Anda di halaman 1dari 11

NAMA : PUTRI DWI LESTARI

NIM : 1701110813
MATA KULIAH : TEORI PEMBANGUNAN

TEORI MODERNISASI

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEORI MODERNISASI


Teori modernisasi lahir di tahun 1950-an di Amerika Serikat, dan merupakan respons
kaum intelektual terhadap Perang Dunia yang bagi penganut evolusi dianggap sebagai jalan
optimis menuju perubahan. Modernisasi menjadi penemuan teori yang terpenting dari
perjalanan kapitalisme yang panjang dibawah kepemimpinan Amerika Serikat. Teori ini lahir
dalam suasana ketika dunia memasuki ‘perang dingin’ antara negara-negara Komunis
dibawah pimpinan Negara Sosialis Uni Sovyet Rusia (USSR). Perang dingin merupakan
bentuk peperangan ideologi dan teori antara kapitalism dan sosialisme. Sementara itu gerakan
sosialisme Rusia mulai mengembangkan pengaruhnya tidak saja di Eropa Timur, melainkan
juga di negara-negara yang baru merdeka. Dengan demikian dalam konteks perang dingin
tersebut teori modernisasi terlibat dalam perperangan ideologi.
Bangkitnya negara-negara yang baru merdeka di Asia dan Afrika yang tadinya
merupakan jajahan negara-negara Eropa dan Amerika menjadi ancaman baru karena banyak
diantara mereka tertarik dengan sosialisme sebagai cara untuk melakukan perubahan sosial.
Amerika Serikat menyadari akan situasi peperangan ideologi ini, sehingga mereka
mendorong para ilmuwan sosial mengembangkan teori untuk memahami Dunia Keiga yang
baru lahir, juga menemukan resep teoritik dalam rangka membendung sosialisme untuk
medorongkan kapitalisme.
Teori modernisasi dan pembangunan yang pada dasarnya merupakan sebuah gagasan
tentang perubahan sosial tentang perjalanannya telah menjadi sebuah ideologi. Perkembangan
ini adalah akibat dari dukungan dana dan politik yang luar biasa besarnya dari pemerintah
dan organisasi maupun perusahaan swasta di Amerika Serikat serta negara-negara liberal
lainnya. Semua itu menjadikan modernisasi dan pembangunan sebagai suatu gerakan imuwan
yang antar disiplin ilmu-ilmu sosial yang memfokuskan kajian terhadap perubahan sosial di
Dunia Ketiga sangat berpengaruh. Akibatnya menjadikan teori modernisasi tidak hanya
sekedar merupakan ‘industri yang sedang tumbuh,’ tetapi telah menjadi sebuah aliran
pemikiran (a school of thought), bahkan telah menjadi sebuah ideologi.
Modernisasi sebagai gerakan sosial sesungguhnya bersifat revolusioner (perubahan
cepat dari tradisi ke modern). Selain itu modernisasi juga berwatak kompleks (melalui
banyak cara dan disipin ilmu), sistematik, menjadi gerakan global yang akan mempengaruhi
semua manusia, melalui proses yang bertahap untuk menuju suatu homogenisasi
(convergency) dan bersifat progresif.

TEORI MODERNISASI KLASIK


Sejarah Lahirnya
Teori modernisasi lahir dalam bentuknya yang sekarang ini, paling tidak menurut
tokoh-tokoh Amerika Serikat, sebagai produk sejarah tiga peristiwa penting dunia setelah
masa Perang Dunia II. Pertama, munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan
dunia. Sekalipun negara-negara barat lainnya semakin melemah setelah perang dunia ke II,
AS justru menjadi “pemimpin” dunia sejak pelaksanaan marshall plan yang diperlukan untuk
membangun kembali eropa barat akibat perang dunia II. Pada tahun 1950-an secara praktis
AS mengambil peran sebagai pengendali pencaturan dunia. Kedua, pada saat yang hampir
bersamaan, terjadi perluasan gerakan komunis dunia. Uni Soviet mampu memperluas
pengaruh politiknya tidak sampai di Eropa Timur, tetapi juga sampai di Asia, antara lain di
China dan Korea. Ketiga, lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika
Latin yang sebelumnya merupakan daerah jajahan negara-negara Eropa. Negara-negara baru
ini secara serempak mencari model-model pembangunan yang hendak digunakan sebagai
contoh untuk membangun ekonominya dan dalam usaha untuk mempercepat pencapaian
kemerdekaan politiknya. Dalam situasi dunia seperti ini wajar jika elite politik Amerika
Serikat memberikan dorongan dan fasilitas bagi ilmuan sosialnya untuk mempelajari
permasalahan Dunia Ketiga.
Jika pada masa sebelum Perang Dunia II, persoalan pembangunan negara Dunia
Ketiga hanya sedikit sekali mendapat perhatian para ilmuwan AS, namun keadaan yang
sebaliknya terjadi setelah Perang Dunia II.
1. Teori harrod-domar (tabungan & investasi)
Masalah keterbelakangan adalah masalah kekurangan modal. Kalau ada modal, dan
modal itu diinvestasikan, hasilnya adalah pembangunan ekonomi. Prinsipnya: kekurangan
modal, tabungan dan investasi menjadi masalah utama pembangunan.
2. Teori Max Weber (Etika Protestan)
Mempersoalkan masalah manusia yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya disekitarnya,
terutama nilai-nilai agama. Etika protestan yang dikemukakan Weber adalah cara bekerja
yang keras dan sungguh-sungguh, lepas dari imbalannya (materialnya)
3. Teori David McClelland (Dorongan Berprestasi atau N-Ach)
McClelland terkenal dengan konsepnya: “the need for achievement” (kebutuhan atau
dorongan untuk berprestasi) dan disingkat n-ach. Ia mengatakan, jika dalam suatu masyarakat
ada yang banyak memiliki n-ach yang tinggi, dapat diharapkan masyarakat tersebut akan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
4. Teori W.W. Rostow (Lima Tahap Pembangunan)
Rostow membagi proses pembangunan ini menjadi lima tahap:
1) Masyarakat tradisional 4) Bergerak ke kedewasaan
2) Prakondisi untuk lepas landas 5) Jaman konsumsi masal yang
3) Lepas landas tinggi
Rostow melihat perlunya kelompok wiraswastawan:
Yaitu orang-orang yang berani melakukan tindakan pembaruan-pembaruan meskipun
tindakan tersebut ada resikonya. Kondisi sosial yang melahirkan para wiraswastawan ini:
 Adanya elit baru dalam masyarakat yang merasa diingkari haknya
 Masyarakat tradisional yang ada cukup lemah untuk memperbolehkan warganya
mencari kekayaan atau kekuasaan politik sebagai jalan untuk menaikkan statusnya
dalam masyarakat.
5. Teori Bert F. Hoselitz (Faktor-Faktor Ekonomi)
Hoselitz menyebut faktor non ekonomi ini sebagai faktor lingkungan yang dianggap
penting dalam proses pembangunan bagi Hoselitz, pembangunan membutuhkan pemasokan
dari beberapa unsur:
1) Pemasokan modal besar dan 2) Pemasokan tenaga ahli dan terampil
perbankan

Hasil Kajian Teori Modernisasi Klasik


MC CLELLAND : MOTIVASI BERPRESTASI
Setiap manusia memiliki waktu luang. Jika seseorang menggunakan waktu luangnya
tersebut untuk menikmati hidup, seperti misalnya untuk tidur dan bersenang-senang, maka
orang tersebut memiliki motivasi berprestasi yang sangat rendah. Namun jika seseorang
menghabiskan waktunya untuk lebih banyak mengenang teman-temannya, keluarga, kegiatan
sosial, pesta dan sebagainya, maka orang tersebut memiliki kebutuhan berprestasi sangat
rendah. Hanya jika seseorang berpikir bagaimana meningkatkan situasi sekarang ke arah
yang lebih baik, dan hendak melaksanakan tugas-tugas yang dihadapinya dengan cara yang
lebih baik, maka orang itu barulah bisa disebut memiliki kebutuhan berprestasi yang amat
kuat.
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana mengukur kebutuhan berprestasi ini.
Rumusan-rumusan pertanyaan tertulis bukan merupakan metode yang bagus untuk mengukur
motivasi berprestasi. Karena cara seperti ini memberi peluang seseorang untuk berbohong
tentang motif, kepentingan dan sikapnya. Oleh karena itu, McClelland menerapkan metode
proyeksi untuk mengukur motivasi berprestasi seseorang. Setelah menunjukkan suatu gambar
dari pokok penelitiannya kepada sekelompok orang, McClelland kemudian meminta kepada
masing-masing orang untuk menulis dari gambar yang telah mereka lihat.
Jika motivasi berprestasi individual dapat diukur dengan metode proyeksi, maka
pertanyaan yang muncul merupakan usaha untuk mencari alat ukur kebutuhan berprestasi
satu negara tertentu. Kebijaksanaan yang ditimbulkan dari hasil kajian ini, misalnya terlihat
pada upaya-upaya untuk meningkatkan motivasi berprestasi dari para wiraswastawan negara
Dunia Ketiga, jika memang negara Dunia Ketiga hendak membangun ekonominya. Bantuan
keuangan, teknologi, dan saran-saran kebijaksanaan yang diberikan oleh Amerika Serikat
pada negara Dunia Ketiga tidak mencukupi, dan tidak akan mampu membangkitkan gairah
pembangunan ekonomi Dunia Ketiga tersebut. Selain itu, bahwa semakin tinggi interaksi
Negara Barat dengan jalan pendidikan atau pengenalan budaya, maka akan semakin
mempermudah dan mempercepat Negara Dunia Ketiga utnuk menyerap ciri-ciri motivasi
berprestasi tinggi yang dimiliki oleh Negara Barat.

INKELES : MANUSIA MODERN


Menurut Inkeles, manusia modern akan memiliki berbagai karakteristik pokok berikut ini:
 Terbuka terhadap pengalaman baru
 Manusia modern akan memiliki sikap untuk semakin independen terhadap berbagai
bentuk otoritas tradisional, seperti orang-tua, kepala suku/etnis, dan raja
 Manusia modern percaya terhadap ilmu pengetahuan, termasuk percaya akan
kemampuannya untuk enundukkan alam semesta
 Manusia modern memiliki otoritas mobilitas dan ambisi hidup yang tinggi
 Manusia modern memiliki jangka panjang
 Manusia modern aktif terlibat dalam percaturan politik
SARBINI SUMAWINATA : LEPAS LANDAS INDONESIA
Sumawinata memulai pengamatannya dengan terlebih dahulu secara ringkas
mengingatkan tiga syarat mutlak yang menurut Rostow harus dipenuhi jika masyarakat
hendak mencapai tahap lepas landas pembangunan ekomominya. Pertama, untuk mencapai
lepas landas, ekonomi negara memerlukan tingkat investasi produktif paling tidak sebesar
10% dari pendapatan nasional. Kedua, pertumbuhan yang tinggi atas satu atau lebih cabang
industri yang sentral. Ketiga, tumbuh dan berkembangnya kerangka sosial politik yang
mampu menyerap dinamika perubahan masyarakat.

ROBERT N. BELLAH : AGAMA TOKUGAWA


Hasil kajian Bellah mencoba mengamati apa kaitan yang terjadi antara agama
Tokugawa dengan pembangunan ekonmi Jepang. Lebih khusus lagi penelitian ini menguji
apa sumbangan yang diberikan oleh agama Tokugawa terhadap cepatnya laju pembangunan
ekonomi Jepang, dan bagaimana sumbangan itu diwujudkan.

1. Penelitian McClelland tentang Motivasi Berprestasi yang mewakili karya di bidang


Psikologi.
2. Penelitian Inkeles disekitar tesis Manusia Modernnya yang mewakili Sosiologi Mikro
(Psikologi Sosial).
3. Pengamatan Sumawinata tentang kemungkinan dan kesiapan ekonomi Indonesia dalam
mencapai tahap lepas landas, sebuah konsep yang dikembangkan Rostow.
4. Kajian Sosiologi Makro Bellah tentang Agama Tokugawa dan Pembangunan di Jepang.
5. Lipset tentang Keterkaitan Antara Pembangunan Ekonomi dan Pengembangan
Demokrasi Politik, yang merupakan Representasi Disiplin Ilmu Politik.
Teori Neo Modernisasi
Teori Neo-Modernisme hadir sebagai bentuk otoritik terhadap tubuh modernisme
klasik, dan sebagaimana sifat dari ilmu pengetahuan yang secara terus menerus akan
melakukan otoritik terhadap dirinya sendiri, maka bukan hal yang tidak mungkin bila Neo
Modernisme juga suatu saat bertransformasi pada wajah barunya.
Secara sederhana Postmodernisme atau neo modernisasi dapat diartikan dengan
“pemahaman modernisasi baru”. Post modernisme adalah keseluruhan usaha yang bermaksud
merevisi kembali paradigma modern, sedangkan neo modernisasi adalah modernisme yang
berakar kuat dalam tradisi dan dimaksudkan untuk mengoreksi modernisme yang tidak
terkendali yang telah muncul sebelumnya. Postmodernisme cenderung mengkritik segala
sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas.
Neo-modernisme juga menelaah lebih lanjut pemikiran modernisme yang beragumen
bahwa manusia sebagai subyek untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan demi mendapatkan
sebuah kebenaran. Kebenaran menurut neo-modernisme adalah sesuatu yang relatif, hal
tersebut mempunyai implikasi dalam bagaimana kita mengkonstruksi kebenaran, sehingga
kebenaran itu banyak macamnya dan tidak ada kebenaran mutlak. Tetapi, neo-modernisme
juga tetap memiliki landasan terhadap modernisme.
Kajian Para Peneliti Neo-Modernisme
 Wong (Familisme dan Kewiraswastaan)
Hasil penelitian wong ini dimulai dengan penyajian kritik terhadap interpretasi para
pakar teori modernisasi klasik tentang pemahaman dan penafsiran pranata family (keluarga)
tradisional cina.
Wong hendak menunjukkan bahwa pranata keluarga memiliki efek positif terhadap
pembangunan ekonomi, yakni:
1) Wong menunjukkan adanya praktik manajemen paternalistik dibanyak badan usaha di
hongkong
2) Nepotisme mungkin juga memberikan andil terhadap keberhasilan berbadai badan usaha
di hongkong
3) Adanya model pemilikan keluarga yang membantu keberhasilan usaha etnis china di
hongkong.
 Dove (Budaya Lokal dan Pembangunan di Indonesia)
Menurut Dove bahwa tradisional itu tidak berarti terbelakang. Tradisional adalah
sebagai proses perubahan ekonomi sosial dan politik dari masyarakat dimna budaya
tradisional tersebut melekat.
Dove pada hasil kajian tentang budaya tradisional Indonesia dengan pembangunan
mengkategorikan 4 kelompok, yaitu:
1) Ideologi 3) Lingkungan hidup
2) Ekonomi 4) Ideologi
 Davis (revisi kajian agama jepang dan teori barikade)
 Teori Lintas Gawang
Pembangunan merupakan seperangkat rintangan panjang yang melintang sejak dari
garis permulaan (masyarakat tradisional) sampai ke garis terakhir (masyarakat modern).
Dalam lomba ini, peserta lomba (negara berkembang) yang berhasil mengatasi segala
rintangan hendak diberi ganjaran berupa julukan sebagai masyarakat modern
 Teori Barikade
Davis menawarkan satu argumentasi dari sudut pandang yang berbeda, yakni dari
sudut pandang tradisionalisme. Bagaimana masyarakat tradisional menyiapkan barikade
untuk melindungi dirinya sendiri dari kemungkinan gangguan yang ditimbulkan oleh
berkembangnya nilai-nilai kapitalisme.
 Penulisan Kembali Sejarah Agama di Jepang
Berbekal analisis teori barikade, Davis mencoba menganalisis kembali peran agama
dalam proses pembangunan di Jepang, yang ia titik beratkan pada unsur negatif dan
positifnya. Unsur negatif agama sebagai alasan mengapa agama di Jepang, yang ia titik
beratkan pada unsur negatif dan positifnya. Unsur negatif agama sebagai alasan mengapa
agama di Jepang gagal menahan perubahan. Unsur positif agama sebagai pendorong
perubahan sosial.
 Huntington (Demokrasi di Negara Dunia Ketiga)
Huntington membedakan 2 faktor demokrasi di negara dunia ketiga yakni:
1) Prakondisi yang diperlukan untuk pembangunan demokrasi
2) Proses politik diperlukan untuk pembangunan demokrasi
Huntington membahas 3 model utama proses demokrasi:
1) Model linier 3) Model dialektis
2) Model siklus

Hasil Kajian Baru Teori Modernisasi


Teori modernisasi baru atau kajian baru dari teori modernisasi lahir sekitar tahun
1970-an sebagai tanggapan atas kritikan yang diberikan oleh penganut teori dependensia
klasik. Kajian baru ini juga masih menggunakan analisa pada tingkat nasional, dan tetap
berusaha menjelaskan pembangunan Dunia Ketiga dengan bertitik tolak pada faktor internal
seperti nilai-nilai tradisional dan berbagai pranata sosial.
Dengan adanya berbagai pengritik tentang teori modernisasi klasik, maka teori ini
menguji kembali berbagai asumsi dasarnya. Jika demikian halnya, maka hasil kajian baru ini,
dalam batas-batas tertentu yang berarti, berbeda dengan teori modernisasi klasik dalam
beberapa landas pijak berikut ini.
Pertama, hasil kajian baru teori modernsasi ini sengaja menghindar untuk
memperlakukan nilai-nilai tradisional dan modern sebagai dua pengkat sistem nilai yang
secara total bertolak belakang. Dalam hasil kajian baru ini, dua perangkat sistem nilai
tersebut bukan saja dapat saling mewujud saling berdampingan, tetapi bahkan dapat saling
mempengaruhi dan bercampur satu sama lain. Disamping itu, hasil kajian baru ini tidak lagi
melihat bahwa nilai tradisional merupakan faktor penghambat pembangunan, bahkan
sebaliknya, kajian baru ini secara sungguh-sungguh hendak berusaha menunjukkan
sumbangan positif yang dapat diberikan oleh sistem nilai tradisional. Konsepsi ini telah
banyak membukua pintu dan merumuskan agenda penelitian baru, yang oleh karenanya,
peneliti teori modernisasi, kemudian lebih banyak memberikan perhatian kepada pengkajian
nilai-nilai tradisonal (seperti: familisme, agama rakyat, budaya lokal), dibanding pada masa-
masa sebelumnya.
Kedua, secara metodologis, kajian baru ini juga berbeda. Hasil harya baru ini tidak
lagi berstandar teguh pada pada analisa yang abstrak dan tipologi, tatapi lebih cenderung
untuk menberikan perharian yang seksama pada kasus-kasus nyata. Hasil kajian baru ini tidak
lagi merupakan unsur keunikan sejarah. Sejarah sering dianggap sebagai faktor yang
signifikan untuk menjelaskan pola perkembangan dari satu negara tertentu. Bahkan dalam
kajian kasus-kasus yang mendalam sering di jumpai dibantui dengan analisa dari perspektif
studi bandingnya. Karya baru ini secara jernih menanyakan berbagai kemungkinan dan sebab
mengapa seperangkat pranarta sosial yang sama memainkan peran yang berbeda di negara
yang berbeda.
Ketiga, sebagai akibat dari perhatiannya terhadap sejarah dan analisa anggapan
tentang gerak satu arah pembangunan yang menjadikan barat sebagi satu-satunya model.
Sebagai gantinya, karya-karya penelitian ini kemudian begitu saja menerima kenyataan
bahwa negara Dunia Ketiga dapat memilki kesermpatan untuk menempuh arah dan
menentukan model pembangunannya sendiri.
Terakhir, hasil kajian baru teori moderinsasi ini lebih memberikan perhatian pada
faktor eksternal (lingkungan internasional) dibanding pada masa sebelumnya. Sekalipun
perhatian utamanya masih pada faktor internal, perana faktor internasional dalam
mempengaruhi proses pembangunan Negar Dunia Ketiga ini juga menaruh perhatian pada
faktor konflik. Bahkan dalam analisanya, karya baeru ini sering berhasil mengintegrasikan
dengan baik faktor konflik kelas, dominasi idiologi dan peranan agama.

Kaitan Teori Modernisasi Dengan Pembangunan


Teori modernisasi dan pembangunan pada dasarnya merupakan sebuah gagasan
tentang perubahan sosial dalam perjalanannya telah menjadi sebuah ideologi. Perkembangan
ini adalah akibat dari dukungan dana dan politik yang luar biasa besarnya dari pemerintah
dan organisasi maupun perusahaan swasta di Amerika Serikat serta negara-negara liberal
lainnya. Semua itu menjadikan modernisasi dan pembangunan sebagai gerakan ilmuan yang
antar disiplin ilmu-ilmu sosial yang memfokuskan kajian terhadap perubahan sosial di dunia
ketiga sangat berpengaruh. Akibatnya menjadikan teori modernisasi tidak hanya sekedar
merupakan ‘industri yang sedang tumbuh’, tetapi telah menjadi sebuah aliran pemikiran (a
school of thought), bahkan telah menjadi sebuah ideologi.
Pengaruh modernisasi di dunia ketiga sangat luas, tidak saja pada kalangan akademis
diperguruan tinggi, tetapi juga dikalangan birokrasi yakni para perencana dan pelaksana
progam pembangunan di negara-negara dunia ketiga. Bahkan modernisasi juga berpengaruh
dalam pemikiran keagamaan dikalangan pemimpin dan pendidikan agama. Modernisasi juga
sangat mempengaruhi banyak pemikiran kalangan Implikasi kebijakan pembangunan dan
organisasi non pemerintah.
Dengan mendasarkan diri pada perumusan kerangka teori dan metode
pengkajiaannya, teori modernisasi mampu menurunkan berbagai implikasi kebijaksanaan
pembanguan yang perlu diikuti negara dunia ketiga dalam asumsi memodernisasikan dirinya.
1. Teori modernisasi membantu secara implisit pembenaran hubungan kekuatan yang
bertolak belakang antara masyarakat tradisional dan modern. Karena Amerika Serikat
dan negara barat disebut sebagai negara maju dan negara dunia ketiga dikatakan sebagai
tradisional dan terbelakang, maka negara dunia ketiga menjadikan negara-negara maju
sebagai model dan panutan.
2. Teori modernisasi menilai ideologi komunisme sebagai ancaman pembangunan negara
dunia ketiga. Jika negara dunia ketiga hendak melakukan modernisasi, mereka perlu
menempuh arah yang dijalani oleh Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat, dan
oleh karena itu mereka hendaknya berdiri dari paham komunisme. Untuk mencapai
tujuan ini, teori modernisasi menyarankan agar negara dunia ketiga melakukan
pembangunan ekonomi meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional dan
melembagakan demokrasi politik.
3. Teori modernisasi mampu memberikan legitimasi tentang perlunya bantuan asing,
khususnya dari Amerika Serikat. Jika dan karena yang diperlukan negara dunia ketiga
adalah kebutuhan investasi produktif dan pengenalan nilai-nilai modern, maka Amerika
Serikat dan negara maju dapat membantu dengan mengirimkan tenaga ahli, mendorong
para pengusaha untuk melakukan investasi diluar negeri dan memberikan bantuan untuk
negara dunia ketiga.
Satu perangkat asumsi teori modernisasi berasal dari konsep-konsep dan metafora
yang diturunkan dari teori evolusi. Menurut teori evolusi, perubahan sosial pada dasarnya
merupakan gerakan searah, linier, progresif dan perlahan-lahan, yang membawa masyarakat
berubah dari tahapan primitif ketahapan yang lebih maju, dan membuat berbagai masyarakat
memilki bentuk dan struktur serupa
DAFTAR PUSTAKA

Fakih, Mansour. 2013. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: INSIST
PRESS & PUSTAKA PELAJAR
Rauf A. Hatu. Sosiologi Pembangunan. 2013. Interpena
Suwarsono dan Alvin. 2000. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: PT. Pustaka
LP.3. ES Indonesia
Ratna Juami. 2016. Perspektif Modernisasi: Modernisasi Klasik, Kajian Teori Modernisme
Klasik, Kajian Teori Neo Modernisme. Universitas Pendidikan Indonesia.
https://www.academica.edu/24846365/modernisme

Anda mungkin juga menyukai