jawab, membuat masyarakat menyukainya, dan yang paling penting adalah
masyarakat memerlukan figur yang bisa ditiru bukan hanya penyampaian ajaran
islam saja. Perubahan sosial yang dituju dalam aktivitas dakwah tentunya
perubahan yang terencana (planned changed) dakwah sebagai gerakan sosial yang
berhasil mereformasi masyarakat sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW,
yang mengubah masyarakat Arab ke arah yang lebih baik.
Fenomena perubahan sosial sebagai suatu perubahan dari gejalagejala
sosial yang ada di masyarakat tentunya diawali dari yang bersifat individual
hingga yang lebih kompleks, gejala-gejala terganggunya kesinambungan diantara
kesatuan sosial meliputi struktur, fungsi, nilai, norma, pranata, dan semua aspek
yang dihasilkan dari interaksi antarmanusia, organisasi atau komunitas, termasuk
perubahan dalam hal budaya, teknologi, cara mencari nafkah, migrasi, invensi
(penerapan), pengenalan ide baru dan munculnya nilai-nilai sosial baru untuk
melengkapi ataupun menggantikan nilai sosial yang lama, merupakan peran
pelaku dakwah andil didalamnya, memberikan solusi dan mengawal perubahan
yang terjadi di masyarakat agar semua sistem sosial tetap berada pada konsep
keilahian (fikhi).

1
Dengan demikian untuk mendalami perubahan sosial dari aspek dakwah
maka ada beberapa hal yang diungkapkan tentang perubahan sosial yaitu;
perubahan sosial yang terdiri faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial,
faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan, faktor pendorong
jalannya perubahan, pola dakwah terhadap perubahan sosial, dakwah dan dampak
perubahan sosial, aktivitas dakwah dalam perubahan, dakwah dan perubahan
sosial dalam perspektif AlQur’an, peran manusia dalam perubahan sosial.
Perubahan sosial tentunya bermuara dan berperan dalam upaya perubahan nilai
dalam masyarakat yang sesuai dengan tujuan dakwah Islam, dakwah Islam (da’i)
sebagai agent of change memberikan dasar filosofi ‘eksistensi diri’ dalam dimensi
individual, keluarga dan sosio-kultural sehingga muslin memiliki kesiapan untuk
berinteraksi dan menafsirkan kenyataan-kenyataan yang dihadapi secara mendasar
dan menyeluruh menurut agama Islam.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana Perubahan sosial sebagai konsekuensi dakwah?
2. Bagaimana Perubahan sosial sebgai tantangan dakwah?
3. Bagaimana Sosialisasi dan penyesuaian diri terhadap perubahan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1. Memahami Perubahan sosial sebagai konsekuensi dakwah.
2. Memahami Perubahan sosial sebgai tantangan dakwah.
3. Memahami Sosialisasi dan penyesuaian diri terhadap perubahan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perubahan sosial sebagai konsekuensi dakwah


Perubahan sosial merupakan perubahan yang mencakup unsurunsur
kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh
besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial
Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan
sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial
memiliki ciri-ciri antara lain: 1). Setiap masyarakat tidak akan berhenti
berkembang karena mereka mengalami perubahan baik lambat maupun cepat3, 2).
Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti
dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya, 3) Perubahan sosial yang
cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara
sebagai proses penyesuaian diri., 4). Perubahan tidak dibatasi oleh bidang
kebendaan atau bidang spiritual karena keduanya memiliki hubungan timbal balik
yang kuat. (Nanang Martono, 2012:5).
Perubahan sosial dapat dikatakan sebagai suatu perubahan dari gejala-
gejala sosial yang ada di masyarakat; dimulai dari yang bersifat individual hingga
yang lebih kompleks. Perubahan sosial juga dapat dilihat dari segi gejala-gejala
terganggunya kesinambungan diantara kesatuan sosial, walaupun keadaannya
relatif kecil. Perubahan ini meliputi struktur, fungsi, nilai, norma, pranata, dan
semua aspek yang dihasilkan dari interaksi antar manusia, organisasi atau
komunitas, termasuk perubahan dalam hal budaya. Adanya pengenalan teknologi,
cara mencari nafkah, migrasi, invensi (penerapan), pengenalan ide baru dan
munculnya nilai-nilai sosial baru untuk melengkapi ataupun menggantikan nilai
sosial yang lama
Perubahan sosial di anggap sebagai sebuah fenomena dan menjadi
problematika sampai sekarang. Perubahan sosial yang dituju dalam aktivitas
dakwah adalah perubahan yang terencana (planned changed), dakwah gerakan
sosial yang berhasil mereformasi masyarakat adalah dakwah Rasulullah SAW.

3
Secara garis besar dakwah Rasulullah SAW mencakup berbagai aspek
diantaranya; a). Sosio Religius berupa pemantapan akidah umat dimulai dengan
pembangunan masjid, b). Sosio Politik, c). Sosio Ekonomi dengan perintah zakat
dan pelarangan riba serta mendorong etos kerja. Perubahan di abad modern ini
dirasa akan lebih sulit, karena perubahan di banyak aspek, baik teknologi maupun
tekstur masyarakat modern sekarang ini, maka di perlukan kematangan rencana
dan metode yang sistematis. Oleh karena perubahan sosial menuju ke arah tertentu
maka dakwah Islam berfungsi memberikan arah dan corak ideal tatanan
masyarakat baru yang akan mendatang Aktualisasi dakwah berarti upaya penataan
masyarakat terusmenerus di tengah-tengah dinamika perubahan sosial sehingga
tidak ada satu sudut kehidupanpun yang lepas dari perhatian dan pengharapannya.
Dengan demikian dakwah Islam senantiasa harus bergumul dengan kenyataan
baru yang permunculannya kadangkala sulit diperhitungkan sebelumnya.
(Amrullah Achmad, 1985:17).
Dunia dakwah mengalami tantangan yang semakin berat terutama sejak
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin kompleksnya
masalah kemasyarakatan yang dihadapi oleh manusia. Di sisi lain, perkembangan
media komunikasi yang semakin modern tampaknya akan sangat membantu
aktivitas dakwah Islam. Peluang dakwah Islam akan semakin terbuka lebar ketika
para da’i (juru dakwah) mampu memanfaatkan media massa dengan
meminimalisir dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif dari media
yang ada, maka diperlukan sebuah strategi baru oleh para da’i, terutama dalam
metode serta pemanfaatan media massa dan teknologi komunikasi dalam aktivitas
dakwah tersebut. Dalam proses komunikasi, pesan dakwah harus dikemas secara
menarik sebab media adalah pesan, maksudnya adalah kemasan atau media lebih
penting dari pada isi pesan yang akan disampaikan.
Hal ini tentu berlaku pula dalam aktivitas dakwah yang juga merupakan
bagian dari proses komunikasi. Media yang digunakan da’i (juru dakwah) akan
sangat berpengaruh terhadap proses penyampaian pesan dakwah kepada mad’u
(objek dakwah). Apabila media yang digunakan tepat, pesan dakwah pun akan
mudah diterima oleh mad’u sehingga tujuan dakwah dapat tercapai. Banyak ahli

4
yang memberikan batasan perubahan sosial sesuai dengan sudut pandang masing-
masing. Pada intinya, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam
struktur dan proses masyarakat yang dapat mempengaruhi sistem sosial.
Ibnu Khaldun mencetus pemikiran baru apabila menyatakan sistem sosial
manusia berubah mengikut kemampuannya berpikir, keadaan muka bumi
persekitaran mereka, pengaruh iklim, makanan, emosi serta jiwa manusia itu
sendiri. Beliau juga berpendapat institusi masyarakat berkembang mengikuti
tahapnya dengan tertib bermula dengan tahap primitif, pemilikan, di ikuti tahap
peradaban dan kemakmuran sebelum tahap kemunduran. (George Ritzer,
2008:126). Demikian, Ibnu Khaldun tampil sendiri sebagai genius sejarah terbesar
dari Islam yang pertama melahirkan suatu konsepsi filosofis dan sosiologis
tentang sejarah.

B. Perubahan sosial sebagai tantangan dakwah


Perubahan sosial memang harus menjadi sasaran utama dari dakwah.
Sebelumnya dakwah tidak bisa dilepaskan dari adanya proses komunikasi, karena
dakwah, komunikasi dan perubahan sosial harus selalu sinergis satu dengan yang
lainnya. Dakwah tanpa komunikasi tidak akan mampu berjalan menuju target-
target yang diinginkan yaitu terciptanya perubahan masyarakat yang memiliki
nilai di berbagai bidang kehidupan. Dakwah sebagai proses perubahan sosial
berperan dalam upaya perubahan nilai dalam masyarakat yang sesuai dengan
tujuan dakwah Islam. (Moh. Asror Yusuf, 2006:31).
TantanganPerubahan Sosial diantaranya; 1). Integrasi sosial; Dalam
perubahan sosial di masyarakat, perlu di ikuti adanya penyesuaian baik unsur
masyarakat maupun unsur baru. Hal demikian sering disebut sebagai integrasi
sosial. Unsur yang saling berbeda dapat saling menyesuaikan diri. Indonesia yang
terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan budayanya, diharapkan semua unsur
atau komponen bangsa dapat menyesuaikan diri. Oleh karena itu akan terciptakan
integrasi sosial atau integrasi nasional Indonesia, 2). Disintegrasi social;
Disintegrasi sering diartikan sebagai proses terpecahnya suatu kesatuan menjadi

5
bagian-bagian kecil yang terpisah satu sama lain. Sedangkan disintegrasi sosial
adalah proses terpecahnya suatu kelompok sosial menjadi beberapa unit sosial
yang terpisah satu sama lain. Proses ini terjadi akibat hilangnya ikatan kolektif
yang mempersatukan anggota kelompok satu sama lain. Perubahan sosial sering
ditandai dengan perubahan unsur kebudayaan, tanpa di imbangi perubahan unsur
kebudayaan yang lain yang saling terkait.
Biasanya unsur yang cepat berubah adalah kebudayaan kebendaan bila
dibandingkan dengan kebudayaan rokhani. Dalam hal ini dapat dikemukakan
beberapa bentuk yaitu a). Anomie; Anomie adalah keadaan kritis dalam
masyarakat akibat perubahan sosial dimana norma atau nilai lama memudar,
namun norma atau nilai baru yang akan menggantikan belum terbentuk. Dengan
demikian dalam kehidupan masyarakat seolah-olah tidak ada norma atau nilai, b)
Cultural lag; Menurut William F. Ogburn dikemukakan sebagai perbedaan taraf
kemajuan antara berbagai bagian dalam kebudayaan, atau ketertinggalan antara
unsur kebudayaan material dengan non material, c). Mestizo culture; Mestizo
culture atau kebudayaan campuran merupakan proses percampuran unsur
kebudayaan yang satu dengan unsur kebudayaan lain yang memiliki warna dan
sifat yang berbeda. Hal ini bercirikan sifat formalimse, yaitu hanya dapat meniru
bentuknya, tetapi tidak mengerti akan arti sesungguhnya. Keadaan ini ditandai
dengan meningkatnya pola konsumsi masyarakat serta terjadinya demonstrasi
efek (pamer kekayaan) yang makin besar dengan adanya iklan. Kondisi demikian
dapat menimbulkan disintegrasi sosial.
Aktualisasi sistem dakwah disertai dengan serangkaian masalah yang
kompleks yaitu (1). Ketika dakwah Islam di canangkan dalam masyarakat yang
belum Islam, pesan Islam oleh masyarakat setempat dipandang asing atau
pendatang. Penerimaan terhadap pesan dakwah dibarengi dengan sikap kritis
berupa penilaian; apakah Islam, sejalan dengan apa yang telah dimiliki atau
bahkan bertentangan secara netral. Disini dakwah dihadapkan dengan pilihan
yang kadangkala dapat mengaburkan pesan itu sendiri. Sinkritisme baik dalam
bentuk lama maupun yang baru menyangkut kebijaksanaan da’i dalam mengatasi
pilihan ini,(2). Bahwa pemilikan Islam sebagai hasil kegiatan dakwah berjalan

6
secara lambat atau secara cepat. Ketika Islam mulai dipeluk dan kenyataan sosial
baru menampakkan diri, penghayatan terhadap ajaran Islam oleh para pemeluk
mulai mendapat tantangan baru yaitu adanya keterbatasan untuk menangkap dan
kemampuan memberikan kerangka terhadap kenyataan baru berdasarkan ajaran
Islam dapat melahirkan sikap atau anggapan bahwa Islam tidak memiliki relevansi
dengan kenyataan. Disini dakwah Islam dihadapkan dengan kemampuan
menterjemahkan kembali ajaran Islam agar tetap memiliki kesinambungan dengan
kenyataan baru, (3). Ketika perubahan sosiokultural semakin kompleks
menyebabkan masalah kemanusiaan semakin meluas, dakwah Islam dihadapkan
dengan keharusan memberikan jawaban yang jelas menyangkut kepentingan
manusia dalam berbagai segi kehidupan. Penataan lembaga dakwah dimulai
kembali, perumusan pesan ditinjau kembali, penanganan masalah secara konkret
harus dikedepankan, secara keseluruhan sistem dakwah harus ditinjau kembali
baik efektivitas, efisiensi maupun jangkauan penanganan masalah yang dihadapi,
karena tanpa upaya yang berkesinambungan dalam pemikiran sistem dakwah,
Islam semakin tidak mengakar dalam sistem sosial budaya.
Dakwah sebagai suatu proses perubahan sosial terencana yang dirancang
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, dimana pembangunan dilakukan
saling melengkapi proses pembangunan ekonomi. Pembangunan sosial sebagai
pendekatan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan
manusia secara paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang terentang
mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial, namun hal yang paling terpenting adalah
bagaimana menjaga tingkat kereligiusan sebagai modal utama dalam setiap aspek
kehidupan.
Untuk tercapainya suatu dakwah selain beberapa hal di atas metode
keilmuan dakwah juga perlu diterapkan, karena metode adalah suatu cara atau
jalan. Maka, metode mengandung arti cara kerja untuk memahami obyek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Sifat obyek dalam kajian-kajian
menyangkut proses mewujudkan dan transformasi ajaran Islam menjadi realitas
ummah dengan kualitas khairul ummah. Dalam proses transformasi meliputi:
proses ‘pembatinan Islam’, proses mewujudkan Islam ke dalam sistem keyakinan

7
fikrah, akhlak dan tindakan nyata pada lingkup fardiyati dan proses ‘pelembagaan
Islam’ dalam kehidupan usrah muslim dan jama’ah serta pengelolaan lembaga-
lembaga Islam dalam sistem jaringan kerja (amal sholeh) kelembagaan dalam
semua aspek kehidupan.
Konsep Islam dalam perubahan sosial itu ada. Bahkan Allah SWT pun
menyuruh masyarakat untuk berubah, kalau tidak mau berubah biar Allah saja
yang mengubahnya. Akan tetapi, ada beberapa jenis masyarakat muslim yang mau
melakukan perubahan sosial karena mereka ingin menjadikan Islam itu agama
yang fleksibel. Tapi bukan dalam hal yang prinsip. Namun ada juga masyarakat
Islam yang begitu mereka melakukan perubahan sosial, prinsip-prinsip yang telah
Allah gariskan telah hilang dalam perubahan mereka artinya Islam sudah menjadi
agama kenangan, akan tetapi ada juga masyarakat Islam yang sama sekali tidak
ingin melakukan perubahan yang akhirnya mereka terjebak pada satu agama yang
statik, tidak berubah. (3TTaufik Abdullah-M.Rusli Karim, 1989)

C. Sosialisasi dan penyesuaian diri terhadap perubahan


Sosialisasi merupakan proses belajar seseorang menuju pembentukan
kepribadian melalui pemahaman mengenai kesadaran terhadap peran diri yang
dijalankan dan peran yang dijalankan orang lain. Sosialisasi juga dapat dimaknai
sebagai suatu proses di mana individu mulai menerima dan menyesuaikan diri
dengan unsur-unsur kebudayaan (tradisi, perilaku, bahasa, dan kebiasaan-
kebiasaan) masyarakat, yang dimulai dari lingkungan keluarganya dan kemudian
meluas pada masyarakat luas, lambat laun dengan keberhasilan penerimaan atau
penyesuaian tersebut, maka individu akan merasa menjadi bagian dari keluarga
atau masyarakat.
Pada dasarnya, setiap manusia melakukan proses sosialisasi dari lahir
hingga meninggalnya. Manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa
mempunyai kecenderung an untuk hidup bersama dalam suatu bentuk pergaulan
hidup yang disebut masyarakat. Di dalam kehidupan masyarakat, manusia dituntut
untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya melalui suatu

8
proses. Proses penyesuaian diri terhadap masyarakat dalam ilmu sosiologi
dinamakan proses sosialisasi.
Manusia selain dikenal sebagai makhluk individu, juga digambarkan
sebagai makhluk sosial. Tidak ada seorang pun manusia yang sanggup hidup
tanpa tergantung pada masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Manusia tidak
hidup sendiri namun hidup di tengah masyarakat atau individu-individu lain,
sehingga di dalam kehidupan ini manusia memerlukan bantuan orang lain. Sejak
lahir manusia telah diajarkan tentang bagaimana dapat hidup bersama orang lain,
dengan kata lain didalam diri manusia telah ditanamkan sejak kecil bagaimana
cara bersosialisasi dengan baik. Hubungan yang terjadi pada umumnya dimulai
dengan adanya saling menyadari keberadaan satu dengan -yang lainnya dan
dilanjutkan dengan adanya kontak antar pribadi. Didalam membangun dan
memelihara suatu hubungan, terjadi suatu proses interaksi sosial, dalam proses
tersebut individu menginginkan suasana yang dapat menciptakan suatu
keharmonisan sehingga secara psikologis kesejahteraan dan kebahagiaan lahir
batin dapat tercapai.
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai penyesuaian sosial, yaitu
kesanggupan individu untuk dapat bereaksi secara efektif dan harmonis terhadap
realitas sosial dan situasi sosialnya, serta bisa menjalin hubungan sosial yang
sehat. Dalam melakukan proses penyesuaian diri, individu mengalami proses
belajar yaitu belajar memahami, mengerti dan berusaha untuk melakukan apa
yang diinginkan oleh dirinya maupun lingkungannya karena manusia selalu
mendambakan kondisi yang seimbang didalam memenuhi kebutuhan, dorongan,
dan keinginan yang ada pada dirinya sesuai dengan norma-norma atau aturan yang
berlaku di dalam masyarakat. Norma ini akan memberikan respon baik atau tidak
baik tergantung dari penyesuaiannya.
Setiap tindakan manusia dalam menyalurkan dorongannya memang
mengharapkan suatu pemuasan yang berhasil. Bila ini terjadi maka timbullah
keadaan yang seimbang. Tetapi kepuasan ini tidak hanya terhenti pada pemuasan
dorongan saja, ada tujuan yang lebih jauh lagi, tujuan ini ialah kelangsungan
dirinya sebagai jenis manusia. Bagi manusia pemuasan dorongan itu bersifat

9
sekunder. Oleh sebab itu, manusia sebagai makhluk hidup yang ingin
mempertahankan kelangsungan hidupnya berusaha pula untuk memenuhi tuntutan
sosialnya. Inilah yang dinamakan penyesuaian diri
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang bergantung. Oleh karena itu,
manusia tidak bisa hidup secara mandiri dan pasti membutuhkan orang lain untuk
mengatasi kendala yang ada dalam kehidupannya. Tidaklah berlebihan jika
manusia biasa disebut sebagai makhluk sosial. Dalam menjalani kehidupan sosial
tersebut, seseorang memerlukan sebuah fasilitas serta cara untuk membantunya
mempermudah dirinya untuk masuk pada ranah sosial tersebut. Interaksi dan
komunikasi, merupakan ungkapan yang kemudian dapat menggambarkan cara
serta komunikasi tersebut. Secara umum, interaksi merupakan kegiatan yang
memungkinkan terjadinya sebuah hubungan antara seseorang dan orang lain, yang
kemudian diaktualisasikan melalui praktek komunikasi. Dua hal tersebut,
mempunyai hubungan yang terikat sehingga diperlukan sebuah pemetaan untuk
memahami secara mendalam.
Berbicara pada lingkup sosial, maka interaksi maupun komunikasi yang
dilakukan pun akan bersifat sosial. Dalam hal ini menurut Sigman seperti dikutip
oleh Wahyu Illahi, (2010:132) mengatakan: “Communication in this view is seen
not as individual phenomenon but as a societal-level one”. Dari sini menjadi jelas
bahwa komunikasi sosial merupakan sebuah kegiatan yang bergerak pada ranah
sosial sebagai indikasi yang terlahir akibat terbentuknya sebuah interaksi sosial.
Dikarenakan interaksi sosial, menurut ummel “Social Interaction are the act,
action, or practice of two or more people mutually oriented towards each other’s
selves, that is, any behavior that tries to affec or take account of each other’s
subjective experiences so that the social interaction means it must be aware of
each other-have each other’s swelf in mind” atau lebih mudahnya interaksi sosial
adalah kegiatan yang mendapati dua orang atau lebih, saling menyesuaikan diri
tentang kehidupan yang mereka miliki.
Dengan begitu, dalam interaksi sosial diharuskan terdapat rasa saling
memiliki atau peduli dalam setiap diri pelaku interaksi tersebut. Hal penting lain
yang menjadi poin dalam interaksi adalah bahwa ketika seseorang menganggap

10
yang lain sebagai sebuah objek, mesin, atau hanya sebab akibat sebuah fenomena,
maka tidak akan terjadi interaksi sosial.
Proses dakwah merupakan proses komunikasi. Hal tersebut, juga dapat
diartikan bahwa dalam kegiatan dakwah pasti selalu ada proses interaksi, yaitu
hubungan antara dai sebagai komunikator di satu pihak dan mad’u sebagai
komunikan di pihak lain. Interaksi dalam hal ini ditunjukkan untuk mempengaruhi
mad’u yang akan membawa perubahan sikap sesuai dengan tujuan dakwah.
Dengan demikian, dalam komunikan dakwah dapat dipastikan terjadi yang
namanya proses interaksi sosial antara dai dan mad’u.
Komunikasi adalah interaksi sosial yang bertujuan. Komunikator dan
komunikan terlibat dalam proses komunikasi karena ada tujuantujuan yang ingin
dicapai bersama. Apalagi dalam lingkup kehidupan sosial, tujuan komunikasi
menjadi lebih kompleks dari sekadar mencapai konsensus (mutual understanding).
Demikian juga yang akan berlaku dalam komunikasi dakwah. Berbicara mengenai
komunikasi berarti kita pun akan berbicara mengenai bahasa. Hal ini dikarenakan
komunikasi dakwah merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Sejarah
telah mencatat bahwa tak ada satu bangsa pun yang tidak mempunyai komunikasi
efektif dalam proses sosial yang menyamainya.
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa komunikasi merupakan salah
satu hasil peradaban manusia. Hal ini pernah juga disinggung budayawan
Indonesia yakni Koentjaraningrat, beliau mengatakan bahwa komunikasi
merupakan salah satu unsur terpenting dalam peradaban manusia, sebab
hakikatnya manusia secara simbolik menggunakan komunikasi sebagai simbol
bahasa dalam bertukar pikiran, perasaan, dan pengalaman. Selain itu, terwujudnya
komunikasi efektif tergantung pada kemampuan manusia dalam menggunakan
bahasa sebagai simbol dalam berkomunikasi, sehingga kita bisa mengambil
makna dari apa yang kita ucapkan.
Diperlukan kecakapan khusus agar kita bisa berkomunikasi secara efektif
dan efisien. Karena apabila kita berbicara mengenai komunikasi efektif dan
efisien berarti kita berbicara mengenai optimalisasi waktu dan biaya dalam usaha

11
pertukaran informasi, sehingga informasi yang kita sampaikan ataupun yang kita
terima tepat sesuai sasaran dan memberikan pemahaman makna yang mendalam.
Dalam hal ini, komunikasi juga bertujuan membentuk suatu struktur sosial
yang dilengkapi dengan norma-norma sosial. Pada tahapan akhir, proses sosial
dengan sistem sosial. Sistem sosial ini dipergunakan untuk memelihara berbagai
proses dan mekanisme sosial. Karena apa pun yang terjadi, komunikasi juga
merupakan sarana sosialisasi baik dalam keluarga, kelompok sosial, maupun
bangsa. Sistem inilah yang juga dilakukan oleh dai dalam menyampaikan
pesannya kepada komunikator. Akan tetapi, dengan berkembangnya media
komunikasi massa, sosialisasi pesan dakwah juga berjalan semakin cepat dan
semakin mudah meluas. Nilai-nilai sosial Islam dapat semakin dikuatkan oleh
media massa, tetapi juga sebaliknya dapat diubah secara radikal.
Penguatan dan perubahan nilai dalam masyarakat yang disebabkan media
massa tersebut bergantung dari berbagai faktor antara lain pesan dakwah dalam
membentuk opini publik. Bagaimanapun juga, opini publik disadari atau tidak
oleh masyarakat, di samping menyebabkan masyarakat menjadi lebih terbuka
menerima nilai-nilai baru (permissive), juga dapat mengarahkan ke arah mana
nilai-nilai baru berubah, sepanjang ada komunikasi dalam proses sosial sepanjang
itu pula kutub-kutub pembentukan opini terjadi, karena itulah setiap masyarakat
senantiasa mengandung konflik di dalam dirinya. Artinya, konflik merupakan
gejala yang melekat dalam setiap masyarakat dan karena itu setiap masyarakat
berada dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir dengan demikian,
perubahan sosial merupakan gejala yang melekat dalam masyarakat dan inilah
yang juga ingin disalurkan dalam komunikasi dakwah di mana akan terjadi
perubahan sosial dalam membentuk nilai-nilai Islam sesuai hakikat tujuan dakwah
yaitu amr ma’ruf nahi munkar (Wahyu, 2010:141).

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam kajian sosiologi dakwah sesuai dengan fungsinya yakni untuk
menyajikan sebanyak mungkin bagaimana realitas kondisi-kondisi
sosial dalam masyarakat sebagai sasaran dakwah, agar pelaksanaan
dakwah dapat terjadi secara efisien dan bagaimana kondisi-kondisi
sosial yang tepat bagi pelaksanaan dakwah dalam masyarakat. Maka
untuk berjalannya dan suksesnya dakwah dalam masyarakat perlu
memperhatikan bagaimana kondisi sosial masyarakat tersebut.
2. Secara sosiologis masyarakat mengalami perubahan, baik masyarakat
yang lambat perubahannya maupun masyarakat yang cepat
perubahannya sebagaimana dikemukakan di atas, dengan demikian
strategi dakwah yang akan diterapkan di dalam masyarakat yang
mengalami perubahan tersebut sesuai dengan beberapa fungsinya,
dalam hal ini dakwah harus melihat dan mempertimbangkan kondisi
sosial yang terdapat dalam masyarakat, kemudian tentunya para
muballigh dan muballighoh harus bisa menyesuaikan materi dakwah
dan stratagi dakwah mengikuti perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat.
3. Hubungan antara perubahan sosial (social change) dengan dakwah
dimana dakwah harus bisa melihat dan mempertimbangkan perubahan
sosial dalam pelaksanaan dakwah, kalau tidak demikian disatu sisi misi
dakwah dalam rangka membina umat, mengajak umat berbuat
kebajikan dan mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar
dikhawatirkan akan mengalami kegagalan.

13
B. Saran
Dalam Membangun perubahan sosial perlunya Komunikasi dakwah yang
dibangun juga dimensidimensi yang beragam diantaranya, komunikasi sebagai
interaksi social dan komunikasi sebagai perubahan Sosial karena dakwah sering
dipahami sebagai upaya untuk memberikan solusi Islam terhadap berbagai
masalah dalam kehidupan. Komunikasi dakwah menyemaikan pesan keagamaan
dalam berbagai tatanan komunikasi atau model komunikasi agar orang lain yang
menjadi sasaran dakwah dapat terpanggil akan pentingnya Islam dan ajarannya
dalam dunia ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, Achmad. 1985. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Yogyakarta:


Bidang Penerbitan PLP2M.
Dadang Kahmat. Sosiologi Agama, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009.
Halim dkk. 2009. Dakwah Pengembangan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka
Pesantren.
Illaihi, Wahyu, 2010.Komunikasi Dakwah, Bandung, Remaja Rosdakarya
Nur Ahmad .Jurnal Komunikasi Sebagai Proses Interaksi Dan Perubahan Sosial
Dalam Dakwah. Volume 2, Nomor 2, Juli – Desember 2014
Syamsuddin .2013. Sosiologi Dakwah.Makassar: Alauddin University Press

15

Anda mungkin juga menyukai