NIM : 20042167
a. Teori modernisasi
Munculnya AS sebagai kekuatan dominan pasca Perang Dunia ke-2. Uni Soviet
memperluas pengaruh ideologi komunisnya hingga ke Eropa Timur dan Asia (Cina
dan Korea). Lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin
(bekas jajahan negara-negara Eropa). Negara-negara baru ini sedang mencari model
pembangunan untuk kemerdekaan politik dan ekonominya.
Dalam menjelaskan persoalan perubahan sosial di negara Dunia Ketiga, Teori
Modernisasi banyak dipengaruhi oleh pemikiran klasik, terutama Teori Evolusi, dan
Teori Fungsionalisme sebagai pendahulunya.
- Teori evolusi: Teori evolusi adalah kerangka konseptual yang menyajikan
penjelasan ilmiah tentang perubahan bertahap dalam kehidupan organisme dari
waktu ke waktu. Perubahan sosial pada dasarnya merupakan gerakan searah,
linier, progresif, dan evolutif (primitif --> maju).
- Teori fungsioalisme: Secara umum, warisan teori klasik menghasilkan dualisme
bentuk masyarakat, seperti: irasional-rasional, gemeinscaft-gesellscaft, serta
dikotomi solidaritas mekanik-solidaritas organik.
Modernisasi tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, karena modernisasi merupakan
salah satu perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Masyarakat tidak bisa
menghindarinya karena setiap masyarakat manusia selalu mengalami perubahan dan
selalu ingin berubah. Perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat tersebut
merupakan fenomena sosial yang wajar, oleh karena setiap manusia mempunya
kepentingan yang tak terbatas. Perubahan sosial itu adalah suatu proses yang
melahirkan perubahan-perubahan di dalam struktur dan fungsi dari suatu sistem
kemasyarakatan. Salah satu bentuk nyata dari perubahan sosial adalah modernisasi
yaitu perubahan sosial budaya yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan.
Modernisasi merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat, karena
proses tersebut mencakup bidang-bidang yang sangat luas yang menyangkut proses
disorganisasi, masalah-masalah sosial, konflik antar kelompok, hambatan-hambatan
terhadap perubahan, dan lain sebagainya. Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk
pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang
berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan yang
lebih maju, berkembang, dan makmur. Modernisasi tidak sekedar menyangkut aspek
yang meteriil saja, melainkan juga aspek immaterial seperti pola pikir, tingkah laku,
dan lain sebagainya. Pada dasarnya pengertian modernisasi mencakup suatu
transformasi total kehidupan bersama yang tradisional, ke arah pola-pola ekonomis
dan politis yang menjadi ciri Negara-negara yang stabil (maju). Proses modernisasi
mencakup proses yang sangat luas. Kadang-kadang batas-batasnya tak dapat
ditetapkan secara mutlak. Mungkin di suatu daerah tertentu, modernisasi mencakup
pemberantasan buta huruf, tapi di lain tempat proses tadi proses tadi mencakup usaha-
usaha penyemprotan rawa-rawa.
Konsep modernisasi dalam arti khusus yang disepakati teoritisi modernisasi di tahun
50-an dan tahun 60-an, didefinisikan dalam 3 cara yaitu historis, relatif, dan analisis.
Menurut definisi historis modernisasi sama dengan westernisasi atau Amerikanisasi.
Modernisasi dilihat sebagai gerakan menuju ciri ciri masyarakat yang dijadikan
model. Menurut pengertian relatif, modernisasi berarti upaya yang bertujuan untuk
menyamai standar yang dianggap modern baik oleh rakyat banyak maupun oleh elite
penguasa. Tetapi standar ini berbeda-beda, tergantung pada sumber atau pusat rujukan
tempat asal prestasi yang dianggap modern. Sedangkan definisi untuk analisis berciri
lebih khusus yakni melukiskan dimensi masyarakat modern dengan maksud untuk
ditanamkan dalam masyarakat tradisional atau masyarakat pra-modern.
b. Teori ketergantungan
Teori ketergantungan (teori dependensi) berkembang pada dekade tahun 1960an.
Teori ini lahir untuk menandingi kekuasaan negara maju dalam melakukan hegemoni
kekuasaan dalam masalah ekonomi, politik, sosial dan budaya terhadap negara dunia
ketiga.
5 tesis teori ketergantungan (Andre Gunder Frank)
- Terdapat kesenjangan pembangunan antara negara pusat dan satelitnya,
pembangunan pada negara satelit dibatasi status negara satelit tersebut
- Kemampuan negara satelit dalam pembangunan ekonomi terutama pembangunan
industri kapitalis meningkat pada saat ikatan terhadap negara pusat sedang
melemah.
- Negara terbelakang dan terlihat feodal saat ini merupakan negara yang memiliki
kedekatan ikatan dengan negara pusat pada masa lalu.
- Kemunculan perkebunan besar di negara satelit sebagai usaha pemenuhan
kebutuhan dan peningkatan keuntungan ekonomi negara pusat.
- Eksploitasi yang menjadi ciri khas kapitalisme menyebabkan menurunnya
kemampuan produksi pertanian di negara satelit
metode kajian
- Teori ini dinilai gagal memberikan penjelasan dan analisis ilmiah mengenai
permasalahan yang dihadapi negara Dunia Ketiga
- Dianggap sebagai teori yang bersifat abstrak dan terlalu mudah melakukan
kesimpulan
- Dianggap terlalu mudah dan sederhana dalam memilih data untuk melakukan
analisis permasalahan di negara Dunia Ketiga.
- Teori ini melihat situasi ketergantungan sebagai suatu fenomena global, dan
dianggap tidak menyediakan tempat bagi variasi di tingkat nasional.
Konsep teoritis
- Teori ketergantungan terlalu mementingkan faktor eksternal (negara maju) yang
mendorong munculnya berbagai permasalahan di negara Dunia Ketiga dengan
mengesampingkan faktor domestik negara Dunia Ketiga.
- Negara Dunia Ketiga adalah negara yang pasif, seperti tidak memiliki kekuatan
untuk melakukan perlawanan. Menurut para kritikus, mereka memiliki
kesempatan untuk menumbuhkan gagasan baru, pranata sosial, serta teknologi
baru untuk menciptakan perubahan.
Implikasi kebijakan
- Karena negara Dunia Ketiga melakukan kerjasama dengan negara maju, dinilai
akan terus ketergantungan dan keterbelakangan.
- Menurut para kritikus, ketergantungan dan pembangunan dapat terwujud secara
bersamaan dan tidak selamanya membawa keterbelakangan.
- Rumusan yang diajukan teori ketergantungan dinilai tidak jelas, bagaimana negara
Dunia Ketiga dapat memutus hubungan dengan negara maju
- Teori ini tidak jelas dalam mengartikan kelompok negara yang “bergantung" pada
negara maju.
Menurut Wallerstein, dalam sistem dunia terdapat 3 bentuk Negara, yaitu : sentral,
pinggiran, dan semi pinggiran. adapun kondisi dari ketiga bentuk Negara tersebut
- Negara sentral: memiliki surplus investasi dan mempunyai kebijakan antara lain:
mengurangi biaya produksi, penjualan dibawah harga pasar, melakukan monopoli
kepada pesaing
- Negara pinggiran: penurunan biaya produksi dengan kekuasaan ekonomi dan
politik, contohnya : pemberhentian secara sepihak dari perjanjian sewa menyewa
tanah, penyewa tanah dijadikan budak kerja secara paksa
- Negara semi pinggiran: terdapat 2 kelompok. yang pertama (Polandia dan
Portugis) mengalami penurunan kapasitas produksi serta peran kekuasaan Negara
dan kelompok kedua (Swedia) menikmati keuntungan seperti yang dinikmati
Negara Sentral.
Perbedaan ketiga teori: teori modernisasi, teori ketergantungan, teori system dunia
Penyebab ketergantungan
- Modernisasi: Faktor negara itu sendiri yang tidak memiliki semangat untuk maju
- Ketergantungan: Upaya eksploitasi yang dilakukan negara maju terhadap negara
Dunia Ketiga
- System dunia: Hubungan antar negara di dunia sebagai satu system
Unit analisis
- Modernisasi: Fokus pada perilaku atau sikap individu
- Ketergantungan: Fokus pada negara
- System dunia: Fokus pada bekerjanya sistem dunia secara global
Hubungan internasional
- Modernisasi: Hubungan antara negara maju dan negara Dunia Ketiga bersifat
saling menguntungkan
- Ketergantungan: Hubungan antara negara maju dan negara Dunia Ketiga justru
merugikan negara Dunia Ketiga
- System dunia: Kesenjangan hubungan antara negara sentral dengan negara Dunia
Ketiga