Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SOSIOLOGI EKONOMI

“EKONOMI DAN MODERNISASI”

Dosen Pengampu:
Saprudin, M.Si

Oleh Kelompok 9:

Padli Pawaid Yahya (180501049)


Rosa Linda (180501050)
Tri Mulyalestari (180501060)
Islahatul Ma’rifah (180501063)

III/B
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah Swt yang telah menganugerahkan rahmat karunia, dan
ridha-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini yang berjudul
“Ekonomi dan Modernisasi”. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai salahsatu
tugas individu pada mata kuliah “Sosiologi Ekonomi”. Dalam kesempatan ini penulis tidak
lupa mengucapkan Terima kasih kepada Dosen serta semua pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran perbaikan dari semua pihak yang terkait.
Sehingga kekurangan yang ada dapat diperbaiaki dan disempurnakan.
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat sebagaimana mestinya, khususnya bagi Mahasiswa.

Mataram, 29 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Modernisasi dan bagaimana sejarahnya................................................................. 2
B. Teori-teori Modernisasi ......................................................................................... 4
C. Ciri-ciri Modernisasi .............................................................................................. 9
D. Syarat-syarat Modernisasi ..................................................................................... 12
E. Gejala Modernisasi ............................................................................................... 12
F. Dampak positif dan negatif Modernisasi .............................................................. 12
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan selalu diikuti dengan kemajuan teknologi. Hal ini
terbukti dengan banyaknya penemuan dalam bidang teknologi guna memenuhi
kebutuhan hidup manusia dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia melibatkan Negara-
negara lain. Dalam banyak proyek pengembangan ilmu pengetahuan seperti penelitian-
penelitian, beasiswa, dan institusi pendidikan, Negara-negara lain banyak terlibat baik
dari segi pembiayaan maupun segi pengadaan fasilitas. Modernisasi berarti proses
menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang modern. Modernisasi dapat pula
berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang modern. Jadi,
modernisasi merupakan suatu proses perubahan di mana masyarakat yang sedang
memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki
masyarakat modern. Selain itu, ini juga menunjukkan suatu proses dari serangkaian
upaya untuk menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang
bersifat atau berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Modernisasi dan bagaimana sejarahnya?
2. Apa saja teori-teori Modernisasi?
3. Apa ciri-ciri Modernisasi?
4. Bagaimana syarat-syarat Modernisasi?
5. Bagaimana gejala Modernisasi?
6. Bagaimana dampak positif dan negatif Modernisasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Modernisasi dan bagaimana sejarahnya.
2. Untuk mengetahui teori-teori Modernisasi.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri Modernisasi.
4. Untuk mengetahui syarat-syarat Modernisasi.
5. Untuk mengetahui gejala Modernisasi.
6. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif Modernisasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MODERNISASI DAN BAGAIMANA SEJARAHNYA


a. Pengertian Modernisasi dan Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia
yang brhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa.
Istilah "ekonomi" sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu οἶκος (oikos) yang berarti
"keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos) yang berarti "peraturan, aturan, hukum".
Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen
rumah tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah
orang menggunakan konsep ekonomi, dan data dalam bekerja.1
Arti kata modernisasi dengan kata dasar modern bersasal dari Bahasa latin
modernus yang dibentuk dari kata modo dan ernus. Modo berarti cara dan Enus menunjuk
pada adanya periode waktu masa kini. Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau
proses menuju masyarakat yang modern. Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari
masyarakat tradisional menuju masarakat yang modern, jadi modernisasi merupakan
suatu proses perubahan dimana masyarakat yang sedang memperbaharui dirinya
berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki masyarakat modern.2
Modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-
sistem sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika
Utara pada abad ke-17 sampai 19. Sistem sosial yang baru ini kemudian menyebar ke
negara-negara Eropa lainnya serta juga ke negara-negara Amerika Selatan, Asia, dan
Afrika.
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak
dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu
masyarakat yang modern. Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah
sebagai berikut.

1
Wikipedia, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi, pada tanggal 30 November 2019
pukul 10.55.
2
Septian Raha, “Makalah Modernisasi dan Globalisasi”, diakses dari
https://www.academia.edu/6194393/MAKALAH_MODERNISASI_DAN_GLOBALISASI, pada tanggal 30
November 2019 pukul 09.45.

2
Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan
bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke
arah pola-pola ekonomis dan politis.
Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang
terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social
planning.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup
pengertian sebagai berikut:
1. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya
tarat penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
2. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup
dalam masyarakat.
b. Sejarah Modernisasi
Teori modernisasi lahir sebagai tanggapan ilmuwan sosial Barat terhadap
Perang Dunia II. Teori ini muncul sebagai upaya Amerika untuk memenangkan perang
ideologi melawan sosialisme yang pada waktu itu sedang populer. Bersamaan dengan
itu, lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin bekas
jajahan Eropa melatar belakangi perkembangan teori ini. Negara adidaya melihat hal
ini sebagai peluang untuk membantu Negara Dunia Ketiga sebagai upaya stabilitas
ekonomi dan politik.
Di awal perumusannya tahun 1950-an, aliran modernisasi mencari bentuk teori
dan mewarisi pemikiran-pemikiran dari teori evolusi dan fungsionalisme. Teori evolusi
dan fungsionalisme pada waktu itu dianggap mampu menjelaskan proses peralihan
masyarakat tradisional menuju masyarakat modern di Eropa Barat, selain juga
didukung oleh para pakar yang terdidik dalam alam pemikiran struktural-
fungsionalisme. Teori evolusi menggambarkan perkembangan masyarakat sebagai
gerakan searah seperti garis lurus. Kita dapat melihatnya dalam karya-karya Spencer
dan Comte. Teori fungsionalisme dari Talcott Parsons beranggapan bahwa masyarakat
tidak ubahnya seperti organ tubuh manusia yang memiliki berbagai bagian yang saling
bergantung.
Selain itu, teori modernisasi pun didukung oleh tokoh-tokoh seperti Neil
Smelser dengan teori diferensiasi strukturalnya. Smelser beranggapan dengan proses
modernisasi, ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi
sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih
3
khusus. Sedangkan Rostow yang menyatakan bahwa ada lima tahapan pembangunan
ekonomi. Ia merumuskannya ke dalam teori tahapan pertumbuhan ekonomi, yaitu tahap
masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas, lepas landas, bergerak ke kedewasaan,
dan berakhir dengan tahap konsumsi massal yang tinggi. Di samping itu, ada beberapa
varian teori modernisasi lain seperti Coleman dengan diferensiasi dan modernisasi
politik-nya, Harrod-Domar yang menekankan penyediaan modal untuk investasi
pembangunan, McClelland dengan teori need for Achievement (n-Ach)-nya, Weber
dengan “Etika Protestan”-nya, Hoselitz yang membahas faktor-faktor nonekonomi
yang ditinggalkan Rostow yang disebut faktor “kondisi lingkungan”, dan Inkeles yang
mengemukakan ciri-ciri manusia modern.
Satu hal yang menonjol dari teori ini adalah modernisasi seolah-olah tidak
memberikan celah terhadap unsur luar yang dianggap modern sebagai sumber
kegagalan, namun lebih menekankan sebagai akibat dari dalam masyarakat itu sendiri.
Alhasil faktor eksternal menjadi terabaikan. Teori modernisasi memberikan solusi,
bahwa untuk membantu Dunia Ketiga termasuk kemiskinan, tidak saja diperlukan
bantuan modal dari negara-negara maju, tetapi negara itu disarankan untuk
meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional dan kemudian melembagakan
demokrasi politik.
Karena berpatokan dengan perkembangan di Barat, modernisasi diidentikkan
dengan westernisasi. Teori ini pun kurang mampu menjawab kegagalan penerapannya
di Amerika Latin, tidak memperhatikan kondisi obyektif masyarakat, sejarah dan tradisi
lama yang masih berkembang di Negara Dunia Ketiga. Untuk menjawabnya,
muncullah teori modernisasi baru. Bila dalam teori modernisasi klasik, tradisi dianggap
sebagai penghalang pembangunan, dalam teori modernisasi baru, tradisi dipandang
sebagai faktor positif pembangunan. Namun, tetap saja baik teori modernisasi klasik,
maupun baru, melihat permasalahan pembangunan lebih banyak dari sudut kepentingan
Amerika Serikat dan negara maju lainnya.
B. TEORI-TEORI MODERNISASI

Berdasarkan pada teori pembagian kerja secara internasional, maka secara umum
di dunia ini terdapat dua kelompok negara, yaitu kelompok negara yang memproduksi hasil
pertanian dan kelompok negara yang memproduksi barang industri. Pada kedua kelompok
negara ini terjadi hubungan dagang dan keduanya menurut teori diatas saling
menguntungkan. Tetapi setelah beberapa puluh tahun kemudian, muncul suatu

4
permasalahan bahwa neraca perdagangan kedua kelompok negara ini berbeda, yang dimana
negara yang memproduksi barang industri mendapatkan keuntungan yang besar dan
semakin kaya sedangkan negara yang memproduksi hasil pertanian mendapatkan hasil
yang kurang menguntungkan dan lebih tertinggal (miskin). Dari permasalahan diatas maka
muncul beberapa teori modernisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yang
menjelaskan tentang kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang terdapat di dalam
negara tersebut. Beberapa teori yang tergolong kedalam kelompok teori modernisasi yaitu:
1) Teori Harrod – Domar: Modal dan Investasi
Roy Harrod dan Evsey Domar adalah ahli ekonomi yang berbicara tentang teori
ekonomi pembangunan yang menekankan pada penyediaan modal dan investasi.
Mereka berkesimpulan bahwa pembangunan akan berhasil dan terlaksana dengan baik
jika pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya modal dan investasi.
2) Teori Max Weber: Etika Protestan
Max Weber adalah seorang sosiolog jerman yang dianggap bapak sosiolog
modern. Teori Max Weber menekankan tentang nilai-nilai budaya yang menjelaskan
tentang peran agama dalam pembentukan kapitalisme. Peran agama yang dikemukakan
disini mempunyai peran yang menentukan dalam mempengaruhi tingkah laku individu.
Kalau nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dapat diarahkan kepada sikap yang
positif terhadap pertumbuhan ekonomi, maka proses pembangunan dalam masyarakat
dapat terlaksana.
3) Teori David McCleland: Dorongan Berprestasi atau n-Ach
David McCleland adalah seorang ahli psikologi sosial. Teori ini menekankan
pada aspek-aspek psikologi individu. Bagi McCleland, dengan mendorongnya proses
pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n-Ach yang tinggi.
Kalau manusia wiraswasta ini dapat dibentuk dalam jumlah yang banyak, maka proses
pembangunan dalam masyarakat tersebut dapat terlaksana dengan baik.
4) Teori W.W. Rostow: Lima Tahap Pembangunan
W.W. Rostow adalah seorang ahli ekonomi, perhatiannya bukan hanya pada
masalah ekonomi dalam arti sempit tetapi juga meluas pada masalah sosiologi dalam
proses pembangunan, meskipun titik berat analisisnya masih tetap pada masalah
ekonomi. Bagi Rostow sendiri pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam
sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju.
Untuk menuju ke proses ini maka rostow membaginya menjadi lima tahap, yaitu:
a. Masyarakat tradisional

5
Perlunya penguasaan ilmu pengetahuan agar kehidupan dan kemajuan
masyarakat dapat berkembang.
b. Prakondisi untuk lepas landas
Proses ini memerlukan adanya campur tangan dari luar atau masyarakat yang
sudah maju. Dengan campur tangan dari luar ini maka mulai berkembang ide
pembaharuan.
c. Lepas landas
Periode ini akan ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang
menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
d. Bergerak ke kedewasaan
Periode ini ditandai perkembangan industri yang sangat pesat dan memantapkan
posisinya dalam perekonomian global. Barang-barang yang tadinya di inpor,
sekarang dapat diproduksi di dalam negeri. Yang diproduksikan bukan hanya
terbatas pada barang konsumsi tetapi juga barang modal.
e. Zaman konsumsi masal yang tinggi
Pada periode ini konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk
hidup, tetapi akan meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi. Produksi industri akan
berubah, dari kebutuhan dasar menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan
lama. Pada titik ini pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang
berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan secara terus menerus.
Selain itu juga teori Rostow menekankan pada aspek-aspek non ekonomi untuk
menuju ke proses lepas landas. Baginya untuk menuju ke proses lepas landas harus
memenuhi tiga kondisi yang saling berkaitan, yaitu:
a. Peningkatan investasi pada sektor produktif.
b. Pertumbuhan satu atau lebih sektor manukfaktur yang penting dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi.
c. Perlunya lembaga-lembaga politik dan sosial yang bisa memanfaatkan berbagai
dorongan gerak ekspansi dari sektor ekonomi modern dan akibat yang mungkin
terjadi terjadi dengan adanya kekuatan-kekuatan ekonomi dari luar sebagai hasil
dari lepas landas, disamping itu juga lembaga-lembaga ini bisa membuat
pertumbuhan menjadi sebuah proses berkesinambungan. Dengan memperhatikan
tiga kondisi ini, maka tahap lepas landas dan kemudian tahap konsumsi masal yang
tinggi akan tercapai.
5) Teori Bert. F. Hoselitz: Faktor-Faktor Non Ekonomi

6
Teori Hoselitz membahas tentang faktor-faktor non ekonomi yang ditinggalkan
oleh Rostow. Teorinya menekankan pada perlunya lembaga-lembaga yang diperlukan
menjelang lepas landas. Menurut Hoselitz masalah utama pembangunan bukan hanya
sekedar masalah kekurangan modal, tetapi ada masalah lain yang juga sangat penting
yakni adanya ketrampilan kerja tertentu, yang termasuk didalamnya tenaga wiraswata
yang tangguh. Hoselitz berfikir bahwa, dibutuhkan perubahan kelembagaan pada masa
sebelum lepas landas, yang akan mempengaruhi pemasukan modal menjadi lebih
produktif. Perubahan kelembagaan ini akan menghasilkan tenaga wiraswasta dan
administrasi, serta ketrampilan teknis dan keilmuan yang dimiliki. Oleh karena itu, bagi
Hoselitz pembangunan membutuhkan pemasukan dari beberapa unsur, yaitu:
a) Pemasokan modal besar dan perbankan
Dibutuhkan lembaga-lembaga yang bisa menggerakan tabungan
masyarakat dan menyalurkannya ke kegiatan yang produktif. Ia menyebutkan
lembaga perbankanlah yang lebih efektif. Tanpa lembaga-lembaga seperti ini,
maka modal besar yang ada sulit dikumpulkan sehingga bisa menjadi sia-sia dan
tidak menghasilkan pembangunan.
b) Pemasokan tenaga ahli dan terampil
Tenaga yang dimaksud adalah tenaga kewiraswataan, administrator
profesional, insinyur, ahli ilmu pengetahuan, dan tenaga manajerial yang tangguh.
Disamping itu juga perlu di dukung dengan perkembangan teknologi dan sains
yang harus sudah melembaga sebelum masyarakat melakukan lepas landas.
6). Teori Alex Inkeles dan David. H. Smith: Manusia Modern
Teori Alex Inkeles dan David Smith menekankan tentang lingkungan material
dalam hal ini lingkungan pekerjaan. Teori pada dasarnya berbicara tentang pentingnya
factor manusia sebagai komponen penting penopang pembangunan dalam hal ini
manusia modern. Kedua tokoh ini mencoba memberikan ciri-ciri dari manusia modern,
seperti: keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang
dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia bisa
menguasai alam. Keduanya beranggapan, bahwa bagaimanapun juga manusia bisa
diubah secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tidak ada manusia
yang tetap menjadi tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia
dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang tradisional. Artinya, dengan memberikan
lingkungan yang tepat, setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern setelah dia
mencapai dewasa.

7
Dari hasil penelitiannya, mereka berkesimpulan bahwa pendidikan adalah yang
paling efektif untuk mengubah manusia dan pengalaman kerja dan pengenalan terhadap
media massa. Penemuan ini juga mendukung pendapat Daniel Lerner yang
menekankan pentingnya media massa sebagai lembaga yang mendorong modernisasi.
Perbedaan yang ada pada macam-macam teori yang ada diatas hanya
merupakan perbedaan penekanan aspek yang dianggap penting, baik dalam
menciptakan manusia yang akan membangun maupun dalam mempersiapkan sarana
material untuk pembangunan itu sendiri. Tetapi pada dasarnya, inti dari teori-teori ini
adalah sama.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari persoalan mengenai mengapa
ada Negara-negara yang tertinggal (miskin). Bagi teori modernisasi cukup jelas, bahwa
negara-negara tersebut belum maju atau masih bersifat tradisional atau belum berhasil
lepas landas karena baik orang-orangnya maupun nilai-nilai yang hidup di masyarakat
tersebut belum modern sehingga tidak menopang pembangunan. Maka dari itu, untuk
menanggulangi permasalahan ini perlu diperkenalkan nilai-nilai yang rasional dan
sarana atau lembaga modern untuk menopang proses pembangunan. Demi maksud ini
maka perlu campur tangan dan dukungan dari Negara-negara yang sudah maju atau
modern.
Teori modernisasi lebih menyoroti pada aspek ekonomi dan sosiologi. Really
Rostow dalam teori ekonominya menyatakan "pembangunan lebih ditekankan pada
tahapan pertumbuhan ekonomi" (the stage of economies growth). Adapun dalam
pandangan sosiologi, pembangunan lebih ditekankan pada perubahan besar pada sektor
non-ekonomi yang menyangkut perubahan yang mengandung berbagai macam
perbedaan. Perbedaan yang dimaksud dengan konsep pemikiran ini ialah perbedaan
watak atau karakter antara bangsa di negara maju dan negara sedang berkembang.
Dengan demikian, pembangunan dapat dijelaskan pada perubahan karakter atau
mentalitas bangsa untuk mengambil sampel dari negara-negara industri maju ini. Akan
tetapi, apakah langkah maju ini tepat jika negara sedang berkembang dipaksakan untuk
meniru langkah bangsa dan negara industri maju dengan perbedaan kultural di antara
keduanya. Asumsi ini tidak menyelesaikan masalah, jika pembangunan tapi di
diterapkan pada persoalan antara pertumbuhan tahapan ekonomi dan watak atau

8
karakter anntar bangsa, sehingga timbul skala prioritas, manakah yang hendak
didahulukan antara membangun karakter dan pertumbuhan ekonomi.3
C. CIRI-CIRI MODERNISASI

Ciri-ciri modernisasi itu adalah sebagai berikut:


1. Individualisme.
John Naisbitt dan Patricia aburdene (1990) membicarakan maksud dengan
"kemenangan individual sebagai ciri utama era modern. Yang mereka maksud dengan
"kemenangan individual"adalah bahwa yang memegang peran sentral dalam
masyarakat adalah individu, bukan komunitas, suku, kelompok, atau bangsa (1990:
298). Individu terbebas dari posisi tergantikan; bebas dari tekanan ikatan kelompok;
bebas berpindah ke kelompok yang diinginkannya; bebas memilih keanggotaan
kesatuan sosial yang diinginkannya; bebas menentukan dan bertanggung jawab sendiri
atas kesuksesan maupun kegagalan tindakannya sendiri.
2. Diferensiasi.
Ini sangat penting di bidang tenaga kerja. Dengan muncul sejumlah besar
spesialisasi, penyempitan definisi pekerjaan dan profesi, akan memerlukan keragaman
keterampilan, kecakapan, dan latihan. Diferensiasi pun terjadi di bidang konsumsi, yani
munculnya berbagai pilihan peluang hidup mengejutkan yang dihadapi setiap
konsumen potensial (Dahrendorf, 1979). Spesialisasi tenaga kerja dan konsumsi ini
memperluas selingkuh pilihan dalam pendidikan, pekerjaan, dan gaya hidup.
3. Rasionalitas.
Artinya berperhitungan. Berfungsi nya institusi dan organisasi tidak tergantung
pada perseorangan. Inilah yang menjadi landasan teori birokrasi dan organisasi
birokrasi Weber (dalam arti manajemen yang efisien). Manajemen efisien atau rasional
dianggap sebagai ciri utama modernitas.
4. Ekonomisme.
Seluruh aspek kehidupan sosial didominasi oleh aktivitas ekonomi, tujuan
ekonomi, kriteria ekonomi, dan prestasi ekonomi. Masyarakat modern terutama
memusatkan perhatian pada produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa dan
tentu saja pada uang sebagai ukuran umum dan anna tukar. Ekonomisme ini

3
Elly M. Setiadi dan Usman Kholip, pengantar sosiologi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), Edisi 1,
Hlm. 678.

9
mengesampingkan kasyikan pada keluarga dan ikatan kekeluargaan yang mewarnai
masyarakat primitif atau masyarakat agraris (misalnya, di abad pertengahan).
5. Perkembangan.
Modernitas cenderung memperluas jangkauannya terutama ruangnya dan
inilah yang dimaksud proses globalisasi. Seperti dinyatakan Giddens: "modernisasi
adalah globalisasi" (1990: 177), artinya cenderung meliputi kawasan geografis yang
makin luas dan akhirnya meliputi seluruh dunia. Modernitas juga berkembang makin
mendalam, menjangkau bidang kehidupan sehari-hari yang paling pribadi sifatnya
(misalnya: keyakinan agama, perilaku seksual, selera konsumsi, pola hiburan, dan
sebagainya). Ruang dan aspek kehidupan yang dijangkau modernisasi ini lebih hebat
daripada kebanyakan ciri perubahan yang terjadi dalam periode sebelum modernisasi.
Ciri-ciri umum modernisasi di atas tercermin dalam berbagai sub bidang
kehidupan sosial. Sosiolog biasanya menunjukkan sejumlah fenomena baru yang muncul
dalam masyarakat modern. Di bidang ekonomi yang menjadi sentral keseluruhan sistem
sosial, terlihat fenomena sebagai berikut:4
1. Pertumbuhan ekonomi sangat cepat. Pada kalanya memang terjadi juga resesi lokal
tetapi secara menyeluruh dan dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi
melampaui kecepatan pertumbuhan yang pernah terjadi dalam periode sejarah
sebelumnya.
2. Terjadinya pergeseran dari produksi agraris ke industri sebagai inti sektor ekonomi.
3. Konsentrasi produksi ekonomi di kota dan di kawasan urban.
4. Penggunaan sumber daya tak bernyawa sebagai pengganti tenaga kerja manusia dan
hewan.
5. Penyebaran temuan teknologi ke seluruh aspek kehidupan sosial.
6. Terbukanya pasar tenaga kerja berkompetisi bebas dan sedikitnya pengangguran.
7. Berkonsentrasi nya tenaga kerja di pabrik dan di perusahaan raksasa.
8. Pentingnya peran pengusaha, manajer, atau "kapten industri" dalam mengendalikan
produksi.
Sistem ekonomi semacam ini merombak keseluruhan struktur kelas dan
stratifikasi sosial yang ada, sehingga:

4
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010), Edisi 1, Cetakan 5,
Hlm. 85-86.

10
1. Situasi pemilikan dan posisi pasar menjadi penentu utama status sosial (menggantikan
usia, kesukuan, jenis kelamin, agama, dan faktor tradisional lainnya).
2. Bagian terbesar penduduk mengalami proses proletarisasi dan proses pemiskinan;
mereka berubah menjadi tenaga kerja miskin dan tidak mendapat bagian dari
keuntungan yang mereka hasilkan.
3. Di sisi lain terdapat kelompok kapitalis memiliki capital yang mem-peroleh kekayaan
dengan menginvestasikan kembali keuntungan perusahaannya untuk kepentingan diri
mereka sendiri sehingga ketimpangan sosial makin menonjol.
4. Antara kelas proletariat dan kapitalis muncul kelas menengah yang makin besar
jumlahnya, mencakup berbagai profesi: orang yang bekerja di sektor perdagangan,
administrasi, transportasi, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan jasa lainnya.
Perubahan besar di bidang politik meliputi:
1. Peran negara makin besar. Negara melaksanakan fungsi baru dalam mengatur dan
mengoordinir produksi, distribusi kekayaan, melindungi kedaulatan ekonomi, dan
merangsang pengembangan pasar luar negeri.
2. Mengembangkan pemerintahan berdasarkan hukum yang mengikat pemerintah
maupun warga negara.
3. Berkembangnya penggolongan warga negara, kategori sosial makin luar dengan hak
sipil dan hak politik makin besar.
4. Berkembangnya "organisasi birokrasi rasional" yang impersonal sebagai sistem
manajemen dan administrasi dominan dalam segala aspek kehidupan sosial.5
Adapun ciri-ciri lain modernisasi yaitu:
1. Bertumpu pada sektor Indusri Pembagian kerja yang lebih tegas dan memiliki batas-
batas yang nyata.
2. Pembagian kerja berdasarkan usia dan jenis kelamin kurang terlihat.
3. Kesamaan kesempatan kerja antar priadan wanita sangat tinggi.
4. Kurang mengenal gotong-royong.
5. Diobedakan menjadi tiga fungsi, yaitu: produksi distribusi, dan konsumsi.
6. Hampir semua kebutuhan hidupmasyarakat diperoleh melalui pasar dengan
menggunakan uang sebagai alat tukar yang sah.6

5
Ibid., Hlm. 87-88.
6
Rafi, “Makalah Modern dan Kebudayaannya”, diakses dari
https://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/makalah-masyarakat-modern-dan-kebudayannya/,
pada tanggal 30 November 2019 pukul 10.45.

11
D. SYARAT-SYARAT MODERNISASI

Selain dorongan modernisasi, terdapat pula syarat-syarat modernisasi. Menurut


Soerjono Soekanto, syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah melembaga dan tertanam kuat
dalam kalangan pemerintah maupun masyarakat luas.
2. Sistem administrasi Negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokrasi.
3. Sistem pengumpulan data yang baik, teratur, dan terpusat pada suatu lembaga atau
badan tertentu seperti BPS (Badan Pusat Statistik).
4. Penciptaan iklim yang menyenangkan (favourable) terhadap modernisasi terutama
media massa.
5. Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
6. Sentralisasi wewenang dalam perencanaan social (social planning) yang tidak
mementingkan kepentingan pribadi atau golongan.
E. GEJALA MODERNISASI

Gejala-gejala modernisasi dapat ditinjau dari berbagai bidang modernisasi


kehidupan manusia berikut ini:
1. Bidang budaya; ditandai dengan semakin terdesaknya budaya tradisional oleh
masuknya pengaruh budaya dari luar, sehingga budaya asli semakin pudar.
2. Bidang politik; ditandai dengan semakin banyaknya Negara yang lepas dari
penjajahan, munculnya Negara-negara yang baru merdeka, tumbuhnya Negara-negara
demokrasi, lahirnya lembaga-lembaga politik, dan semakin diakuinya hak-hak.
3. Bidang ekonomi; ditandai dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan
barang-barang dan jasa sehingga sektor industri dibangun secara besar-besaran untuk
memproduksi barang.
4. Bidang sosial; ditandai dengan semakin banyaknya kelompok baru dalam masyarakat,
seperti kelompok buruh, kaum intelektual, kelompok manajer, dan kelompok ekonomi
kelas (kelas menengah dan kelas atas.
F. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MODERNISASI
Dampak positif dan negatif modernisasi secara umum:
a. Dampak positif
Dampak positif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut:
1) Perubahan Tata Nilai dan Sikap

12
Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara
berpikir masyarakat yang irasional menjadi rasional.
2) Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat
menjadi lebih mudah dalam beraktivitas. Serta mendorong untuk berpikir lebih
maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa
modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di waktu sekarang ini.
3) Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi yang sudah
maju menjadikan nilai dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi
yang canggih, dan juga merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat, hal ini juga dipengaruhi tingkat ilmu
pengetahuan dan teknologi yang membantu perkembangan modernisasi.
b. Dampak negatif
Dampak negatif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut:
1) Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat
membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu
masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan
yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
2) Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka
merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia
diciptakan sebagai makhluk sosial.
3) Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya
negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada
orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
4) Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu
yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam
jurang pemisah antara individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain individu
yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki kesenjangan tersendiri
terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses modernisasi tersebut.

13
Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya,
yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik.
5) Kriminalitas
Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa
kekeluargaan, sikap yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi
dan pola hidup yang konsumtif.7

Dampak positif dan negatif modernisasi terhadap ekonomi:


a. Dampak positif:
1. Produktifitas dunia industri semakin meningkat. Kemajuan teknologi akan
meningkatkan kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek
teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi
2. Pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi
3. Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu
menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki.
4. Semakin maraknya penggunaan TIK akan semakin membuka lapangan
pekerjaan
5. Dengan fasilitas pemasangan iklan di internet pada situs-situs tertentu akan
mempermudah kegiatan promosi dan pemasaran.
6. Perusahaan dapat menjangkau pasar lebih luas, karena pembeli yang mengakses
internet tidak dibatasi tempat dan waktu.
7. Perusahaan tidak perlu membuka cabang distribusi.
8. Pengeluaran lebih sedikit, karena pegawai tidak banyak.
9. Harga barang lebih murah, karena biaya operasionalnya murah.
10. Bisnis yang berbasis TIK atau yang biasa disebut e-commerce dapat
mempermudah transaksi-transaksi bisnis suatu perusahaan atau perorangan.
11. Pemanfaatan teknologi untuk membuat layanan baru dalam perekonomian dan
bisnis antara lain internet banking, SMS banking, dan e-commerce.
b. Dampak negatif:
1. Terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi
yang sesuai dengan yang dibutuhkan

7
Hasan Basri, “Makalah Modernisasi”, diakses dari
http://hasanbasrialkanjiyany.blogspot.com/2014/10/makalah-modernisasi.html?m=1, pada tanggal 30
November 2019 pukul 11.29.

14
2. Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan
juga melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan:
konsumtif, boros dan memiliki jalan pintas yang bermental instant
3. Adanya aksi tipu menipu dalam proses jual beli online yang dapat merugikan
beberapa pihak;
4. Dengan jaringan yang tersedia seperti yang terdapat pada beberapa situs yang
menyediakan perjudian secara online, para penjudi tidak perlu pergi ke tempat
khusus untuk memenuhi keinginannya
5. Resistensi Membeli Secara Online. Bagi orang awam yang belum pernah
bertransaksi secara online, akan merasa janggal ketika harus bertransaksi tanpa
bertatap muka atau melihat penjualnya. Belum lagi ketakutan bila pembayaran
tak terkirim atau tak diterima. Atau barang tak dikirim, atau bahkan barang
dikirim tetapi tak diterima.8

8
Andrew Cristian, “Dampak positif dan negatif modernisasi”, diakses dari
https://www.kompasiana.com/andrewchristian/5c03f34c43322f66a05c9f37/dampak-positif-dan-negatif-
teknologi-terhadap-4-aspek-ekonomi-sosial-budaya-dan-politik?page=all, pada tanggal 30 November 20129,
pukul 19.49.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari
keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat
yang modern. Modernisasi dapat terwujud apabila masyarakatnya memiliki individu yang
mempunyai sikap modern. Selain dorongan modernisasi, terdapat pula syarat-syarat
modernisasi.
Modernisasi juga mempunyai dampak bagi kehidupan bermasyarakat pada
masysarakat yang menganut modernisasi. Modernisasi memiliki dampak negatif dan
dampak positif. Dampak positif modernisasi diantaranya perubahan tata nilai dan sikap,
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat kehidupan yang lebih baik.
Dampak negatif dari modernisasi diantaranya pola hidup konsumtif, sikap individualistik,
gaya hidup kebarat-baratan, kesenjangan sosial, kriminalitas. Modernisasi memiliki gejala-
gelaja meliputi gejala politik, gejala sosial, gejala budaya, gejala ekonomi yang harus
ditanggapi dengan bijak.
B. Saran
Modernisasi memang perlu untuk kemajuan suatu wilayah, daerah, bahkan suatu
negara. Namun kia harus menanggapi modernisasi dengan bijak agar kita tidak terjerumus
ke dalam dampak-dampak atau gejala yang merugikan yang akan ditimbulkan oleh
modernisasi. Ada dua sisi mata uang yang berbeda, disamping ada dampak positif dari
modernisasi yang akan menguntungkan kita, ada juga dampak negatif yang dapat
ditimbulkan oleh modernisasi yang pastikan akan mengganggu, dan merugikan kita.
Karena itu, menurut kami masyarakat hendaknya lebih selektif dalam menyaring
kebudayan modernisasi ini. Apa lagi budaya kebarat-baratan, sebagai negara yang sebagian
besar penduduknya beragama islam, hendaknya masyarakat tidak menganut budaya barat
yang tidak sesuai dengan syariat agama.
Pemerintah juga berperan penting dalam pemerataan modernisasi. Karena akan ada
banyak masalah yang ditimbulkan, misalnya karena pola hidup masyarakat yang
konsumtif, kita harus mengimpor barang untuk memenuhi permintaaan pasar dala negeri,
sedangkan daya ekspor kia rendah, hal ini kan sangat merugikan pelaku pasar di dalam
negeri. Kita juga harus lebih mencintai produk-produk dalam negeri. Jika kerugian akan
terus menerus melanda pelaku pasar dalam negeri, maka akan banyak pelaku pasar yang

16
gulung tikar, banyak pekerja yang akan menganggur, ini akan menimbulkan kriminalitas.
Maka dari itu para pelaku pasar diminta untuk lebih kreatif dalam menciptakan dan
memsarakan produk dan jasa dalam negeri di nasional maupuun dikancah internasional.

17
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, Elly M. dan Kholip, Usman. 2011. pengantar sosiologi. Jakarta: Prenadamedia
Group.

Sztompka, Piotr. 2010. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Grup.

Wikipedia, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi, pada tanggal 30 November


2019 pukul 10.55.

Hasan Basri, “Makalah Modernisasi”, diakses dari


http://hasanbasrialkanjiyany.blogspot.com/2014/10/makalah-modernisasi.html?m=1,
pada tanggal 30 November 2019 pukul 11.29.

Septian Raha, “Makalah Modernisasi dan Globalisasi”, diakses dari


https://www.academia.edu/6194393/MAKALAH_MODERNISASI_DAN_GLOBAL
ISASI, pada tanggal 30 November 2019 pukul 09.45.

Rafi, “Makalah Modern dan Kebudayaannya”, diakses dari


https://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/makalah-masyarakat-modern-
dan-kebudayannya/, pada tanggal 30 November 2019 pukul 10.45

Andrew Cristian, “Dampak positif dan negatif modernisasi”, diakses dari


https://www.kompasiana.com/andrewchristian/5c03f34c43322f66a05c9f37/dampak-
positif-dan-negatif-teknologi-terhadap-4-aspek-ekonomi-sosial-budaya-dan-
politik?page=all, pada tanggal 30 November 20129, pukul 19.49.

18

Anda mungkin juga menyukai