PERUBAHAN SOSIAL
DOSEN:
Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si.
Ir. Daru Retnowati, M.Si.
Sejarah Lahirnya
Teori Modernisasi lahir sebagai produk sejarah 3 peristiwa penting setelah masa perang dunia II,
yaitu:
1. Munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan di dunia. Sekalipun negara-negara barat,
seperti; Inggris, Perancis dan Jerman semakin melemah setelah PD II, Amerika Serikat justru
menjadi “pemimpin” dunia setelah pelaksanaan Marshall Plan yang diperlukan untuk
membangun kembali Eropa Barat akibat PD II. Pada tahun 1950-an AS praktis menjadi
pengendali percaturan dunia.
2. Pada saat yang hampir bersamaan terjadi perluasan gerakan komunis di dunia. Uni Sovyet
mampu memperluas pengaruhnya ke Eropa Timur, Asia (Cina, Vietnam, Korea). Hal ini secara
tidak langsung mendorong AS untuk berusaha memperluas pengaruh politiknya dalam upaya
membendung pengaruh komunis.
3. Lahirnya negara-negara baru di Asia, Afrika dan Amerika Latin yang sebelumnya merupakan
negara jajahan negara-nagara Eropa. Negara-negara baru ini secar serempak mencari model-
model pembangunan yang akan digunakan sebagai contoh untuk membangun ekonominya dan
dalam usaha untuk mempercepat pencapaian kemerdekaan politiknya. Dalam keadaan seperti
ini wajar jika AS memberikan bantuan fasilitas dan dorongan agar negara-negara baru ini tidak
jatuh ke dalam pengaruh Uni Sovyet.
Satu asumsi lain teori modernisasi berasal dari teori Fungsionalisme. Teori ini memberikan
tekanan pada keterkaitan dan ketergantungan lembaga sosial, pentingnya variabel kebakuan dan
mengukur dalam sistem budaya dan adanya keseimbangan dinamis-stasioner dari perubahan
sosial. Berdasarkan teori tersebut maka teori modernisasi menhandung asumsi-asumsi sebagai
berikut:
1. Modernisasi merupakan proses sistemik. Modernisasi melibatkan perubahan pada segala aspek
tingkah laku sosial, termasuk didalamnya industrialisasi, urbanisasi, diferensiasi, sekularisasi,
sentralisasi dan sebagainya
2. Modernisasi diartiak sebagai proses transformasi. Dalam rangka mencapai status modern,
struktur dan nilai-nilai tradisional secara total harus diganti dengan seperangkat struktur dan
nilai-niali modern. Huntington (1976), mengatakan bahwa teori modernisasi melihat modern
dan tradisional sebagai konsep yang pada dasarnya bertentangan (asimetris). Oleh karena itu,
dalam proses modernisasi apa yang dikatakan tradisional tidak memiliki peran berarti, bahkan
dalam banyak hal tidak berguna sama sekali, dan karena itu harus diganti.
Selain asumsi-asumsi sebagai warisan dari teori Evolusi & Fungsional, teori modernisasi juga
memiliki kesamaan metode pengkajian dengan kedua teori tersebut. Teori modernisasi
berkecenderungan untuk mengkaji persoalan negara dunia ketiga secara abstrak dan bertendensi
mengambil kesimpilan-kesimpulan umum untuk dijadikan model yang dibakukan. Oleh karena itu
teori modernisasi cenderung untuk merumuskan tendensi-tendensi universal dan prospek
kelaziman yang hendak berlaku dalam proses pembangunan negara dunia ketiga, dan dengan
sendirinya tidak memperhatikan fakta yang khas dan unik dari sejarah masing-masing negara
dunia ketiga.
Dalam pengkajian dan perumusan kebijakan untuk dunia ketiga menurut Tipp (1976), teori
modernisasi menggunakan batasan wilayah negara sebagai unit analisisnya. Apapun bekal
pemahaman teorinya, perubahan setiap konsumen modernisasi dikaji pada tingkat nasional.
Dengan katan lain dasarnya teori modernisasi adalah teori transformasi suatu negara, dengan
tidak memperhatikan perubahan sosial pada besaran regional dan global.
Schoorl melihat bahwa di negara-negara berkembang relasi-relasi masyarakat desa yang tadinya
terasing , dengan cepat bertambah jumlah dan intesnsitasnya, sebaliknya jumlah dan intensitas
relasi-relasi di dalam desa-desa itu sendiri semakin berkurang. Sifat relasi itu juga berubah;
semula bersifat perorangan dengan tidak banyak spesialisasinya, menjadi kurang bersifat
perorangan tetapi lebih banyak spesialisasinya.
Modernisasi dikatakan sebagai suatu proses yang terjadi di negara-negara sedang berkembang,
oleh karena negara-negara barat telah lebih dulu mengalaminya maka sering dikacaukan antara
pengertian modernisasi dengan westernisasi, beberapa ahli berpendapat;
2. Tjondronegoro(1978)
modernisasi = merubah tradisi dan condong kepada pembaharuan kebudayaan materiil dahulu
(perubahan sikap dan sistem nilai ) mengikuti kemudian
Westernisasi = mengutamakan teknologi dari barat, Nilai-nilai asing diterima seiring dengan
kedatangan teknologi itu.
TEORI
Modernisasi Klasik Modernisasi Baru
Persamaan:
1. keprihatinan Negara dunia ketiga
2. Tingkat analisis Nasional
3. Variabel pokok Faktor internal: nilai-nilai budaya, pranata sosial
4. Konsep pokok Tradisional dan modern
5. Implikasi kebijaksanaan Modernisasi memberikan manfaat positif
Perbedaan
1. Tradisi Sebagai penghalang pembangunan Faktor positif pembangunan
2. Metode Kajian Abstrak dan konstruksi tipologi Studi kasus dan analisis sejarah
3. Arah pembangunan Garis lurus dan AS sebagai model Berarah dan bermodel banyak
4. Faktor ekstern & konflik Tidak memperhatikan Lebih memperhatikan