Anda di halaman 1dari 31

PANCASILA

“ KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB ”

KELOMPOK II

ANGGOTA :

1. Andi Muhammad Dahlan (A031171311)


2. Dian Sari (A031171703)
3. Nurfadillah alwan
4. Evelin (A031171521)
5. Andi Rizal Evendi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISINS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017/2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..

BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………..

1. Lalar Belakang………………………………………………………………..
2. Rumusan masalah…………………………………………………………….
3. Manfaat dan Tujuan…………………………………………………………...

BAB II : PEMBAHASAN ……………………………………………………………

1. Proses perumusan sila ke-2……………………………………………………


2. Makna sila ke-2………………………………………………………………..
3. Hubungan Demokrasi dan Permusyawaratan…………………………………
4. Membumikan sila ke-2……………………………………………………….

BAB III : PENUTUPP

1. Kesimpulan……………………………………………………………………..
2. Saran……………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan


rahmat,karunia dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang sil k-2
kemanusiaan yang adil dan beradabl. Disamping itu, kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan
makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai sila kedua dari pancasila yaitu
kemanusiaan yang adil dan beradab serta etika global. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Makassar, 1 Maret 2018

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara


resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun
II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara
Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan
oleh seseorang sebagaimana yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia.
Namun, terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam
sejarah bangsa Indonesia.
Seperti yang kita ketahui, Pancasila berasal dari kata Panca yaitu lima
dan Sila yang berarti prinsip. Jadi dapat diartikan bahwa Pancasila adalah lima
prinsip. Lima sila tersebut yaitu 1) Ketuhanan Yang Maha Esa, 2)
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, 3) Persatuan Indonesia, 4) Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Dalam makalah ini, kita akan membahas secara khusus mengenai sila
kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dalam sila kemanusiaan
terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Oleh karena itu, dalam
kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-undangan negara
harus mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian harkat dan martabat
manusia, terutama hak-hak kodrat manusia sebagai hak dasar (hak asasi) harus
dijamin dalam peraturan perundang-undangan negara.
2. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan diangkat dalam makalah ini adalah:
a. Bagaimana proses perumusan pancasila
b. Jelaskan makna sila ke-2
c. Bagaimana hubungan demokrasi dan permusyawaratan
d. Membumikan sila ke-2

3. TUJUAN dan MANFAAT


a. Mengetahui proses perumusan pancasila
b. Mengetahui makna sila ke-2
c. Mengetahui hubungan demokrasi dan permusyawaratan
d. Mengetahui isi sila ke-2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Proses Perumusan Sila Kedua Pancasila


Pada tahun 1926, Soekarno menulis esai dalam majalah Indonesia Moeda,
dengan judul “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme” yang mengidealkan sintesis
dari deologi-ideologi besar tersebut demi terciptanya senyawa antar ideologi dalam
kerangka konstruksi kebangsaan dan kemerdekaan Indonesia.
Pada awal tahun 1930-an, Soekarno mulai merumuskan sintesis dari substansi
ketiga unsur ideologi dalam istilah “sosio-nasionalisme” dan “sosio-demokrasi”.
Sosio-nasionalisme yang dimaksud adalah semangat kebangsaan yang menjunjung
tinggi perikemanusiaan ke dalam dan ke luar, “yang tidak mencari ‘gebyarnya’ atau
kilaunya negeri ke luar saja, tetapi ia haruslah mencari selamatnya semua manusia”.
Adapun sosio-demokrasi adalah demokrasi yang memperjuangkan keadilan sosial,
yang tidak hanya memedulikan hak-hak sipil dan politik, melainkan juga hak
ekonomi, “demokrasi sejati jang mencari keberesan politik dan ekonomi, keberesan
negeri dan keberesan rezeki”.
Dalam merespons permintaan Radjiman mengenai dasar negara Indonesia,
sebelum pidato Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, anggota-anggota BPUPKI
lainnya telah mengemukakan pandangannya. Pentingnya nilai ketuhanan sebagai
fundamental kenegaraan antara lain dikemukakan oleh muhammad Yamin,
Wiranatakoesoema, Soerio, Soesanto Tirtoprodjo, Dasaad, Agoes Salim,
Abdoelrachim Pratalykrama, Abdul Kadir, K.H. Sanoesi, Ki Bagoes Hadikoesoemo,
Soepomo dan Mohammad Hatta.” Pentingnya nilai kemanusiaan sebagai fundamen
kenegaraan antara lain dikemukan oleh radjiman Wediodiningrat, Muhammad Yain,
Wiratnakoesoemo, Woerjaningrat, Soesanto Tirtoprodjo, Wongsonagoro, Soepomo,
Liem Koen Hian, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo. Pentingnya nilai persatuan sebagai
fundamen kenegaraan dikemukakan antara lain Muhammad Yamin, Sosrodiningrat,
Wiranatakoesoemo, Woerjaningrat, Soerio, Soesanto Tirtoprodjo, A. Rachim
Pratalykrama, dan Soekiman, Abdul Kadir, Soepomo, Dahler, dan Ki Bagoes
Hadikoesoemo.
`Meski demikian, prinsip-prinsip yang diajukan masih bersifat serabutan,
belum ada yang merumuskannya secara sistematis dan holistik sebagai suatu dasar
negara yang koheren. Dalam kesempatan lain, Soekarno mengatakan bahwa kita
dalam mengadakan Negara Indonesia Merdeka itu, “tidak hanya dapat meletakkan
negara itu atas suatu meja statis yang dapat mempersatukan segenap elemen di dalam
bangsa itu, tetapi juga harus mempunyai tuntunan dinamis ke arah mana kita
gerakkan rakyat, bangsa, dan negara ini”.
Dengan kata lain, dasar dari semua sila Pancasila adalah gotong-royong
(ketuhanan yang berkebudayaan, yang lapang dan toleran), bukan ketuhanan yang
saling menyerang dan mengucilkan. Prinsip internasionalismenya harus berjiwa
gotong-royong (yang berperikemanusiaan dan berperikeadilan), bukan
internasionalisme yang menjajah dan eksploitasi. Prinsip kebangsaannya harus
berjiwa gotong royong (mampu mengembangkan persatuan dari aneka perbedaan,
“bhenika tunggal ika”), bukan kebangsaan yang meniadakan perbedaan atau
menolak persatuan. Prinsip demokrasi harus berjiwa gotong-royong
(mengembangkan musyawarah mufakat) atau minoritas elite penguasa-pemodal
(minorokrasi). Prinsip kesejahteraannya harus berjiwa gotong-royong
(mengembangkan partisipasi dan emanissai di bidang ekonomi dengan semangat
kekeluargaan), bukan visi kesejahteraan yang berbasis individualisme-kapitalisme,
bukan pula yang mengekang kebebasan individu seperti dalam sistem etatisme.
Dalam pidato Sukarno, rumusan Pancasila masih belum disempurnakan.
Rumusannya masih berupa dasar-dasar filosofis kemerdekaan Indonesia. Dasar atau
prinsip filosofis pertama adalah Kebangsaan Indonesia. Prinsip kedua adalah
Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan. Prinsip ketiga adalah Dasar Mufakat,
Dasar Perwakilan, dan Dasar Permusyawaratan. Prinsip keempat adalah
Kesejahteraaan Sosial. Prinsip kelima adalah Taqwa pada Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Sukarno, Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan itu adalah sebuah
bentuk nasionalisme asli Indonesia. Kata “internasionalisme’ di sini bukanlah bentuk
kosmopolitanisme yang menganggap semua bangsa sama, yang mengatakan tidak ada
Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada Birma, tidak ada Inggris, dan sebagainya.
Sebaliknya, internasionalisme di sini dimaknai sebagai pernyataan nasionalisme
sejati.
Nasionalisme sejati bukan hanya sekedar rasa cinta dan bangga karena
kesatuan bangsa dan tanah air. Nasionalisme ini bukan semata-mata tiruan dari
nasionalisme Barat yang cenderung mengarah pada chauvinisme, akan tetapi
nasionalisme ini timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan.
Bagi Sukarno, internasionalisme dan nasionalisme berkaitan erat.
Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar di dalam buminya
nasionalisme dan nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam
taman-sarinya internasionalisme. Internasionalisme yang sejati adalah tanda, bahwa
suatu bangsa telah menjadi dewasa dan bertanggung jawab, telah meninggalkan sifat
kekanak-kanakan mengenai rasa keunggulan nasional atau rasial, telah meninggalkan
penyakit kekanak-kanakan tentang chauvinisme dan kosmopolitanisme.
Di akhir masa persidangan pertama, ketua BPUPKI membentuk Panitia Kecil
yang bertugas untuk mengumpulkan usul-usul para anggota yang akan dibahas pada
masa sidang berikutnya (10-17 Juli 1945). Panitia kecil yang resmi beranggotakan
sembilan orang (Panitia Sembilan) di bawah pimpinan Soekarno. Terdiri dari 6 orang
wakil golongan kebangsaan dan 2 orang wakil golongan Islam.

2. Makna Sila Kedua Pancasila

Sila kedua pancasila berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”

Kemanusiaan yang adil dan beradab, memiliki tiga kata kunci di sini. Yaitu
kemanusiaan, adil, dan beradab. Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu
makhluk berbudi yang memiliki potensi pikir, rasa, krasa, dan cipta karena
berpotensi memiliki (menduduki) martabat yang tinggi. Dengan akal budinya
manuisa berkebudayaan dan dengan budi nuraninya manusia menyadari nilai-nilai
dan norma-norma.Sedangkan adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan
tindakan didasarkan atas norma-norma yang objektif, tidak subjektif apalagi
sewenang-wenang dan otoriter.Beradab sendiri berasal dari kata adab, memiliki arti
budaya yang telah berabad-abad dalam kehidupan manusia. Jadi, beradab berarti
berkebudayaan, bertata kesopanan, berkesusilaan (bermoral). Dengan kata lain
beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manuisa dalam hubungan dengan
norma-norma, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia, terhadap alam, dan sang
pencipta.
Sebagaimana yang telah kita ketahui sila-sila dari pancasila merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, maka di dalam tiap sila terkandung sila-sila
yang lain. Sehingga kemanusiaan adalah kemanusiaan yang berketuhanan yang Maha
Esa, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab berarti
manusia harus diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama hak dan
kewajiban-kewajiban asasinya, tanpa menbedakan suku, agama dan kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Karena itu
dikembangkanlah sikap saling mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa serta
sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. Dapat diketahui bahwa negara adalah
lembaga kemanusiaan yang diadakan oleh manusia. Maka manusia adalah subjek
pendukung pokok negara.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa negara adalah dari, oleh dan untuk
manusia itu sendiri. Yang pada hakikatnya yang bersatu untuk membentuk suatu
negara adalah manusia dan manusia yang bersatu dalam suatu negara disebut rakyat
sebagai unsur pokok negara, serta terwujudnya keadilan bersama adalah: keadilan
dalam hidup manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Kemanusiaan
yang adil dan beradab mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah
laku manusia yang didasarkan pada potensi budi pekerti dan hati nurani manusia
dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap
diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungannya. Nilai
kemanusiaan yang beradab pada sila ini adalah perwujudan nilai kemanusiaan
sebagai makhluk yang berbudaya, bermoral dan beragama. Sedangkan nilai
kemanusiaan yang adil mengandung makna bahwa hakikat manusia sebagai makhluk
yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu
pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri,
adil terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap
lingkungannya serta adil terhadap tuhan yang maha Esa.
Dari penjelasan diatas makna atau nilai yang terkandung dalam sila
kemanusiaan yang adil dan beradab adalah menjunjung tinggi harkat martabat
manusia sebagai makhluk tuhan yang maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak asasi
manusia, menghargai atas kesamaan hak dan derajat tanpa menbedakan suku, ras,
keturunan, status sosial maupun agama, mengembangkan sikap saling mencintai
sesama maunsia, tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap sesama manusia, yang
pada intinya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Pokok – pokok yang terkandung dalam Sila Ke-2 Pancasila :
1. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan.
Artinya, kemanusiaan itu universal.
2. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Menghargai hak
setiap warga dan menolak rasialisme.
3. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah.

Hakikat manusia memiliki unsur-unsur yang diantaranya adalah susunan


kodrat manusia (yang terdiri atas raga dan jiwa), sifat kodrat manusia (yang terdiri
atas makhluk sosial dan individu), kedudukan kodrat manusia (yang terdiri atas
makhluk berdiri sendiri dan makhluk Tuhan).

Nilai-nilai dari Sila kedua Pancasila

Dalam sila kedua pancasila terkandung nilai-nilai yang sarat akan makna.
Berikut nilai-nilai dari sila kedua pancasila:

1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar sesama


manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu perlu
mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama dengan bangsa
lain.

Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab menunjukkan bahwa manusia diakui
dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang
Maha Esa. Berdasarkan nilai tersebut, dikembangkan sikap saling mencintai sesama
manusia, sikap tenggang rasa dan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, maka Indonesia menentang segala macam
bentuk eksploitasi, penindasan oleh satu bangsa terhadap bangsa lain, oleh satu
golongan terhadap golongan lain, dan oleh manusia terhadap manusia lain, oleh
penguasa terhadap rakyatnya.
Kemanusian yang adil dan beradab berarti menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusian dan mengajarkan untuk menghormati harkat dan martabat manusia dan
menjamin hak-hak asasi manusia. Nilai ini didasarkan pada kesadaran bahwa manusia
adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya bagian dari seluruh umat
manusia, karena itu dikembangkanlah sikap hormat-menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa-bangsa lain.

Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, mengandung pemahaman hukum


bahwa setiap warga Indonesia lebih mengutamakan prinsip manusia yang beradab
dalam lingkup nilai keadilan. Kemanusiaan yang beradab mengandung bahwa
pembentukan hukum harus menunjukkan karakter dan ciri-ciri hukum dari manusia
yang beradab. Hukum baik yang berupa peraturan perundang-undangan dan setiap
putusan hukum harus sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Perlakuan terhadap
manusia dalam Pancasila berarti menempatkan sekaligus memperlakukan setiap
manusia Indonesia secara adil dan beradab.

Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab membawa implikasi bahwa negara
memperlakukan setiap warga negara atas dasar pengakuan dan harkat martabat
manusia dan nilai kemanusiaan yang mengalir kepada martabatnya.

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang memiliki
potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Kemanusiaan terutama berarti sifat manusia yang
merupakan esensi dan identitas manusia karena martabatkemanusiaannya (human
dignity).
Adil terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas
norma-norma yang obyektif; jadi, tidak subyektif apalagi sewenang-wenang.

Beradab berasal dari kata adab yang berarti budaya. Jadi,beradab berarti
berbudaya. Ini mengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan, dan tindakan selalu
berdasarkan nila-nilai budaya, terutama norma sosial dan kesusilaan (moral). Adab
terutama mengandung pengertian tata kesopanan, kesusilaan atau moral.Dengan
demikian, beradab dapat ditafsirkan sebagai berdasar nilai-nilai kesusilaan atau
moralitas khususnya dan kebudayaan umumnya.

Jadi, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kesadaran sikap dan
perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam
hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya, baik terhadap diri
pribadi, sesama manusia,maupun terhadap alam dan hewan.

Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab secara sistematis didasari dan
dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila
berikutnya. Sila kedua dilambangkan dengan RANTAI. Sila kemanusiaan sebagai
dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan.Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis antropologis
bahwa hakekat manusia adalah susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat
individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk pribadi berdiri sendiri
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai


suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi
budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada
umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap
lingkungannya.

Sila kedua dalam Pancasila, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”,


Kemanusiaan di sini didasarkan pada keadilan dan peradaban. Sebelum perubahan
UUD 1945, sila Kemanusiaan tidak mendapatkan penjabaran memadai dalam batang
tubuh UUD 1945. Perubahan UUD 1945 mempertegas nilai-nilai kemanusiaan
dengan memasukkan Hak Asasi Manusia dalam bab tersendiri, yaitu Bab XA Hak
Asasi Manusia yang terdiri dari 10 Pasal dan 24 ayat.

Pasal 28A sampai Pasal 28I memuat hak-hak asasi manusia. Pasal-pasal itu
lalu ditutup dengan Pasal 28J ayat (1) dan (2) bahwa: (1) Setiap orang wajib
menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. (2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap
orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang
dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.” Ini berarti, pelaksanaan hak asasi harus diiringi dengan
kewajibannya. Pasal 28J ayat (2) merupakan terjemahan dari Pasal 29 ayat (2)
DUHAM, sehingga penyeimbangan antara hak dan kewajiban juga merupakan
ketentuan HAM yang berlaku secara universal. Bunyi dari Pasal 29 ayat(2) DUHAM
adalah: “(2) Dalam menjalankan hak-hak dan kebebasan-kebebasannya, setiap orang
harus tunduk hanya pada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh undang-
undang yang tujuannya semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
yang tepat terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan orang lain, dan untuk
memenuhi tuntutan moralitas, ketertiban dan kesejahteraan umum dalam suatu
masyarakat yang demokratis.”

Dalam mengakualisasikan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab dapat


dipertimbangkan beberapa prinsip pemikiran implementatif, antara lain:

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya


sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
1. Makna dan aktualisasi sila Kemanusian yang adil dan beradab dalam
pembangunan bidang Politik
Sebagai suatu dasar filsafat negara, maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem
nilai. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan.
Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan antara
satu dengan lainnya, namun kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu kesatuan
yang sistematis.

Dalam kehidupan kenegaraan harus senantiasa dilandasi oleh moral kemanusiaan


antara lain dalam kehidupan pemerintahan negara, politik, ekonomi, hukum, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan serta dalam kehidupan keagamaan. Oleh karena
itu, dalam kehidupan bersama dalam negara harus dijiwai oleh moral kemanusiaan
untuk saling menghargai sekalipun terdapat suatu perbedaan karena hal itu
merupakan suatu bawaan kodrat manusia untuk saling menjaga keharmonisan dalam
kehidupan bersama.

Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakekat manusia
sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil.Hal ini
mengandung suatu pengertian bahwa hakekat manusia harus adil dalam hubungan
dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat, bangsa dan
negara, adil terhadap lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Konsekuensinya nilai yang terkandung dalam Kemanusiaan yang adil dan beradab
adalah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai atas kesamaan hak
dan derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status sosial maupun agama.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa, tidak
semena-mena terhadap manusia, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
(Darmodihardjo, 1996).

Nilai dasar dari sila kedua mencakup peningkatan martabat, hak, dan kewajiban asasi
warga negara, penghapusan penjajahan, kesengsaraan dan ketidak adilan dari muka
bumi. Harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Tidak
semena-mena terhadap orang lain. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.Gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan.Berani membela kebenaran dan keadilan, hormat
menghormati dan bekerjasama dengan bangsa-bangsalain.

Di dalam sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab telah tersimpul cita-cita
kemanusiaan yang lengkap, yang memenuhi seluruh hakekat makhluk
manusia.Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah suatu rumusan sifat keluhuran
budi manusia (Indonesia). Dengan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, maka setiap
warga negara mempunyai kedudukan yang sederajat dan samaterhadap undang-
undang negara, mempunyai hak dan kewajiban yang sama; setiap warga negara
dijamin haknya serta kebebasannya yang menyangkut hubungan dengan Tuhan,
dengan orang-orang seorang, dengan negara, dengan masyarakat, dan menyangkut
pula kemerdekaan menyatakan pendapat dan mencapai kehidupan yang layak sesuai
dengan hak asasi manusia.
Hakekat pengertian di atas sesuai dengan :

1. Pembukaan UUD 1945 alinea pertama : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu


adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan
…. ”
2. Pasal 27, 28, 29, 30, dan 31 UUD 1945.
Wujud nyata dari silaKemanusiaan yang adil dan beradab itu dapat
dipertimbangankan beberapa prinsip pemikiran implementatif dalam bidang politik,
antara lain:

 Mengakui persamaab derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara


sesama manusia.
 Saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap tentang rasa.
 Tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Nilai-nilai tersebut diatas dapat diaplikasikan dalam kegiatan-kegiatan politik, seperti
dalam proses pelaksanaan pemilihan umum baik pemilu Presiden, legislatif dan
pemilukada maupun dalam proses pemilihan pemimpin lainnya dalam masyarakat
yaitu pemilihan rukun tetangga dan rukun warga, pemilihan kepada desa serta dalam
lingkungan komunitas masyarakat lainnya

2. Makna dan aktualisasi sila Kemanusian yang adil dan beradab dalam
pembangunan bidang ekonomi
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia sehingga dijadikan
pedoman hidup bangsa Indonesia dalam mencapai kesejahteraan lahir dan batin
dalam masyarakat yang heterogen (beraneka ragam). Pancasila kemudian menjadi
jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.Pancasila lahir bersama dengan lahirnya
bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental
maupun tingkah lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain. Setiap
sila Pancasila mengandung nilai-nilai yang menjadi dasar norma dan aturan dalam
kehidupan sehari-hari dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Banyak sekali nilai yang terkandung dalam sila Kemanusiaan Yang Adil Dan
Beradab dan harus kita terapkan, antara lain : Mengakui dan memperlakukan
manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.

Menyambut tantangan ke depan bangsa Indonesia dalam menghadapi era


globalisasi ekonomi, ancaman bahaya laten terorisme, komunisme dan
fundamentalisme merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Di samping itu yang patut diwaspadai adalah pengelompokan suku bangsa di
Indonesia yang kini semakin kuat.Ketika bangsa ini kembali dicoba oleh pengaruh
asing untuk dikotak-kotakan tidak saja oleh konflik vertikal tetapi juga oleh
pandangan terhadapKetuhanan Yang Maha Esa.

Berbicara keadilan maka bisa dilihat dari adanya pemerataan hasil pembangunan
ekonomi di Indonesia yang mana pembangunan ekonomi merupakan salah satu pilar
tumbuhnya rezim Orde Baru. Pemerintah Orde Baru bukannya tidak berusaha
mengatasi ketidaksesuaian rencana dan hasil pembangunan ekonomi berupa
ketimpangan dan belum meratanya hasil pembangunan. Sejak Pelita III (1979 – 1984)
terjadi perubahan pokok. Trilogi Pembangunan yang pada mulanya, urutannya ialah
pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas. Kemudian sejak Pelita tersebut diubah
menjadi pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas. Disusul pula dengan pencanangan
dua pokok kebijaksanaan pembangunan, yaitu: (1) mengurangi jumlah penduduk
yang hidup di bawah garis kemiskinan; dan (2) melaksanakan delapan jalur
pemerataan yang meliputi pemerataan pembagian pendapatan, penyebaran
pembangunan di seluruh daerah, kesempatan memperoleh pendidikan, kesehatan,
kesempatan kerja, berusaha, berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan dan
kesempatan memperoleh keadilan.

Pemerataan ekonomi yang akan dicapai tidak hanya untuk mewujudkan


pembangunan ekonomi yang humanistik, namun juga mengamalkan amanat yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang menjelaskan bahwa tujuan negara
Indonesia adalah terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Wujud nyata dari silaKemanusiaan yang adil dan beradab itu dapat
dipertimbangankan beberapa prinsip pemikiran implementatif dalam bidang ekonomi,
antara lain:

 Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara


sesama manusia.
 Saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap tentang rasa.
 Tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Nilai-nilai tersebut diatas dapat diaplikasikan dalam kegiatan-kegiatan ekonomi yaitu:

1. Distribusi pendapatan dalam suatu kegiatan usaha sesuai dengan hak dan
kewajiban serta kedudukan masing-masing.
2. Membantu pekerja yang lemah baik melalui bimbingan keterampilan maupun
dalam bentuk material.
3. Gemar memberikan sebagian rezekinya kepada orang lain
4. Mengakui bahwa keberhasilan suatu usaha atas kerja semua pihak
5. Menghormati rekan kerja serta menjamin hubungan baik antara orang-orang yang
terlibat dalam komunitas produsen dengan konsumen.

3. Makna dan aktualisasi sila Kemanusian yang adil dan beradab dalam
pembangunan sosial budaya
Penerapan sila kedua di dalam lingkungan masyarakat dapat dilakukan dengan
cara adanya lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang memberikan penyuluhan
tentang bagaimana cara hidup bernegara yang baik. Penyuluhan yang dilakukan tidak
hanya dengan cara formil (mengajarkan cara menjadi warga negara yang baik), tetapi
dapat dengan cara-cara seperti gotong royong membersihkan lingkungan, siskamling
dan cara-cara lain yang dapat mengajarkan secara langsung apa artinya tenggang-rasa
antara sesama manusia.

Pendidikan berwarga negara di jenjang pendidikan formal haruslah dilakukan


tidak hanya memberikan teori tetapi dengan praktek langsung.Karena teori cenderung
hanya dianggap angin lalu saja, praktek toleransi antara individu satu dengan yang
lainnya dapat memberikan gambaran langsung betapa pentingnya nilai-nilai
kemanusiaan itu. Praktek langsung dari sila kedua dapat dilakukan dalam interaksi
sosial di dalam lingkungan pendidikan ataupun lingkungan tempat tinggal, di dalam
lingkungan pendidikan teori ini dapat dipraktekkan dengan cara sikap dan perilaku
dalam lingkungan pendidikan.

Pada era sekarang ini teramat sulit menemukan sikap penghargaan di


lingkungan pendidikan, anak didik saat ini terbiasa dengan penggolongan-
penggolongan berdasarkan status sosial, ada si kaya dan ada si miskin.Sikap seperti
itu menjadikan toleransi antara sesama menjadi sangat menyedihkan. Adanya
penghargaan (sopan santun) dalam bertutur kata dan bersikap kepada orang lain
diharapkan dapat menjadi cermin langsung bahwa sikap toleransi itu menjadi suatu
hal yang penting dewasa ini. Bahwa penggolongan-penggolongan berdasarkan status
sosial itu adalah hal yang merusak sifat-sifat kemanusiaan.

Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya


didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh
masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan reformasi
di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti-klimaks proses reformasi dewasa ini sering
kita saksikan adanya stagnasi nilai sosial budaya dalam masyarakat sehingga tidak
mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia saat ini terjadi berbagai gejolak
yang sangat memprihatinkan antara lain amuk massa yang cenderung anarkis, bentrok
antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya yang muaranya adalah
masalah politik.

Oleh karena itu dalam pengembangan social budaya pada masa reformasi
dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai
dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika pancasila pada
hakikatnya bersifat humanistik, artinya nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai
yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.

Sebenarnya implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pembangunan sosial budaya


tertuang dalam sila kedua yakni “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Dalam
rangka pembangunan soaial budaya, Pancasila merupakan sumber normatif bagi
peningkatan humanisasi dalam bidang social budaya. Sebagai kerangka kesadaran
Pancasila dapat merupakan kerangka dorogan untuk universalisasi yaitu melepakan
symbol-simbol dari keterkaitan struktur, dan transendentalisasi yaitu meigkatkan
derajad kemerdekaan manusia dan kebebasan spiritual (Koentowijoyo. 1986).
Dengan demikian maka proses humanisasi universal akan dehumanisasi serta
aktualisasi nilai hanya demi kelompok sosial tertentu sehingga menciptakan suatu
sistem sosial budaya yang beradab.

Selain itu, implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pembangunan sosial budaya juga
dapat dipahami dengan pasal 32 ayat 1 dan 2 UUD 1945 yaitu:

Pasal 1

Negara memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia ditengah peradaban dunia


dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budayanya.

Pasal 2

Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya


nasional.

Dari kedua pasal terebut, dapat kita laihat bahwa dalam membangun social budaya
diperlukan kemanusiaan yang beradab dalam implementasinya di kehidupan
masyarakat adalah dengan menghormati dan memelihara serta mengembangkan
budaya bangsa.

Wujud nyata dari silaKemanusiaan yang adil dan beradab itu dapat
dipertimbangankan beberapa prinsip pemikiran implementatif dalam bidang sosial
budaya, antara lain:

 Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara


sesama manusia.
 Saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap tentang rasa.
 Tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Nilai-nilai tersebut diatas dapat diaplikasikan dalam kegiatan-kegiatan hubungan
sesama dalam masyarakat, saling menghormati budaya masing-masing serta kreatifis
karya seni setiap orang.

4. Makna dan aktualisasi sila Kemanusian yang adil dan beradab dalam
pembangunan bidang Hankam
Pemahaman nasionalisme yang berkurang turut menjadikan sila kedua Pancasila
merupakan sesuatu yang amat penting untuk dikaji. Di saat negara membutuhkan
soliditas dan persatuan hingga sikap gotong royong, sebagian kecil masyarakat
terutama justru yang ada di perkotaan justru lebih mengutamakan kelompoknya,
golongannya bahkan negara lain dibandingkan kepentingan negaranya. Untuk itu
sebaiknya setiap komponen masyarakat saling berinterospeksi diri untuk
di kemudianhari bersatu bahu membahu membawa bangsa ini dari keterpurukan dan
krisis multidimensi.

Dari beberapa butir isi dari sila kedua Pancasila kita dapat merasakan adanya
degradasi (kemunduran) perilaku masyarakat Indonesia.Pada butir pertama kita
diharapkan dapat mengakui dan memperlakukan sesama sesuai dengan harkat
martabatnya sebagai makhluk Tuhan.Pada era sekarang ini hal ini tampak sangat sulit
sekali ditemui, banyaknya prilaku chaos di dalam masyarakat membuktikan bahwa
butir pertama ini sudah dilupakan.Sama seperti butir pertama, butir-butir dari sila ke
dua Pancasila sudah mulai tidak diperhatikan oleh masyarakat dalam kehidupan
bernegaranya.
Sebagai warga negara kita memiliki kewajiban untuk hidup bernegara sesuai dengan
dasar-dasar negara kita. Perilaku-perilaku yang menyimpang seperti adanya sikap
premanisme yang brutal seperti yang kita lihat dalam kejadian “Kasus
sidang Blowfish di daerah Pengadilan Negeri Jakarta Selatan” menunjukkan bahwa
perlunya pendidikan kewarganegaraan bagi masyarakat baik itu di jenjang pendidikan
formal ataupun pendidikan berwarganegara di dalam lingkungan masyarakat.
Persatuan dan kesatuan bangsa indonesia dapat terwujud salah satunya dengan
adanya sistem pertahanan dan keamanan negara. Oleh karena itu, pembangunan
dalam bidang pertahanan dan keamanan mutlak dilakukan dengan senantiasa
berlandaskan pada nilai-nilai pancasila. Perwujudan nilai-nilai pancasila dalam
pembangunan bidang ini dapat dilakukan dengan cara:

1. Pertahanan dan keamanan negara harus berdasarkan kepada tujuan demi


tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
2. Pertahanan dan keamanan negara harus berdasarkan pada tujuan demi tercapainya
kepentingan seluruh warga negaraindonesia
3. Pertahanan dan keamanan harus mampu menjamin hak asai manusia, persamaan
derajat serta kebebasan kemanusiaan
4. Pertahanan dan keamanan negara harus dipruntukan demi terwujudnya keadilan
dalam kehidupan masyarakat
Wujud nyata dari silaKemanusiaan yang adil dan beradab itu dapat
dipertimbangankan beberapa prinsip pemikiran implementatif dalam bidang hankam,
antara lain:

 Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara


sesama manusia.
 Saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap tentang rasa.
 Tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Nilai-nilai tersebut diatas dapat diaplikasikan dalam kegiatan-kegiatan ketertirpan dan
keamanan masyarakat, melakukan kewajiban siskamling.

5. Makna dan aktualisasi sila Kemanusian yang adil dan beradab dalam
pembangunan bidang Hukum dan HAM
Alam mengaktualisasikan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab dalam
pembangunan bidang hokum dan hak asasi manusia harus bersumber dari
ketentuan UUD 1945, yaitu:

 Pembukaan UUD 1945:


alinea pertama :

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”.
Alinea keempat :

“……, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia yang terbentuk dalam


suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada …. kemanusiaan yang adil dan beradab”.
2) Pasal 27 UUD 1945
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan

3) Pasal 28 UUD 1945

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan


tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

4) Pasal 29 UUD 1945

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya


masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

5) Pasal 30 UUD 1945

(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara.

(2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.

6) Pasal 31 UUD 1945

(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.


(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional, yang diatur dengan undang-undang.

3. Hubungan demokrasi dengan permusyawaratan


Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab memandang bahwa alam semesta
tertata dalam keselarasan, masing-masing unsur yang membentuk alam
semesta berelasi dalam harmoni, sehingga terjamin kelestarian. Setiap unsur
yang terdapat dalam alam semesta memiliki fungsi sesuai dengan kodrat
bawaannya. Kewajiban setiap unsur tersebut adalah merealisasikan fungsi
yang diembannya. Setiap unsur alam semesta dalam merealisasikan
fungsinya, memanifestasikan potensi yang menjadi bekal pada
lingkungannya. Dengan menunaikan kewajiban yang menjadi fungsinya maka
tiap-tiap unsur memperoleh hak yang sepadan dengan fungsi yang
diembannya. Terjadilah keserasian antara kewajiban dan hak, antara
kewajiban asasi dan hak asasi.
Apabila masing-masing unsur dalam alam semesta ini telah menunaikan fungsinya
secara tepat dan benar, maka akan terjadi ketertiban, keteraturan, ketenteraman dan
kedamaian. Yang terasa adaah adanya kenikmatan dalam tata hubungan.

Demikianlah, apabila antara individu, masyarakat, negara-bangsa dan dunia


dapat menempatkan diri secara tepat dan benar dalam tata hubungan sesuai
dengan potensi alami yang dibawanya, maka akan tercipta harmoni atau keselarasan.
Kekuatan yang menjadi modal dari setiap unsur bukan saling beradu untuk mencari
menangnya sendiri, tetapi berpadu menjadi kekuatan yang sinerjik. Yang akan terasa
adalah kenikmatan dalam kehidupan. Keserakahan tidak terjadi, pemerasan antar
unsur tidak ada, dengan demikian keadilan dan kesejahteraan akan terwujud. Perlu
dicatat bahwa konsep harmoni bukan suatu konsep yang statis, beku, tetapi
merupakan konsep yang dinamis.
Wujud nyata dari silaKemanusiaan yang adil dan beradab itu dapat
dipertimbangankan beberapa prinsip pemikiran implementatif dalam bidang hukum
dan HAM, antara lain:

 Mengakui persamaab derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara


sesama manusia.
 Saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap tentang rasa.
 Tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Nilai-nilai tersebut diatas dapat diaplikasikan dalam kegiatan-kegiatan kerukunan
dalam rumah tangga, masyarakat dan negara.

4. Membumikan atau Menerapkan Sila Ke-2 Pancasila


Pancasila tentu haruslah diterapkan atau istilahnya dibumikan karena
pancasila merupakan dasar negara kita sehingga segala peraturan, hak, dan kewajiban
haruslah berdasarkan pancasila. Berikut adalah cara menerapkan pancasila sila kedua:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban
antara sesama manusia. Butir ini menghendaki bahwa setiap manusia
mempunyai martabat, sehingga tidak boleh melecehkan manusia yang lain,
atau menghalangi manusia lain untuk hidup secara layak, serta menghormati
kepunyaan atau milik (harta, sifat dan karakter) orang lain.
2. Saling mencintai sesama manusia. Kata cinta menghendaki adanya suatu
keinginan yang sangat besar untuk memperoleh sesuatu dan rasa untuk
memiliki dan kalau perlu pengorbanan untuk mempertahankannya. Dengan
perasaan cinta pula manusia dapat mempergiat hubungan social seperti
kerjasama, gotong royong, dan solidaritas. Dengan rasa cinta kasih itu pula
orang akan berbuat ikhlas, saling membesarkan hati, saling berlaku setia dan
jujur, saling menghargai harkat dan derajat satu sama lain.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa. Sikap ini menghendaki adanya usaha
dan kemauan dari setiap manusia Indonesia untuk menghargai dan
menghormati perasaan orang lain.
4. Harusnya dalam bertingkah laku baik lisan maupun perbuatan kepada orang
lain, hendaknya diukur dengan diri kita sendiri, bilamana kita tidak senang
disakiti hatinya, maka janganlah kita menyakiti orang lain. Sikap tenggang
rasa juga dapat kita wujudkan dalam toleransi dalam beragama.
5. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Semena-mena berarti sewenang-
wenang, berat sebelah, dan tidak berimbang. Oleh sebab itu butir ini
menghendaki, perilaku setiap manusia terhadap orang tidak boleh sewenang-
wenang, harus menjunjung tinggi hak dan kewajiban
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
a. Sila kedua Pancasila mengandung nilai dan makna yaitu dalam kehidupan
kenegaraan haruslah oleh moral kemanusiaan, saling menghargai dan adil.
b. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia sehingga dijadikan
pedoman hidup bangsa beserta sila-silanya.
c. Implementasi dari sila kedua lebih mengutamakan pada rasa saling
menghargai, tenggang rasa dan keadilan terhadap manusia.
2. SARAN

Kita sebagai manusia harus menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia,


menghargai akan kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, ras,
keturunan, status, sosial, maupun agama, kita juga harus mengembangkan sikap
saling mencintai, menghargai, menghormati, tenggang rasa, dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber :http://nachabu.ilmci.com/6482/08/makna-penerapan-sila-kedua-dalam-
kehidupan-2.aspx

Title : Makna Penerapan sila kedua dalam kehidupan

Author : Lukman

Date Update : 31 Agustus 2017

Date Viewed : 28 Februari 2018

Name Website : Gernas Wajib Bela Negara National Character Building

https://www.kompasiana.com/ardiishere/sila-ke-2-pancasila-dasar-filosofis-
pengembangan-hakikat-manusia-individu-sosial-dan-
susila_54f3be4f745513992b6c7f61
Author : Christophorus Ardi Nugraha
Date update : 17 Juni 2015
Date Viewed : 28 Februari 2018

Title : Sila ke-2 Pancasila: Dasar Filosofis Pengembangan Hakikat Manusia Individu,
Sosial dan Susila

Name website : Kompasiana

SUMBER:http://sriwahyuniputriwulandari.blogspot.co.id/2016/11/makalah-
pancasila-sila-ke-2.html

Author : Sri wahyuni Putri Purwandari

Date update: 24 oktober 2016

Date viewed: 1 Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai