TEORI MODERNISASI
Disusun oleh:
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang modern.
Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang
modern. Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan di mana masyarakat yang sedang
memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki
masyarakat modern. Selain itu, ini juga menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk
menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi
universal,rasional,danfungsional.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Apakah yang dimaksud modernisasi dan bagaimana sejarahnya?
2) Apasajateori-teorimodernisasi?
3) Bagaimana syarat modernisasi?
4) Bagaimana gejala modernisasi?
5) Bagaimana dampak positif dan negatif modernisasi?
BAB II
PEMBAHASAN
Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang
tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola
ekonomisdanpolitis.
Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang
didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian
sebagai berikut:
1) Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat
penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
2) Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup dalam
masyarakat.
Sejarah Modernisasi
Teori modernisasi lahir sebagai tanggapan ilmuwan sosial Barat terhadap Perang Dunia II.
Teori ini muncul sebagai upaya Amerika untuk memenangkan perang ideologi melawan
sosialisme yang pada waktu itu sedang populer. Bersamaan dengan itu, lahirnya negara-negara
merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin bekas jajahan Eropa melatar belakangi
perkembangan teori ini. Negara adidaya melihat hal ini sebagai peluang untuk membantu Negara
Dunia Ketiga sebagai upaya stabilitas ekonomi dan politik.
Di awal perumusannya tahun 1950-an, aliran modernisasi mencari bentuk teori dan
mewarisi pemikiran-pemikiran dari teori evolusi dan fungsionalisme. Teori evolusi dan
fungsionalisme pada waktu itu dianggap mampu menjelaskan proses peralihan masyarakat
tradisional menuju masyarakat modern di Eropa Barat, selain juga didukung oleh para pakar
yang terdidik dalam alam pemikiran struktural-fungsionalisme. Teori evolusi menggambarkan
perkembangan masyarakat sebagai gerakan searah seperti garis lurus. Kita dapat melihatnya
dalam karya-karya Spencer dan Comte. Teori fungsionalisme dari Talcott Parsons beranggapan
bahwa masyarakat tidak ubahnya seperti organ tubuh manusia yang memiliki berbagai bagian
yang saling bergantung.
Selain itu, teori modernisasi pun didukung oleh tokoh-tokoh seperti Neil Smelser dengan
teori diferensiasi strukturalnya. Smelser beranggapan dengan proses modernisasi,
ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi sekaligus akan dibagi
dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus. Sedangkan Rostow yang
menyatakan bahwa ada lima tahapan pembangunan ekonomi. Ia merumuskannya ke dalam teori
tahapan pertumbuhan ekonomi, yaitu tahap masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas, lepas
landas, bergerak ke kedewasaan, dan berakhir dengan tahap konsumsi massal yang tinggi. Di
samping itu, ada beberapa varian teori modernisasi lain seperti Coleman dengan diferensiasi dan
modernisasi politik-nya, Harrod-Domar yang menekankan penyediaan modal untuk investasi
pembangunan, McClelland dengan teori need for Achievement (n-Ach)-nya, Weber dengan
“Etika Protestan”-nya, Hoselitz yang membahas faktor-faktor nonekonomi yang ditinggalkan
Rostow yang disebut faktor “kondisi lingkungan”, dan Inkeles yang mengemukakan ciri-ciri
manusia modern.
Satu hal yang menonjol dari teori ini adalah modernisasi seolah-olah tidak memberikan
celah terhadap unsur luar yang dianggap modern sebagai sumber kegagalan, namun lebih
menekankan sebagai akibat dari dalam masyarakat itu sendiri. Alhasil faktor eksternal menjadi
terabaikan. Teori modernisasi memberikan solusi, bahwa untuk membantu Dunia Ketiga
termasuk kemiskinan, tidak saja diperlukan bantuan modal dari negara-negara maju, tetapi
negara itu disarankan untuk meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional dan kemudian
melembagakan demokrasi politik.
Karena berpatokan dengan perkembangan di Barat, modernisasi diidentikkan dengan
westernisasi. Teori ini pun kurang mampu menjawab kegagalan penerapannya di Amerika Latin,
tidak memperhatikan kondisi obyektif masyarakat, sejarah dan tradisi lama yang masih
berkembang di Negara Dunia Ketiga. Untuk menjawabnya, muncullah teori modernisasi baru.
Bila dalam teori modernisasi klasik, tradisi dianggap sebagai penghalang pembangunan, dalam
teori modernisasi baru, tradisi dipandang sebagai faktor positif pembangunan. Namun, tetap saja
baik teori modernisasi klasik, maupun baru, melihat permasalahan pembangunan lebih banyak
dari sudut kepentingan Amerika Serikat dan negara maju lainnya.
B. Teori Modernisasi
Berdasarkan pada teori pembagian kerja secara internasional, maka secara umum di dunia
ini terdapat dua kelompok negara, yaitu kelompok negara yang memproduksi hasil pertanian dan
kelompok negara yang memproduksi barang industri. Pada kedua kelompok negara ini terjadi
hubungan dagang dan keduanya menurut teori diatas saling menguntungkan. Tetapi setelah
beberapa puluh tahun kemudian, muncul suatu permasalahan bahwa neraca perdagangan kedua
kelompok negara ini berbeda, yang dimana negara yang memproduksi barang industri
mendapatkan keuntungan yang besar dan semakin kaya sedangkan negara yang memproduksi
hasil pertanian mendapatkan hasil yang kurang menguntungkan dan lebih tertinggal (miskin).
Dari permasalahan diatas maka muncul beberapa teori modernisasi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, yang menjelaskan tentang kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang
terdapat di dalam negara tersebut. Beberapa teori yang tergolong kedalam kelompok teori
modernisasi yaitu
:
1) Teori Harrod – Domar : Modal dan Investasi
Roy Harrod dan Evsey Domar adalah ahli ekonomi yang berbicara tentang teori ekonomi
pembangunan yang menekankan pada penyediaan modal dan investasi. Mereka berkesimpulan
bahwa pembangunan akan berhasil dan terlaksana dengan baik jika pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh tingginya modal dan investasi.
5) Kriminalitas
Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa kekeluargaan, sikap
yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang konsumtif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modernisasi memiliki gejala-gelaja meliputi gejala politik, gejala sosial, gejala budaya,
gejala ekonomi yang harus ditanggapi dengan bijak.
B. Saran
Modernisasi memang perlu untuk kemajuan suatu wilayah, daerah, bahkan suatu negara.
Namun kia harus menanggapi modernisasi dengan bijak agar kita tidak terjerumus ke dalam
dampak-dampak atau gejala yang merugikan yang akan ditimbulkan oleh modernisasi.
Bak dua sisi mata uang yang berbeda, disamping ada dampak positif dari modernisasi yang akan
menguntungkan kita, ada juga dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh modernisasi yang
pastikan akan mengganggu, dan merugikan kita.
Karena itu, menurut kami masyarakat hendaknya lebih selektif dalam menyaring kebudayan
modernisasi ini. Apa lagi budaya kebarat-baratan, sebagai negara yang sebagian besar
penduduknya beragama islam, hendaknya masyarakat tidak menganut budaya barat yang tidak
sesuai dengan syariat agama.
Pemerintah juga berperan penting dalam pemerataan modernisasi. Karena akan ada banyak
masalah yang ditimbulkan , misalnya karena pola hidup masyarakat yang konsumtif, kita harus
mengimpor barang untuk memenuhi permintaaan pasar dala negeri, sedangkan daya ekspor kia
rendah, hal ini kan sangat merugikan pelaku pasar di dalam negeri, seperti kentang yang
pemerintah impor, akan merugikan petani kentang karena harga kentang lokal akan turun karena
banyaknya kentang dipasaran. ini tugas kita bersama dan juga pemerintah yang harus lebih
memperhatikan rakyat kecil. Kita juga harus lebih mencintai produk-produk dalam negeri. Jika
kerugian akan terus menerus melanda pelaku pasar dalam negeri, maka akan banyak pelaku
pasar yang gulung tikar, banyak pekerja yang akan menganggur, ini akan menimbulkan
kriminalitas. Maka dari itu para pelaku pasar diminta untuk lebih kreatif dalam menciptakan dan
memsarakan produk dan jasa dalam negeri di nasional maupuun dikancah internasional.
Masyarakat juga tidak seharusnya bersikap individualistik. Karena kita hidup bermasyarakat
dan kita adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan, kita harus memiliki rasa kepedulian
terhadap sesama.
DAFTAR PUSTAKA