Pembangunan Masyarakat
Secara alami, manusia terus mengalami perubahan-perubahan.
Perubahan tersebut adakalanya menuju pada kemunduran, namun
adakalanya perubahan menuju pada kemajuan. Agar perubahan
menghasilkan kemajuan, maka diperlukan adanya pembangunan.
Menurut Siagian (1987:2) suatu usaha atau rangkaian usaha
pertumbuhan dan perubahan pembangunan adalah terencana yang
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah,
menuju modernitas dalam rangka pembangunan bangsa/ nation
building. Sementara Riyono Pratikno (1979:119) mendefinisikan
pembangunan sebagai suatu jenis perubahan sosial dimana
diperkenalkan berbagai gagasan baru ke dalam sistem sosial untuk
meningkatkan penghasilan perkapita serta standard hidup. Lebih lanjut
Bintarto (l983:59) menyebutkan bahwa pembangunan merupakan
proses tanpa ada akhir, suatu kontinuitas perjuangan untuk
mewujudkan ide dan realitas yang akan terus berlangsung sepanjang
kurun sejarah. Sedangkan rumusan PBB tentang Pembangunan
Masyarakat/Pembangunan Komunitas yaitu: suatu proses melalui usaha
dan prakarsa masyarakat sendiri maupun kegiatan pemerintahan dalam
rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial dan budaya.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, dapat dikatakan
bahwa pembangunan masyarakat merupakan suatu proses, baik ikhtiar
masyarakat yang bersangkutan yang diambil berdasarkan prakarsa
sendiri, maupun kegiatan pemerintah, dalam rangka untuk
memperbaiki kondisi ekonomi sosial dan kebudayaan masyarakat
(komunitas). Proses tersebut meliputi elemen dasar: pertama,
partisipasi masyarakat itu sendiri dalam rangka usaha mereka untuk
memperbaiki tarap hidup mereka, sedapat-dapatnya berdasarkan
35
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
38
Teori Pembangunan Pendidikan
39
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
40
Teori Pembangunan Pendidikan
41
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
Modal Sosial
Modal sosial adalah sebagai serangkaian nilai dan norma
informal yang dimilki bersama di antara para anggota suatu kelompok
masyarakat yang memungkinkan terjadinya kerjasama di antara
mereka (Fukuyama, 2002: xii). Secara sederhana modal sosial
42
Teori Pembangunan Pendidikan
43
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
Institusi Mekanisme
Ruang Sosial
George Simmel (1858-1918) adalah salah satu tokoh pertama
yang memberikan buah pikir berupa penawaran pengertian yang
penting pada konstruksi tentang “ruang sosial”. Banyak tulisan Simmel
tentang ruang sosial, akan tetapi yang paling terkenal hanya dua
artikel, lebih dulu diterbitkan pada tahun 1903, yaitu 'The Sociology of
Space' and 'On the Spatial Projections of Social Forms'. Selanjutnya ia
meninjau kembali dan memperluas artikel tersebut pada buku,
Soziologie, yang diterbitkan pada tahun 1908, kemudian
menambahkan tiga esei penting yakni "The Social Boundary', 'The
Sociology of the Senses' dan 'The Stranger' (Fearon, 2007). Simmel
mencoba memberikan gambaran tentang ruang sosial tersebut dengan
45
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
Fenomenologi
Untuk menelusuri modal sosial dan ruang sosial ini dipakai
pendekatan fenomenologis dengan sederet asumsi subyektivis tentang
hakikat pengalaman nyata dan tatanan sosial, sebagaimana upaya
Alfred Schulz dalam membangun fenomenologi sosial yang
mengaitkan sosiologi dengan fenomenologi filsafati Edmund Husserl.
Yang utama dari pemikiran Husserl adalah bahwa ilmu pengetahuan
selalu berpijak pada „yang eksperiensial‟. Selanjutnya Schulz
melanjutkan pendapat ini, yakni mengkaji cara-cara anggota
masyarakat menyusun dan membentuk ulang alam kehidupan sehari-
hari, dan kumpulan pengetahuan ini menciptakan dunia yang familiar;
dunia yang terlihat „akrab‟ di mata setiap anggota; ribuan fenomena
dalam kehidupan sehari-hari dirangkum ke dalam konstruk dan
kategori yang terbatas; yaitu panduan yang umum dan fleksibel untuk
memahami atau menginterpretasi pengalaman. Tipifikasi (atau
pemolaan) memudahkan setiap individu untuk mengkaji pengalaman,
mengenali dan menentukan apakah benda dan peristiwa dapat
dipandang sebagai bagian atau masuk jenis realita khusus atau tidak
(Bdk. Holstein & Gubrium, 2009: 336).
Pendekatan fenomenologis Schulz ini dikembangkan oleh
Peter L. Berger & Thomas Luckmann (1990) dengan penjelasan tentang
paham habitus (kebiasaan) dan proses habitualisasi (pembiasaan), yaitu
pemikiran, perasaan, dan tindakan yang selalu terjadi berulang-ulang
dalam pengalaman harian yang dialihkan dan dipelajari oleh masing-
masing anggota masyarakat secara berulang kali sehingga terbentuklah
pola cita, pola rasa dan pola tindak yang di-share oleh setiap anggota
kelompok/masyarakat. Justru pendidikan di sekolah dan asrama
menjadi sarana proses pembiasaan (habitualisasi) tiap anggota untuk
memasuki universum pengetahuan dari masyarakatnya; inilah proses
sosialisasi sekunder, menurut Berger & Luckmann (1990: 194, 210,
216), sesudah pengalaman sosialisasi primer di tengah keluarga, yang
dikenal sebagai pendidikan informal/non-formal bagi anak.
48
Teori Pembangunan Pendidikan
50
Teori Pembangunan Pendidikan
52
Teori Pembangunan Pendidikan
55
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
56
Teori Pembangunan Pendidikan
57
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
58
Teori Pembangunan Pendidikan
59
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
62
Teori Pembangunan Pendidikan
Tipologi Asrama
Ada beberapa jenis sistem asrama yang dapat dijumpai di kota
Sorong dan kabupaten Sorong, di Propinsi Papua Barat, dan yang
dijadikan sasaran observasi bandingan dalam penelitian ini, yaitu
sebagai berikut:
a. Asrama sebagai tempat Kost
Tujuan utama asrama adalah sebagai tempat tinggal
bagi siswa yang datang dari luar daerah yang tidak mempunyai
penampungan di rumah keluarga. Siswa disini mengatur
sendiri dan kadang berkelompok. Kehidupan mereka masih
banyak tergantung pada perhatian orang tua yang sesekali
datang melihat mereka. Sistem asrama di sini lebih bebas; tidak
64
Teori Pembangunan Pendidikan
ada pedoman atau aturan khusus, juga tidak ada Pembina atau
pamongnya. Asrama seperti ini pada umumnya disediakan oleh
Pemerintah Daerah; misalnya asrama siswa suku Moskona di
kota Sorong.
b. Asrama sebagai Panti Asuhan
Asrama ini menawarkan kesempatan asrama untuk
siswa kelas 7 atau lebih tinggi (SMP/SMA). Asrama ini
umumnya dikelola oleh sebuah yayasan atau komunitas religius
yang memberikan seorang pamong asrama sebagai pengatur
hidup harian anak-anak di Asrama tersebut. Pendampingan
bagi anak-anak yang masuk di asrama ini diserahkan
sepenuhnya kepada seorang pendamping. Orang tua
mempercayakan anak mereka dan orang tua juga masih ikut
bertanggungjawab dengan biaya hidup dari anak-anak mereka.
Asrama seperti ini terpisah dari sekolah dan mempunyai
peraturannya sendiri. Anak-anak yang tinggal di asrama dapat
bersekolah di satu sekolah atau beberapa sekolah yang ada
dalam satu kota. Misalnya, asrama St.Agustinus untuk siswa
SMA-K, asrama St. Monika untuk siswi SMA-K, dan asrama St.
Fransiskus Xaverius untuk siswi SMP di kota Sorong; juga
beberapa panti asuhan yang dikelola oleh kelompok Islam dan
umumnya berdekatan dengan sebuah mesjid ataupun
digabungkan dengan pesantren, seperti yang banyak terdapat
di kabupaten Sorong.
c. Asrama sebagai boarding school
Asrama ini dibangun dengan tujuan khusus dan
menyatukan baik sekolah maupun asrama dalam satu kesatuan.
Ada peraturan dan pedoman dan ada pendampingan yang jelas
yang dikoordinir oleh seorang rektor. Sekolah dan asrama
saling terkait satu sama lain dan kehidupan berasrama menjadi
kekuatan kehidupan di sekolah maupun sebaliknya. Malahan
tenaga pendidik atau guru berperan serentak sebagai pamong
atau Pembina para siswa dan mereka sendiri tinggal di asrama
65
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
66
Teori Pembangunan Pendidikan
68
Teori Pembangunan Pendidikan
69
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
Penelitian Terdahulu
Kajian tentang praktik terbaik di dalam manajemen pendidikan
telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, antara lain kajian Sazali
Yusoff Abd Razak Manaf Rosnarizah Abdul Halim (2010) tentang Best
Practices in Educational Management and Leadership: Identifying
High Impact Competencies for Malaysian School Principally. Halim
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kompetensi seorang
pemimpin adalah penting dalam menentukan arah organisasi, terutama
organisasi sekolah. Menjadi pemimpin organisasi sekolah, dibutuhkan
kemampuan khusus dari seorang pemimpin sekolah dalam rangka
mencapai dan melanjutkan pencapaian-pencapaian yang sudah dicapai
sebelumnya.
Hasil penelitian Halim dalam memotret praktik terbaik Institut
Aminuddin Baki (IAB), Kementerian Pendidikan Malaysia
menunjukkan bahwa sekolah tersebut mengembangkan pelatihan yang
berorientasi pada pertumbuhan, seperti High Impact Training and
Development Initiatives (HITI), Leadership Competency Assessment
(LCA), High Inisiative Training Impact (HITI) dan Leadership
Competence Assessment (LCA), Growth Oriented Training and
Development (GOTD). Untuk mengoperasionalkan kerangka kerja ini,
IAB telah mengembangkan instrumen untuk mengevaluasi kepala
70
Teori Pembangunan Pendidikan
72