Anda di halaman 1dari 11

MODERNISASI BERAGAMA

Disusun Guna Memenuhi Tugas


MATA KULIAH : STUDI AGAMA KONTEMPORER
DOSEN PENGAMPU : Hj. MUSLIMAH, M. Pd. I

Disusun Oleh :
Iyot Masrun Yusup
2314140063

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya, penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“MODERNISASI BERAGAMA” ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti
dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada IBU HJ. MUSLIMAH,
M.Pd, I.. sebagai dosen pengampu mata kuliah STUDI AGAMA
KONTEMPORER yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Palangka Raya, 15 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Masalah....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Modernisasi Beragama.........................................................................................2
B. Gejala-Gejala Modernisasi....................................................................................4
C. Kedudukan Modernisasi Dalam Islam...................................................................4
D. Prespektif Postmodernisasi Dalam Islam..............................................................5
E. Konsep Postmodernisme......................................................................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................................7
A. Kesimpulan..........................................................................................................7
B. Saran....................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modernisasi merupakan salah satu fenomena sosial yang saat ini terjadi di
seluruh dunia, bahkan di Indonesia pun sudah terdampak. Peristiwa ini
memberikan dampak bagi umat Islam di Indonesia, dimana umat Islam Indonesia
tidak bisa lepas dari kisruh modernisasi yang semakin merata di berbagai wilayah,
tidak hanya di negara-negara maju yang besar, bahkan di negara-negara kecil
sekalipun.Pesatnya gelombang perubahan social. Pesatnya gelombang perubahan
sosial membuat proses modernisasi menyebar dengan mudah dan mempunyai
dampak yang sangat nyata terutama dalam bidang politik, hukum, ekonomi dan
agama.Timbulnya perubahan sosial dalam masyarakat akibat pengaruh
modernisasi yang dengan cepat menyebar ke belahan dunia lain dan merupakan
hal yang wajar.Salah satu alasan perubahan sosial begitu mudah terjadi adalah
karena kemajuan teknologi yang begitu cepat.Karena sangat aneh dan tidak
mungkin suatu masyarakat tidak mengalami apa yang disebut dengan perubahan,
maka boleh saja masyarakat itu mengalami perubahan, tetapi hanya perubahan
yang terjadi itu yang pelan-pelan dan pelan-pelan, dapat dianggap relatif
lambat .Jika setiap individu dan masyarakat terbuka terhadap apa yang dianggap
baru, maka proses modernisasi akan terjadi dengan sangat cepat.Masyarakat terus
berubah, dan perubahan dalam masyarakat adalah hal yang wajar dan tidak dapat
dihindari, meskipun perubahan dalam suatu masyarakat berbeda dengan
perubahan dalam masyarakat lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Modernisasi Beragama
2. Gejala-gejala Modernisasi
3. Kedudukan Modernisasi dalam islam
4. Prespektif Postmodernisme
5. Konsep Postmodernisme
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui serta Paham Mengenai Modernisasi Beragama
2. Paham mengerti gejela-gejala dan kedudukan modernisasi dalam islam.
3. Memahami makna serta Mengerti Prespektif akan Postmodernisme.
4. Mengetahui konsep dasar Postmodernisme.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Modernisasi Beragama
Secara etimologis, modernisasi berasal dari bahasa Latin “modo” dan
“ernus”.Modo artinya jalan sedangkan ernus artinya menunjukkan adanya tahapan
saat ini. Pada dasarnya, modernisasi melibatkan transformasi total kehidupan
tradisional atau pra-modern dalam hal teknologi dan organisasi sosial. menuju
model ekonomi dan politik yang menjadi ciri negara-negara Barat yang stabil.
Modernisasi merupakan salah satu bentuk perubahan sosial. Secara keseluruhan,
ini adalah perubahan sosial yang terarah berdasarkan perubahan yang
direncanakan.. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, modernisasi
adalah peristiwa atau tindakan yang menjadikannya modern, modernisasi dan
tindakan menyerap ciri-ciri modern. Ciri-ciri umum modernisasi berkaitan dengan
aspek sosio-demografis masyarakat dan ciri-ciri sosio-demografis itu sendiri
digambarkan dengan istilah mobilitas sosial. Artinya suatu proses faktor sosio-
ekonomi dan psikologis mulai membuka peluang munculnya pola-pola baru
melalui sosialisasi dan pola perilaku.
Kemudian dari segi struktural, organisasi sosial diartikan sebagai unsur-
unsur dan norma-norma masyarakat yang diwujudkan ketika orang-orang ikut
serta dalam hubungan satu sama lain dalam kehidupan bermasyarakat. Perubahan
struktural melibatkan institusi sosial, norma, kelas sosial, hubungan, dll. Oleh
karena itu, modernisasi merupakan suatu perubahan sosial yang kompleks yang
meliputi proses disorganisasi, permasalahan sosial, konflik antar kelompok.
hambatan terhadap perubahan, dan lain-lain. Dalam penafsiran modernisasi
terdapat banyak pendapat dan keragaman. “Modernisasi adalah proses
transformasi ekonomi, politik dan sosial. Dan perubahan budaya yang terjadi di
negara-negara terbelakang ketika mereka bergerak menuju model organisasi sosial
dan politik yang lebih maju dan kompleks.
Definisi lain Modernisasi dalam pandangan lain, yaitu :
1) Menurut Endang Saifuddin Anshari (1990 : 230), Modernisasi adalah
suatu proses aktivitas yang membawa kemajuan yakni perubahan dan
perombakan secara asasi mengenai susunan dan corak suara masyarakat
dari statis ke dinamis dari tradisional ke rasional, dari feodal ke
kerakyatan dan lain sebagainya dengan jalan mengubah cara berpikir
masyarakat sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam
aparat dan tata cara semaksimal mungkin.

2
2) Menurut Soerjono, Modernisasi adalah suatu proses transformasi yang
pada awalnya merupakan sesuatu yang tradisional menjadi sesuatu yang
lebih maju. Proses transformasi tersebut berarti agar dapat membawa
masyarakat lebih sejahtera. Dapat disimpulkan bahwa modernisasi adalah
suatu proses transformasi dari berbagai hal yang dapat dikatakan belum
berkemajuan lalu berubah menjadi ke arah yang lebih berkemajuan.
3) Menurut Wilbert E.. Moore yang dikutip oleh Soerjono Soekanto (1982),
Modernisasi pada hakikatnya terdiri dari transformasi total gaya hidup
tradisional atau pra-modern secara bersama-sama dalam hal teknologi
sosial/organisasi serta model ekonomi dan politik yang menjadi ciri
khasnya. negara-negara Barat yang stabil. Pandangan Wilbert inilah yang
mempengaruhi sistem nilai sebagai faktor kunci lahirnya kapitalisme
Barat. Di sisi lain, ideologi kapitalis yang berkembang di negara-negara
berkembang semakin condong ke arah sikap praktis dan konsumeris.
Oleh karena itu, beberapa ciri manusia modern masih dapat
dipertahankan, yaitu:
1. Melihat ke depan, bukan ke masa lalu.
2. Bersikap dinamis dan positif, tidak mempunyai sikap negatif terhadap
pengharapan.
3. Memberikan perhatian khusus terhadap waktu, terutama pada ruang nalar,
bukan pada emosi, perasaan atau hipotesis
4. Mengembangkan sikap keterbukaan terhadap pikiran dan hasil penemuan
ilmiah.
5. Prioritaskan hal-hal yang telah dicapai seseorang, bukan status yang
diakui.
6. Memberikan perhatian sebesar-besarnya pada isu-isu yang mendesak,
lebih spesifik dan global.
7. Berpartisipasi dalam tujuan yang melampaui tujuan golongan.
Jika kita memperhatikan uraian di atas, jelaslah bahwa hakikat
modernisasi sangat penting dalam kehidupan manusia dan menyangkut
bidang ekonomi, masyarakat, politik, budaya, norma, dan aturan, harga
diri, dan kehormatan..
Oleh karena itu, modernisasi tidak sama dengan:
a) Sekularisasi, khususnya proses penghilangan agama, wahyu dan Tuhan
dari kehidupan dan penghidupan masyarakat
b) Westernisasi, kepastian Westernisasi
c) Materialisasi, yaitu proses menuju pada pemahaman materialisme atau
pemusatan perhatian pada alam materi
d) Kristenisasi, khususnya proses konversi

3
B. Gejala-Gejala Modernisasi
Secara epistemologis, teori modernisasi merupakan perpaduan pemikiran
fungsionalisme struktural dan behavioris budaya Paronian. Para pendukung teori
ini meyakini bahwa masyarakat akan berubah secara linier, yaitu perubahan yang
lancar, serasi, dan seimbang dari elemen terkecil masyarakat hingga terjadi
perubahan pada masyarakat tersebut. keseluruhan dari tradisional hingga modern..
Perspektif teoritis mengenai modernisasi ini didasarkan pada pengalaman sejarah
revolusi industri di Inggris yang dianggap sebagai titik tolak berkembangnya
sistem politik yang modern dan demokratis.
Modernisasi telah dipelajari dan didefinisikan dalam teori sosiologi
pascaperang Amerika yang dimulai dengan referensi implisit atau eksplisit
terhadap dikotomi antara dua tipe ideal: masyarakat tradisional dan sosialisme.
Setelah kondisi dimunculkan dan ditetapkan dalam struktur sosial ekonomi
mereka, yang sebagian besar berbasis industri, mereka kemudian membangun
model yang realistis dan di sinilah terjadi transisi perubahan atau perubahan nilai-
nilai dalam masyarakat.
Beberapa teori menekankan sifat endogen dari proses perubahan
ini, sedangkan faktor eksogen juga menekankan bahwa proses perubahan
yang sama juga terjadi, atau keraguan dan kecurigaan mulai muncul ketika
mempercayai sesuatu.
C. Kedudukan Modernisasi Dalam Islam
Dari perspektif global, peran agama tidak bisa dianggap remeh. Kita
mendapat kesan bahwa agama telah ada berbeda dengan modernitas yang telah
ada dalam kehidupan orang. Agama Islam yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW memuat segala macam petunjuk dan petunjuk mengenai tata
cara bagaimana seharusnya manusia berperilaku dalam kehidupannya sekarang.
Secara teologis, Islam merupakan suatu sistem yang terdiri dari nilai dan ajaran
suci. Sedangkan dari segi sosiologi, Islam sendiri merupakan wujud fenomena
peradaban dan realitas sosial.
Oleh karena itu, Islam mempunyai kedudukan yang tidak dapat diubah
atau diubah hanya dengan modernisasi. Islam sendiri mempunyai petunjuk yaitu
kepatuhan terhadap konsep Al-Quran hadis dan ijtihad, Alquran merupakan salah
satu sumber utama ajaran Islam.. Modernisasi memiliki prinsip yang sangat jelas.
dalam Al-Quran, Allah SWT telah memanggil umat-Nya untuk mengabdikan diri
hanya kepada-Nya. Aqidah dan ibadah menjadi landasan awal setiap muslim,
karena kedua hal tersebut mampu membangkitkan semangat umat islam agar
selalu mempunyai akhlak dan akhlak yang terpuji.. Semua itu dapat memberikan
dampak yang positif bagi umat islam dalam mengahdapi gelapnya pergaulan di
era modernisasi. Allah selalu menyeru manusia untuk mempersiapkan masa
depan.

4
D. Prespektif Postmodernisasi Dalam Islam
Istilah postmodern secara harafiah berarti “setelah modernitas”. Istilah
“modern” yang berarti zaman baru, berasal dari bahasa Latin modernus,
digunakan sejak abad ke-5 M untuk menunjukkan batas antara era kekuasaan
agama Kristen dan era paganisme Romawi. Istilah tersebut kemudian berkembang
menjadi sejumlah istilah turunan yang kesemuanya mengacu pada periode sejarah
setelah Abad Pertengahan. Beberapa istilah tersebut adalah modern, modernisasi
dan modernisme. Dalam penggunaan sering terjadi tumpang tindih dan
penyederhanaan makna antara istilah yang berbeda tersebut.. Meskipun demikian,
diterima suatu kenyataan bahwa yang diacu oleh istilah-istilah ini adalah suatu era
kebudayaan baru yang ditegakkan oleh rasio, subjek dan wacana
antropomorfisme.Sementara itu istilah modernitas (modernity) diartikan sebagai
kondisi sosial budaya masyarakat modern. Istilah ini sekaligus menggambarkan
hubungan antara masa kini dan masa silam, serta sebagai kurun sejarah yang
berbeda dimana moderrnitas lebih superior dibanding masa sebelumnya.
Postmodernisme mengacu pada gagasan bahwa institusi dan gaya hidup
yang menjadi ciri modernitas telah digantikan oleh institusi baru, sehingga
sampai batas tertentu tidak dapat lagi dianggap bahwa Abad ke-21 merupakan
kelanjutan dari zaman modern. Dengan kata lain, zaman modern telah berakhir
dan kini setiap orang hidup di era baru yaitu era postmodern, dan tentunya setiap
orang membutuhkan cara-cara baru untuk memahami dunia yang telah
bertransformasi ini. Fakta ini dikemukakan oleh Pip Jones dalam penjelasannya
terhadap pemikiran Bauman yaitu bahwa "teori postmodernitas bukanlah revisi
dari teori modernitas. teori postmodernitas mempunyai kosa kata tersendiri.
Sebaliknya, postmodernisme, meskipun jelas terkait erat dengan postmodernitas,
adalah istilah yang lebih berhubungan dengan cara berpikir baru dalam
memahami sesuatu, ide, keyakinan, dan pengetahuan dibandingkan dengan cara
hidup baru dan pengorganisasian kehidupan sosial.
Postmodernisme telah melahirkan banyak gagasan yang mengisi
ruang-ruang kehidupan sosial.Salah satu gagasan yang dapat disebutkan
adalah gagasan dekonstruksi.. Dekonstruksi berasal dari bahasa Perancis
Deconstruire yang berarti membongkar mesin, namun membongkar untuk
merakitnya kembali. Oleh karena itu, Dekonstruksi mempunyai makna
positif karena membongkar dan membalikkan makna teks namun tidak
hanya dengan tujuan membongkarnya saja tetapi juga dengan
mengkonstruksi teks atau wacana baru dengan makna baru yang berbeda
dengan teks yang didekonstruksi. Metode dekonstruksi sendiri berbeda
dengan kritik Derrida terhadap metode hermeneutika modern yang
mengasumsikan kemampuan memahami makna teks secara objektif, serta
kritik Derrida dengan strukturalisme Saussure yang mengasumsikan
adanya makna kata yang stabil dan objektif.

5
Postmodernisme menolak klaim kebenaran dalam sains dan agama.
Kebenaran tidak bisa dimonopoli oleh individu atau kelompok manapun.
Kebenaran sejati hanya milik Tuhan. Manusia dapat mempelajari dan
mengolah fakta tersebut. Keyakinan (belief) dalam perspektif
postmodernis bukanlah sesuatu yang telah tercipta (mempunyai wujud),
melainkan sesuatu yang sedang dalam proses pembentukan dan lebih
menekankan pada peran dan fungsi.
E. Konsep Postmodernisme
Ketika pertama kali muncul, postmodernisme tidak menunjukkan puncak
kebudayaan baru (seperti dalam Pannwitz) setelah dekadensi masa modern,
namun sebaliknya, ia merupakan diagnosis kelemahan budaya setelah puncak era
modern. Diagnosis negatif tidak diantisipasi oleh Hoe, yang kemudian disusul
oleh Harry Lavin, what was modernism? sebagai gugatan. Mereka menyadari
bahwa era sosial baru ini harus menemukan citranya dalam hal menyamakan
kedudukan terlebih dahulu dengan berkurangnya peluang terjadinya skandal.
Namun, segera setelah itu, pada pertengahan tahun 1960-an, banyak hal berubah
dan penilaian positif terhadap sastra postmodern muncul. Kritikus seperti Leslie
Fiedler dalam Cross the Border Close the Gap, 1969, dan Suzan Sontag,
meninggalkan orientasi yang hanya didasarkan pada kriteria klasik modern.
Dengan cara ini, sastra postmodern dapat dengan leluasa memahami dan
mengapresiasi ciri-ciri khas sastra baru ini.
Pembahasan sejarah istilah postmodern yang kemudian diperkuat oleh
analisis filsafat,diperoleh dua kesimpulan. Pertama, postmodern menjadi kata
penuntun (Leitwort) atau konsep di mana isinya telah mempunyai batas-batas
yang eksak, yaitu pluralisme interferensial. Kedua,postmodernitas sesungguhnya
merupakan suatu paradigma yang tidak antimodern atau transmodern.
Pluralisme postmodern telah berkembang pesat dan beragam. Di bidang
tertentu, seperti seni, sudah menjadi kewajiban sejak awal abad ini. Saat ini,
pluralisme telah menjadi dominan di seluruh spektrum budaya dan kehidupan. Ini
berkaitan dengan proses dan perubahan aktual. Di era pesawat terbang dan
telekomunikasi yang heterogen, keduanya menjadi begitu dekat dan bertemu di
mana-mana sehingga simultanitas isu-isu non-kontemporer (Gleichzeitigkeit des
Ungleichzeitigen) menjadi ciri universal yang baru. Suatu pluralitas interferensial
menjadi tatanan dasar realitas. Pemikiran postmodern tidak menciptakan situasi
itu, tetapi siap menghadapi realitas itu dengan segala tantangannya.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modernisasi merupakan proses transformasi hal-hal tradisional ke
arah yang lebih maju. Modernisasi terjadi pada tahun berkat kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Kemajuan-kemajuan
ini telah mengubah pola pikir, pola sosial, dan pola hidup secara drastis.
Namun modernisasi juga mempunyai dampak positif dan negatif. Islam
sendiri menempati posisi yang tidak dapat diubah oleh modernisasi. Islam
adalah agama universal dan tidak menghalangi umat Islam untuk
berkembang ke arah yang progresif. Sebaliknya harus berpegang teguh
pada prinsip agama Islam, khususnya Al-Qur'an dan Hadits
Postmodernisme adalah model sistem ideologi baru di bidang ilmu
pengetahuan dan agama melalui pendekatannya terhadap gagasan, konsep,
dan teori ilmu sosial modern. Postmodernisme tidak memecah belah
berbagai aliran pemikiran yang ada pada abad ke-20 namun bertujuan
untuk menyempurnakan aliran pemikiran yang sudah ada. Tema sentral
postmodernisme adalah pengakuan terhadap keragaman gagasan,
relativitas pemikiran manusia, hal-hal yang absurd atau tidak
terbayangkan, seperti dogma, etika, kepercayaan, adat istiadat, dan mitos.
B. Saran
Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata
baik untuk itu saya mohon saran dari para pihak guna kebaikan serta manfaat bagi
semua orang kedepan dan agar saya dapat membuat makalah yang lebih baik lagi
kedepannya.

7
DAFTAR PUSTAKA
Lavin, Harry. “What Was Modernism?” JSTOR 1, no. 4 (1960): 609–630.
https://www.jstor.org/stable/25086557?
seq=1#page_scan_tab_contents.
Achmadi, Asmoro. 2014. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Press.
Jones, Pip. 2009. Pengantar Teori-Teori Sosial; Dari Fungsionalisme
hingga Postmodernisme, Terj., Ahmad Fedyani Saifuddin.
Jakarta: Obor.
Budiman, M. R., Syarwani, A., & Syifa, G. N. (2021). Makalah
Modernisasi dan Westernisasi di INDONESIA. Modernisasi Dan
Westernisasi Di Indonesia, 872010001473, 1–14.
Fazlurrahman, M. (2018). Modernisasi Pendidikan Islam: Gagasan
Alternatif Fazlur Rahman. TA’LIM : Jurnal Studi Pendidikan
Islam, 1(1), 73–89. https://doi.org/10.52166/talim.v1i1.634
Maulana, D. S. (2021). Modernisasi Dalam Lingkungan Masyarakat
Saat Ini.
http://repository.untagsby.ac.id/13291/1/1461900282_DaristyaSatriaMaul
ana_EAS_AE.pdf
Intizar‘”Moderasi Beragama di Indonesia” Diakses dari
http://radenfatah.ac.id/index.php/intizar

Anda mungkin juga menyukai