Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Sosialisme-Komunisme,


Liberalisme, dan Islam

Oleh :

KELOMPOK 5

Kelas : 54

Barajati Jala Ilmi : NIM. 191910601016

Wentar Permana Dinilart : NIM. 191910601029

Faiq Abdillah : NIM. 191910601041

Irga Merdiansyah : NIM. 191910601043

Arif Hidayatulloh : NIM. 191910601057

Reingga Katon SAputra : NIM. 191910601061

Achmad Ghufron Nanda Ali : NIM. 191910601067

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2019
DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Daftar Isi…………………………………………………………………………..2

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang………………………………………………………………..3


1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………….3
1.3. Tujuan………………………………………………………………………...3

BAB II Pembahasan

2.1. Ideologi Pancasila…………………………………………………….………4

2.2. Ideologi Sosialisme-Komunisme……………………………………..………5

2.3. Ideologi Liberalisme………………………………………………….………8

2.4. Ideologi Islam………………………………………………………...……...10

BAB III Penutup

3.1. Simpulan……………………………………………………………...…..…12

3.2. Kritik dan Saran……………………………………………………………..13

Daftar Pustaka……………………………………………………………………14

1
BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Idelogi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia.
Istilah ideologi berasal dari kata ‘idea’ berarti gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita-cita, dan ‘logos’ berarti ilmu. Kata idea sendiri berasal dari bahasa Yunani
‘eidos’ yang artinya bentuk. Selanjutnya ada kata ‘idein’ yang artinya melihat.
Dengan demikian secara harfiah ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar,
cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-ita yang bersifat
tetap itu yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus
merupakan dasar, pandangan atau faham (Kaelan, 2005).

Oleh karena itu dalam menjadalnkan hidup, tentulah manusia memerlukan


yang dinamakan dengan ideologi. Dalam kehidupan di dunia ini sendiri berbagai
macam ideologi lahir di seluruh penjuru dunia. Secara umum ideologi jika ditinjau
pada asal atau sumber munculnya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: ideologi yang
terlahir dari pemikiran dan ideologi yang bersumber dari ajaran agama.

Dalam pembahasan ini, kami akan memaparkan beberapa ideologi yang ada di
dunia hingga saaat ini. ideologi tersebut adalah ideologi Pancasila, ideologi
Sosialisme-Komunisme, ideologi Liberalisme, dan ideologi Islam.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan ideologi Pancasila?
2. Apa yang dimaksud dengan ideologi Sosialisme-Komunisme?
3. Apa yang dimaksud dengan ideologi Liberalisme?
4. Apa yang dimaksud dengan ideologi Islam?
5. Apa saja prinsip-prinsip yang dianut oleh ideologi-ideologi tersebut?
6. Apa perbedaan masing-masing ideologi?

1.3. TUJUAN

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk:

1. Memberi edukasi mengenai ideologi kepada pembaca.

2
2. Memberi gambaran tentang ideologi-ideologi yang ada di dunia ini
(Pancasila, Sosialisme-Komunisme, Liberalisme, dan Islam) kepada
pembaca.
3. Memaparkan perbedaan yang ada dalam masing-masing ideologi diatas.
4. Memaparkan prinsip-prinsip yang dianut oleh ideologi-ideologi diatas.

3
BAB II ISI

2.1. Ideologi Pancasila

Ideologi pancasila merupakan ideologi yang digagas dan disepakati oleh


para pendiri bangsa Indonesia. Secara asal bahasa Pancasila berasal dari dua kata,
Panca (lima) dan Sila (dasar). Sebagai dasar Negara, Pancasila dijadikan sebagai
dasar dalam membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai
dasar negara diwujudkan dalam hukum nasional Indonesia, dimana Pancasila
menjadi sumber dari segala sumber hukum yang ada di Negara Indonesia.

Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia maka Pancasila pada
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran
seseorang atau kelompok orang sebagaimana idelogi-ideologi lain di dunia,
namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan
serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia
sebelum membentuk Negara, dengan lain perkatan unsur-unsur yang merupakan
materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal bahan)
Pancasila (Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007).

Berikut ini adalah nilai-nilai dalam lima sila Pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama ini adalah dimana kita
sebagai manusia yang diciptakan wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi
laranganNya. Masyarakat Indonesia berhak untuk memeluk agama dan
kepercayaannya masing-masing dan wajib menjalankan apa yang diperintahkan
dalam agama masing-masing dan menjauhi apa yang dilarang.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Sila kedua ini menjelaskan bahwa kita sesama manusia mempunyai derajat
yang sama dihadapan hukum.

4
3. Persatuan Indonesia

Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya bulat tidak terpecah.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

Dalam sila ini menjelaskan tentang demokrasi, adanya kebersamaan dalam


mengambil keputusan dan penanganannya, dan kejujuran bersama.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Makna dalam sila ini adalah adanya kemakmuran yang merata bagi seluruh
rakyat, seluruh kekayaan dan sebagainya dipergunakan untuk kebahagiaan
bersama, dan melindungi yang lemah.

Selain fungsi yang disepakati, pancasila sebagai ideologi bisa pula


dimanfaatkan sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan. Fungsi ini tentu saja
bersifat negatif. Dalam sejarahnya, kita pernah mengalami masa dimana pancasila
nyaris kehilangan makna dan hanya digunakan sebagai instrumen kekuasaan
belaka. Pancasila ditafsir oleh rezim berkuasa dan dimnopoli kebenarannya
sebagai alat untuk memberangus mereka yang berbeda pandangan.

Ciri-ciri ini secara tipikal berkaitan dengan rezim berkuasa yang


menafsirkan pancasila secara sepihak. Sehingga pihak lain yang berbeda
pandangan berpotensi dianggap sebagai tidak mendukung rezim dan akhirnya
dicap anti-pancasila.

Sebagai contoh, rezim yang mengklaim dirinya sebagai rezim paling


pancasilais. Pihak oposisi yang notabene berperan mengawal kekuasaan agar tidak
keblinger berpotensi dicap anti-rezim. Celakanya, mereka juga bisa dianggap anti-
pancasila. Hal ini keliru dan justru berpotensi menempatkan pancasila lagi-lagi
sebagai instrumen kekuasaan.

2.2. Ideologi Sosialisme-Komunisme

Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar tahun 1830, yakni
adanya keinginan agar alat-alat produksi dimiliki secara bersama untuk melayani

5
semua kebutuhan masyarakat, bukan monopoli atas kaum kapitalis. Sosialisme
atau sosialism (Inggris) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis, yaitu
berarti kemasyarakatan. Dalam arti di atas ada empat macam aliran yang
dinamakan sosialisme: pertama, sosial demokrasi; kedua, komunisme; ketiga
anarkhisme; dan keempat sindikalisme.

Sosial demokrasi adalah gerakan yang awalnya berlandaskan marxisme.


Namun, setelah adanya revisionisme yang dikemukan oleh Edward Bernstein
(1850-1932) dan dipertahankan oleh Karl J. Kautsky (1854-1938) gerakan ini
akhirnya melepaskan ajaran marxisme yang bersifat refolusioner.

Sosial demokrat berpegang teguh pada asas demokrasi dan menentang


kediktatoran kaum proletariat yang ada pada komunisme.

Menurut asas sosial demokrat klasik, assosiasiassosiasi sukarelawan di luar


negara cenderung dicurigai dan dianggap keburukannya lebih banyak
dibandingkan kebaikannya.

Sosial demokrat klasik direvisi oleh Anthony Giddens dengan "Jalan


Ketiga" (demokrasi sosial), berusaha mempertahankan inti kepedulian pada
keadilan sosial dan lepas dari sekedar perbedaan antara aliran "kiri" maupun
"kanan".

Komunisme atau communitas (latin) yang berarti kemasyarakatan adalah


suatu bentuk sistem masyarakat di mana sarana-sarana produksi dimiliki secara
bersama. Sebagai ideologi, komunisme muncul ketika revolusi Perancis,
kemudian dengan ajaran Kart Marx membawa pengaruh yang sangat besar
sehingga disamakan dengan komunisme. Marx banyak menerima pokok ajaran
dari Feuerbach tanpa analisis yang menyeluruh hingga dalam perkembangannya
istilah komunisme kemudian dimonopoli oleh partai/golongan komunis.

Sosialisme merupakan sebuah masyarakat yang langsung timbul dari


kapitalisme sebagai bentuk pertama dari masyarakat baru dan dalam kerjanya
tidak menerima bantuan dari kapitalisme, termasuk hal yang bersifat sosial.
Sedangkan komunisme adalah masyarakat yang lebih tinggi, di mana hanya dapat
berkembang jika sosialisme mempunyai kedudukan yang kuat.

6
Anarkisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu a yang berarti tidak, tidak ada
atau tidak ingin, dan archaos bermakna kepala, pemerintah, pengatur, atau
penanggung jawab. Dalam konotasi positif, anarkhisme merupakan ideologi sosial
yang tidak menerima pemerintahan otoriter. Anarkisme berpendapat individu-
individu akan mengorganisasikan diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan dan
cita-citanya. Bagi anarkisme tidak ada perbedaan bentuk kenegaraan apakah itu
positif atau negatif.

Menurut pandangan Anarkisme, semua bentuk negara memiliki kekuasaan


pemaksa. Menurut aliran ini semua bentuk negara buruk dan harus ditolak.

Sindikalisme bahkan lebih radikal dari gerakan buruh sebelum perang Dunia
I. aliran ini merupakan hasil gabungan antara marxisme dan anarkisme. Dalam
aliran ini, dipakai prinsip aksi langsung melalui pemboikotan, sabotase,
pemberontakan, atau pemogokan umum. Sindikalisme hendak memasukkan
perjuangan kelas langsung ke dalam bidang ekonomi. Karena kesetiaannya pada
akar-akarnya yang anarkistik tersebut maka sindikalisme disebut juga
anarkosindikalisme: menolak negara dan perjuangan kaum sosialis di dalam
parlemen melalui sebuah partai buruh.

Kehadiran ideologi sosialisme pada umumnya bertolak dari rasa


kekecewaan (a sense of disillusion), penindasan, atau frustasi terhadap
ketidakefesienan, serta ketidakadilan dari sistem kapitalis. Semua aliran
sosialisme yang sangat cukup banyak itu juga memiliki satu titik kesamaan, yaitu
(1) bermaksud mempraktikkan suatu teori cita-cita kemasyarakatan yang
bertentangan dengan sistem masyarakat, dan (2) Sistem yang memberi kebebasan
seluas-luasnya kepada individu yang merdeka untuk bersaing dengan sebebas-
bebasnya mulai dalam soal politik, bidang produksi, pembagian hasilnya, dan
bebas pula untuk mempunyai hak milik atas alat-alat produksi.

Prinsip Dasar Sosialisme.

Walaupun banyak terdapat aliran atau pengertian sosialisme, tetapi ada


sejumlah prinsip dasar dari sosialisme itu sendiri, yaitu:

7
1. Semua bentuk Marxisme dapat diketegorikan sosialisme, tetapi tidak
sebaliknya.
2. Meskipun tidak mudah merumuskan dengan persis apa itu sosialisme,
paling tidak ada dua hal yang mempersatukan segala macam aliran
revolusioner, egalitarian, anarkis, utopis, reformis, teknokrat, religius, dan
sebagainya itu yang dinamakan dirinya sosialis.
3. Keyakinan etis bahwa perekonomian harus diarahkan pada kesejahteraan
segenap orang, bukan untuk keuntungan segelintir orang.
4. Sumber ketidakadilan sosial adalah hak milik pribadi (atas alat-alat
produksi).
5. Sosialisme adalah cita-cita etis tentang masyarakat yang solider dan
tuntutan penghapusan hak milik pribadi.

2.3. Ideologi Liberalisme

Liberalisme menonjolkan ide kebebasan (liberty) dan sosialisme dengan ide


kesamaan (equality). Sesuai dengan perkembangan, aliran filsafat politik saat ini
tidak dapat direduksi sebatas dua ide pokok tersebut. Ideologi liberalisme juga
memiliki beberapa aliran sebagaimana ideologi sosialisme. Masing-masing aliran
memiliki dan mengemukakan ide-ide tersendiri seperti kesepakatan kontrak (John
Rawls), kebaikan umum (komunitarianisme), kemanfaatan (utilitarianisme), hak
(Dworkin) dan androgini (feminisme).

Menurut liberalisme, individu adalah pencipta dan penentu tindakannya.


Kebebasan menurut liberalisme tidak dapat dikorbankan untuk nilai yang lain,
untuk nilai ekonomi, sosial dan politik. Kebebasan hanya dapat dibatasi dan
dikompromikan ketika ia konflik dengan kebebasan dasar yang lain yang lebih
luas. Karenanya, kebebasan menurut liberalisme bukan sesuatu yang absolut,
kebebasan hanya dapat dibatasi demi kebebasan itu sendiri.

Ada dua corak liberalisme, liberalisme yang dipelopori oleh John Locke dan
liberalisme yang dipelopori oleh Jean Jacques Rousseau. John Locke berpendapat
bahwa kebebasan yang menjadi nilai dasar liberalisme dipahami sebagai
ketidakhadiran intervensi eksternal dalam aktivitas-aktivitas individu. Kebebasan
adalah hak properti privat. Karenanya, pemerintah bersifat terbatas (minimal)

8
terhadap kehidupan warganya. Untuk itu harus ada aturan hukum yang jelas dan
lengkap dalam menjamin kebebasan sebagai hak properti privat ini. Corak
liberalisme ini kemudian mendasari dan menginspirasi munculnya libertarianisme
yang dipelopori oleh Alexis de Tocqueville, Friedrich von Hayek dan Robert
Nozick.

Di sisi lain Rousseau berpendapat bahwa pemerintah harus tetap berfungsi


menjamin terlaksananya kebebasan individu dalam masyarakat. Corak liberalisme
ini selanjutnya mendasari dan menginspirasi munculnya liberalisme egalitarian,
dengan tokohnya antara lain John Rawls dan Ronald Dworkin. Liberalisme ini
berusaha menyatukan ide kebebasan dan kesamaan individu dalam masyarakat.
Pemerintah dibutuhkan untuk meredistribusikan nilai-nilai sosial dalam
melaksanakan dan mencapai kebebasan dan kesamaan individu-individu dalam
masyarakat.

Konsep otonomi individu dalam pandangan liberalisme tidak hanya berupa


kebebasan individu dalam bertindak dan memilih cara hidup yang baik. Namun,
juga untuk mengkritisi, merevisi dan bahkan meninggalkan nilai dan cara hidup
yang telah dipilihnya. Karena menurut liberalisme, siapa pun dapat keliru dalam
pilihan hidupnya.

Setiap orang bebas memilih konsep tentang hidup yang baik, meskipun
sangat berbeda dengan nilai dan pilihan hidup anggota komunitas yang lain.
Namun, konsep tersebut tidak boleh melanggar prinsip keadilan. Orang-orang
dengan konsep hidup yang berbeda-beda akan saling menghormati, bukan karena
hal ini mempromosikan satu cara hidup bersama. Namun, karena mereka
mengakui bahwa tiap-tiap orang memiliki klaim pertimbangan yang sama. Tidak
ada tugas khusus yang ditetapkan komunitas terhadap individu.

Pemerintah menurut liberalisme harus bersikap netral terhadap konsep apa


pun tentang hidup yang baik, yang dianut dan dipilih oleh warganya. Pemerintah
tidak boleh memberikan prioritas pada satu nilai di atas nilai yang lain, atau tidak
menyokong dan mengabaikan salah satu nilai yang ada. Liberalisme menganggap
bahwa intervensi pemerintah untuk menyokong salah satu nilai atau pilihan hidup

9
dan mengabaikan nilai atau pilihan hidup yang lain, melanggar dan membatasi
otonomi individu, yang menjadi nilai liberalisme.

Ide netralitas negara tidak membenarkan adanya tindakan atas dasar


superioritas atau inferioritas intrinsik dari berbagai konsep tentang kehidupan
yang baik. Netralitas negara yang bertujuan untuk menjamin kebebasan dan
kesamaan individu dalam masyarakat, dengan sendirinya mendorong
berkembangnya cara hidup yang bernilai dan mendorong tersingkirnya cara-cara
hidup yang tidak bernilai. Netralitas negara terhadap pluralitas nilai tersebut
dengan sendirinya menyeleksi nilai-nilai yang ada, mana yang tetap bertahan dan
diminati banyak orang atau tersingkir karena tidak menarik minat orang.

Kegagalan sosialisme dan marxisme dalam mengatasi konflik pada


masyarakat seperti terlihat di Uni Sovyet dan negara-negara lain di dunia
menjadikan liberalisme sebagai konsep yang dominan saat ini. Namun, ini tidak
berarti liberalisme menjadi satu ideologi yang tanpa cacat. Cacat inilah yang
dilihat oleh komunitarianisme dan memunculkannya dalam bentuk kritik terhadap
liberalisme. Komunitarianisme mengkritik nilai-nilai liberalisme yang dianggap
tidak sensitif terhadap keanggotaan pada satu kelompok, terutama kelompok
kultural, yang menjadi perdebatan sengit dalam filsafat politik saat ini.

2.4. Ideologi Islam

Sebagian kalangan dari kaum muslim ada yang menyatakan


bahwa ideologi itu buatan manusia. Oleh karena itu, ketika Islam dikatakan
sebagai ideologi, maka hal itu tidak tepat. Sebab, Islam berasal dari Allah swt.,
bukan berasal dari manusia. Kesimpulan ini didapatkan ketika seseorang melihat
Islam hanya dari satu sisi, sedangkan sisi yang lain tidak dilihat. Sisi yang
pertama berkaitan dengan akidahnya, sedangkan yang lain adalah dari sisi
syariatnya.

Ideologi islam sebagaimana namanya, merupakan dasar ideologi yang


berlandaskan dari agama islam dalam artian ideologi ini sangat mengedepankan
prinsip atau nilai-nilai agama. Dan dalam penerapannya ideologi islam
dilandaskan pada monotheisme (ketuhanan yang esa) didasarkan pada hukum

10
yang terdapat dalam kitab suci al Qur’an dan Hadits yang merupakan dua
pedoman utama dalam agama islam.

Dalam bidang politik atau pengelesaian masalah dasar yang digunakan


ideologi ini adalah dengan dasar musyawarah. Dengan pengutaraan pendapat
dalam suatu forum oleh pihak terkait dan akhirnya dapat diperoleh kemufakatan
yang tentunya semua itu tetap berdasar pada al-Qur’an dan Hadits.

Dalam pemerintahan dari sistem ideologi islam, adalah sistem khilafah,


yaitu sistem kepemiminan yang berlandas dan taat pada agama islam, baik dalam
sosial, politik, ekonomi, dan bidang-bidang lainnya. Untuk pemilihan juga
dilakukan secara musyawarah mufakat dan setelah mencapai kemufakatan maka
akan ada pembaiatan (pernyataan taat kepada pemimpin selama itu benar dan
mengakui kepemimpinan orang yang telah dipilih dalam musyawarah mufakat)
dalam proses pengangkatannya.

Dalam Islam konsep Negara yang berlandaskan ideologi islam, salah satu
fungsi negara adalah mendistribusikan harta agar tidak hanya beredar di kalangan
orang-orang kaya saja. Ini artinya, negara harus menjamin agar setiap rakyat dapat
hidup sejahtera, sebab salah satu faktor tidak sejahteranya rakyat adalah harta itu
hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja. Orang miskin tidak mendapat
bagian. Bukti bahwa Negara berlandaskan ideologi islam melakukan pemerataan
harta adalah dengan pembayaran zakat, kemudian zakat tersebut disalurkan
kepada orang-orang yang membutuhkan.

Ideologi islam ini, bercermin pada masa pemerintahan Rasulullah


Muhammad SAW. dan Khulafa’ur Rasyidin sebagai panutan dalam menjalankan
roda pemerintahan.

Dalam penerapan hukum, ideologi islam sebagai ideologi Negara juga


menerapkan hukum sesuai dengan yang diperintahkan Allah SWT. seperti hukum
qisosh, dam (denda, dan masih banyak lagi).

11
BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan

1) Ideologi Pancasila merupakan ideologi yang digagas oleh para pendiri


Negara Kesatuan Republik Indonesia, ideologi ini berasal nilai moral
bangsa Indonesia yang ada sejak zaman dahulu dan dirumuskan melalui
pemikiran para pendiri bangsa. Ideologi pancasila menganut prinsip moral
dan budaya bangsa Indonesia yang telah ada sejak nusantara masih berupa
kerajaan-kerajaan. Ideologi ini bertujuan untuk mewujudkan tujuan-tujuan
bangsa Indonesia yang tertuang di pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 pada alinea I-IV. Sayangnya dalam perjalanan waktu ideologi ini
juga memiliki celah untuk disalahgunakan oleh penguasa dan diartikan
sesuai dengan keinginan rezim yang berkuasa untuk melanggengkan
kekuasaannya.
2) Ideologi Sosialisme-Komunisme pada intinya ingin memperjuangkan
kesetaraan, ideologi ini memiliki 4 sekte ataun aliran yang tersebar
diseluruh penjuru dunia aliran tersebut antara lain: sosial demokrasi,
komunisme, anarkhisme, dan sindikalisme. Masing-masing aliran walaun
memiliki tujuan yang sama yaitu lebih mengarah kepada kesetaraan dan
lebih khusus lagi terarah kepada buruh (pada saat terbentuknya), namun
setiap aliran memiliki cara mereka masing-masing dalam mewujudkan apa
yang mereka inginkan. Beberapa prinsip dasar sosialisme adalah:
Keyakinan etis bahwa perekonomian harus diarahkan pada kesejahteraan
segenap orang, bukan untuk keuntungan segelintir orang. Sumber
ketidakadilan sosial adalah hak milik pribadi (atas alat-alat produksi).
Sosialisme adalah cita-cita etis tentang masyarakat yang solider dan
tuntutan penghapusan hak milik pribadi.
3) Ideologi Liberalisme memiliki tujuan utama yaitu memperjuangkan
kebebasan setiap individu. Beberapa ide dari masing-masing aliran yang
tergolong liberalisme antara lain: kesepakatan kontrak (John Rawls),
kebaikan umum (komunitarianisme), kemanfaatan (utilitarianisme), hak
(Dworkin) dan androgini (feminisme). nilai-nilai liberalisme yang
dianggap tidak sensitif terhadap keanggotaan pada satu kelompok,

12
terutama kelompok kultural, yang menjadi perdebatan sengit dalam filsafat
politik saat ini.
4) Ideologi Islam merupakan ideologi yang didasarkan pada agama islam itu
sendiri. Ideologi ini bersumber dari apa yang ada dalam al-Qur’ann dan
Hadits. Ideologi ini memiliki tujuan untuk menyebarkan kesejahteraan dan
perdamaian. Dalam menyelesaikan suatu masalah ideologi islam
menggunakan cara musyawarah mufakat, dan sumber hukum yang
digunakan juga bersumber dari al-Qur’an dan Hadits. Ideologi ini dalam
Negara pernah digunakan secara utuh pada masa Rasulullah SAW. dan
khulafa’ur rasyidin.

3.2. Kritik dan Saran

1) Pada kenyataannya setiap ideologi di dunia ini memiliki tujuan untuk


mencapai sesuatuu yang baik. Namun, dalam pelaksanaannya banyak
sekali ideologi yang malah menjadi hal yang salah karena cara yang
digunakannya tidak tepat.
2) Pada pelaksanaan beberapa ideologi di dunia banyak ditemukan oknum
yang ingin memanfaatkan ideologi tersebut demi kepentingannya sendiri
atau kelompoknya.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://sosiologis.com/pengertian-ideologi

http://journal.ummgl.ac.id/index.php/edukasi/article/download/644/417/

https://www.docdroid.net/file/download/5E0KYwV/teori-politik-dan-ideologi-
sosialisme-komunisme.pdf

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/download/1063/896

http://repository.uinsu.ac.id/1446/1/TESIS%20bR%20%20NST.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai