Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekarang ini modernisasi sudah menjadi rahasia umum, karena hampir di segala
bidang dalam aspek kehidupan manusia sudah mengalami pembaharuan atau
modernisasi ke arah yang lebih baik. Pembangunan bangsa Indonesia di berbagai
bidang khususnya di bidang ekonomi yang sentralistik di masa lampau, mengakibatkan
terjadinya krisis multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia, khususnya krisis dalam
bidang ekonomi itu sendiri. Krisis ekonomi yang terjadi merupakan akibat dari masalah
fundamental dan keadaan khusus. Masalah tersebut merupakan tantangan internal
berupa kesenjangan yang ditandai dengan adanya pengangguran dan kemiskinan,
sedangkan tantangan eksternal adalah upaya meningkatkan daya saing menghadapi era
perdagangan bebas.
Sekarang ini, pemerintah memang telah berupaya semaksimal mungkin untuk
melakukan pembangunan dalam berbagai bidang. Termasuk dalam bidang ekonomi
sendiri, pemerintah telah gencar-gencarnya mensosialisasikan program-program
pembangunan seperti misalnya desentralisasi ekonomi, otonomi daerah, ekonomi
kerakyatan, pemberdayaan UKM dan lain sebagainya.
Akan tetapi, hingga saat ini belum ada kejelasan dari format dan bagaimana
pelaksanaan dari program di atas masih belum terlalu jelas. Sehingga kemudian muncul
suatu gagasan tentang modernisasi dan pertumbuhan ekonomi, suatu teori umum
pembangunan. Menarik untuk kita telaah dan pelajari bersama, apa sebenarnya maksud
dari gagasan tersebut, dan apakah memang benar bahwa modernisasi dan pertumbuhan
ekonomi bisa digunakan dalam melakukan pembangunan?
Menyadari hal tersebut, maka kami diberi tugas untuk membuat makalah
dengan judul “Modernisasi dan Pertumbuhan Ekonomi” yang kemudian bisa dikaji
secara menyeluruh agar bisa kita pahami lebih jauh tentang masalah tersebut di atas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Modernisasi?
2. Apa yang dimaksud dengan Konsep Modernisasi?
3. Apa yang dimaksud dengan Konsep Pertumbuhan Ekonomi?
4. Bagaimana pengaruh Modernisasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan modernisasi
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep modernisasi
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep pertumbuhan ekonomi
4. Untuk mengetahui pengaruh modernisasi terhadap pertumbuhan ekonomi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Modernisasi
Dalam rangka menghindari kesimpangsiuran pengertian dan kekeliruan dalam
menafsirkan istilah modernisasi tersebut, maka dikemukakan beberapa pendapat para
ahli berikut ini.
a. Astrid S. Susanto (1977); modernisasi adalah proses pembangunan kesempatan
yang diberikan oleh perubahan demi kemajuan.
b. Widjojo Nitisastro; modernisasi mencakup suatu transformasi total dari kehidupan
bersama yang tradisional atau pramodern, dalam arti teknologi serta organisasi
sosial kea rah pola-pola ekonomis dan politis (Syani, 2002).
c. Soerjono Soekanto (2002: 347); modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan
sosial yang biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah (directed change)
yang didasarkan pada suatu perencanaan, yang biasanya dinamakan social
planning. Proses modernisasi meliputi bidang-bidang yang sangat luas,
menyangkut proses disorganisasi, problem sosial, konflik antar kelompok,
hambatan-hambatan terhadap perubahan, dan sebagainya.
d. Louis Irving Horowiz (1985); modernisasi yang nonideologis pada dasarnya
merupakan suatu istilah teknologi, bukan suatu istilah penilaian. Ia menyangkut
penggantian tenaga kerja manusia oleh mesin-mesin. Modernisasi berkaitan dengan
komunikasi informasi dalam tempo cepat, pemindahan orang dan barang dengan
cepat, otomasi jasa-jasa, dan sebagainya.
e. Harold Rosenberg; modernisasi adalah sebagai sebuah tradisi baru. Modernisasi
mengacu pada urbanisasi atau sampai sejauh mana dan bagaimana pengikisan sifat-
sifat pedesaan suatu masyarakat berlangsung (Syani, 2002).
f. Alex Inkeles; ada sikap-sikap tertentu yang menandai manusia dalam setiap
masyarakat modern. Diantara sikap-sikap ini ada kegandrungan buat menerima
gagasan-gagasan baru serta mencoba metode-metode baru, kesediaan buat
menyatakan pendapat; kepekaan pada waktu yang membuat manusia lebih
mementingkan waktu kini dan waktu mendatang daripada waktu lampau; rasa
ketepatan waktu yang lebih baik; keprihatinan yang lebih besar untuk
merencanakan organisasi dan efisiensi; kecendrungan buat memandang dunia
sebagai sesuatu yang bisa dihitung, kepercayaan pada ilmu pengetahuan dan
teknologi; dan akhirnya, keyakinan pada keadilan yang bisa diratakan (Syani,
2002).
g. Ramon (1986: 115); modernisasi merupakan proses perubahan masyarakat dan
kebudayaan dalam seluruh aspeknya, dari tradisional ke modern.
Berdasarkan uraian diatas, maka secara garis besar, istilah modern mencakup
pengertian sebagai berikut.
a. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya
taraf penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
b. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan
hidup dalam masyarakat.
Ogburn dan Nimkoff berpendapat, bahwa modernisasi tidak sama dengan
reformasi yang menekankan pada faktor-faktor rehabilitasi; modernisasi bersifat
preventif dan konstruktif, serta agar proses tersebut tidak mengarah kepada angan-
angan, maka sebaliknya, modernisasi harus dapat memproyeksikan kecendrungan yang
ada dalam masyarakat sekarang ini ke arah waktu-waktu yang mendatang (Syani,
2002).

B. Konsep Modernisasi
Modernization bermakna melakukan formulasi ulang sesuatu yang asalnya
primitive atau tradisional, menuju kondisi yang lebih baik secara fisik. Pengertian ini
menekankan adanya perubahan atau pertambahan bentuk fisik dari kondisi asalnya.
Secara epistemologis, teori modernisasi merupakan campuran antara pemikiran
fungsionalisme structural dengan pemikiran behaviorisme kultural parsonian. Para
pendukungnya memandang bahwa masyarakat akan berubah secara linier, yaitu
perubahan yang selaras, serasi dan seimbang dari unsur masyarakat paling kecil sampai
ke perubahan masyarakat keseluruhan dari tradisional menuju modern. Pandangan teori
modernisasi semacam itu diilhami oleh pengalaman sejarah Revolusi Industri di Inggris
yang dianggap sebagai titik awal pertumbuhan ekonomi kapitalis modern dan Revolusi
Prancis sebagai titik awal pertumbuhan system politik modern dan demokratis.
Sementara itu, latar belakang lahirnya Teori Modernisasi sebagai peristiwa
penting dunia setelah Perang Dunia Kedua. Pertama, setelah munculnya Amerika
Serikat sebagai Negara adikuasa dunia. Pada tahun 1950-an Amerika Serikat menjadi
pemimpin dunia sejak pelaksaan Marshall Plan yang diperlukan untuk membangun
kembali Eropa Barat setelah Perang Dunia Kedua.
Kedua, pada saat yang sama terjadi perluasan komunisme di seantero jagad. Uni
Soviet memperluas pengaruh politiknya sampai di Eropa Timur dan Asia, antara lain di
China dan Korea. Hal ini mendorong Amerika Serikat untuk berusaha memperluas
pengaruh politiknya selain Eropa Barat, sebagai salah satu usaha membendung
penyuburan ideology komunisme. Cyril E. Black dalam “Dinamics of Modernization”
berpendapat bahwa secara historis modernisasi adalah proses perkembangan lembaga-
lembaga secara perlahan disesuaikan dengan perubahan fungsi secara cepat dan
menimbulkan peningkatan yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam hal
pengetahuan manusia. Dengan pengetahuan tersebut, akan memungkinkan manusia
untuk menguasai lingkungannya dan melakukan revolusi ilmiah.
Pada dasarnya, modernisasi memiliki ciri-ciri tertentu yaitu:
1. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang terus berlanjut
2. Kadar partisipasi rakyat dalam pemerintahan yang memadai
3. Difusi norma-norma sekuler-rasional dalam kebudayaan
4. Peningkatan mobilitas dalam masyarakat
5. Transformasi kepribadian individu
Walaupun konsep modernisasi masih relative baru, akan tetapi para ahli yang
menyusun teori mengenai modernisasi kebanyakan telah dipengaruhi oleh perspektif
evolusi dan fungsional-struktural. Mereka menggolongkan teori modernisasi ke dalam
dua tipe:
1. Teori variable kritis
Mencakup sejenis perubahan tunggal seperti rasionalisasi atau industrialisasi
dan istilah modernisasi menjadi sama artinya dengan variable kritis.
2. Teori dikotomi
Mencakup proses transformasi masyarakat tradisional menjadi modern.

C. Konsep Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan, artinya
ketika berbicara tentang pembangunan, maka tidak dapat dilepaskan dari peningkatan
kemampuan ekonomi dari manusia yang menjadi pelaku pembangunan itu sendiri.
Muara dari economic growth adalah kemakmuran yang juga dapat menjadi tanda bahwa
pembangunan telah berhasil dilakukan.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Oleh
karena itu, suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi
peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan
indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Gejala modernisasi dibidang ekonomi,
ditandai dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan barang-barang dan
jasa sehingga sector industri dibangun secara besar-besaran untuk memproduksi
barang.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi.

D. Pengaruh Modernisasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Diatas telah dipaparkan apa yang dimaksud dengan modernisasi dan
pertumbuhan ekonomi, pertanyaan selanjutnya yang timbul adalah apa hubungan atau
pengaruh modernisasi terhadap pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Berkaitan dengan
hal tersebut di atas, Walt Whitman Rostow kemudian memberikan penjelasan tentang
Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi yang diklasifikasikan sebagai teori
modernisasi. Rostow memaparkan sebuah ide sederhana bahwa transformasi ekonomi
setiap Negara dapat ditelisik dari aspek sejarah pertumbuhan ekonominya hanya dalam
tiga tahap: tahap prekondisi tinggal landas (yang membutuhkan waktu berabad-abad
lamanya), tahap tinggal landas (20-30 tahun), dan tahap kemandirian ekonomi yang
terjadi secara terus-menerus.
Rostow kemudian mengembangkan ide tentang perspektif identifikasi dimensi
ekonomi tersebut menjadi lima tahap kategori dalam bukunya “The Stages of Economic
Growth: A Non-Communist Manifesto” yang diterbitkan pada tahun 1960. Ia
meluncurkan teorinya sebagai “sebuah manifesto anti-komunis” sebagaimana tertulis
dalam bentuk subjudul. Rostow menjadikan teorinya sebagai alternative bagi teori Karl
Mark mengenai sejarah modern. Fokusnya pada peningkatan pendapatan per kapita,
buku itu kemudian mengalami pengembangan dan variasi pada tahun 1978 dan 1980.
Dalam hal prekondisi untuk meningkatkan ekonomi suatu Negara,
penekanannya terdapat pada keseluruhan proses dimana masyarakat berkembang dari
suatu tahap ke tahap yang lain. Tahap-tahap yang berbeda ini ditujukan untuk
mengidentifikasi variable-variabel kritis atau strategis yang dianggap mengangkat
kondisi-kondisi yang cukup dan perlu untuk perubahan dan transisi menuju tahapan
baru yang berkualitas. Teori ini secara mendasar bersifat unlinier dan universal, serta
dianggap bersifat permanen.
Pembangunan dalam proses diartikan sebagai modernisasi yakni pergerakan
dari masyarakat pertanian berbudaya tradisional kearah ekonomi yang berfokus pada
rasional, industry, dan jasa. Untuk menekankan sifat alami ‘pembangunan’ sebagai
sebuah proses, Rostow menggunakan analogy dari sebuah pesawat terbang yang
bergerak sepanjang lintasan terbang hingga pesawat itu dapat lepas landas dan
kemudian melayang di angkasa.
Menjelaskan tentang masalah pertumbuhan ekonomi dan modernisasi, Rostow
kemudian menjelaskan tentang adanya tahap-tahap linier pertumbuhan ekonomi.
Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang linier (mono-economic approach) inilah yang
menjadi syarat pembangunan untuk mencapai ‘status lebih maju’. Rostow membagi
proses pembangunan ke dalam lima tahapan yaitu:
1. Tahap masyarakat tradisional (the traditional society), dengan karakteristik:
a. Pertanian padat tenaga kerja;
b. Belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi (era Newton);
c. Ekonomi mata pencaharian;
d. Hasil-hasil tidak disimpan atau diperdagangkan; dan
e. Adanya system barter.
2. Tahap pembentukan prasyarat tinggal landas (the precondotions for take off), yang
ditandai dengan:
a. Pendirian industry-industri pertambangan;
b. Peningkatan penggunaan modal dalam pertanian;
c. Perlunya pendanaan asing;
d. Tabungan dan investasi meningkat;
e. Terdapat lembaga dan organisasi tingkat nasional;
f. Adanya elit-elit baru;
g. Perubahan seringkali dipicu oleh gangguan dari luar.
3. Tahap tinggal landas (the take off), yaitu ditandai dengan:
a. Industrialisasi meningkat;
b. Tabungan dan investasi semakin meningkat;
c. Peningkatan pertumbuhan regional;
d. Tenaga kerja di sector pertanian menurun;
e. Stimulus ekonomi berupa revolusi politik;
f. Inovasi teknologi;
g. Perubahan ekonomi internasional
h. Laju investasi dan tabungan meningkat 5- 10 persen dari
i. Pendapatan nasional;
j. Sector usaha pengolahan (manufaktur);
k. Pengaturan kelembagaan (misalnya system perbankan).
4. Tahap pergerakan menuju kematangan ekonomi (the drive to maturity), ciri-cirinya:
a. Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan;
b. Diversifikasi industry;
c. Penggunaan teknologi secara meluas;
d. Pembangunan di sector-sektor baru;
e. Investasi dan tabungan meningkat 10- 20 persen dari pendapatan nasional.
5. Tahap era konsumsi-massal tingkat tinggi (the age of high mass-consumption)
dengan:
a. Proporsi ketenagakerjaan yang tinggi di bidang jasa;
b. Meluasnya konsumsi atas barang-barang yang tahan lama dan jasa;
c. Peningkatan atas belanja jasa-jasa kemakmuran.
Menurut Rostow, dalam hal mengenai perubahan dari tahap tradisional
ke arah industrial sebagai syarat pembangunan dan kemajuan, pembangunan
ekonomi atau proses transformasi masyarakat dari tahap tradisional menjadi
masyarakt modern merupakan suatu proses yang multi-dimensional.
Pembangunan ekonomi bukan berarti perubahan struktur ekonomi suatu Negara
yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan meningkatnya
peran sektor industri saja.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Modernisasi dalam ilmu ekonomi merujuk pada sebuah bentuk perubahan dari
keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan
harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.
Modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
berkembang saat ini. Pembangunan ekonomi atau proses perubahan masyarakat dari
tahap tradisional menjadi masyarakat modern merupakan suatu proses yang multi-
dimensional. Pembangunan ekonomi adalah meningkatnya peranan sektor industri dari
pada sektor pertanian.
Perubahan dari tahap tradisional ke arah industrial sebagai syarat pembangunan dan
kemajuan, pembangunan ekonomi atau proses transformasi masyarakat dari tahap
tradisional menjadi masyarakt modern merupakan suatu proses yang multi-dimensional.
Pembangunan ekonomi bukan berarti perubahan struktur ekonomi suatu negara yang
ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan meningkatnya peran sektor
industri saja.

B. Saran
Dalam proses penyusunan makalah ini kami sadari penuh dengan kekurangan,
sehingga kami harap kritik dan saran pembaca sebagai wujud partisipasi dalam proses
pengembangan mutu pendidikan yang sedang penulis tempuh.
Modernisasi perlu bagi setiap negara karena modernisasi mempunyai dampak
positif perubahan. Sikap dan cara berfikir masyarakat yang sebelumnya irasional menjadi
rasional. Karena dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat
menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berfikir lebih maju.
DAFTAR PUSTAKA

Basrowi, 2014. Pengantar Sosiologi. (Bogor: Ghalia Indonesia).


Nawai, Ismail, 2002. Pembangunan dan Problema Masyarakat. (Surabaya:ITS
Press).
Rudianto, 2009. Perencanaan Pembangunan Nasional dan Regional. (Malang:
Cakrawala Media Publisher)
Ghazali, Adeng, 2004. Civic Education. (Bandung: Benang Merah Press).

Anda mungkin juga menyukai