Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKEMBANGAN SOSIOLOGI KLASIK

Dosen Pengampu: : Dr. Muslimin, S.Th. I., M.A.

Disusun Oleh

NAMA NPM
Arya Aldiyanto Prasetyo 2331010013
Abi Rizqi Munandar 2331010021

AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2023 /2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaian tugas makalah yanga berjudul Perkembangan
Sosiologi Klasik ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Dr. Muslimin, S.Th. I., M.A. pada mata kuliah Sosiologi/Antropologi. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Perkembangan
Sosiologi Klasik bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Muslimin, S.Th. I., M.A.
selaku dosen mata kuliah Sosiologi/Antropologi yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dan bidang studi
kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karna itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Lampung, 22 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 4
1. Latar Belakan ..................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
3. Tujuan ................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 6
1. Claude Henri de Saint-Simon ............................................................. 6
a. Biografi ............................................................................................... 6
b. Pemikiran............................................................................................ 6
2. Auguste Comte ................................................................................... 8
a. Biografi ............................................................................................... 8
b. Pemikiran............................................................................................ 9
BAB III PENUTUP .................................................................................... 13
Kesimpulan ............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat masih bergerak dalam batas teologi dan keyakinan Kristiani


pada abad pertengahan. Setelah abad pertengahan selesai, filsafat Barat
muncul dengan cara yang unik. Hal ini disebabkan oleh munculnya
Humanisme dan Renaissance, yang fokus pada kehidupan dunia daripada
kehidupan akhirat. Selain itu, zaman pecerahan mengikuti periode di mana
orang merasa lebih dewasa, lebih percaya pada diri mereka sendiri, dan
lebih berusaha untuk membebaskan diri dari kekuasaan tradisi dan Gereja.
Filosofi modern adalah "antroposentris", sebagai keturunan dari
Renaissance, dan fokusnya adalah alam, manusia, masyarakat, dan sejarah.
Ini kiranya dapat dilihat dalam perkembangan filsafat Prancis pada abad ke-
19 M. Filsafat ini erat kaitannya dengan upaya idealis untuk memperbaiki
masyarakat. Suatu rencana "utopis" dicanangkan untuk masyarakat,
berdasarkan prinsip utama revolusi Prancis, "liberte, egalite, et fraternite",
atau "kebebasan, persamaan, dan persaudaraan." "Utopis" berasal dari kata
Yunani "utopia", yang berarti "suatu negara teladan yang belum ada tetapi
berfungsi sebagai model yang ingin direalisasikan melalui kerja sama
kolektif."
Dalam pengertian asalnya, sosiologi adalah ilmu tentang
masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari dua unsur penyusun kata sosiologi itu
sendiri, yaitu socius dan logos. Socius berarti "bersama" atau "masyarakat",
sementara Logos bermakna "ilmu". Secara etimologi, sosiologi bisa
diartikan sebagai ilmu tentang masyarakat ataupun kehidupan bersama.
Awal lahirnya konsep sosiologi ini kemudian oleh para ahli disebut
sebagai teori sosiologi klasik. Dalam hal ini, teori sosiologi klasik dimaknai
sebagai konsep yang mengawali munculnya berbagai studi kemasyarakatan.
Konsep ini kemudian juga menjadi dasar bagi kemunculan teori-teori yang
lahir sesudahnya, termasuk teori sosiologi modern.
Konsep dasar Sosiologi sudah dikenal sejak abad ke-14, tepat- nya
mengacu pemikiran Ibnu Khaldun. Meskipun tidak menyebut pe-
mikirannya sebagai sosiologi, sebenarnya konsep yang diungkapkan Ibnu
Khaldun sangat sosiologis. Sekalipun tidak menggunakan terminologi
sosiologi, ia banyak menggunakan konsep-konsep seperti solidaritas sosial
dan Masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Lahirnya Sosiologi Sebagai Studi Ilmu Pengetahuan?
2. Siapa saja Tokoh Sosiologi Klasik?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Lahirnya Sosiologi Sebagai Studi Ilmu
Pengetahuan.
2. Untuk Mengetahui Tokoh Sosiologi Klasik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Claude Henri de Saint-Simon

1. Biografi
Claude Henri de Rouvroy, Comte de Saint-Simon, sering disebut
sebagai Henri de Saint-Simon (17 Oktober 1760 - 19 Mei 1825), adalah
seorang sosialis asal Prancis yang terkenal akan teori filosofisnya dan
dasar-dasar pemikirannya yang mempengaruhi tokoh-tokoh filsafat
abad ke-19, termasuk filosofi ilmu pengetahuan dan sosiologi. Idenya
memainkan peran penting dalam mempengaruhi pemikiran
positivisme, Marxisme dan ide-ide dari Thorstein Veblen.
Henri de Saint-Simon mengenyam pendidikan dengan guru
privat. Setelah lulus sekolah privat, ia melanjutkan pendidikan pada
akademi servis militer pada usia 17 tahun untuk membantu para koloni
Amerika. Ia pernah menjadi seorang kapten artileri di Yorktown pada
tahun 1781. Ia hidup dengan bergelimangan harta saat zaman Revolusi
Perancis pada tahun 1789, dan sampai pada suatu saat ia mengalami
kebangkrutan dan mulai untuk melanjutkan pendidikannya. Saint-
Simon melanjutkan pendidikan dengan mengambil kursus di École
Polytechnique dan mengenalkan dirinya pada perbedaan ilmu
pengetahuan.1

2. Pemikiran
Meskipun ia lahir sebagai bangsawan, beroposisi dengan feodal
dan sistem militer, ia menganjurkan suatu bentuk sosialisme
teknokratis, dimana perekonomian dikelola dan dipimpin oleh para

1,
John Francis Waller dkk, The Imperial Dictionary of Universal Biography. (Glasgow: Wiliam
Mackenzie: 1876), hal. 713.
industrialis dan para ahli yang diangkat berdasarkan prestasi. Simon
percaya bahwa pengaturan tersebut akan menyebabkan masyarakat
nasional bekerjasama dan hal ini dapat memajukan teknologi sehingga
kemiskinan tidak menimpa masyarakat kelas bawah. Dia merasa bahwa
para ilmuwan atau orang-orang dari badan ilmu pengetahuan, bukan
gereja, harus menjadi pemimpin dalam masyarakat dan Simon
memegang keyakinan bahwa orang-orang yang produktif dalam
masyarakat berhak untuk berkuasa.

Proyek pertamanya adalah Lettres d'un habitant de Genève à ses


contemporains (1803; Letters of an Inhabitant of Geneva to His
Contemporaries) yang mengemukakan tentang keharusan
menempatkan para pendeta dan para pemegang kekuasaan harus
memberikan perhatian bagi kemajuan pendidikan sebuah negara.
Saat terjadi Revolusi Perancis, Saint-Simon mengemukakan teori
reorganisasi dalam lembaga yang dikontrol oleh beberapa pemilik
industri dengan beberapa ahli ilmu pengetahuan dan para pendeta.
Tujuan dari lembaga yang dibentuknya adalah terciptanya hal - hal yang
bermanfaat untuk kehidupan dan kedamaian secara universal.
Saint-Simon mempengaruhi perkembangan dari ilmu sosiologi
dan ekonomi dalam studi ilmu pengetahuan. Teori Saint-Simon telah
mempengaruhi masyarakat Perancis dan lembaga - lembaga di Eropa
pada abad ke-19. Pekerjaan utamanya, "Nouveau Christianisme" pada
tahun 1825 bertujuan untuk modernisasi dan menciptakan pandangan
baru tentang perkembangan Katolicism dan Protestantism serta
membentuk Christianity untuk menyederhanakan dan menyamakan
elemen penting dari kehidupan beragama.
Nouveau Christianisme menjadi pekerjaan yang tak terselesaikan
karena Saint-Simon meninggal pada 19 Mei 1825 sebelum proyeknya
tercapai.
Saint-Simon mengeluarkan ide-idenya tentang Sosiologi setelah
proses terjadinya Revolusi Prancis dan Revolusi Industri, satu hal yang
kita bayangkan ketika membaca konteks perubahan dari Revolusi
Prancis dan Revolusi Industri adalah terjadinya proses Industrialisasi,
atau terjadinya perubahan dari system yang tadinya Feodal kemudian
memunculkan sistem yang baru yang disebut Industrialisasi.

B. Auguste Comte

1. Biografi
Auguste Comte lahir di Motpellier pada tahun 1798 dari Keluarga
pegawai negeri yang beragama Katolik. Ia belajar di sekolah politeknik
di Paris, tetapi ia dikelaurkan karena ia seorang pendukung Republic.
Auguste Comte menjadi juru tulis pada Claude Henri de Saint-Simon,
dan kebanyakan idenya memang berasal dari beliau.
Auguste Comte hidup pada saat perkembangan industri
bertambah maju sejak abad ke 19 M, dan begitu pula perkemabngan
berbagai disiplin ilmu. Ia banyak menerbitkan tulisan-tulisannya,
sehingga ia terkenal di seluruh Eropa. Tetapi ia tidak pernah diberi
kesempatan untuk mengajar di Universitas. Auguste Comte miskin
selama ia hidup, karena pekerjaanya sebagai guru private tidak cukup
untuk hidup. Hanya berkat sumbangan dari pengikutnya, ia bisa makan.
Sejarah telah melukiskan bahwa masalah perolehan pengetahuan
menjadi problem aktual yang melahirkan aliran Rasionalisme dan
Empirisme yang pada gilirannya telah melahirkan aliran Kritisisme
sebagai alternatif dan solusi terhadap pertikaian dua aliran besar
tersebut. Disinilah arti penting dari kemunculan Positivisme yang
merupakan representasi jawaban berikutnya terhadap problem-problem
mendasar tersebut. 2

2Joseph Thomas, Universal Pronouncing Dictionary of Biography and Mythology. (London: J.B.
Lippincott: 1889), hal. 696.
Auguste Comte menerima dan mengalami secara langsung
akibat-akibat negatif secara langsung revolusi tersebut khususnya
dibidang sosial, ekonomi, politik, dan pendidikan. Pengalaman pahit
yang dilalui dan dialaminya secara langsung bersama bangsanya itu,
memotivaisi dirinya untuk memberikan alternatif dan solusi ilmiah-
filosofis dengan mengembangkan epistemologi dan metodologi
sebagaimana buah pikirannya itu tercermin di dalam aliran Positivisme.
Aliran ini menjadi berkembang dengan subur karena didukung oleh
para elit-ilmiah dan maraknya era industrialisasi saat itu.
Comte bukanlah orang yang menyukai hal-hal yang berbau
matematika, tetapi lebih peduli pada masalah-masalah sosial dan
kemanusiaan. Bersama dengan Henri de Saint-Simon, Comte mencoba
mengadakan kajian problem-problem sosial yang diakibatkan
industrialisasi. Karena ketekunan dan kepiawaiannya dalam bidang-
bidang sosial menjadikan Comte sebagai bapak sosiologi.
Auguste Comte meninggal pada tahun 1857 dengan
meninggalkan karya-karya seperti Cours de Philosophie Possitive, The
Sistem of Possitive Polity, The Scientific Labors Necessary for
Recognition of Society, dan Subjective Synthesis. Di antara karya-
karyanya Auguste Comte, Cours de Philosphie Possitive dapat
dikatakan sebagai masterpiece-nya, karena karya itulah yang paling
pokok dan sistematis. Buku ini dapat juga dikatakan sebagai
representasi bentangan aktualisasi dari yang di dalamnya Comte
menulis tentang tiga tahapan perkembangan manusia.

2. Pemikiran
Auguste Comte memberikan kontribusi penting terhadap
Sosiologi itu sendiri, termasuk memberikan nama pada ilmu tentang
Masyarakat dengan sebutan “Sosiologi” . Meskipun Comte memberi
istilah dengan “Fisika Sosial”, ini bisa dipahami karena pada periode
ketika Auguste Comte lahir ditengah perubahan Masyarakat dari
Revolusi Prancis kepada satu tatanan baru, ada beberapa ilmu yang
sudah berkembang dimasa itu yang diantaranya adalah kelompok
Natural Science (ilmu alam), termasuk Fisika.
Meskipun Comte tidak menguraikan secara lebih rinci masalah
apa yang menjadi obyek sosiologi, tetapi ia mempunyai asumsi bahwa
Sosiologi terdiri dari dua hal, yaitu:
Sosial statis,
Sosial statis sosiologi merupakan sebuah ilmu dalam bidang
sosiologi yang memfokuskan perhatian pada pusat-pusat hukum statis
yang menjadi dasar adanya masyarakat. Pokok bahasannya adalah
mengapa masyarakat ada, perkumpulan seperti apa yang ada di
masyarakat, dan apa yang melatarbelakangi terciptanya kehidupan
bermasyarakat.

Sosial dinamis
Sosial dinamis adalah ilmu dalam bidang sosiologi yang
memfokuskan perhatian pada pusat perkembangan masyarakat dalam
arti pembangunan. Pokok bahasannya adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan kehidupan masyarakat, apa saja yang
telah diciptakan oleh masyarakat, serta hal apa saja yang telah dilalui
oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang ia jalani. 3
Menurut Comte, perkembangan manusia berlangsung dalam tiga
tahap, diantaranya :

a. Tahap Teologis
pada tahap ini manusia mengarahkan pandangannya
kepada hakekat yang batiniah. Di sini, manusia percaya
kepada kemungkinan adanya sesuatu yang mutlak. Artinya,
di balik setiap kejadian tersirat adanya maksud tertentu.

3Hans Fink, Filsafat Sosial Dari Feodalisme hingga Pasar Bebas. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar:
2022), hal. 83.
b. Tahap Metafisik
Tahap ini bisa juga disebut sebagai tahap transisi dari
pemikiran Comte. Tahapan ini sebenarnya hanya merupakan
varian dari cara berpikir teologis, karena di dalam tahap ini
dewa-dewa hanya diganti dengan kekuatan-kekuatan
abstrak, dengan pengertian atau dengan benda-benda
lahiriah, yang kemudian dipersatukan dalam sesuatu yang
bersifat umum, yang disebut dengan alam. Terjemahan
metafisis dari monoteisme itu misalnya terdapat dalam
pendapat bahwa semua kekuatan kosmis dapat disimpulkan
dalam konsep “alam”, sebagai asal mula semua gejala.

c. Tahap Positivis
Pada tahap positivis, orang tahu bahwa tiada gunanya
lagi untuk berusaha mencapai pengenalan atau pengetahuan
yang mutlak, baik pengenalan teologis maupun metafisik. Ia
tidak lagi mau mencari asal dan tujuan terakhir seluruh alam
semesta ini, atau melacak hakekat yang sejati dari “segala
sesuatu” yang berada di belakang segala sesuatu. Sekarang
orang berusaha menemukan hukum-hukum kesamaan dan
urutan yang terdapat pada fakta-fakta yang disajikan
kepadanya, yaitu dengan “pengamatan” dan dengan
“memakai akalnya”. Pada tahap ini pengertian
“menerangkan” berarti fakta-fakta yang khusus dihubungkan
dengan suatu fakta umum. Dengan demikian, tujuan tertinggi
dari tahap positif ini adalah menyusun dan dan mengatur
segala gejala di bawah satu fakta yang umum.
Bagi comte, ketiga tahapan tersebut tidak hanya
berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia,
tetapi juga berlaku bagi di bidang ilmu pengetahuan. Dalam
hal ini, comte menerangkan bahwa segala ilmu pengetahuan
semula dikuasai oleh pengertian-pengertian teologis, sesudah
itu dikacaukan dengan pemikiran metafisis dan akhirnya
dipengaruhi hukum positiv. Jelasnya, ketiga tahapan
perkembangan umat manusia itu tidak saja berlaku bagi suatu
bangsa atau suku tertentu, akan tetapi juga individu dan ilmu
pengetahuan dalam konsep “alam”, sebagai asal mula semua
gejala.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Harus dipahami bahwa saat itu adalah proses transis dari Masyarakat
agraris ke Masyarakat Industri, dimana Masyarakat belum menemukan satu pola
tertentu dalam kehidupan bermasyarakat.
Claude Henri de Saint-Simon mengemukakan teori reorganisasi dalam
lembaga yang dikontrol oleh beberapa pemilik industri dengan beberapa ahli ilmu
pengetahuan dan para pendeta. Tujuan dari lembaga yang dibentuknya adalah
terciptanya hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupan dan kedamaian secara
universal. Periodesasi Saint-Simon lebih dulu dari pada Auguste Comte, bahkan
Saint-Simon adalah Guru dari Auguste Comte. Tetapi gagasan Saint-Simon
mendapatkan bentuknya yang lebih sistematis oleh murid-muridnya seperti
Auguste Comte.
Auguste Comte melihat bahwa perkembangan intelektual intelektual manusia
ada tiga tahap, yaitu teologis, metafisik, dan positiv. Pada tahap yang terakhir inilah
manusia menganggap bahwa yang berarti itu hanya proposisi analitik yang dapat
dibuktikan kebenarannya secara empiris. Pendapatnya yang demikian, dikenal
dengan “positivisme”, yaitu suatu teori yang menolak setiap bentuk metafisika.
Auguste Comte adalah sama Seperti Claude Henri de Saint-Simon yang
berkebangsaan Prancis sehingga akan sangat wajar jika ada kesinambungan antara
Claude Hendri de Saint Simon dengan Auguste Comte.
DAFTAR PUSTAKA

Hartoko, Dick. 1986. Kamus Populer Filsafat. Jakarta: Rajawali.


Fink, Hans. 2022. Filsafat Sosial Dari Feodalisme hingga Pasar Bebas.
Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Sriyana. 2022. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: ZAHIR PUBLISHING.
Arisandi, Herman. 2015. Buku Pintar PemikiranTokoh Tokoh Sosiologi dari
Klasik Sampai Modern. Yogyakarta: IRCiSoD.
Thomas, Joseph. 1889. Universal Pronouncing Dictionary of Biography and
Mythology. London: J.B. Lippincott.
Francis Waller, John, dkk. 1876. The Imperial Dictionary of Universal Biography.
Glasgow: Wiliam Mackenzie.

Anda mungkin juga menyukai