Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TEORI-TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA


“Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perubahan Sosial Budaya”
Semester 4

Disusun Oleh Kelompok 3 :


1. 1. Ananta Salsa Fadillah 4622040
2. 2. Navilla Putri Eriyandi 4622053

Dosen Pengampu:
Vivi Yulia Nora, M. SI

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang membahas
tentang “TEORI-TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA” tepat pada waktunya.
Shalawat beriringan salam selalu tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang
menyebarluaskan ajaran islam yang merupakan awal terbentuknnya kehidupan ini.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan tugas mata kuliah
“PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membimbing dan membantu dalam menulis makalah ini. Penulisan tentu
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya.

Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantiknya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bukittinggi, 15 Maret 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Modernisasi ................................................................................................... 3
B. Teori Ketergantungan ............................................................................................. 8
C. Teori Sistem Dunia ................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 18
B. Saran ....................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Teori-teori pembangunan Dunia Ketiga adalah teori-teori yang usianya masih
cukup muda. Teori ini muncul sebagai imbas berbagai masalah pembangunan yang
dihadapi negara Dunia Ketiga yang dikenal dengan kelompok negara miskin atau
terbelakang. Faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya kemiskinan di negara Dunia
Ketiga banyak dikemukakan oleh ilmuwan sosial yang berupaya untuk mencari jalan ke
luar atas berbagai permasalahan tersebut.
Secara umum, ada dua pandangan kelompok ilmuwan yang kemudian
memunculkan dua teori dengan sudut pandang yang cukup berbeda. Pertama, kelompok
ilmuwan yang menjelaskan bahwa kemiskinan yang terjadi di negara Dunia Ketiga lebih
disebabkan oleh faktor-faktor internal, faktor dalam negeri negara yang bersangkutan.
Pandangan kelompok ilmuwan ini kemudian melahirkan teori modernisasi. Kedua,
kelompok ilmuwan yang berpandangan bahwa kemiskinan yang terjadi di negara Dunia
Ketiga lebih disebabkan oleh faktor eksternal.
Kemiskinan dimaknai sebagai akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan dari luar yang
menyebabkan negara yang bersangkutan gagal melakukan pembangunannya. Pandangan
kelompok ini kemudian melahirkan teori ketergantungan. Selain kedua pandangan
tersebut, masih ada kelompok lain yang mencoba untuk mengkritisi dua pandangan
sebelumnya. Pandangan ini kemudian melahirkan teori sistem dunia. Makalah ini
mengulas ketiga teori tersebut beserta pandangan beberapa tokoh yang menyumbangkan
pemikirannya pada teori tersebut.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pembahasan tentang Teori Modernisasi dalam Pembangunan Dunia
Ketiga?
2. Bagaimana pembahasan tentang Teori Ketergantungan dalam Pembangunan Dunia
Ketiga?
3. Bagaimana pembahasan tentang Teori Sistem Dunia dalam Pembangunan Dunia
Ketiga?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Tentang Teori Modernisasi
2. Untuk Mengetahui Tentang Teori Ketergantungan
3. Untuk Mengetahui Tentang Teori Sistem Dunia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Modernisasi
1. Sejarah Singkat Teori Modernisasi
Teori modernisasi lahir pada abad ke-20, sekitar tahun 1950-an, sebagai
reaksi atas terjadinya pertentangan dua ideologi yang berkembang pada saat itu.
Dua ideologi tersebut adalah ideologi kapitalis yang diusung Amerika Serikat dan
ideologi komunis yang diusung Uni Soviet pada saat itu. Kemunculan teori ini juga
dilatarbelakangi oleh beberapa fenomena yang terjadi, yaitu pertama, munculnya
Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan di dunia. Posisi Prancis, Jerman, dan
Inggris mengalami kemunduran setelah Perang Dunia ke-2, yang kemudian posisi
negara-negara tersebut diambil alih Amerika Serikat yang mengendalikan
percaturan dunia pada masa itu, bahkan sampai saat ini.
Kedua, terjadi perluasan gerakan komunis di dunia. Pada saat Amerika
Serikat memperluas ideologi kapitalisnya dari Barat, muncullah Uni Soviet yang
memperluas ideologi komunisnya dari Timur. Ideologi komunis yang dibawa Uni
Soviet bahkan sampai meluas ke sebagian negara Barat, seperti negara di wilayah
Eropa. Ketiga, lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika dan Amerika
Latin yang merupakan negara bekas jajahan negara-negara di Eropa.
Negara-negara ini kemudian mencari ideologi yang sesuai menurut mereka.
Praktis, negara-negara tersebut kemudian menjadi sasaran perebutan bagi
perluasan kedua ideologi yang sedang berkembang tersebut. Situasi ini kemudian
dimanfaatkan Amerika untuk mengembangkan berbagai kajian mengenai
permasalahan pembangunan di negara Dunia Ketiga. Amerika Serikat memberikan
kepercayaan bahwa permasalahan di negara Dunia Ketiga dapat diatasi melalui
peran serta Amerika Serikat dalam proses pembangunan di Dunia Ketiga.1
2. Konsep Dasar Teori Modernisasi
Kita telah mempelajari beberapa pemikiran teori klasik (terutama teori
evolusi, fungsional, dan konflik) yang menjelaskan mengenai perubahan sosial.
Teori modernisasi banyak menerima warisan pemikiran dari ketiga tersebut. Tiga

1
Nanang Martono, Sosilogi Perubahan Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.56-57.

3
teori itu dianggap dapat menjelaskan proses perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat, terutama proses perubahan sosial di negara Dunia Ketiga dengan
mengambil pelajaran dari perkembangan modernisasi di Eropa (Prancis dan
Jerman) yang banyak menjadi sumber kajian kedua teori tersebut.
Menurut teori evolusi, perubahan sosial pada dasarnya merupakan gerakan
searah, linier, progresif, dan perlahan-lahan (evolutif) yang membawa masyarakat
berubah dari tahapan primitif ke tahapan yang lebih maju dan membuat berbagai
masyarakat memiliki bentuk dan struktur serupa. Secara umum, teori klasik banyak
menjelaskan mengenai dualisme bentuk masyarakat, misalnya gemeinschaft-
gesellschaft, serta dikotomi solidaritas mekanik dengan solidaritas organik.
Dikotomi inilah yang kemudian memberikan ide untuk membedakan negara
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok negara maju dengan kelompok negara
Dunia Ketiga.
Kelompok negara Dunia Ketiga diharapkan akan beralih menjadi kelompok
negara maju. Penerapan teori modernisasi ini, bagi negara Dunia Ketiga memiliki
beberapa implikasi kebijakan. Kebijakan-kebijakan tersebut di antaranya, beberapa
teori membenaran hubungan kekuatan yang bertolak belakang antara masyarakat
"tradisional" dan "modern". Negara maju dikatakan sebagai negara modern,
sedangkan negara Dunia Ketiga diposisikan sebagai negara tradisional Untuk itu,
negara Dunia Ketiga diharapkan mengikuti negara maju agar menjadi negara yang
modern.
Kedua, teori modernisasi menilai ideologi komunis sebagai ancaman
pembangunan di negara Dunia Ketiga. Agar negara Dunia Ketiga dapat menjadi
negara modern, maka mereka harus mengikuti jejak langkah Amerika Serikat dan
harus menjauhkan diri dari pengaruh ideologi komunis yang diusung Uni Soviet.
Ketiga, teori modernisasi mampu memberikan legitimasi mengenai perlunya
bantuan asing, terutama Amerika Serikat.2
Teori modernisasi memusatkan perhatian pada faktor-faktor yang
menyebabkan ketergantungan negara Dunia Ketiga dengan negara maju. Faktor-
faktor tersebut lebih dilihat sebagai faktor internal negara Dunia Ketiga. Adapun
tokoh-tokoh dalam Teori Modernisasi antara lain:

2
Sayuti, “Perspektif Teori Modernisasi Pada Peran Daerah Otonom Terhadap Ketahanan Pangan
Nasional”, Jurnal Politik Pemerintahan, Vol.9, No.1, 1 Agustus 2016, hlm 100.

4
a) David McClelland
McClelland, salah satu pengikut teori ini menjelaskan bahwa faktor
yang menyebabkan negara Dunia Ketiga mengalami kemiskinan adalah
karena masyarakat di negara Dunia Ketiga tidak memiliki semangat untuk
berprestasi. Teori McClelland ini lebih dikenal dengan teori n-Ach (need
for achievement). McClelland menjelaskan kebutuhan untuk berprestasi
dalam mendukung kemajuan individu maupun masyarakat. Pandangan ini
kemudian digunakan untuk menjelaskan mengapa negara Dunia Ketiga
hidup dalam kondisi miskin.
b) Alex Inkeles
Menurut Inkeles, manusia modern memiliki karakteristik sebagai
berikut: memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal yang baru dan
terbuka untuk perubahan, menyatakan pendapat atau opini mengenai
lingkungan sendiri atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungan serta
dapat bersikap demokratis, menghargai waktu dan lebih banyak
berorientasi ke masa depan daripada masa lalu, memiliki perencanaan dan
pengorganisasian, percaya diri, perhitungan, menghargai harkat hidup
manusia lain, lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
menjunjung tinggi suatu sikap bahwa imbalan yang diterima seseorang
haruslah sesuai dengan prestasinya di masyarakat.
Menurut Inkeles, ada dua sarana yang dapat digunakan negara Dunia
Ketiga untuk dapat menjadi manusia modern. Dua hal tersebut adalah
pertama, faktor pendidikan. Pendidikan dinilai mampu meningkatkan
tingkat modernitas suatu kelompok masyarakat. Kedua, Inkeles
menyebutkan peran kurikulum tersembunyi (dalam bahasa Inkeles adalah
kurikulum informal) dalam proses pendidikan akan mempercepat proses
modernisasi ini.3
c) Walt Whiltman Rostow
Rostow memandang bahwa pembangunan pada negara Dunia Ketiga
diperlukan untuk mencapai modernisasi. Pendekatannya lebih mengarah
kepada teori ekonomi pembangunan. Dasar pemikiran Rostow adalah
bahwa pembangunan Dunia Ketiga memerlukan tahapan yang cukup

3
Nanang Martono, Op.Cit., hlm 59-60.

5
panjang. Tahapan ini dijelaskan dalam salah satu karyanya. Rostow dalam
bukunya "The Stages of Economic Growth" menjelaskan adanya lima tahap
pertumbuhan ekonomi.
Tahap-tahap ini dikembangkan berdasarkan studi di negara-negara
berkembang. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut: pertama, masyarakat
tradisional (traditional society). Tahap pembangunan pada masyarakat
tradisional ditandai oleh pembangunan dan pada tahap ini, perubahan sosial
berjalan cukup lambat. Kedua, prakondisi tinggal landas (the preconditions
for take off). Pada tahap ini, ide-ide untuk mempelajari kemajuan ekonomi
sudah mulai tumbuh, termasuk di dalamnya adalah berkembangnya
pendidikan, kewirausahaan, dan institusi yang dapat memobilisasi modal.
Ketiga, tahap tinggal landas (the take off). Pada tahap ini
pertumbuhan ekonomi sudah mulai tinggi, teknologi-teknologi baru sudah
mulai diakses, mulai muncul kelompok-kelompok politik yang kecil,
pertumbuhan modal bagi perluasan industri, serta angka kematian relatif
rendah. Keempat, tahap pematangan pertumbuhan (the drive to maturity).
Cirinya adalah 10 sampai 20% pendapatan nasional digunakan untuk
investasi, pemanfaatan teknologi menjadi semakin kompleks dan sektor
industri bergerak ke arah industri berat. Kelima, tahap konsumsi masa yang
tinggi (high consumption). Tahap ini dicirikan dengan sektor industri mulai
mengkhususkan pada produksi barang-barang konsumsi dan penyediaan
jasa.4
3. Asumsi Dasar Teori Modernisasi
Teori modernisasi berasumsi bahwa:
a) Perubahan adalah unilinear, karena itu masyarakat yang kurang maju
harus mengikuti jalan yang sudah di tempuh oleh masyarakat yang
lebih maju, mengikuti langkah yang sama, atau berdiri di tangga lebih
rendah di eskalator yang sama.
b) Arah perubahan tak dapat di ubah, tanpa terelakkan akan bergerak ke
modernitas sebagai tujuan akhir proses perkembangan yang sama
dengan masyarakat barat yang industrialis, kapitalis, dan demokratis.

4
Ibid, hlm,61-62.

6
c) Perubahan terjadi secara bertahap, meningkat, damai, dan tanpa
gangguan.
d) Proses perubahan melalui tahapan berurutan dan tak dapat satu tahap
pun dapat dilompati.
e) Memusatkan perhatian pada faktor penyebab dari dalam dan
menggambarkan kekuatan yang menggerakkan perubahan dilihat dari
sudut diferensiasi struktural dan fungsional
f) Mengajarkan Progresivisme, keyakinan bahwa proses modernisasi
menciptakan perbaikan kehidupan sosial universal, dan meningkatkan
taraf hidup.5
4. Berapa Kritik Terhadap Teori Modernisasi
Teori Modernisasi ini mendapat kritikan dari berbagai kalangan, baik dari
para akademisi maupun pemerhati neo Marxisme. Kritikan tersebut meliputi
beberapa hal. Pertama, pada masalah gerak pembangunan. Para pengritik tidak
setuju dengan pendapat teori ini yang mengatakan bahwa perkembangan
masyarakat akan berlangsung secara linier, sebagaimana yang terjadi di negara
Barat. Menurut para kritikus, teori modernisasi lebih menempatkan nilai-nilai
Barat sebagai nilai yang terbaik dan oleh karena itu, pembangunan di negara Dunia
Ketiga harus diarahkan menuju ke sana.
Kedua, pada masalah pertentangan nilai-nilai tradisional. Para kritikus tidak
setuju dengan teori modernisasi klasik yang mempertentangkan nilai tradisional
dengan modern, dan melihat nilai tradisional negara Dunia Ketiga bersifat
homogen. Mereka mengatakan bahwa nilai tradisional dan modern bukanlah
sesuatu yang bertolak belakang satu dengan lainnya, akan tetapi hidup
berdampingan. Di samping itu, nilai tradisional tidak selalu menjadi penghambat
proses pembangunan di negara Dunia Ketiga
Ketiga, pada masalah metode kajian. Para kritikus mengatakan bahwa
metode yang digunakan teori ini adalah abstrak, tidak jelas periodisasinya serta
tidak menjelaskan negara mana yang dimaksud dalam kajian teori ini. Kajian teori
ini tidak didukung dengan analisis empiris. dengan mempertimbangkan cakupan
wilayah dan waktu. Keempat, masalah ideologi. Kritikan yang paling keras

5
Ellya Rosama, “Modernisasi Dalam Perspektif Perubahan Sosial”, Jurnal Al-Adyan, Vol.10, No.1, Januari-
Juni 2015, hlm 73.

7
dilontarkan oleh kaum neo Marxisme yang mengatakan bahwa teori ini hanya
merupakan alat propaganda Barat untuk menanamkan pengaruhnya di negara
Dunia Ketiga.
Kelima, masalah dominasi asing. Para penganut neo Marxisme mengatakan
bahwa teori inj telah mengabaikan pengaruh dominasi asing atas model
pembangunan yang dikembangkan, seperti peran investasi dan perusahaan
multinasional kolonialisme. Teori ini juga dinilai lebih mengedepankan faktor
internal seperti budaya dan nilai tradisional.6

B. Teori Ketergantungan
1. Sejarah Singkat Teori Ketergantungan
Teori yang mendasari teori ketergantungan adalah teori Marx. Marx melihat
adanya dua kelas yang memiliki posisi yang berbeda, yang satu menguasai yang
lain. Kelas proletar dikuasai kelas borjuis yang menyebabkan kelas proletar
menjadi tergantung dengan kelas borjuis yang memiliki modal yang kuat.
Dikotomi posisi ini kemudian digunakan untuk menganalogikan hubungan yang
terjadi antara negara maju dan negara Dunia Ketiga. Hubungan antara negara maju
dengan negara Dunia Ketiga dianggap telah mengakibatkan ketergantungan bagi
negara-negara Dunia Ketiga. Menurut teori ini, kemiskinan yang melanda negara
Dunia Ketiga yang mengkhususkan pada sektor produksi pertanian adalah akibat
struktur perekonomian dunia yang bersifat eksploitatif, ketika negara yang kuat
(negara Barat) melakukan eksploitasi terhadap yang lemah (negara Dunia Ketiga).
Surplus negara Dunia Ketiga diambil alih ke negara-negara maju.
Ketergantungan didefinisikan sebagai hubungan dua negara atau lebih yang
mengandung bentuk ketergantungan jika beberapa negara (yang dominan) dapat
berkembang dan memiliki otonomi dalam pembangunannya, sementara negara
lainnya (yang tergantung) melakukan hal serupa hanya sekadar refleksi
perkembangan negara dominan. Frank dalam Suwarsono dan So (2000) bahkan
mendefinisikan ketergantungan sebagai kondisi yang dialami oleh satelit ketika
berhubungan dengan metropole. Pola hubungan antara dua negara tersebut bersifat
asimetris. Negara yang satu memiliki kekuatan yang lebih (metropole) dibanding
negara lainnya (satelit). Ketergantungan yang terwujud dapat ditunjukkan melalui

6
Nanang Martono, Op. Cit., hlm 63-64.

8
ketergantungan modal, teknologi, dan tenaga ahli. Hal tersebut sebagai dampak
dari proses pembangunan yang memihak pada negara maju.
Pada awal perkembangannya, teori ketergantungan memusatkan perhatian
pada terjadinya keterbelakangan yang dialami negara miskin akibat kontak dengan
negara maju. Frank membuat pembagian melalui apa yang disebutnya sebagai
negara-negara metropolis maju dan negara-negara satelit yang terbelakang.
Hubungan ekonomi antara negara metropolis maju dan negara satelit terbelakang
merupakan aspek utama perkembangan sistem kapitalis dalam skala internasional.
Frank tidak dapat menerima pendapat yang mengatakan bahwa perkembangan
ekonomi negara miskin akan terjadi sebagai akibat hubungan ekonomi seperti
demikian yang akan menimbulkan difusi modal, teknologi, nilai-nilai institusi dan
faktor dinamis lainnya kepada negara miskin.

Metropolis di negara-negara miskin, baik yang berada di tingkat nasional


maupun tingkat lokal dikuasai oleh pihak yang pada hakekatnya bertugas
mempertahankan struktur monopolis dan eksploitatif yang berakar dari sifat
hubungan antara metropolis dunia dan negara miskin. Melalui ciri perkebunan,
Beckford memberikan keterangan bahwa hasil ekspor bahan mentah yang dialirkan
oleh negara terbelakang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pangan yang
harus diimport oleh negara terbelakang. Hal ini berarti ada ketidaksamaan nilai
tukar komoditas yang dihasilkan oleh kedua negara tersebut.7

2. Tokoh -Tokoh Teori Ketergantungan


a) Paul Baran
Salah satu teoretikus yang menjadi pengikut teori ketergantungan adalah
Paul Baran. Menurut Baran hubungan antarnegara di dunia, mengindikasikan
bahwa pergerakan modal dari negara Dunia Ketiga ke negara maju sebagai
upaya menuju keseimbangan ternyata tidak pernah terjadi. Apabila proses
pergerakan modal ini terjadi, maka yang akan terjadi hanyalah pergerakan
modal dari negara maju ke negara Dunia Ketiga yang bertujuan untuk
menyedot keuntungan dari negara Dunia Ketiga. Keuntungan tersebut

7
Heru Purwandari, “Sistem Ekonomi Perkebunan: Persientasi Ketergantungan Dunia Ketiga”, Jurnal
AGRSEP, Vol.10, No.1, 2011, hlm 65.

9
merupakan bagian terbesar dari pertambahan pendapatan yang diakibatkan
adanya investasi asing sebagai akibat dari pergerakan modal tersebut.
Proses ini diawali dengan adanya pemodal asing yang melakukan
investasi ke negara Dunia Ketiga, yang diharapkan akan mampu menaikkan
pendapatan nasional dan memberi efek positif bagi perkembangan ekonomi
nasional. Namun yang terjadi adalah negara maju ternyata mengambil
keuntungan dari negara Dunia Ketiga. Hal ini dapat dilihat melalui beberapa
fenomena.
Pertama, naiknya pendapatan nasional tidak dapat dinikmati oleh sebagian
besar masyarakat negara Dunia Ketiga, namun hanya segelintir pihak yang
memperoleh keuntungan dari hasil eksploitasi. Kedua, efek ekonomi yang
timbul justru akan menggeser orientasi rakyat baik dalam bertransaksi yakni
dari hubungan paternalistik kemudian bergantung pada mekanisme pasar yang
kapitalistik, maupun dalam produksi pemasaran yaitu dari usaha mencukupi
dan memenuhi kebutuhan dalam negeri kepada pemenuhan pasaran luar
negeri.8
b) Andre Gunder Frank
Frank mencoba mengategorikan negara di dunia menjadi dua kelompok.
Dua kelompok tersebut adalah: pertama, negara metropolis maju (developed
metropolitan countries) dan kedua, negara satelit terbelakang (satellite
underdeveloped countries). Hubungan ekonomi kedua kelompok negara
tersebut demikian memosisikan perkembangan sistem kapitalis dalam skala
internasional menjadi aspek utamanya.
Pada konteks ini, terdapat empat hipotesis pokok. Pertama, dalam struktur
metropolis dan satelit, pihak metropolis akan berkembang pesat, sedang satelit
akan menuju pada keterbelakangan yang terus-menerus. Kedua, negara-negara
Dunia Ketiga yang kini menjadi negara satelit, dapat mengembangkan sektor
ekonomi yang sehat dan mengembangkan industri yang otonom jika hubungan
mereka dengan negara metropolis dunia tidak ada atau sangat lemah.
Ketiga, kawasan-kawasan yang sekarang sangat terbelakang, dulu adalah
negara feodal merupakan kawasan yang menjalin hubungan kuat dengan
negara metropolis dalam sistem kapitalis internasional. Keempat,

8
Nanang Hartono, Op. Cit., hlm 66.

10
pertumbuhan beberapa kawasan maju saat ini bukanlah karena proses
penerapan sistem kapitalis, tapi karena kawasan-kawasan tersebut memang
sudah berkembang kukuh berdasarkan dinamikanya sendiri dalam memberi
respons-respons terhadap kesempatan-kesempatan yang timbul.
c) Theotonio Dos Santos
Menurut Santos, hubungan dua negara atau lebih mengandung bentuk
ketergantungan jika beberapa negara yang dominan dapat berkembang dan
memiliki otonomi dalam pembangunannya, sementara negara lain (yang
tergantung) dapat melakukan hal serupa, hanya sekadar refleksi perkembangan
negara dominan. Artinya ketika negara yang dominan (negara maju)
mengalami kemajuan maka negara yang tergantung (negara Dunia Ketiga)
akan maju pula.
Menurut Santos, ada beberapa hal yang dapat dijelaskan berkaitan dengan
pembangunan industri di negara Dunia Ketiga. Pertama, pembangunan
industri akan bergantung pada kemampuan sektor ekspor. Kedua, berkaitan
dengan masalah devisa, pembangunan industri di negara Dunia Ketiga akan
sangat dipengaruhi oleh fluktuasi neraca pembayaran internasional yang
cenderung defisit.
Defisit ini disebabkan monopoli pasar internasional yang cenderung
mengakibatkan rendahnya harga pasar produk-produk bahan mentah dan
tingginya harga produk industri. Ketiga, pembangunan industri sangat
dipengaruhi oleh monopoli teknologi negara maju pada satu sisi, perusahaan
transnasional tidak mudah untuk menjual mesin, teknologi, dan proses
pembuatan bahan mentah menjadi produk jadi.9

3. Asumsi dasar teori ketergantungan


Teori ketergantungan berasumsi bahwa:
a) Keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu gejala yang sangat umum,
berlaku bagi seluruh negara Dunia Ketiga. Teori dependensi berusaha
menggambarkan watak-watak umum keadaan ketergantungan di negara
Dunia Ketiga sepanjang sejarah perkembangan kapitalisme dari Abad
XVI sampai sekarang.

9
Ibid, hlm 67.

11
b) Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh "faktor
luar". Sebab terpenting yang menghambat pembangunan karenanya
tidak terletak pada persoalan kekurangan modal atau kekurangan tenaga
dan semangat wiraswasta, melainkan terletak di luar jangkauan politik-
ekonomi dalam negeri suatu negara.

c) Permasalahan ketergantungan lebih dilihat sebagai masalah ekonomi


yang terjadi akibat mengalirnya surplus ekonomi dari negara Dunia
Ketiga ke negara maju. Karena kawasan pinggiran kehilangan
surplusnya, yang justru dimanfaatkan oleh pusat untuk tujuan
pembangunan, pembangunan di pusat mengakibatkan keterbelakangan
di kawasan pinggiran.

d) Situasi ketergantungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari


proses polarisasi regional ekonomi global. Di satu pihak, mengalirnya
surplus ekonomi dari Dunia Ketiga menyebabkan keterbelakangan,
sementara hal yang sama merupakan salah satu, bahkan mungkin satu-
satunya faktor yang mendorong lajunya pembangunan di negara maju.
Dengan kata lain, keterbelakangan di negara Dunia Ketiga dan
pembangunan negara maju menyebabkan terjadinya polarisasi regional
dalam tatanan ekonomi global.

e) Ketergantungan dilihat sebagai suatu hal yang bertolak belakang dengan


pembangunan. Kendala terpenting bagi pembangunan bukanlah
kurangnya modal atau kemampuan kewirausahaan, melainkan harus
ditemukan dalam pembagian kerja internasional yang nyata-nyata tidak
adil.10

4. Kritik Terhadap Teori Ketergantungan


Sejak tahun 1970-an, teori ketergantungan banyak menerima kritik. Pada
dasarnya kritik yang mereka ajukan mendasarkan diri pada ketidak puasan mereka
terhadap metode kajian, konsep teoretis, dan implikasi kebijaksanaan yang selama
ini dimiliki oleh teori ketergantungan. Pertama, metode kajian. Menurut teoretikus
teori modernisasi, teori ketergantungan dinilai gagal memberikan penjelasan dan
analisis ilmiah mengenai permasalahan yang dihadapi negara Dunia Ketiga.

10
Heru Purwandari, Op. Cit., hlm 67.

12
Teori ketergantungan juga dianggap sebagai teori yang bersifat abstrak dan
terlalu mudah untuk melakukan deduksi. Kedua, masalah konsep teoretis. Para
kritikus menyatakan bahwa teori ketergantungan secara berlebihan menekankan
pentingnya faktor eksternal (negara maju) yang mendorong munculnya berbagai
permasalahan di negara Dunia Ketiga dengan mengesampingkan faktor domestik
negara Dunia Ketiga.
Ketiga, implikasi kebijaksanaan. Menurut teori ketergantungan, selama
negara Dunia Ketiga melakukan hubungan dengan negara maju, maka selamanya
mereka akan mengalami situasi ketergantungan dan keterbelakangan. Sebaliknya,
para kritikus menyatakan bahwa ketergantungan dan pembangunan dapat terwujud
secara bersamaan, dan bahkan lebih dari itu, situasi ketergantungan tidak harus
membawa keterbelakangan. Teori ketergantungan juga dinilai tidak jelas dalam
mendefinisikan kelompok negara "yang tergantung" dengan negara maju.11

C. Teori Sistem Dunia


1. Pengertian sistem dunia
Teori sistem dunia (disebut juga teori sistem ekonomi kapitalis dunia)
masih bertolak dari teori ketergantungan, namun menjelaskan lebih jauh dengan
mengubah unit analisisnya kepada sistem dunia, sejarah kapitalisme dunia, serta
spesifikasi sejarah lokal. Menurut teori sistem dunia, dunia ini cukup dipandang
hanya sebagai satu sistem ekonomi saja, yaitu sistem ekonomi kapitalis. Negara-
negara sosialis, yang kemudian terbukti juga menerima modal kapitalisme dunia,
hanya dianggap satu unit saja dari tata ekonomi kapitalis dunia. Teori ini yang
melakukan analisis dunia secara global, berkeyakinan bahwa tidak ada negara yang
dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia.
Teori sistem dunia lahir sebagai reaksi atas lahirnya kapitalisme serta
memiliki beberapa persamaan dengan teori dependensi yaitu melihat kapitalisme
lebih bersifat eksploitatif dan teori ini secara terbuka menganjurkan perubahan
besar dalam hubungan ekonomi global. Teori sistem dunia yang dilatarbelakangi
teori ketergantungan, memberikan analisis mengenai masalah perkembangan

11
Mahmudah Dede, “Evolusi Teori Ketergantungan Sistem Media Menjadi Teori Infrastruktur Komunikasi”,
Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, Vol.15, No.2, tahun 2011, hlm 245.

13
kapitalisme dengan satuan analisis dunia sebagai hanya satu sistem, yaitu sistem
ekonomi kapitalis.12
2. Pandangan Teori Sistem Dunia
Tesis utama teori sistem dunia modern menyatakan bahwa dunia modern
hanya dapat dipahami sebagai sistem global dengan suatu division of labor tunggal
dan sistem budaya jamak yang membentuk suatu hierarki internasional melalui
perjuangan negara dan kelas yang tidak pernah berhenti. Secara hierarkis wilayah
dunia dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni wilayah "pusat" (center) yang maju
dan dominan "semi pinggiran" (semi periphery) yang setengah maju dan
"pinggiran" (periphery) yang tergantung dan terbelakang.
Dalam pandangan Wallerstein, wilayah pusat adalah negara-negara atau
kota-kota utama dunia yang selama ini menjadi pusat-pusat bisnis, keuangan,
teknologi, dan perdagangan internasional, yang mengendalikan seluruh rangkaian
denyut perekonomian yang berlandaskan sistem kapitalis. Kota-kota metropolis itu
seperti Washington, New York (USA), London (Inggris), Paris (Perancis), Berlin
(Jerman), Tokyo (Jepang), Brussel (Belgia), Amsterdam (Belanda) serta negara-
negara Eropa Barat maju lainnya. Wilayah-wilayah ini menjadi penyangga
sekaligus simbol tegaknya sistem kapitalis global yang mendominasi sebagian
besar aktivitas perdagangan dunia. Negara-negara pusat ini merupakan aktor utama
yang menggerakkan perubahan-perubahan dunia, termasuk menentukan nasib
negara-negara yang sedang membangun.
Sementara wilayah pinggiran adalah negara-negara yang memiliki status
ekonomi terbelakang, memiliki tingkat kemiskinan yang cukup besar, kualitas
sumberdaya manusia yang rendah, tata pemerintahan yang buruk serta tatanan
sosial yang rapuh. Negara-negara ini merupakan pemasok bahan mentah untuk
keperluan industri, sekaligus tempat pemasaran produk-produk industri negara-
negara maju. Dalam mata rantai perdagangan ekonomi dunia, negara-negara
pinggiran senantiasa bergantung kepada negara-negara maju, dan mereka tidak bisa
lepas dari sistem yang ada. Alih-alih negara-negara pinggiran bisa mengejar
ketertinggalan dari negara-negara maju, mereka justru makin larut dalam sistem
tersebut dan ikut memperdalam pengaruh sistem ekonomi kapitalis di wilayahnya.

12
Nanang Martono, Op. Cit., hlm 71.

14
Menurut teori sistem dunia, ekonomi internasional merupakan arena
pertarungan kepentingan antara negara-negara pusat yang maju dengan negara-
negara pinggiran yang lemah dan terbelakang, dalam wujud penghisapan yang
menyebabkan negara-negara terbelakang terhalang kemajuannya baik secara
ekonomi maupun politik. Pembagian kerja internasional secara langgeng telah
menempatkan negara-negara pinggiran selalu pada posisi tergantung kepada
negara-negara maju. Melalui kemampuan ekonomi, jenis produksi, teknologi dan
strategi perdagangan yang diciptakan sedemikian rupa. Negara pusat (maju)
menikmati aliran surplus perdagangan yang secara bersamaan memiskinkan
negara-negara pinggiran. Dengan demikian, fenomena pembangunan dan
keterbelakangan dalam perspektif sistem dunia tidak lain merupakan sisi yang
berbeda dari mata uang yang sama.13

3. Proses dan Bentuk Eksploitasi


Menurut Wallerstein, akar terbentuknya struktur hubungan ekonomi seperti
itu bisa dilacak jauh ke belakang, semenjak lahirnya sistem ekonomi kapitalis dunia
yang kemudian secara perlahan bertransformasi melalui tahapan-tahapan krusial.
Beliau menyampaikan bahwa ada empat periode dalam evolusi sistem kapitalis
dunia, yakni: bentuk asli, konsolidasi persaudagaran, ekspansi industri dan dunia
kapitalis kontemporer.
Sistem ekonomi kapitalis dunia itu hakikatnya muncul pertama kali di
Eropa Barat, dimulai dengan penemuan Amerika oleh Spanyol pada tahun 1492
dan diakhiri dengan perjanjian Westphalia pada tahun 1648 yang mencetuskan
konsep negara bangsa pada saat itu. Selama periode ini inti kekuatan ekonomi
bergeser dari Mediterania lama ke Eropa Utara. Sebagai bagian dari pergeseran ini,
pusat lama (Mediterania) menjadi wilayah pinggiran atau semi pinggiran.
Sementara bagian lain dari dunia yang secara ekonomi relevan pada waktu itu,
yakni Amerika Latin dan Eropa Timur kemudian juga menjadi area pinggiran
dalam sistem dunia.
Revolusi Perancis yang terjadi pada tahun 1789 menjadi tonggak penting
bagi lahirnya sistem dunia. Revolusi tersebut mencetuskan gagasan liberalisme,

13
Mohammad Maiwan, “Georafi, Geopolitik, dan Globalisasi: Suatu Analisis Terhadap Teori Sistem Dunia
Immanuel Wallerstein”, Jurnal Spatial Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi, Vol.17, No.1, tahun
2017, hlm 3-6.

15
yakni seperangkat nilai-nilai yang mengusung kesetaraan dan kebebasan individu
dalam kehidupan umum khususnya politik. Aspek terpenting dalam ideologi
liberalisme ini adalah diakuinya otoritas individu pada tingkatan yang melebihi
masa-masa sebelumnya. Namun demikian nilai-nilai liberalisme barulah dapat
diterapkan pada masyarakat Eropa dan belum menyebar secara luas.
Penyebaran nilai-nilai tersebut secara merata ke seluruh dunia hanyalah
terjadi setelah kolonialisme Barat mengukuhkan atau menancapkan pengaruhnya
secara merata di seluruh dunia pada akhir abad ke 19. Keadaan ini menciptakan
geokultur baru, yakni geokultur liberal ke seluruh dunia. Pada tahap ini, wilayah-
wilayah di luar negara-negara Barat (penjajah) kemudian terintegrasi ke dalam
sistem dunia yakni sistem kapitalis.
Wilayah-wilayah pinggiran menjadi sumber pemasok bahan-bahan mentah
yang murah dan sekaligus menjadi penopang ekonomi negara penjajahnya. Kondisi
tersebut terus berlanjut sehingga abad ke 20, ketika negara-negara jajahan
mengalami kemerdekaan. Dengan kata lain, globalisasi telah memperkuat
kedudukan sistem dunia. Dalam konteks ini Wallerstein menolak dengan tegas
pandangan dominan bahwa tata ekonomi dunia yang dicirikan oleh kapitalisme
global merupakan produk pasca Perang Dunia II. Sistem dunia justru berkembang
jauh sebelumnya, yakni 500 tahun yang lalu semenjak Eropa mengalami
kebangkitan.
Dengan demikian, globalisasi memberikan pijakan yang semakin kukuh
bagi wujudnya sistem dunia modern dan berurat akarnya ideologi kapitalisme
liberalisme. Negara-negara pusat melalui keunggulan yang dimilikinya di segala
bidang dapat secara terus menerus mengukuhkan supremasinya tanpa harus
menghadapi tantangan serius dari negara-negara pinggiran. Sementara negara-
negara pinggiran akan secara terus menerus menjadi mangsa negara-negara maju,
dan semakin jauh tertinggal di segala bidang.14
4. Beberapa Kritik Terhadap Teori Sistem Dunia
Sebagaimana teori lainnya, teori sistem dunia juga tidak terlepas dari
berbagai kritikan. Kritik terhadap teori sistem dunia hampir sama dengan kritik
yang ditujukan pada teori ketergantungan. Kelompok Marxis mengkritik teori
sistem dunia yang lebih memberikan perhatian pada hubungan pertukaran antara

14
Ibid, hlm 7.

16
negara sentral, semipinggiran dan pinggiran daripada hubungan produksi di antara
pemilik modal dan buruh.
Selain itu, para kritikus juga mengkritik teori sistem dunia yang lebih
memberikan penekanan yang berlebihan pada hubungan ekonomi dibandingkan
pada peraturan di antara negara. Mereka mengkritik Wallerstein yang
mengasumsikan bahwa negara maju secara alami bertahan di sentral dan negara
miskin ditemukan di pinggiran. Teori sistem dunia juga dianggap hanya
menekankan pada faktor eksternal dan sedikit pada faktor internal dalam
menjelaskan kondisi di negara pinggiran.15

15
Nanang Hartono, Op. Cit., hlm 76.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Teori pembangunan dunia ketiga, yang meliputi teori modernisasi, teori
ketergantungan, dan teori sistem dunia, memberikan wawasan yang beragam tentang
dinamika pembangunan di negara-negara berkembang. Teori modernisasi mengusulkan
bahwa kemajuan dapat dicapai melalui adopsi nilai-nilai dan institusi Barat. Namun,
kritik terhadap pendekatan ini menyoroti bahwa pemikiran satu arah ini sering
mengabaikan konteks lokal dan dapat memperdalam ketimpangan sosial dan ekonomi.
Teori ketergantungan menyoroti keterkaitan negara-negara berkembang dengan
negara-negara maju dalam sistem ekonomi global. Teori ini menunjukkan bagaimana
ketergantungan ekonomi pada negara-negara maju dan korporasi multinasional dapat
memperkuat ketidaksetaraan dan menghambat pembangunan di negara-negara
berkembang. Teori sistem dunia menekankan hubungan kuasa antara negara-negara inti,
semi-peripheral, dan periferal dalam hierarki ekonomi global. Negara-negara inti
menguasai sumber daya dan arus modal, sementara negara-negara periferal cenderung
terpinggirkan dan merugi dalam perdagangan internasional.
Walaupun masing-masing teori memberikan kontribusi penting dalam
pemahaman tentang pembangunan dunia ketiga, mereka juga memiliki keterbatasan.
Sebagai contoh, teori modernisasi sering dianggap terlalu idealis, sedangkan teori
ketergantungan dan sistem dunia mungkin terlalu deterministik dalam menjelaskan
dinamika pembangunan. Perlunya pendekatan yang holistik dan kontekstual dalam
merancang kebijakan pembangunan untuk negara-negara berkembang. Hal ini
membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang sejarah, budaya, dan dinamika
kekuasaan global untuk menciptakan solusi yang efektif dan berkelanjutan bagi
tantangan pembangunan yang dihadapi oleh negara-negara ketiga.

B. SARAN
Makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari dosen pengampu Ibuk Vivi Yulia Nora dan dari teman-teman semua. Semoga
kritik dan saran yang Ibuk dan teman-teman berikan dapat menambah pengalaman dan
dapat membangun agar kami dapat membuat makalah ini menjadi lebih baik lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dede. M. (2011). “Evolusi Teori Ketergantungan Sistem Media Menjadi Teori


Infrastruktur Komunikasi”, Jurnal Studi Komunikasi Dan Media. (15)2. 245.
Martono, N. (2012). Sosilogi Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.

Maiwan. M. (2017). “Georafi, Geopolitik, dan Globalisasi: Suatu Analisis Terhadap


Teori Sistem Dunia Immanuel Wallerstein”, Jurnal Spatial Wahana Komunikasi
dan Informasi Geografi. (17)1. 3-6.
Purwandari. H. (2011). “Sistem Ekonomi Perkebunan: Persientasi Ketergantungan Dunia
Ketiga”, Jurnal AGRSEP. (10)1. 65.
Rosama. E. (2015). “Modernisasi Dalam Perspektif Perubahan Sosial”. Jurnal Al-Adyan.
(10)1. 73.
Sayuti. (2016). “Perspektif Teori Modernisasi Pada Peran Daerah Otonom Terhadap
Ketahanan Pangan Nasional”. Jurnal Politik Pemerintahan. (9)1. 100.

Anda mungkin juga menyukai