Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS HASIL PEMBANGUNAN DI PROVINSI MALUKU

BERDASARKAN TEORI PEMBANGUNAN

Dibuat untuk memenuhi Tugas Ekonomi dan Politik Pembangunan

Dosen Pengampu : Dr. AZHAR, SH., M.Sc.,LL.M., LL.D.

OLEH

HAMSAH KAIMUDDIN

PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021
BAB I. PENDAHULUAN

Pada awal pemikiran, pembangunan diidentikan sebagai perkembangan,


pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, serta pembangunan dengan
westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, yaitu
pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi. Sekalipun demikian,
keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipiil karena masing-masing
mempunyai latar belakang, asas, dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang
berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan 1.

Problem mendasar bagi suatu bangsa atau negara adalah mencari wujud kondisi
masyarakat secara ideal dan bagaimana cara merealisasikannya. Penelusuran formula ideal
dan strategi perubahan masyarakat ini dapat disebut sebagai pembangunan. Beban ini
secara formal diamanatkan kepada negara melalui pemerintahan yang ada didalamnya,
sehingga dalam kurun masa tertentu, pemerintahan suatu negara bertugas me lakukan
pembangunan pada seluruh warga negara tersebut menuju kondisi yang lebih baik.

Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan transformasi ekonomi, sosial,


dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan.
Transformasi dalam struktur ekonomi misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau
pertumbuhan produksi yang cepat pada sektor industri dan jasa sehingga kontribusinya
terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan
menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan
modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran
melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti
pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam
proses pembuatan keputusan politik. Adapun transformasi budaya sering dikaitkan, antara
lain dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme serta perubahan nilai dan
norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan spiritualisme menjadi materialisme dan
sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi pada penguasaan materi, dari
kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional2.

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi pada semua aspek kehidupan


masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, dan politik, yang berlangsung pada level makro
(nasional) dan mikro (community/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya
kemajuan/ perbaikan (progress), pertumbuhan, dan diversifikasi.

1
Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah (2005) dalam Sahya Anggara dan Ii Sumantri ( 2016)
2
Deddy T. Tikson (2005) dalam Sahya Anggara dan Ii Sumantri (2016)

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 1


BAB II. LANDASAN TEORI

A. Ruang Lingkup Pembangunan

Pembangunan mempunyai pengertian dinamis, maka tidak boleh dilihat dari konsep
yang statis. Pembangunan juga mengandung orientasi dan kegiatan yang tanpa akhir.
Proses pembangunan merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan
menunjukkan terjadinya suatu proses maju berdasarkan kekuatan sendiri, tergantung
kepada manusia dan struktur sosialnya. Pembangunan tidak bersifat top-down, tetapi
tergantung dengan “innerwill”, proses emansipasi diri. Dengan demikian, partisipasi aktif
dan kreatif dalam proses pembangunan hanya mungkin bila terjadi karena proses
pendewasaan.
Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk
diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan
kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah
berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx),
pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi
memperkaya ulasan pendahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan
berkelanjutan. Namun, ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal
ini, pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan
alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan
mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Tema
pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan
seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua adalah terciptanya alternatif yang
lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya
berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan. Ada pun mekanismenya
menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpercaya yang mampu
berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling
manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan
pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat.
Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-
macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh
satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu
dengan Negara lain. Berikut beberapa pengertian pembangunan menurut para ahli3 :
Menurut Alexander (1994), pembangunan (development) adalah proses perubahan
yang mencakup seluruh sistem sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan,
pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya.

Portes (1976) mendefinisikan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial,


dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk
memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.

3
Dalam Sahya Anggara dan Ii Sumantri, 2016. Buku Administrasi Pembangunan, Teori dan Praktik

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 2


Adapun Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana,
pembangunan adalah proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang
dilakukan secara terencana.

Menurut Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah (2005), pembangunan adalah


semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya secara sadar dan terencana.

Adapun perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai
dampak dari adanya pembangunan, yaitu sebagai berikut:

a. Pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial, dan budaya. Pembangunan


adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek
kehidupan masyarakat (Portes, 1976).
b. Pembangunan merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia, baik
secara individual maupun kelompok, dengan cara-cara yang tidak menimbulkan
kerusakan, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan sosial (Johan
Galtung).
c. Pembangunan merupakan proses perubahan sosial berencana karena meliputi
berbagai dimensi untuk mengusahakan kemajuan dalam kesejahteraan ekonomi,
modernisasi, pembangunan bangsa, wawasan lingkungan, dan peningkatan kualitas
manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya (Bintiro Tjokroamidjojo).
d. Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terkoordinasi untuk menciptakan
alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk
memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin
Dahuri, 2004).

B. Teori Pembangunan

1. Teori Pembangunan Sebelum Kemerdekaan

Dalam perkembangan sejarahnya, terlihat bahwa kapitalisme lahir lebih kurang tiga
abad sebelum teori-teori pembangunan muncul. Sehingga, berbagai perdebatan terhadap
teori maupun praktek pembangunan sudah berada di dalam alam kapitalisme. Karena itu,
tidak mengherankan jika kapitalisme sangat mewarnai teori-teori pembangunan. Motivasi
teori modernisasi untuk merubah cara produksi masyarakat berkembang sesungguhnya
adalah usaha merubah cara produksi pra-kapitalis ke kapitalis, sebagaimana negaranegara
maju sudah menerapkannya untuk ditiru. Selanjutnya dalam teori dependensi yang bertolak
dari analisa Marxis, dapat diakatakan hanyalah mengangkat kritik terhadap kapitalisme dari
skala pabrik (majikan dan buruh) ke tingkat antar negara (sentarl dan pinggiran), dengan
analisis utama yang sama yaitu eksploitasi. Demikian halnya dengan teori sistem dunia
yang didasari teori dependensi, menganalisis persoalan kapitalisme dengan satuan analisis
dunia sebagai hanya satu sistem, yaitu sistem ekonomi kapitalis.

Teori modernisasi banyak menerima warisan dari teori evolusi dan teori struktur
fungsionalisme. Teori evolusi mampu membantu proses masa peralihan dari masyarakat

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 3


tradisional ke masyarakat modern di Negara-negara Eropa Barat, sedangkan pendukung
dari teori modernisasi banyak di didik dalam alam pemikiran teori struktur fungsionalisme.
Teori tersebut membuktikan bahwa keduanya merupakan warisan pemikiran dari para ahli
sebelumnya. Lahirnya Kedua Teori:

a. Teori Evolusi
Lahir pada awal abad ke 19 yang dapat menghapuskan tatanan lama dan
membentuk acuan dasar baru dengan menerapkan teknologi baru dan ilmu
pengetahuan untuk menciptakan tata cara baru dengan menghasilkan produksi
yang lebih efisien.
b. Teori Struktur Fungsionalisme
Pemikiran seorang ahli biologi “Talcott Parsons” banyak memberi pengaruh
dengan rumusan teori fungsionalismenya. Parson berpikir bahwa manusia tak
ubahnya seperti organ tubuh yang dapat dipelajari, adapun penjelasannya
adalah: pertama, bagian tubuh manusia saling berhubungan satu dengan yang
lain. Kedua; setiap bagian tubuh manusia mempunyai fungsi yang jelas dan khas
(spesifik). Perumpamaan ini menggambarkan dengan sebuah bentuk
kelembagaan dalam masyarakat yang harus mampu melaksanakan tugas tertentu
untuk stabilitas dan partumbuhan masyarakat bersangkutan.

Implikasi Kebijaksanaan Pembangunan

Dalam merumuskan kerangka teori dan metode pengkajiannya, teori modernisasi


mampu menurunkan berbagai implikasi kebijaksanaan pembangunan yang perlu diikuti oleh
Negara dunia ketiga dalam usaha memodernisasikan dirinya. Ada tiga implikasi teori
modernisasi yang dapat dikemukakan di sini, yaitu:

1. Pembenaran kekuatan masyarakat tradisional dan modern.


2. Menilai ideology komunis sebagai ancaman pembangunan dunia ketiga.
3. Mampu memberikan legitimasi tentang perlunya bantuan asing.

2. Teori Pembangunan Setelah Kemerdekaa

Tanggal 20 Januari 1949, Presiden Amerika Serikat, Harry S. Truman kali pertama
menyitir istilah “developmentalism”. Untuk selanjutnya, ia mempropagandakan istilah
under-development bagi negara-negara bekas jajahan agar mampu meredam pengaruh
Komunisme-Sosialisme sebagai tawaran ideologi pembangunan, (Stephen Gill, 1993:248)
Teori Modernisasi lahir sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat sebagai wujud respon
kaum intelektual atas Perang Dunia II yang telah menyebabkan munculnya negaranegara
Dunia Ketiga. Kelompok negara miskin yang ada dalam istilah Dunia Ketiga adalah negara
bekas jajahan perang yang menjadi bahan rebutan pelaku Perang Dunia II. Sebagai negara
yang telah mendapatkan pengalaman sekian waktu sebagai negara jajahan, kelompok
Dunia Ketiga berupaya melakukan pembangunan untuk menjawab pekerjaan rumah
mereka yaitu kemiskinan, pengangguran, gangguan kesehatan, pendidikan rendah,
rusaknya lingkungan, kebodohan, dan beberapa problem lain.

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 4


Secara etimologis, ada beberapa tokoh yang mengajukan pendapat tentang makna
modernisasi. Everett M. Rogers dalam “Modernization Among Peasants: The 10 Impact of
Communication” menyatakan bahwa modernisasi merupakan proses dimana individu
berubah dari cara hidup tradisional menuju gaya hidup lebih kompleks dan maju secara
teknologis serta cepat berubah. Cyril E. Black dalam “Dinamics of Modernization”
berpendapat bahwa secara historis modernisasi adalah proses perkembangan lembaga-
lembaga secara perlahan disesuaikan dengan perubahan fungsi secara cepat dan
menimbulkan peningkatan yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam hal pengetahuan
manusia. Dengan pengetahuan tersebut, akan memungkinkan manusia untuk menguasai
lingkungannya dan melakukan revolusi ilmiah.

Teori Modernisasi adalah teori pembangunan yang menyatakan bahwa


pembangunan dapat dicapai melalui mengikuti proses pengembangan yang digunakan oleh
negaranegara berkembang saat ini. Teori tindakan Talcott Parsons 'mendefinisikan kualitas
yang membedakan "modern" dan "tradisional" masyarakat. Pendidikan dilihat sebagai kunci
untuk menciptakan individu modern. Teknologi memainkan peran kunci dalam teori
pembangunan karena diyakini bahwa teknologi ini dikembangkan dan diperkenalkan kepada
negaranegara maju yang lebih rendah akan memacu pertumbuhan ekonomi. Salah satu
faktor kunci dalam Teori Modernisasi adalah keyakinan bahwa pembangunan memerlukan
bantuan dari negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang untuk
belajar dari perkembangan mereka. Dengan demikian, teori ini dibangun di atas teori
bahwa ada kemungkinan untuk pengembangan yang sama dicapai antara negara maju dan
dikembangkan lebih rendah.

3. Teori Dependensi (Ketergantungan)

Secara historis, teori Dependensi lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi


membangkitkan ekonomi Negara-negara terbelakang, terutama negara di bagian Amerika
Latin. Secara teoritik, teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan
yang terjadi di negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal di negara tersebut. Karena
faktor internal itulah kemudian negara Dunia Ketiga tidak mampu mencapai kemajuan dan
tetap berada dalam keterbelakangan.

Paradigma inilah yang kemudian dibantah oleh teori Dependensi. Teori ini
berpendapat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara-negara Dunia
Ketiga bukan disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut, namun lebih banyak
ditentukan oleh faktor eksternal dari luar negara Dunia Ketiga itu. Faktor luar yang paling
menentukan keterbelakangan negara Dunia Ketiga adalah adanya campur tangan dan
dominasi negara maju pada laju pembangunan di negara Dunia Ketiga. Dengan campur
tangan tersebut, maka pembangunan di negara Dunia Ketiga tidak berjalan dan berguna
untuk menghilangkan keterbelakangan yang sedang terjadi, namun semakin membawa
kesengsaraan dan keterbelakangan. Keterbelakangan jilid dua di negara Dunia Ketiga ini
disebabkan oleh ketergantungan yang diciptakan oleh campur tangan negara maju kepada
negara Dunia Ketiga. Jika pembangunan ingin berhasil, maka ketergantungan ini harus
diputus dan biarkan negara Dunia Ketiga melakukan roda pembangunannya secara mandiri.

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 5


Ada dua hal utama dalam masalah pembangunan yang menjadi karakter kaum
Marxis Klasik. Pertama, negara pinggiran yang pra-kapitalis adalah kelompok negara yang
tidak dinamis dengan cara produksi Asia, tidak feodal dan dinamis seperti tempat lahirnya
kapitalisme, yaitu Eropa. Kedua, negara pinggiran akan maju ketika telah disentuh oleh
negara pusat yang membawa kapitalisme ke negara pinggiran tersebut. Ibaratnya, negara
pinggiran adalah seorang putri cantik yang sedang tertidur, ia akan bangun dan
mengembangkan potensi kecantikannya setelah disentuh oleh pangeran tampan. Pangeran
itulah yang disebut dengan negara pusat dengan ketampanan yang dimilikinya, yaitu
kapitalisme. Pendapat inilah yang kemudian dibantah oleh teori Dependensi. Bantahan teori
Dependensi atas pendapat kaum Marxis Klasik ini juga ada dua hal. Pertama, negara
pinggiran yang prakapitalis memiliki dinamika tersendiri yang berbeda dengan dinamika
negara kapitalis. Bila tidak mendapat sentuhan dari negara kapitalis yang telah maju,
mereka akan bergerak dengan sendirinya mencapai kemajuan yang diinginkannya. Kedua,
justru karena dominasi, sentuhan dan campur tangan negara maju terhadap negara Dunia
Ketiga, maka negara pra-kapitalis menjadi tidak pernah maju karena tergantung kepada
negara maju tersebut. Ketergantungan tersebut ada dalam format “neokolonialisme” yang
diterapkan oleh negara maju kepada negara Dunia Ketiga tanpa harus menghapuskan
kedaulatan negara Dunia Ketiga, (Arief Budiman, 2000:62-63).

Tokoh utama dari teori Dependensi adalah Theotonio Dos Santos dan Andre Gunder
Frank. Theotonio Dos Santos sendiri mendefinisikan bahwa ketergantungan adalah
hubungan relasional yang tidak imbang antara negara maju dan negara miskin dalam
pembangunan di kedua kelompok negara tersebut. Dia menjelaskan bahwa kemajuan
negara Dunia Ketiga hanyalah akibat dari ekspansi ekonomi negara maju dengan
kapitalismenya. Jika terjadi sesuatu negatif di negara maju, maka negara berkembang akan
mendapat dampak negatifnya pula. Sedangkan jika hal negatif terjadi di negara
berkembang, maka belum tentu negara maju akan menerima dampak tersebut. Sebuah
hubungan yang tidak imbang. Artinya, positif-negatif dampak berkembang pembangunan di
negara maju akan dapat membawa dampak pada negara, (theotonio dos santos, review,
vol. 60, 231). Dalam perkembangannya, teori Dependensi terbagi dua, yaitu Dependensi
Klasik yang diwakili oleh Andre Gunder Frank dan Theotonio Dos Santos, dan Dependensi
Baru yang diwakili oleh F.H. Cardoso. Teori Ketergantungan yang dikembangkan pada akhir
1950an di bawah bimbingan Direktur Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin, Raul
Prebisch. Prebisch dan rekanrekannya di picu oleh kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi
di negara-negara industri maju tidak harus menyebabkan pertumbuhan di negara-negara
miskin. Memang, studi mereka menyarankan bahwa kegiatan ekonomi di negara-negara
kaya sering menyebabkan masalah ekonomi yang serius di negaranegara miskin.
Kemungkinan seperti itu tidak diprediksi oleh teori neoklasik, yang diasumsikan bahwa
pertumbuhan ekonomi bermanfaat bagi semua, bahkan jika tidak bermanfaat tidak selalu
ditanggung bersama. Penjelasan awal Prebisch untuk fenomena ini sangat jelas: negara-
negara miskin mengekspor komoditas primer ke negara-negara kaya yang kemudian
diproduksi produk dari komoditas tersebut dan mereka jual kembali ke negara-negara
miskin.

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 6


C. Ide Pokok Pembangunan

Siagian (2005: 4) menjelaskan bahwa pembangunan didefinisikan sebagai rangkaian


usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar, yang
ditempuh oleh suatu bangsa dan negara menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation building). Menurutnya, apabila disimak secara cermat dari definisi tersebut,
muncul tujuh ide pokok dari pembangunan yang dilakukan, yaitu sebagai berikut.

a. Pembangunan Merupakan Sebuah Proses


Sebagai sebuah proses, pembangunan berkelanjutan selama bangsa tersebut
ada dan memiliki tahapan yang pada satu pihak sebagai independensi dan pada
pihak lain sebagai bagian dari sesuatu yang tidak akan pernah berakhir. Artinya,
pembangunan harus tetap berjalan sesuai tahapannya yang berdasarkan jangka
waktu, biaya, atau hasil tertentu yang diharapkan akan diperoleh dari pelaksanaan
pembangunan tersebut. Tujuan pembangunan yang dilaksanakan adalah mencapai
masyarakat yang sejahtera dengan hakikat untuk membangun manusia Indonesia
seutuhnya.
b. Pembangunan Dilaksanakan Secara Sadar
Pembangunan harus dilaksanakan secara sadar. Oleh karena itu, kegiatan
yang dilakukan dalam masyarakat tanpa melalui proses atau tahapan tertentu dan
dilakukan secara sporadis, insidental tidak dapat dikatakan sebagai pembangunan,
sekalipun mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat setempat.
c. Pembangunan Dilaksanakan Secara Terencana
Perencanaan dalam pembangunan dapat berupa perencanaan jangka pendek,
jangka menengah, ataupun jangka panjang. Setiap tahap memiliki rentang waktu
tertentu. Kegiatan merencanakan dimaksudkan untuk mengambil keputusan pada
masa kini mengenai hal-hal yang akan dilaksanakan pada waktu tertentu pada masa
mendatang. Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan
perubahan. Pertumbuhan dimaksudkan agar terjadi peningkatan kemampuan suatu
negara untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk berkembang.
Pertumbuhan berarti tidak hanya mampu mempertahankan hal-hal yang sudah
dimiliki, tetapi juga lebih memperlihatkan eksistensinya dalam pergaulan bangsa dan
negara. Perubahan dalam pembangunan berarti melakukan antisipasi dan proaktif
dalam menghadapi situasi yang berbeda dari waktu ke waktu. Situasi ini bersifat
dinamis, yang selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, apakah dapat
diprediksi atau tidak. Dengan demikian, situasi ini tidak hanya berputar pada cara
mempertahankan status quo.
d. Pembangunan Mengarah pada Modernitas
Modernitas merupakan cara hidup yang lebih baru dan lebih baik dari
sebelumnya. Demikian pula, pola pikir lebih rasional, tetapi tetap memiliki nilai
budaya yang lebih kuat dan mempertahankan tingkat fleksibilitasnya. Modernitas
bukan berarti tingkah laku yang kita lakukan semuanya identik dengan cara hidup
gaya barat, tetapi cara mempertahankan jati diri dengan nilai-nilai luhur yang
dimiliki. Sebagai bangsa Indonesia, kita memiliki nilai-nilai luhur yang dikandung oleh
Pancasila yang merupakan kepribadian bangsa.

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 7


Pembangunan, modernisasi, dan industrialisasi sulit dipisahkan satu sama lain
karena, sebagaimana dinyatakan Gouled (1977), ketiga hal tersebut merupakan
rangkaian proses perubahan sosial dan memiliki luasan (scope) yang berbeda.
Pembangunan merupakan perubahan sosial, modernisasi merupakan bentuk khusus
(special case) dari pembangunan, dan industrialisasi adalah salah satu segi (a single
facet) dari pembangunan.
Modernitas yang terkandung dalam pembangunan tidak bersifat tunggal,
tetapi meliputi berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Modernitas tersebut dapat diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya,
ataupun pertahanan dan keamanan.
e. Pembangunan Wadah Pembinaan Bangsa
Wadah pembinaan bangsa berfungsi untuk memperkukuh fondasinya dan
memantapkan keberadaannya di dunia internasional. Wadah pembangunan
diharapkan dapat menghasilkan kesetaraan terhadap bangsa dan negara lain di
dunia. Wadah ini pula yang diharapkan dapat menghilangkan status negara
berkembang, negara miskin, negara terbelakang, negara dunia ketiga, dan
sebagainya yang membawa stigma negatif dalam pergaulan dunia internasional.

D. Tujuan Pembangunan

Tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dalam


segala aspek kehidupan dan tidak mengenal batas waktu pencapaiannya. Artinya, masih
tetap berlaku sepanjang bangsa dan negara tetap ada di muka bumi ini sejalan dengan
berkembangnya konsep kesejahteraan bagi masyarakat.

Oleh karena itu, pembangunan yang telah dilaksanakan oleh seluruh komponen
masyarakat sesuai dengan potensi yang dimilikinya perlu diawasi pelaksanaan dan
kesinambungannya. Mulai tahap formulasi, implementasi, serta evaluasi dan umpan balik
yang diberikan terhadap keseluruhan proses tersebut. Pengawasan tidak hanya mutlak
menjadi milik pemerintah, tetapi semua komponen masyarakat berhak ikut serta melakukan
pengawasan sesuai kemampuan masing-masing. Hal ini perlu dilakukan agar pembangunan
yang telah direncanakan dan dilaksanakan memberikan manfaat yang maksimal bagi
masyarakat. Selain itu, pelaksanaan pengawasan pembangunan dilakukan untuk mencegah
terjadinya kebocoran dari semua tahapan pembangunan, yang pada akhirnya memberikan
manfaat yang maksimal bagi masyarakat, negara, dan bangsa Indonesia.

E. Peranan dan Fungsi Pemerintah dalam Pembangunan Berencana

Perencanaan serta fungsi pemerintah terhadap perkembangan masyarakat


bergantung pada beberapa hal berikut.

a. Falsafah hidup kemasyarakatan dan falsafah politik masyarakat. Pertama, negara


memberikan kebebasan yang cukup besar pada masyarakat sehingga pemerintah
tidak turut mencampuri kegiatan masyarakat. Kedua, negara turut mencampuri

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 8


kegiatan masyarakat sehingga kebebasan masyarakat untuk mandiri sangatlah
kecil.
b. Peranan serta fungsi pokok pemerintah dalam pembangunan berencana, yaitu
sebagai stabilisator dan pengawas terhadap pembangunan sehingga berguna
untuk kesejahteraan (sosialekonomi) masyarakat.
c. Peranan serta fungsi pemerintah dalam pembangunan nasional di Indonesia,
telah dijelaskan dalam UUD 1945, “...untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial....”

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 9


BAB III. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif,


dengan maksud agar dalam proses pencarian makna dibalik fenomena dapat dilakukan
pengkajian secara komprehensif, mendalam, alamiah dan apa adanya serta tanpa banyak
campur tangan dari peneliti. Penggunaan metode kualitatif ini karena ingin mendeskripsikan
dan menganalisasi fenomena secara empiris yang terjadi di lapangan. Metode ini dianggap
relevan digunakan terlebih pada dasarnya dalam rangka memenuhi tujuan yang diangkat.
Dengan demikian, dapat menggambarkan, menganalisa dan mengungkapkan makna dari
suatu kejadian yang ada di lokasi.

Kirk dan Miller (dalam Moleong 1996, h.3) medefinisikan bahwa penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung
pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-
orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Menurut (Zuriah, 2009, h.47)
menjelaskan, penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan
gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai
sifat-sifat populasi atau daerah tertentu4.

4
Budhi Setianingsih, Endah Setyowati dan Siswidiyanto (2019) Jurnal Efektivitas Sistem
Perencanaan Pembangunan Daerah (Simrenda) (Studi pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang)

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 10


BAB IV. ANALISIS HASIL PEMBANGUNAN DI PROVINSI MALUKU

Pengembangan wilayah Provinsi Maluku diarahkan dengan mengacu pada Rencana


Tata Ruang baik Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi (RTRWP) Maluku guna membangun Maluku sebagai Provinsi Kepulauan
yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berbasis pada perikanan (budidaya dan
tangkap), pertanian (perkebunan rempah-rempah), pariwisata (pariwisata bahari, sejarah
dan budaya) dan pertambangan untuk peningkatan perekonomian wilayah melalui
pengembangan sistem keterkaitan kepentingan nasional berbasis mitigasi bencana.
Rencana struktur ruang Provinsi Maluku dilakukan dengan menggunakan pendekatan Laut
Pulau, Gugus Pulau dan Pintu Jamak (Multy Gate) yang diarahkan untuk meningkatkan
interkoneksi antara kawasan perkotaan baik antara Pusat Kegiatan Nasional dengan Pusat
Kegiatan Wilayah maupun dengan Pusat Kegiatan Lokal yang didukung oleh peningkatan
kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan transportasi, telekomunikasi, energi dan sumber
daya air secara terpadu di setiap Gugus Pulau.
Secara umum Sumber daya alam Provinsi Maluku yang berlimpah dan posisi
geografis yang strategis merupakan salah satu modal utama pembangunan untuk
mewujudkan kemakmuran rakyat. potensi Sumber Daya Alam (SDA) Provinsi Maluku
terbagi dalam lima sektor utama yaitu perikanan, perkebunan, pariwisata, pertambangan
dan energi. Lima sektor ini belum tergarap maksimal, baik oleh masyarakat dan juga
investor. Potensi inilah yang bisa dimanfaatkan investor baik dalam maupun luar negeri
sehingga menimbulkan pengaruh yang luas untuk peningkatan pendapatan dan
konsumsi.bagi perkembangan maluku, khususnya masyarakat maluku di masa mendatang.
Dengan luas wilayah mencapai 712,480 Km2, dimana luas daratan hanya 7,4 persen
atau 54.184 Km2 dan sisanya adalah wilayah laut (perairan), serta memiliki 1.412 pulau.
Maluku memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Demikian juga dengan sektor
pariwisata. Selain menawarkan panorama bahari yang mempesona, maluku memiliki lautan
yang indah serta belum terjamah, cocok untuk mengembangkan resort-resort berkelas.
Untuk potensi perkebunan, Maluku sudah terkenal beratus-ratus tahun lalu, mulai dari
komuditas pala, cengkih dan juga kelapa yang sudah diperdagangkan ke seluruh dunia
sejak masa Portugis menguasai Maluku. Sedangkan untuk pertambangan, Maluku memiliki
potensi pertambangan emas, nikel dan tembaga. Maluku yang juga dilalui patahan geologi
bumi menyimpan cadangan minyak bumi dan panas bumi yang belum terekplorasi secara
maksimal.
Pengembangan ekonomi dalam kawasan kepulauan terkait dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia serta sumberdaya ekonomi
lainnya yang berada pada ruang wilayah darat dan laut dalam kawasan kepulauan secara
efektif, efisien dan produktif melalui berbagai kebijakan pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk dan bertujuan mencapai kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi.
Dengan demikian sistem produksi pada Provinsi Kepulauan hendaknya dipahami sebagai
suatu Kawasan Produksi Kepulauan yang diorientasikan ke arah lautan (perairan) dan
daratan secara terpadu dan proporsional5.

5
RPJMD Provinsi Maluku Tahun 2019-2024

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 11


A. Potensi Sumberdaya Alam
1. Perikanan
Provinsi Maluku memiliki potensi perikanan yang cukup besar jika dibandingkan
dengan provinsi lainnya di Indonesia. Kebijakan “Menjadi Lumbung Ikan Nasional” berarti
menjadikan Maluku sebagai salah satu produsen perikanan terbesar di Indonesia, yang
mampu mensuplai kebutuhan konsumsi masyarakat dan industri nasional serta menjadi
eksportir utama komoditas perikanan Indonesia. Luasnya perairan Maluku menjadikan
sektor kelautan dan perikanan memiliki potensi besar sebagai sektor unggulan dan
penggerak utama yang membangun perekonomian daerah provinsi Maluku. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 50 Tahun 2017 tentang Estimasi Potensi,
Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan (JTB) dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
di Wilayah Pengelolaan Perikanan Provinsi Maluku sebesar 4.669.390 ton per tahun (37,2%
dari total potensi perikanan Nasional), dengan total Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan
sebesar 3.735.225 ton per tahun. Namun hingga tahun 2018 produksi hasil perikanan
Maluku baru mencapai 13,24% (618.016 ton) dari total potensi yang dimiliki atau 16,55%
dari Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan.
2. Perkebunan
Provinsi Maluku memiliki 3 (tiga) komoditas unggulan perkebunan yakni cengkeh,
pala dan kelapa yang tersebar di 11 kabupaten/kota di Provinsi Maluku. Komoditas kelapa
dapat ditemui di semua kabupaten/kota dengan luas areal sebesar 113.393,04 Ha dengan
total produksi tahun 2018 sebesar 102.623,87 Ton, dimana Kabupaten Maluku Tenggara,
Kepulauan Tanimbar, Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur merupakan kontributor
utama produksi kelapa di Maluku. Untuk komoditas perkebunan cengkeh, Provinsi Maluku
memiliki luas areal untuk tanaman cengkeh sebesar 44.162,17 Ha dengan produksi sebesar
21.235,86 ton. Sebaran tanaman cengkeh meliputi 9 kabupaten/kota yang di Maluku,
kecuali Kepulauan Tanimbar dan Kepulauan Aru. Sementara itu, komoditas perkebunan pala
dengan luas areal sebesar 32.456,33 Ha, produksi pala di Maluku sebesar 5.325,24 ton.
Kabupaten Seram Bagian Timur dan Maluku Tengah merupakan kabupaten-kabupaten
dengan produksi pala terbesar di Maluku (Sumber : RPJMD Provinsi Maluku Tahun 2019-
2024).
3. Pariwisata
Provinsi Maluku sebagai salah satu provinsi di Kawasan Timur Indonesia memiliki
berbagai keistimewaan dengan berbagai potensi yang dimiliki. Maluku yang memiliki banyak
potensi khususnya potensi alamnya yang terbilang masih alami dan belum terjamah oleh
banyak orang sehingga menjadikan pantai selalu terjaga akan kebersihannya. Maluku yang
terkenal akan hamparan pantai yang indah serta memiliki potensi daya tarik wisata yang
indah, sebut saja Ora Beach, Pulau Osi dan Pantai Natsepa. Keistimewaan tersebut tidak
hanya dari segi aspek historis yang dimiliki tetapi juga berbagai keindahan alam serta
keunikan lokal baik tradisi, budaya serta masyarakatnya, selain itu atraksi-atraksi budaya
yang menjadi ciri khas dari Maluku yaitu atraksi bambu gila yang sampai sekarang masih
tetap terjaga kesakralannya. Data kunjungan wisatawan mancanegara yang datang untuk
berkunjung langsung ke Maluku.
Potensi daya tarik wisata Provinsi Maluku dalam keseluruhan area atau lingkup
kabupaten yang ada beranekaragam. Potensi obyek dan daya tarik Maluku yang menjadi
andalan sampai saat ini serta dikenal luas adalah obyek dan daya tarik alam dan budaya
serta peninggalan sejarah. Obyek tersebut berupa pulau-pulau kecil dan pantai eksotik yang
indah serta bangunan peninggalan kebudayaan di masa lalu. Obyek dan daya tarik wisata

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 12


budaya tersebut tersebar di 11 kabupaten/kota. Kondisi daya tarik wisata budaya dan
sejarah sampai saat ini sudah banyak yang dikembangkan baik oleh Pemerintah maupun
masyarakat.

B. Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum, pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada tahun 2014 sampai
dengan tahun 2018 selalu di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun
2015, pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku sedikit mengalami penurunan dibanding
capaian pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014, namun setelah itu selalu selalu meningkat
dari tahun ke tahun hingga tahun 2018 mencapai 5,94% . Menurunnya pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2015-2018 dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal, faktor
eksternal disebabkan oleh tekanan ekonomi global di beberapa negara di Eropa dan
Tiongkok serta kebijakan perekonomian Amerika yang juga berdampak pada kinerja
pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara itu, faktor internal disebabkan oleh rendahnya
produktivitas sektor pertanian dan perikanan serta rendahnya investasi pemerintah dan
konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang dalam pertumbuhan ekonomi Maluku.
Penurunan yang terjadi di tahun 2015 juga disebabkan oleh menurunnya produksi di sub
sektor pertambangan serta moratorium di bidang perikanan.
Disamping itu, akses terhadap perbankan khususnya yang berupa pinjaman cukup
sulit dilakukan oleh penduduk yang tinggal di daerah yang jauh dari pusat kota. Masyarakat
di daerah pedesaan (negri) sulit memperoleh dana untuk melakukan aktivitas usaha seperti
kredit usaha rakyat atau jenis pinjaman lainnya. Sumberdaya manusia juga tergolong masih
rendah di Maluku sehingga dalam pengelolaan seumberdaya alam masih sangat dibutuhkan
pelatihan-pelatihan khusus.

C. Infrastruktur
1. Transportasi
Kondisi Provinsi Maluku sebagai Provinsi Kepulauan, telah menyebabkan kegiatan
produksi dan perdagangan di daerah ini relative lebih mahal. Pada daerah-daerah yang
relative terpencil dan terisolasi, kegiatan produksi dan perdagangan relative terbatas,
karena tingginya biaya produksi dan perdagangan. Kondisi ini lebih diperparah oleh
terbatasnya sarana dan prasarana pendukung. Kondisi terbatasnya infrastruktur di Maluku
juga dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah Pusat, yang membatasi pengeluaran untuk
bidang infrastruktur di Indonesia pada periode sebelumnya.
Sarana dan prasarana transportasi laut masih jauh dari harapan dimana rata-rata
masyarakat belum dapat menikmati angkutan dengan aman, nyaman dan terjangkau oleh
masyarakat pada umumnya. Fasilitas angkutan kapal yang terjangkau dari sisi ekonomi
masyarakat sekarang yang dapat berlayar jauh menjangkau pulau-pulau terpencil dimana
kebanyakan masyarakat ada disana adalah kapal perintis, kapal perintis dijadikan angkutan
alternative karena kapal yang lebih baik tidak ada. Kapal perintis dijadikan sebagai
angkutan penumpang barang dan hewan ternak, kapal ini kecepatannya lamban dikenal
sebagai angkutan serba guna. Untuk sarana transportasi laut yang lebih dekat digunakan
kapal-kapal kayu, tentu aturan standart keselamatan tidak ada. Nahkoda dan ABK mungkin
tidak memiliki lisensi berlayar.

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 13


2. Kelistrikan
Di Provinsi Maluku, potensi energi belum dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga
operasionalisasi ketenagalistrikan masih sangat tergantung tenaga mesin diesel dengan
bahan bakar minyak solar sebagai energy primernya. Dengan geografis wilayah Maluku
yang terdiri dari banyak pulau, maka sistim yang digunakan dalam pengoperasian listrik di
Provinsi Maluku seluruhnya menggunakan sistim isolated dengan hanya memiliki tegangan
menengah dan tegangan rendah yang tersebar sesuai lokasi pembangkit, dan sampai saat
ini pembangkit yang digunakan semuanya bertenaga diesel. Kapasitas terpasang
pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) maupun generator set yang disewa serta jumlah
unit pembangkit PLN yang beroperasi di wilayah Maluku mencapai 131.911 KW dari 220
unit pembangkit yang dapat beroperasi, dengan kapasitas terbesar adalah PLTD Poka dan
Hative Kecil – Ambon yaitu sebesar 63.072 KW dari 17 unit pembangkit yang ada6.
Pada saat ini kemampuan PT PLN untuk menyediakan daya sangat terbatas di
hampir seluruh pembangkit di wilayah Maluku. Pemakaian listrrik pada saat beban puncak
seringkali sudah melampaui perkiraan kemampuan PLN untuk menyediakan pasokan listrik
bagi para pelanggan. Kondisi ini semakin parah dengan adanya perawatan pembangkit
listrik sehingga otomatis terjadi pemadaman bergilir pada pelanggan. Pemadaman ini
menunjukkan krisis listrik yang sering terjadi, artinya permintaan tidak seimbang dengan
pasokan.

3. Telekomunikasi
Hingga saat ini sudah sebagian besar masyarakat di Maluku yang mampu mengakses
informasi. Kondisi ini diantaranya disebabkan oleh mulai adanya infrastruktur
telekomunikasi. Berbagai layanan telekomunikasi dan informasi suda dapat dirasakan oleh
masyarakat bahkan hingga ke pelosok daerah walaupun dengan adanya infrastruktur yang
belum memadai secara penuh. Jangkauan pelayanan telekomunikasi di Maluku belum
maksimal, walaupun saat ini sudah banyak daerah yang tersedia layanan
telekomunikasinya. Tapi juga masih ada beberapa daerah yang belum mempunyai akses
yang memadai dan tentu akan menjadi terisolasi dan tertinggal.

6
Abraham Kalalimbong, (2010) Journal Kajian Infrastruktur di Provinsi Maluku.

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 14


BAB V. PENUTUP

A. KESIMPULAN
Provinsi Maluku yang secara geografis merupakan wilayah kepulauan dengan
sendirinya telah menjadikan Maluku sebagai salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan
Sumber daya alam yang berlimpah dan posisi geografis yang strategis sehingga menjadi
modal utama pembangunan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat dengan membangun
Maluku sebagai Provinsi Kepulauan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
berbasis pada perikanan (budidaya dan tangkap), pertanian (perkebunan rempah-rempah),
pariwisata (pariwisata bahari, sejarah dan budaya) dan pertambangan untuk peningkatan
perekonomian wilayah.

B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan terkait pembangunan daerah Maluku antara
lain :
1. Mengingat Provinsi Maluku merupakan wilayah kepulauan, maka sangat
diharapkan Ketersediaan sarana transportasi laut yang lengkap, lancar dan
memadai sehingga proses pembangunan antar pulau semakin cepat dan
membaik.
2. Pengembangan upaya pemanfaatan pembangkit tenaga listrik pedesaan,
perluasan pelayanan tenaga listrik diwilayah-wilayah pedesaan dan terpencil,
mempercepat pembangunan pembangkit listrik dan mengupayakan peningkatan
ketersediaan tenaga listrik terutama wilayah yang mengalami krisis listrik.
3. Meningkatkan layanan telekomunikasi dan informasi yang efisien, pembukaan
peluang usaha dan pengembangan pola kerjasama antara pemerintah dan swasta
untuk mempercepat penyediaan infrastruktur dan layanan telekomunikasi dan
informasi.

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 15


DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Sahya. dan Sumantri Li. (2016) Administrasi Pembangunan, Teori dan Praktek.
Bandung: CV. Pustaka Setia

Bahasoan, Awal Nopriyanto. Khaldun Riady Ibnu. Rahmat, Aswar. dan Tahawa Taufik
Hidayat B. (2019) Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia di
Provinsi Sulawesi Tengah. E-Journal Pembangunan Daerah Universitas Sulwaesi
Barat.

Digdowiseiso, Kumba (2019). Teori Pembangunan. Lembaga Penerbitan Universitas


Nasional (LPU-UNAS): Jakarta Selatan.

Kalalimbong, Abraham. (2010) Kajian Infrastruktur di Provinsi Maluku. E-Journal Fakultas


Teknik Universitas Pattimura, Ambon.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Maluku


Tahun 2019-2024.

Setianingsih, Budhi. Setyowati, Endah dan Siswidiyanto. (2019) Efektivitas Sistem


Perencanaan Pembangunan Daerah (Simrenda) (Studi pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Malang). E-Journal Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Brawijaya.

Analisis Hasil Pembangunan di Provinsi Maluku Berdasarkan Teori Pembangunan 16

Anda mungkin juga menyukai