Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“IDEOLOGI KOMUNIS DAN LIBERAL”

Dosen Pengampu:
NUR KUR’ANI, S.Sos.I, M.Si.

Disusun oleh:
Nur Istiqamah 231810065
Filda 231810073
Phillips Jean Hopkins Tauran 231810129
Fira Hildayanti 231810091

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “IDEOLOGI
KOMUNIS DAN LIBERAL” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Pancasila. Selain itu
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para membaca dan juga bagi penulis tentang
Ideologi Komunis dan Liberal.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Kur’ani selaku dosen mata kuliah
Ilmu Perkembangan Manuia, yang telah memberikan tugas ini sehingga menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapt memberikan manfaat untuk menambah
pengetahuan pembaca.

Pontianak, 20 November 2023

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1. Latar belakang.....................................................................................................................4
1.2. Rumusan masalah................................................................................................................4
1.3. Tujuan penelitian.................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1. Konsep ideologi komunis.....................................................................................................5
2.1.1. Masuknya Komunisme di Indonesia..........................................................................5
2.1.2. Agama Menurut Pandangan Komunisme..................................................................7
2.2. Konsep Idelogi Liberalisme.................................................................................................7
2.2.1. Pengaruh Liberalisme Dalam Tatanan Kehidupan................................................10
BAB III...............................................................................................................................................13
KESIMPULAN..................................................................................................................................13
BAB IV...............................................................................................................................................14
SARAN...............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Istilah komunis ini dipergunakan oleh orang-orang setelah revolusi pada tahun 1830
di Prancis, yang merupakan suatu gerakan revolusi untuk adanya perubahan pada
pemerintah yang bersifat parlementer. Namun yang terjadi justru adanya penghapusan
sistem republic dan Louis Philippe naik jabatan menjadi raja. Hal tersebut melahirkan
munculnya gelombang perkumpulan revolusioner rahasia di Paris pada tahun 1930-
1940an.
Komunisme ini merupakan salah satu contoh dari berbagai jenis ideologi politik yang
berembang diberbagai negara. Awal pemikiran ideologi komunis ini terlahir dari konsep
yang diajukan oleh Karl Marx dan Frederich Engels yang menjelaskan tentang salah satu
bentu dari perjuangan kelas proletary terhadap kelas borjuis di Eropa terutama pada
masyarakat industri. Dapat kita simpulkan,bahwa ideologi komunis ini merupakan reaksi
terhadap masyarakat yang telah berkembang sebelumnya,yaitu pada abad ke-19 yang
merupakan produk dari masyarakat liberal. (Rachmawati, 2020)
Liberalisme sendiri memiliki arti kebebasan. Individu diberi kebebasan akan
perkembangan tanpa harus ada Batasan dalam pemikiran, agama, pers dan politik, namun
individu harus mempertanggung jawabkan akan hal yang telah dia putuskan.
Pandangan ini mulai berkembang pada abad 18-19 di Prancis dan Inggris dengan
penekanan pada kebebasan Individu untuk mewujudkan kesejahteraan melalui perubahan
dan inovasi organisasi sosial. Adanya liberalisme ini mengalami penyebaran keberbagai
bidang, seperti bidang politik, social, ekonomi, dan budaya. Lahirnya liberalisme ini dari
kekuasaan social dapat berupa sistem merkantilisme, feodalisme, dan gereja roman
Katolik. Yang pada umunya liberalisme ini meminimalkan campur tangan dalam
kehidupan social.

1.2. Rumusan masalah.


1. Apa yang dapat kita ketahui tentang ideologi komunis dan liberal?
2. Apa dampak ideologi komunis dan liberal terhadap struktur sosial dan ekonomi suatu
negara?
3. Bagaimana sejarah munculnya ideologi komunisme dan liberalisme?

1.3. Tujuan penelitian


1. Untuk mengetahui hal-hal tentang ideologi komunis dan liberal.
2. Untuk mengetahui dampak ideologi komunis dan liberal terhadap struktur sosial dan
ekonomi suatu negara.
3. Untuk mengetahui sejarah munculnya ideologi komunisme dan liberalisme.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep ideologi komunis
Komunise merupakan ideologi yang berlandaska pada materialisme histori yang
memandang bahwa sejarah ini merupakan bentuk perjuangan kelas antara kaum proletary dan
kaum borjuis. Kedua kaum tersebut berasal dari bahasa prancis “bourgeoisie” atau
“bourgeois” kaum borjuis merupakan salah satu bentuk untuk kelas social dari golongan
menengah keatas yang memiliki modal dan alat produksi. Dan juga kau mini tumbuh di
Eropa pada abad ke-11 dengan seiringnya perkembangan pada awal eksodus pedesaan dan
urbanisasi. Pada pemikiran filsafat Marxis borjuis ini merupakan orang-orang yang
mempunyai alat-alat produksi selama industrialisasi modern. Namun merujuk pada kelas
social yang juga memiliki alat-alat produksi, Marxis juga mengguanakn istilah ini untuk
mengambara gaya hidup yang konsumtif terhadap pemilik modal dan real property.
Pada asumsi ideologi politik sendiri merupakan seperangkan gagasan yang mengarah
pada tujuan harapan dan tindakan yang wajib dilakukan oleh orang-orang yang ikut da
terlibat pada Lembaga pemerintah. Dengan hal terebut komunisme yang di terapkan sebagai
ideologi politik ini menunjuan bahwa ketidakadaan perbedaan antarra rakyatnya,dan
memiliki hak dan kewajiban yang sama. Oleh karena itu, masyarakat yang tidak pada
kelasnya ini diperlukan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan adil. Hal ini
bertujuan penghapusan property individu karena diambil alih dan sepenuhnya ada pada
kendali negara.(Asnawi & Hartuti,2014). Manifesto komuni yang diterapkan pada tahun 1848
adalah ajaran-ajaran Karl Marx dan Frederich Engels sebagai sumber pokok pikiran para
komunis. Sumber lain yang mempunyai pengaruh besar adalah ajaran Lenin. Ajaran ini
merupakan perombakan dan penambahan terhadap ajaran Karl Marx dan Engels. Salah satu
dari perombakan terhadap ajaran paling penting yang dilakukan oleh Lenin adalah konsep
pemimpin.
2.1.1. Masuknya Komunisme di Indonesia
pada abad XX, kolonialisme di Hindia Belanda memasuki masa
kulminasi.Pemerintah kolonial sudah berkembang dalam tahap yang lebih mapan.
Alih-alih menjadi upaya untuk membalas budi pada pribumi, kebijakan Politik
Etis justru makin menguat-kan posisi pemerintah kolonial untuk terus melanjutkan
kekuasaannya atas Hindia Belanda. Di sisi lain, perkembangan kontra
kolonialisme juga mamasuki tahap awal, yakni dengan perubahan corak per-
gerakan rakyat. Perubahan corak ini ditandai dengan menimbulkan upaya
tersistematisasi dalam berbagai lembaga pergerakan yang memiliki maksud dan
langkah-langkah strategis yang lebih jelas dibanding masa masa sebelum-nya.
Lahirnya gerakan-gerakan yang lebih terstruktur dan terorganisasi menjadi
sebuah model pergerakan baru yang sangat berpengaruh terhadap dinamika
sejarah pada paruh pertama abad XX. Berbagai organisasi dengan beragam latar
belakang muncul. Tidak terkecuali organisasi yang membawa predikat Islam.

5
Salah satu organisasi berpredikat Islam yang berkembang dan dengan cepat
menarik perhatian rakyat adalah Sarekat Islam (SI). Sarekat Islam bermula dari
Sarekat Dagang Islam yang didirikan pada tahun 1911 oleh H. Samanhudi di Solo,
yang merupakan cabang dari SDI bentukan R.M. Tirto. Tjokroaminoto merupakan
ketua SI yang memiliki gagasan-gagasan penting dalam perkembangan organisasi.
Keinginan untuk terbebas dari belenggu penjajahan dan rakyat yang sejahtera
mengilhami dirinya untuk turut dalam organisasi pergerakan..
Perkembangan SI yang amat pesat memunculkan cabang-cabang di berbagai
daerah. Tidak terkecuali di Semarang. Perpecahan yang terjadi di dalam tubuh
Sarekat Islam akhirnya membagi menjadi 2, yakni SI Merah dan SI Putih. SI
Merah di prakasai oleh H. Agus Salim, sedangkan SI Putih di komandoi oleh
Semaoen yang notabenya adalah murid dari HOS Tjokroaminoto sendiri (Winarni
& Widuatie, 2015). Soe Hok Gie mencatat beberapa hal yang membuat gerakan SI
Semarang semakin radikal. Pertama, masalah kebijakan agraria yang
menyebabkan kemiskinan rakyat. Kedua, kondisi lingkungan yang buruk
menyebabkan penyakit pes di Semarang, yang menerapkan kebijakan
“membersihkan” Kawasan pemukiman yang diyakini sebagai habitat tikus.
Pembersihan itu dilakukan dengan cara pembakaran, sehingga menyebabkan
rakyat tidak memiliki tempat tinggal. Ketiga, wacana pembentukan Indie
Weerbaar yang dibahas pada pertemuan perdana adalah Semaoen,
S.I. Semarang. Keempat, Henk Sneewlith mengasah pemahaman teoritis para
kader tentang isu kolonialisme. Kondisi tersebut menjadi katalisator untuk
mempengaruhi arah pergerakan S.I. Semarang menjadi sosialisme revolusioner
(T. A. Ahmad, 2014). SI Semarang memiliki media cetak bernama Sinar Hindia.
Selama perkembangannya kemudian berganti nama menjadi Sinar Djawa. Media
cetak ini diterbitkan oleh S.I. Semarang sebagai senjata untuk mengekspresikan
ide dan memperkenalkan pandangan kiri kepada masyarakat luas. Di surat kabar
harian, Semaoen adalah pemimpin redaksi dan editor politik (T. A. Ahmad, 2014).
Gerakan kiri di SI semakin kuat. Ini terbukti saat diselenggarakannya kongres
CSI kedua pada bulan Oktober 1917, setengah dari peserta setuju dengan ide
Semaoen untuk menolak Indie Weerbaar. Kemudian, pada akhir tahun 1917, SI
Semarang mulai bergerak ke kiri dengan memeras tanah dari warga dan
melancarkan gerakan mogok terhadap pemilik tanah yang secara aktif menentang
pemerintah/kapitalis. Dalam perkembangannya, SI berusaha mengorganisir para
pekerja kota. Pertemuan Semaoen dengan Henk Sneevliet sangat berpengaruh
besar terhadap pekembangan gerakan kiri di Semarang. Sneevliet adalah pendiri
ISDV yang sangat besar pegaruh dalam menanam bibit-bibit komunis bagi
pemuda-pemuda Indonesia. Pada tahun 1915 Sneevliet mengajak Semaoen
bergabung dengan ISDV, sebuah organisasi social democrat Hindia Belanda
(Yuliati, 2020).
Perpecahan dalam Sarekat Islam mencapai puncaknya pada kongres luar biasa
Central Sarekat Islam yang diadakan di Surabaya pada tanggal 6 Oktober 1921.
Semaoen berselisih dengan Agus Salim, namun tidak mampu mempertahankan
posisi para kader kader PKI di Sarekat Islam. Akibatnya, anggota SI yang

6
tergabung dalam organisasi ISDV diusir. Samaoen kemudian mengubah ISDV
menjadi Partai Komunis Hindia (PKH) dan menjadi ketuanya. Setahun kemudian,
pada Mei 1921, Semaen berubah dari PKH menjadi PKI (Partai Komunis
Indonesia) (M. G. Ahmad & Mahasta, 2021).

2.1.2. Agama Menurut Pandangan Komunisme


Konsisten dengan metode materialisme historisnya, ideologi komunis
memandang agama sebagai hasil dari sejarah perkembangan manusia.
Berdasarkan materialisme historis, agama mula-mula dirancang oleh manusia
sebagai institusi yang memuat segala aspek kebaikan, keadilan, dan keindahan,
dengan tujuan menjaga keseimbangan manusia dan alam. Selanjutnya mengacu
pada sejarah agama di dunia Barat, lewat tangan pemimpin revolusioner yakni
para nabi, agama Yahudi dan Kristen mulanya bertujuan untuk pembebasan
manusia, menjadi alat perlawanan kelas tertindas kepada kelas yang berkuasa.
Konsisten dengan metode dialektikanya, Marx dan Engels selalu mencoba
meyakinkan bahwa gerakan revolusioner agama sama-sama didasari oleh
perebutan alat produksi. Tak terkecuali agama Islam, yang disebut oleh Marx dan
Engels sebagai Mohammedische. Menurut mereka sejarah perjuangan Muslim
merupakan perjuangan kaum Badui miskin melawan kaum bangsawan Makkah
yang berlimpah harta sekaligus menyimpang dari ajaran tauhid. Keberhasilan
Islam menyebarluaskan pengaruhnya bahkan bertahan hingga waktu lama, adalah
fungsi revolusioner dari para pemimpin agamanya (oleh Marx dan Engels disebut
sebagai para Mahdi) terus terulang, meskipun bersifat selalu reaksioner. Prestasi
ini disebabkan syarat-syarat produksi serta tingkat konsumsi masyarakat Timur
Tengah cenderung masih sederhana dan tidak berubah, beda halnya dengan
dataran Eropa yang perkembangan masyarakatnya terus bergerak maju. Perubahan
masyarakat Eropa ketika memasuki masa Kekaisaran Romawi dan masa feodal
adalah awal mula pergeseran fungsi agama di Eropa. Akibat persekongkolan
pendeta gereja dan bangsawan kerajaan, agama Kristen yang semula merupakan
simbol pembebasan manusia, ketika itu justru kemudian berfungsi alat perlindung
bagi kelas penguasa, salah satunya melalui inquisisi, teror, dan penyiksaan
terhadap pihak yang berseberangan dengan penguasa.

2.2. Konsep Idelogi Liberalisme


Kata Liberal secara spesifik berhubungan dengan arti politis yang pendiriannya
sejalan dengan parlemen liberal di Swedia dan Spanyol yang kemudian menyebar di
seluruh Eropa pada masa awal abad kesembilan belas. Ide-ide mengenai partai politik
yang membawa semangat liberal atau kebebasan memiliki tujuan untuk membentuk
sistem yang demokratis dalam parlemen di Inggris dan khususnya Amerika yang
menjadi lawan konservatifnya dan ingin mengembalikan pemerintahannya ke bentuk
pre-revolutionary (Thorsen, 2006:3). Liberalisme klasik sering dikaitkan dengan

7
intervensi negara yang minimalis dalam semua sektor karena tujuan negara hanya
sebagai penegakan aspek-aspek fundamental dari ketertiban umum. Filsuf sosial
politik seperti John Locke menganggap negara sebagai institusi yang didirikan secara
bebas oleh individu dimana anggotanya dijustifikasikan jika melakukan
pemberontakan apabila negara merebut kekuasaan lebih dari apa yang semula
diberikan oleh warganya. Liberalisme dalam perkembangannya kemudian mulai
memberikan negara atau states ruang untuk ikut menjadi peserta aktif dalam
perekonomian negara. Liberalisme modern membiarkan negara untuk menjadi peserta
aktif karena kecenderungan untuk mengatur pasar agar negara bisa menyediakan
barang dan jasa bagi semua warga negara. Pemikiran Liberalisme yang lebih modern
ini secara politis dianggap sebagai liberalisme kiri karena memberikan negara peran
sebagai instrumen untuk mendistribusikan kembali kekayaan dan kekuasaan untuk
menciptakan masyarakat yang lebih setara
Liberalisme ini juga berperan sebagai filsafat sosial memiliki beberapa prinsip
fundamental seperti kebanyak kaum liberal percaya bahwa masyarakat merupakan
hasil dari sebuah proses yang melibatkan interaksi semua anggota masyarakat. Pasar
merupakan contoh terbaik untuk menunjukkan apa yang dimaksud oleh proses
menurut kaum liberal. Proses ini diharapkan oleh kaum liberal agar berjalan dengan
bebas tanpa hambatan atau gangguan apapun. Konsekuensi dari konsep 4 proses ini
adalah kaum liberal secara khusus mengakui .bahwa distribusi kekayaan dapat terjadi
sebagai hasil dari mekanisme pasar yang terjadi secara alami dan bersifat adil dan
menolak gagasan untuk redistribusi kekayaan. Prinsip fundamental yang kedua
mengenai liberalisme adalah liberalisme menolak rancangan agama, utopian atau etis
(Treanor, 2005). Liberalisme memandang bahwa masyarakat dan negara tidak
seharusnya memiliki tujuan yang tetap, namun ‘proses’lah yang akan menentukan
hasilnya. Agama dianggap sebagai rencana yang utopis untuk menggerakkan manusia
berdasarkan keyakinan tanpa hukum yang mengikat secara kuat. Prinsip fundamental
lain dari liberalisme adalah definisinya yang berarti kebebasan dan menolak gagasan
nilai moral eksternal. Pemikiran bahwa tidak ada nilai moral namun yang ada
hanyalah opini khususnya pada kaum liberal politik klasik diungkapkan dalam
gagasan liberal mengenai hak asasi manusia. Gagasan liberal mengenai hak asasi
manusia ini meliputi manusia yang baik maupun yang jahat memiliki hak yang sama
dan memfasilitasi tindakan baik ataupun jahat. Penolakan liberalisme terhadap nilai
sendiri mengakibatkan liberalisme menempatkan kebebasan diatas nilai kebaikan.
Prinsip fundamental liberalisme yang tidak kalah pentingnya adalah adanya
kesetaraan formal antara peserta dalam masyarakat liberal, namun kaum liberal juga
mengakui bahwa terdapat ketidaksetaraan bakat dalam masyarakat.
Pandangan ini mulai berkembang pada abad 18-19 di Prancis dan Inggris dengan
penekanan pada kebebasan Individu untuk mewujudkan kesejahteraan melalui
perubahan dan inovasi organisasi sosial. Gerakan kebebasan individu (liberalisme)
kemudian menyebar keberbagai bidang, seperti bidang politik, ekonomi,sosial dan
budaya. Liberalisme lahir dari sistem kekuasaan sosial berupa sistem merkantilisme,
feodalisme, dan gereja roman Katolik. Umumnya liberalisme ingin meminimalkan
campur tangan negara dalam kehidupan sosial. Liberalisme sebagai suatu ideologi
bisa dikatakan berasal dari falsafah humanisme yang mempersoalkan kekuasaan
gereja di zaman Renaissance dan juga dari golongan Whings semasa Revolusi Inggris

8
yang menginginkan hak untuk memilih raja dan membatasi kekuasaan raja. Pengaruh
Liberalisme semakin meluas dan mendunia terutama dipenghujung abad ke-20
dengan runtuhnya Komunisme. Keruntuhan ideologi tersebut menempatkan
liberalisme sebagai satu-satunya paradigma yang harus “diimani” dan “diamini”
seluruh negara, bangsa dan umat manusia. Peradaban dunia seolah harus menerima
tegaknya tata nilai kemanusiaan baru menggantikan nilai-nilai tradisional yang
berkembang sebelumnya, dengan liberalisme sebagai pilar utamanya. Contohnya,
kawasan Asia dan Amerika Latin yang dulunya berpaham sosialisme, perlahan kini
telah mengganti ideologinya menjadi sistem demokrasi liberal. Hal ini tidak terlepas
dari percaturan dunia pasca perang dingin, yang dimenangkan negara-negara yang
menganut paham Liberal.
Dalam sejarah Indonesia, demokrasi negara ini juga pernah menganut demokrasi
Liberal pada masa pemerintahan Soekarno. Walaupun sekarang Indonesia tidak
menganut sistem tersebut, tetapi pengaruh dan paham liberal masih bisa dirasakan
dalam berbagai aspek. Sehingga mengkaji pemikiran liberalisme masih sangat relevan
dan menarik. Hal ini disebabkan paham Liberalisme yang awalnya ingin
menyuarakan kebebasan invidu telah berdampak pada segala aspek, mulai dari aspek
politik, ekonomi, sosial dan budaya. Tulisan ini akan menyoroti paham liberalisme ala
John Locke dan dampaknya pada tata kehidupan masyarakat.

Adapun ciri-ciri liberalisme secara konkrit adalah :


1) Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.
2) Setiap anggota masyarakat mempunyai kebebasan intelektual penuh, termasuk
kebebasan dalam berbicara, beragama serta kebebasan pers.
3) Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas
4) Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.
Oleh karenanya, kekuasaan harus dicurigai, dibatasi, dan diawasi karena
cenderung disalahgunakan. Sehingga, pemerintah harus dijalankan sedemikian
rupa serta dan penyalahgunaan dapat dicegah.
5) Masyarakat dapat dikatakan bahagia manakala individu-individu didalamnya
bahagia.

Selain ciri-ciri di atas, liberalisme juga memiliki enam prinsip dasar. Keenam
prinsip tersebut adalah :
a) Individualisme, kaum liberal percaya bahwa individu adalah sesuatu yang
sangat penting. Seluruh kebijakan liberal mengarah dalam memberikan ruang
kebebasan dan hak-hak individu. Bagi kaum liberal, individualisme lebih
penting dari kolektivisme.
b) Rasionalisme, kaum liberal percaya bahwa dunia memiliki struktur yang
rasional dan dapat dipahami secara logis. Keteraturan dunia bisa dipahami
lewat deliberasi pikiran (pikiran mendalam) dan pencarian kritis secara terus-
menerus.
c) Kebebasan, Tak ada slogan yang lebih penting bagi kaum liberal selain
kebebasan. Kebebasan adalah kemampuan untuk berpikir dan bertindak sesuai
dengan mata hati. Seluruh filosof liberalisme berangkat dari kebebasan
manusia.

9
d) Tanggung jawab, kebebasan tanpa tanggung jawab adalah keliaran. Orang
seringkali memahami liberalisme sebagai liarisme. Liberalisme adalah paham
akan kebebasan dan tanggung jawab.
e) Keadilan, kaum liberal percaya bahwa keadilan adalah nilai moral yang harus
dijunjung tinggi. Keadilan bukan berarti mengorbankan hak seseorang demi
membela hak yang lainnya. Keadilan adalah pemberian kesempatan kepada
setiap individu untuk bersaing dan menggapai hak-haknya
f) Toleransi, adalah sikap menerima atau menghormati pandangan atau tindakan
orang lain, sekalipun pandangan atau itindakan itu belum tentu disetujuinya.
Toleransi adalah dasar bagi kebersamaan dan kerukunan hidup. Tanpa
toleransi, kebebasan tidak dapat ditegakkan.

2.2.1. Pengaruh Liberalisme Dalam Tatanan Kehidupan


1. Bidang Politik
Bersumber pada pemikiran politik John Locke (1632-1704) yang
mengemukakan bahwa manusia itu dijamin oleh konstitusi dan dilindungi
pemerintah. Sehingga pemerintah harus memakai sistem perwakilan, atau
yang disebut dengan demokratis. Sistem politik liberal ini sangat
mempengaruhi bentuk negara di Eropa barat pada awalnya, berkembang
pasca-kolonialis dunia Barat terhadap dunia ketiga, yakni kawasan Asia,
Amerika Latin, dan Afrika. Dengan menganut paham liberal, negara-negara
kerajaan yang bersifat feodal dan bertumpu pada kesetiaan raja dan
keluarganya telah berubah. Paham liberal telah melahirkan negara yang
demokratis dengan semangat bertumpu pada nasionalisme yang menekankan
persamaan, persaudaraan dan keadilan. Contoh negara tersebut seperti Prancis,
Inggris, Jerman, Italia dan lainnya. Sistem politik dari negara-negara ini tidak
lagi terpusat kepada gereja (Paus) di Roma. Negara dengan sendirinya menjadi
kekuatan yang terbesar, tertinggi dan otonom yang terinspirasi oleh rasa
kebangsaan dan bukan lagi membangun “kerajaan Tuhan di Bumi”. Oleh
sebab itu, bentuk negara dibedakan dalam dua macam, yakni negara dalam
bentuk Republik dan kerajaan.

2. Bidang Ekonomi
Sistem ekonomi liberal adalah sistem ekonomi dimana sebagian besar
keputusan dalam perekonomian ditentukan oleh masing-masing individu,
bukan lembaga atau organisasi bahkan pemerintah. Ekonomi liberal sering
dikaitkan dengan dukungan terhadap pasar bebas dan kepemilikan pribadi atas
aset dan modal. Proteksionisme bertentangan dengan ekonomi liberal karena
dianggap tidak mendukung perdagangan bebas dan pasar terbuka. Secara
historis, ekonomi liberal muncul sebagai tanggapan akan merkantilisme dan
feodalisme. Ekonomi liberal juga dianggap bertentangan dengan ekonomi
non-kapitalis, seperti sosialisme dan ekonomi terencana.
Penganut paham ekonomi liberal beranggapan bahwa jika individu
maju, secara otomatis masyarakat juga akan maju. Dari sini timbul semangat
dalam mengumpulkan modal (capital) secara besar-besaran untuk

10
mempertahankan serta membangun industri yang besar, perdagangan dengan
pemasaran yang ekspansif. Adapun ciri-ciri sistem ekonomi liberal
diantaranya:
a) Semua sumber produksi adalah milik masyarakat secara individu.
b) Diakuinya kebebasan pihak swasta/masyarakat untuk melakukan
tindakan-tindakan ekonomi.
c) Setiap orang bebas memiliki barang (hak milik diakui), termasuk
barang modal.
d) Harga barang ditentukan oleh mekanisme pasar.
e) Motif utama adalah mencari laba yang terpusat pada kepentingan
individu.
f) Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan
ekonomi.
g) Menerapkan sistem persaingan bebas.

3. Bidang Pendidikan
Pendidikan melepaskan tanggungjawabnya terhadap kelangsungan tata
nilai keagamaan dan tradisi, dikarenakan setiap individu diberi kesempatan
untuk menentukan tata nilai bagi dirinya sendiri. Dimensi moralitas
pendidikan bukan diarahkan dalam rangka pengabdian kepada Tuhan atau hal-
hal yang berdimensi eskatologis. Moralitas pendidikan lebih ditekankan pada
kepentingan manusia sebagai individu. Hal ini selaras dengan berkembangnya
pola pikir pragmatis-utilitarianis Amerika sebagaimana dikonstruksikan
Sanders Piers ataupun John Stuart Mill. Implikasi pandangan ini terhadap
pendidikan tentu sangat luas, mulai dari segi tujuan pendidikan, bahan atau
materi yang harus diajarkan, metode dan pendekatan pembelajaran serta
bagaimana proses pendidikan harus dievaluasi. Singkatnya, pandangan ini
mendasari seluruh aspek dalam penentuan kurikulum pendidikan sebagai
implikasi operasionalnya.
Konsep pendidikan dalam tradisi liberal berakar pada cita-cita Barat
tentang Individualisme. Kaitannya dengan sekolah, pendidikan liberal
menganggap tujuan sekolah menyediakan informasi dan keterampilan yang
diperlukan oleh siswa supaya belajar sendiri secara efektif. Sekolah mengajar
siswa bagaimana menyelesaikan masalah praktis melalui penerapan tata cara
penyelesaian masalah secara perseorangan maupun kelompok berdasarkan
metode-metode ilmiah rasional. Jadi pengetahuan adalah alat yang diperlukan
untuk pemecacahan masalah praktis.

Liberalisme adalah paham akan kebebasan. Individu diberi kebebasan


untuk berkembang tanpa terbatas dalam pemikiran, agama, pers dan politik.
Tapi kebebasan bagi kaum liberal juga harus tetap dipertanggung jawabkan.
Di samping itu, liberalisme juga membawa dampak yang besar bagi sistem
masyarakat Barat, diantaranya adalah mengesampingkan hak Tuhan dan setiap
kekuasaan yang berasal dari Tuhan. John Locke adalah Salah satu tokoh

11
Liberalisme yang menyuaran, individu harus bebas tanpa ada intervensi dari
pihak manapun.
Dampak liberalisme dalam bidang politik, lahirnya gagasan
nasionalisme dan perubahan format politik maupun kehidupan sosial budaya
yang dulunya bersifat kerajaan berubah konsep menjadi negara demokratis.
Dibidang ekonomi, lahir perubahan kegiatan ekonomi masyarakat yang
berorientasi pertanian ke industri, tetapi yang berubah adalah alat-alat
produksi sementara pola hubungan antar pemilik modal dan pekerja tetap
terjadi ekploitasi. Liberalisme juga berpengaruh dalam bidang ilmu
pengetahuan. Kebebasan berfikir dan pengakuan hak-hak individu telah
mendorong lahirnya kreativitas dan penemuan-penemuan baru.

12
.

BAB III
KESIMPULAN
Liberalisme adalah paham akan kebebasan. Individu diberi kebebasan untuk
berkembang tanpa terbatas dalam pemikiran, agama, pers dan politik. Tapi kebebasan bagi
kaum liberal juga harus tetap dipertanggung jawabkan. Di samping itu, liberalisme juga
membawa dampak yang besar bagi sistem masyarakat Barat, diantaranya adalah
mengesampingkan hak Tuhan dan setiap kekuasaan yang berasal dari Tuhan. John Locke
adalah Salah satu tokoh Liberalisme yang menyuaran, individu harus bebas tanpa ada
intervensi dari pihak manapun
Dampak liberalisme dalam bidang politik, lahirnya gagasan nasionalisme dan
perubahan format politik maupun kehidupan sosial budaya yang dulunya bersifat kerajaan
berubah konsep menjadi negara demokratis. Dibidang ekonomi, lahir perubahan kegiatan
ekonomi masyarakat yang berorientasi pertanian ke industri, tetapi yang berubah adalah alat-
alat produksi sementara pola hubungan antar pemilik modal dan pekerja tetap terjadi
ekploitasi. Liberalisme juga berpengaruh dalam bidang ilmu pengetahuan. Kebebasan berfikir
dan pengakuan hak-hak individu telah mendorong lahirnya kreativitas dan penemuan-
penemuan baru.

13
BAB IV
SARAN
Ideologi komunisme dan liberalisme yang terjadi pada sistem pemerintahan sendiri
memberikan dampak baik dan buruk pada sistem tatanan negara. Hal tersebut tergantung
pada sistem pengatur itu sendiri. Dengan adanya ideologi komunisme dan liberalisme
seharusnya menjadikan sebuah sebuah pembelajaran yang baik untuk pemerintah menyikapi
akan tatanan sistem pemerintahan. Lebih memperhatikan semua kalangan, dengan tidak
memperdulikan pangkat, jabatan, uang, tingkatan, bahkan golongan. Akan terbentuknya
sistem tatanan negara yang adil dan Makmur, serta adanya pemerataan social terhadap
seluruh masyarakat
Penulis berharap dengan adanya tugas makalah ini, dapat menambah pengetahuan kita
semua tentang ideologi komunisme dan liberalisme, dengan begitu kita semua dapat
menerapkan hikmah yang kita dapat dari pengetahuan ini. Penulis sadari bahwa makalah ini
juga memang belum sempurna dan banyak yang harus ditingkatkan lagi unut menambah
pembelajaran atau pengetahuan yang dapat menghasilkan hasil yag baik.

14
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, Ulfah Nury, dkk. 2021. Liberalisme John Locke dan Pengaruhnya Dalam Tatanan
Kehidupan. Jurnal Education and Development. Vol. 9, No. 4
Wibowo, Bayu Ananto. 2021. Ideologi Komunisme dan Sejarah Perkembangannya di
Indonesia. Historical Studies Journal. Vol. 03, No. 02

15

Anda mungkin juga menyukai