TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pembangunan
pertumbuhan dan perubahan yang merencana yang dilakukan secara sadar oleh
suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan
tanpa akhir; (b) pembangunan merupakan suatu usaha yang secara sadar
ditujukan kepada usaha membina bangsa dalam rangka pencapaian tujuan bangsa
tidak jelas) sebagai berikut : (1) pembangunan sebagai proses perubahan sosial
sebagai upaya manusia yang sadar, terncana dan melembaga. (3) pembangunan
sebagai proses sosial yang bebas nilai (value free). (4) pembagunan memperoleh
22
Suryono, Agus. 2010. Dimensi-dimensi Prima Teori Pembangunan. Malang : UB Press. Hal 46
26
memperoleh bentuk sebagai ideologi, the ideologi of developmentalism. (5)
pembangunan sebagai konsep yang syarat nilai (value loaded) menyangkut proses
pencapaian nilai yang dianut suatu bangsa secara makin meningkat. (6)
a. Pembangunan Fisik
yang bersifat infrastruktur atau prasarana, yaitu bangunan fisik atau lembaga
yang mempunyai kegiatan produksi, logistik dan pemasaran barang dan jasa serta
dapat dirasakan langsung oleh masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh
umum.25
b. Pembangunan Non-fisik
tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang
23
Suryono, Agus. 2010. Dimensi-dimensi Prima Teori Pembangunan. Malang : UB Press. Hal 46
24
Pramana, Gilang. 2013. Pembangunan Fisik dan Non-fisik di Desa Badak Mekar Kecamatan
Muara Badak Kabupaten Kutai Kertanegara. Ejournal Ilmu Administrasi Negara, Vol. 1, Nomor 1.
Hal 587. http://ejournal.an.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2013/06/jurnal%20full%20(06-19-13-09-29-33).pdf diunduh pada tanggal 4
November 2018. Pukul 04.06 WIB.
25
http://repository.uin-suska.ac.id/4201/3/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 4 November 2018.
Pukul 03.57 WIB.
26
Ibid
27
harus bergerak di bidang pembangunan non-fisik atau sosial. Oleh karena itu,
dilakukan secara terus menerut oleh suatu negara untuk menciptakan masyarakat
yang lebih baik. Setiap individu atau negara akan selalu bekerja keras untuk
melakukan pembangunan demi kelangsungan hidupnya untuk masa ini dan masa
yang akan datang. Dalam pengertian yang paling mendasar, bahwa pembangunan
melibatkan reorganisasi dan reorientasi dari semua sistem ekonomi dan sosial.28
tokoh-tokoh lainnya mengatakan bahwa paling tidak adanya tiga komponen dasar
atau nilai inti yang harus dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis
dasar itu adalah kecukupan (sustenance), jati diri (self-estem), serta kebebasan
(freedom). Ketiga hal tersebut nilai pokok atau tujuan inti yang harus dicapai dan
27
http://repository.uin-suska.ac.id/4201/3/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 4 November 2018.
Pukul 03.57 WIB.
28
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26823/Chapter%20II.pdf;jsessionid=8EF0
EA2DB98E0578610FF81F1E2FFB78?sequence=4 diakses pada tanggal 13 November 2018.
Pukul 02.12 WIB. Hal 26.
28
mendasar, yang terwujud dalam berbagai macam manifestasi di seluruh
manusia secara fisik. Kebutuhan dasar ini meliputi pangan, sandang, papa,
kesehatan, dan keamanan. apabila salah satu dari sekian banyak kebutuhan
dasar ini tida terpenuhi maka munculah keterbelakangan absolute. Fungsi dari
condition) bagi pembangunan, tapi tidak akan memadai tanpa adanya faktor-
29
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26823/Chapter%20II.pdf;jsessionid=8EF0
EA2DB98E0578610FF81F1E2FFB78?sequence=4 diakses pada tanggal 13 November 2018.
Pukul 02.12 WIB. hal 27-28.
29
Komponen inti dari pembangunan yang kedua adalah menyangkut jati diri.
Kehidupan yang serba lebih baik adalah adanya dorongan dari dalam diri
untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, unruk merasa dari pantas dan layak
untuk melakukan sesuatu. Semua itu terangkum dalam jati diri (self-esteem).
Pencarian jati diri bukanlah suatu hal yang bersifat sepele. Penyebaran nilai-
dengan masyarakat lain baik secara ekonomis maupun teknologis lebih maju
acap kali menyebabkan defenisi dan batasan mengenai baik-buruk atau benar-
berhala baru
tidak berarti hanya karena mereka tidak memiliki kemajuan eknomi dan
luas sebagai kemampuan untuk berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh
30
pengejaran aspek-aspek materi dalam kehidupan serta bebas dari perasaan
pilihan yang luas bagi masyarakat dan anggotanya secara bersama-sama untuk
Dapat disimpulkan bahwa pembangunan baik secara fisik maupun non fisik
yang dimiliki oleh masyarakat melalui beberapa gabungan proses sosial, ekonomi,
baik.
ekonomi yang berbasis sumber daya alam yang tidak memperhatikan aspek
kelestarian lingkungan pada akhirnya akan berdampak negatif padal ingkungan itu
sendiri, karena pada dasarnya sumber daya alam dan lingkungan memiliki
kapasitas daya dukung yang terbatas. Dengan kata lain, pembangunan yang tidak
dimulai sejak Malthus pada tahun 1798 yang mengkhawatirkan ketersediaan lahan
30
Jaya, Askar. 2004. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Tugas
Individu Semeseter Ganjil 2004. Pengantar Falsafah Sains (PPS-702). Hal 1.
31
di Inggris akibat ledakan penduduk yang pesat. Satu setengah abad kemudian,
kawan-kawan pada tahun 1972 menerbitkan publikasi yang berjudul The Limit to
oleh ketersediaan sumber daya alam. Dengan ketersediaan sumber daya alam yang
terbatas, arus barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam yang tidak
akan selalu bisa dilakukan secara terus menerus (on sustainable basis).31
upaya manusia untuk memperbaiki mutu kehidupan dengan tetap berusaha tidak
pembangunan berkelanjutan telah dijadikan sebagai isu penting yang perlu terus
pembangunan antar generasi pada masa ini maupun masa mendatang. Menurut
: (1) tidak ada pemborodan penggunaan sumber daya alam atau depletion of
31
Jaya, Askar. 2004. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Tugas
Individu Semeseter Ganjil 2004. Pengantar Falsafah Sains (PPS-702). hal 2.
32
Ibid
32
natural resources ; (2) tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya; (3)
resource.33
terjadinya:34
generasi.
33
Jaya, Askar. 2004. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Tugas
Individu Semeseter Ganjil 2004. Pengantar Falsafah Sains (PPS-702). Hal 2
34
Ibid hal 3
33
e. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumber
dengan habitatnya.
Dari sisi ekonomi, Fauzi (2004) mengatakan setidaknya ada tiga alasana
menyangkut alasan moral, generasi kini menikmati barang dan jasa yang
dihasilkan dari sunber daya alam dan lingkungan sehingga secara moral perlu
nilai ekologi yang sangat tinggi. Oleh karena itu, aktivitas ekonomi semestinya
tidak diarahkan pada kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
semata yang pada akhirnya dapat mengancam fungsi ekologi. Faktor ketiga, yang
ekonomi. Alasan dari sisi ekonomi memang masih terjadi perdebatan karena tidak
diketahui apakah aktivitas ekonomi selama ini sudah atau belum memenuhi
sendiri cukup kompleks, sehingga sering aspek keberlanjutan dari sisi ekonomi ini
34
hanya dibatasi pada pengukuran kesejahteraan antargenerasi (intergeneration
welfare maximization).35
B. Pembangunan Infrastruktur
nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan
penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain
35
Ibid
36
Haris, Abdul. 2005. Pengaruh Penatagunaan Tanah Terhadap Keberhasilan Pembangunan
Infrastruktur dan Ekonomi. Hal 1.
https://www.bappenas.go.id/files/3013/5228/3483/05abdul_20091014131228_2260_0.pdf diakses
pada tanggal 16 Oktober 2018. Pukul 19.45 WIB.
37
Ibid hal 6.
35
2. Prasarana dan sarana perairan : bendungan, jaringan pengairan, bangunan
tenaga air;
reklamasi lahan, jaringan dan instalasi air bersih, jaringan dan pengolahan air
tinggi, perencanaan dan implementasi perlu waktu panjang untuk mencapai skala
baik dari dalam maupun luar negeri. Ditambah lagi dengan adanya dua matra yang
harus dimiliki dalam penyediaan infrastruktur, yaitu matra fisik dan matra
pelayanan. Infrastruktur tidak selesai dibangun secara fisik saja, namun menuntut
pengelolaan infrastruktur.38
38
Haris, Abdul. 2005. Pengaruh Penatagunaan Tanah Terhadap Keberhasilan Pembangunan
Infrastruktur dan Ekonomi. Hal 6.
https://www.bappenas.go.id/files/3013/5228/3483/05abdul_20091014131228_2260_0.pdf diakses
pada tanggal 16 Oktober 2018. Pukul 19.45 WIB.
36
C. Penanaman Modal Asing
Untuk memahami arti dalam penanaman modal, perlu diberikan batasan dan
konsep yang jelas terhadap pengertian apa yang dimkasudkan dengan penanaman
modal. Hal tersebut bertujuan agar persepsi dan pemahaman kita tentang
penanaman modal menjadi lebih jernih guna menghindari adanya arti negatif
keterhubungan juga dengan teori yang dianut negara penerima modal (host
country).39
dengan penanaman modal, khususnya modal asing itu sendiri mempunyai banyak
variasi. Teori yang pertama, menunjukkan adanya sikap yang ekstrem, yakni tidak
modal asing di negara mereka, oleh karena dianggapnya sebagai kelanjutan dari
proses kapitalisme. Penganut teori ini dipelopori oleh Karl Marx dan Robert
Magdoff. Teori yang kedua, berupa teori yang bersifat nasionalisme dan
penanaman modal asing. Oleh sebab itu, menurut paham teori ini bahwa
kehadiran penanaman modal asing, khususnya modal asing yang berakibat pada
adanya pembagian keuntungan yang tidak seimbang yang terlalu banyak ada pada
pihak modal asing, sehingga menyebabkan negara penerima modal (host country)
39
Ilmar, Aminuddin. 2006. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta : Kencana. Hal 33
37
Penganut teori ini, dipelopori oleh Streeten dan Stephen Hymer. Menurut Hymer
dilain pihak. Teori yang ketiga, melihat peranan penanaman modal secara
modernisasi ekonomi negara penerima modal. Proses tersebut dapat dilihat pada
gejala perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dunia dan mekanisme pasar yang
dapat berlangsung baik dengan atau tanpa pengaturan dan fasilitas dari negara
penerima modal. Pelopor dari teori ini adalah Raymond Vernon dan Charles P.
Kindleberger.40
keterkaitan dengan salah satu teori yang dianut ataukah merupakan variasi dari
berbagai teori itu. Hal ini dengan jelas dapat kita lihat dari masing-masing
40
Ilmar, Aminuddin. 2006. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta : Kencana. Hal 33-34
38
undangan penanaman modal masing-masing negara. Dalam ketentuan Pasal 1
modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun asing untuk melakukan
yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal
dalam negeri. Adapun angka 3 disebutkan, bahwa penanaman modal asing yaitu
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan
dalam negeri.41
lainnya guna memperbesar peluang pasar regional dan internasional bagi produk
pertumbuhan suatu kawasan atau wilayah ekonomi khusus yang bersifat strategis
mengatur hak pengalihan aset dan hak untuk melakukan transfer dan repatriasi
41
Ilmar, Aminuddin. 2006. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta : Kencana. Hal 35.
39
dengan tetap memperhatikan tanggung jawab hukum, kebijakan fiskal, dan sosial
Hak, kewajiban dan tanggung jawab penanam modal diatur secara khusus
lingkungan dan pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya
Menurut ISO 26000 dalam Suharto, tanggung jawab sosial dan lingkungan
yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan
menyeluruh. Telaah lebih lanjut atas berbagai literatur menunjukkan bahwa ada
empat skema yang biasa dipergunakan untuk menjalankan tanggung jawab sosial
42
Ibid hal 44.
43
Ilmar, Aminuddin. 2006. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta : Kencana. Hal 44-45.
40
pendanaan kegiatan sesuai dengan kerangka legal; (3) partisipasi masyarakat
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
(1) Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dikenai sanksi
cara :
44
Rosyida, Isma & Nasdian, Fredian Tonny. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam
Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap
Komunitas Perdesaan. Ejournal ISSN : 1978-4333, Vol 05, No. 01. Hal 52.
45
Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 74 ayat (1).
46
Pasal 74 ayat (2).
47
Pasal 74 ayat (3).
48
Anwar, Muhammad. 2017. Pengantar Kewirausahaan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Kencana. Hal
100-101.
41
a. Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan.
harapkan.
pelanggan, yaitu :
dilindungin meliputi :
a. Hak keamanan, barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus
tersebut.
42
c. Hak untuk didengar, komunikasi dua arah harus di bentuk, yaitu untuk
antimonopoli (antitrust).
tindakan bisnis. Pendekatan ini mempunyai satu tujuan imperatif yaitu bahwa
bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua pihak
49
I Gede A.B. Wiranata, ibid, hal 295.
43
yang berkepentingan (stakeholders) dengan suatu kegiatan bisnis dijamin,
dengan , tanggung jawab sosial dan lingkungan telah menjadi kewajiban yuridis,
daya alam.51
E. Kerjasama
Ansell dan Gash menjelaskan strategi baru dari pemerintahan disebut sebagau
keputusan bersama.52
bekerja sama dengan orang lain. Hal tersebut menyiratkan bahwa seorang aktor
beberapa usaha. Setiap orang yang melakukan kerjasam dengan yang lainnya
memiliki ketentuan syarat dan kondisi tertentu, dimana hal tersebut sangat
kompleks, dan pembagian kerja dan tugas yang meningkat. Kondisi tersebut
50
Ibid, hal 93.
51
Pasal 3.
52
Irawan, Denny. 2017. Collaborative Governance (Studi Deskriptif Proses Pemerintahan
Kolaboratif Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Kota Surabaya). Ejournal Kebijakan dan
Manajemen Publik. ISSN 2303-341X Vol 5, Nomor 3. Hal 5.
44
membantu dan kemudian manajemen ilmiah dan teori organisasi hubungan
manusia.53
pengaturan pemerintahan dimana satu atau lebih lembaga publik secara langsung
delieratif yang bertujuan untuk membuat dan menerapkan kebijakan publik serta
dianggap sebagai suatu bentuk hubungan kerja sama antara pemerintah sebagai
sebagai srbuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling
53
Irawan, Denny. 2017. Collaborative Governance (Studi Deskriptif Proses Pemerintahan
Kolaboratif Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Kota Surabaya). Ejournal Kebijakan dan
Manajemen Publik. ISSN 2303-341X Vol 5, Nomor 3. Hal 5
54
Ibid
55
Ibid hal 5-6
56
Ibid hal 6
45
Selanjutnya menurut Ratner, di dalam collaborative governance terdapat tiga
fokus fase atau tiga tahapan yang merupakan proses kolaborasi dalam tata kelola
Pada tahap ini pemerintah dan stakeholders atau pemangku kebijakan yang
proses tata kelola pemerintahan. Pada tahap ini setiap stakeholders saling
yang sama dalam menentukan kebijakan pada setiap permasalahan yang telah
diperoleh dari masing-masing pihak yang terlibat. Pada dasarnya, fase ini
masing-masing stakeholders.
Pada tahap ini stakeholders atau pemangku kebijakan yang terlibat dalam
hambatan yang telah diterangkan pada fase pertama. Diskusi yang dilakukan
57
Irawan, Denny. 2017. Collaborative Governance (Studi Deskriptif Proses Pemerintahan
Kolaboratif Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Kota Surabaya). Ejournal Kebijakan dan
Manajemen Publik. ISSN 2303-341X Vol 5, Nomor 3. Hal 6
46
oleh masing-masing stakeholders yang terlibat meliputi diskusi mengenai
langkah yang dipilih sebagai langkah yang paling efektif untuk memecahkan
strategi yang telah didiskusikan pada tahap sebelumnya, seperti langkah awal
47