Anda di halaman 1dari 5

1.

Awal Muncul Ilmu Sosiologi Di Timur Tengah


Abdul Rahman Ibu Khaldun merupakan salah satu sarjana yang telah lama
melakukan studi mengenai sosiologi. Ibu Khaldun lahir pada tanggal 27 mei 1332 di
Tunisia, Afrika Utara. Ibnu Khaldun menimba ilmu di sekolah Alquran, kemudian
mempelajari matematika dan sejarah. Semasa hidupnya ia membantu beberapa sultan
di Tunisia, Maroko, Spanyol, dan Aljazair sebagai duta besar, bendaharawan, dan
anggota dewan penasihat sultan.
Setelah dua decade aktif di bidang politik, Ibu Khaldun Kembali ke Afrika Utara.
Di sana ia melakukan studi dan menulis secara intensif selama lima tahun. Karya
yang dihasilkan selama lima tahun tersebut menjadikan Ibu Khaldun sebagai guru
pusat Islam Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Ibnu Khaldun dalam mengajarkan tentang masyarakat dan sosiologi menekankan
pentingnya menghubungkan pemikiran sosiologi dan obsevasi sejarah. Ia
memusatkan perhatian pada berbagai lembaga sosial, misalnya lembaga politik dan
ekonomi serta hubungan antara lembaga sosial tersebut. Ia juga tertarik melakukan
studi perbandingan antara masyarakat primitif dan modern.
2. Perkembangan Sosiologi pada Abad XIX

Faktor langsung yang memunculkan teori sosiologi adalah Revolusi Industri pada
periode tahun 1750-1850. Revolusi Industri ditandai dengan terjadinya perubahan
secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi,
dan teknologi yang berdampak luas bagi kehidupan masyarakat dunia. Revolusi
Industri bermula di dan menyebar ke seluruh dunia.
Revolusi industri bukan merupakan kejadian tunggal, tetapi menunjukkan
berbagai perkembangan yang saling berkaitan dan berpuncak pada transportasi dunia
Barat yaitu dari corak pertanian dan beralih menjadi pekerja pabrik. Pabrik
berkembangnya pesat karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Setelah berlangsung Revolusi Industri, sistem kapitalis semakin berkembang.
Sistem kapitalis menghendaki sebuah pasar bebas tempat memperjualbelikan
berbagai produk industri. Dalam sistem kapitalis ini segelintir orang mendapat
keuntungan besar, sementara Sebagian orang lainnya bekerja membanting tulang
dalam jam kerja yang panjang dan menerima upah rendah. Situasi tersebut
memunculkan reaksi menentang sistem industri dan kapitalisme.
3. Sejarah Perkembangan sosiologi abad 19
Sejarah erkembangan sosiologi yang sering diajarkan adalah sosiologi sebagai
ilmu pengetahuan modern yang saintifik atau ilmiah. Istilah ilmiah sendiri baru
muncul pada abad pencerahan di perancis. Pencerahan memiliki konotasi rasional dan
empiris. Ilmu pengetahuan bersifat rasional Ketika berasal dari pemikiran manusia,
bukan metafisik dan teologis. Ilmu pengetahuan bersifat empiris ketika bisa dicercap
oleh indra untuk diuji kebenarannya. Maka sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
ilmiah adalah sosiologi yang rasional dam empiris.
Sebagai ilmu pengetahuan sosial yang rasional dan empiris, sosiologi berusia
relatif lebih muda ketibang ilmu sosial lainnya. Auguste Comte, tokoh intelektual
Perancis dalam bukunya ”Course de philosophie positive” (1838) mencetuskan istilah
sosiologi yang saat itu memiliki konotasi fisika sosial. Hukum tiga tahap yang
dielaborasikan Comte menegaskan bahwa sosiologi atau fisika sosial adalah ilmu
yang berada pada tahap positif. Positif artinya rasional, empiris, dan bisa diteliti
dengan hukum-hukum ilmiah seperti pada ilmu alam. Berada di tahap positif artinya
meninggalkan unsur teologis dan metafisis. Dengan demikiran sejarah perkembangan
sosiologi modern pada awal mula ditemukannya adalah ilmu pengetahuan yang
positif. Metodologinya mengikuti hukum-hukum dalam ilmu alam oleh karena itu
dinamakan fisika sosial.
Pada tahun 1876, intelektual Inggris Herbert Spencer menulis buku pertama yang
menggunakan istilah ’sosiologi’ di judulnya ”Principle of Sociology”. Spencer adalah
orang yang percaya pada teori evolusi Darwin. Ia menerapkan hukum evolusi biologi
pada sosiologi. Spencer mengenalkan teori besar tentang evolusi sosial yang diterima
secara luas beberapa tahun kemudian. Pada tahun 1883, intelektual Amerika Lester F.
Ward menulis buku berjudul ”Dynamic Sociology”. Buku tersebut dianggap sebagai
buku pertama tentang desain tindakan sosial yang harus dilakukan masyarakat untuk
menuju kemajuan. Berikutnya, pada 1895, Email Durkheim menerangkan secara
detail metodologi ilmiah sosiologi dalam bukunya yang berjudul “The Rules Of
Sociologi Mehod”
Sosiologi berkembang pesat di Eropa Barat pada abad 19. Perkembangan tersebut
banyak dipengaruhi oleh Revolusi Politik dan Revolusi Industri yang mengubah
tatanan kehidupan sosial secara dramatis. Minat kaum intelektual untuk mengetahui
perubahan sosial masyarakat saat itu menjadi poin penting dalam sejarah
perkembangan sosiologi. Salah satu tokoh berpengaruh dalam sosiologi adalah
intelektual Inggris Karl Marx. Marx tidak pernah mengklaim dirinya secara spesifik
sebagai sosiolog. Ia studi dampak politik ekonomi dari perubahan sosial di Eropa.
Teorinya tentang perjuangan kelas memengaruhi perkembangan teori sosiologi
bahkan sampai hari ini. Teori-teori Marx melahirkan aliran Marxisme dalam
sosiologi. Perubahan sosial, dengan demikian menjadi faktor utama kelahiran
sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern.
4. Sejarah Perkembangan Sosiologi Abad 20
Memasuki abad 20, terjadi ’migrasi tradisi ilmiah’ sosiologi dari Eropa Barat ke
Amerika Serikat. Sosiologi pada abad 20 berkembang pesat di Amerika Serikat. Perlu
diperhatikan pula konteks Amerika Serikat pada abad awal 20. Saat itu, industrialisasi
dan urbanisasi terjadi secara besar-besaran di perkotaan di Amerika Serikat. Akibat
dari industrialisasi ini adalah perubahan sosial dengan ekskalasi yang besar.
Masyarakat desa dan kota terlihat mencolok perbedaannya. Kondisi demikian
memantik kaum intelektual Amerika untuk mengkaji gejala-gejala sosial yang timbul
akibat perubahan sosial. Sosiologi menjadi salah satu studi ilmu sosial yang paling
diminati.
Sejarah perkembangan sosiologi di Amerika Serikat pada periode sebelum perang
dunia pertama sampai kisaran 1930an didominasi oleh aliran Chicago school dengan
tokoh utama Albion W. Small, yang sekaligus menjadi inisiator jurnal sosiologi
paling prestisius di dunia sampai saat ini, American Journal of Sociology. Pada fase
berikutnya perkembangan Chicago school melahirkan tokoh besar pitrim Sorokin
yang banyak berkontribusi memperluas aspek metodologi sosiologi. Sejumlah ahli
sosiologi pasca ward muncuk Amerika Serikat, antara lain W. I. Thomas, Robert E.
Park, Charles Horton Cooley, George Herbert Mead, Jane Addams, Cgarlotte Perkins
Gilman, Anna Julia Cooper, Marianne Webber, Beatrice Potter Webb, dan W. E. B.
du Bois.

Perlu ditegaskan pula di sini, migrasi tradisi ilmiah sosiologi ke Amerika Serikat
tidak lantas membuat sejarah perkembangan sosiologi di Eropa Barat berhenti.
Intelektual Jerman Max Weber mengkritik metode ilmiah sosiologi yang muncul
pada abad 19. Weber berpendapat, metode ilmu alam tidak relevan diterapkan pada
ilmu sosial. Ilmu sosial menjadikan manusia sebagai subjeknya, sehingga terkandung
unsur subjektivitas dalam ilmu sosial. Hal ini berbeda dengan ilmu alam yang
mengedepankan unsur objektivitas. Weber mengusulkan, alih-alih menjadikan
masyarakat sebagai objek penelitian, sosiologi seharusnya meneliti tindakan-tindakan
sosial yang bersifat subjektif.
Secara kontras, unsur objektivitas sosiologi justru berkembang di Amerika Serikat
melalui karya tokoh besar Talcott Parsons. Pada 1937 Parsons menerbitkan buku
”The Structure of Social Action” yang secara signifikan berpengaruh pada
perkembangan teori sosiologi. Parsons banyak dipengaruhi oleh Dukheim dan Weber,
tanpa menaruh perhatian sama sekali pada Marx. Interpretasinya terhadap masyarakat
Amerika Serikat mempengaruhi perkembangan teori sosiologi Amerika beberapa
tahun kemudian. Implikasinya, teori Marxisme terkekslusi dari legitimasi ilmiah
sosiologi Amerika. Parsons banyak mengelaborasikan teori fungsionalisme struktural
dalam menganalisis sistem sosial. Sosiologi yang berkembang di Amerika pada
periode Parsonian adalah sosiologi makro.
Perdebatan antara objektivitas-subjektivitas, agensi-struktur, dan mikro-makro
dalam sosiologi berlangsung sejak abad 20 sampai hari ini. Sejumlah aliran pemikiran
ekstrem yang condong pada subjektivitas mengkritik keras sosiologi pada awal
berdirinya. Sosiologi positivistik yang dicetus oleh Comte belakangan mulai
ditinggalkan. Salah satu aliran pemikiran paling keras yang mengkritik sosiologi
Comte adalah The Frankfurt School, yang terdiri dari intelektual kritis dari Jerman.
The Frankfurt School menapaki periode popularitasnya pada pertengahan abad 20.
Kritik paling pedas yang dilontarkan adalah sosiologi positivistik tidak berkontribusi
apa-apa pada sejarah manusia karena mengabaikan aspek transformatif dan
emansipatoris yang seharusnya menjadi agenda sosiologi. Ilmu sosial tidak bisa
netral, melainkan harus berpihak cita-cita transformasi sosial.
5. Sejarah Perkembangan Sosiologi Era Kontemporer
Menjelang abad 21, sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern mendapat
serangan bertubi-tubi dari aliran-aliran sosiologi yang menyandang label post-,
seperti postmodernisme, poststrukturalisme, postpositivisme, postkolonialisme, dan
lain sebagainya. Memasuki abad 21, sejarah perkembangan sosiologi menuju variasi
aliran pemikiran dan disiplin yang semakin banyak. George Ritzer telah
memformulasikan sebelumnya sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang
berparadigma multiple. Artinya, cara pandang sosiologi tidak tunggal sehingga
sosiologi secara historis adalah ilmu pengetahuan yang luas cakupannya. Abad
millenium menandai sosiologi sebagai ilmu yang sangat cair dan luas. Objek kajian
tidak sebatas pada perubahan struktur sosial dalam konteks industrialisasi, urbanisasi,
perdesaan dan perkotaan, melainkan juga sampai pada aspek dinamika masyarakat
yang sifatnya kekinian. Seperti misalnya, sosiologi pada masyarakat informasi.
Sosiologi abad 21 adalah sosiologi kontemporer.
Indikasi semakin meluasnya ruang lingkup sosiologi bisa dilihat dari berkembang
biaknya subdisiplin yang menjadi cabang sosiologi. Beberapa diantaranya yang bisa
disebutkan adalah Sosiologi Digital, Sosiologi Turisme, Sosiologi Pemuda, Sosiologi
Kesehatan, Sosiologi Olah Raga, Sosiologi Sastra, Sosiologi Hukum, Sosiologi
Ekonomi, Sosiologi Gender, dan Sosiologi kontemporer lainnya. Kecenderungan lain
yang bisa diidentifikasi adalah semakin menjauhnya sosiologi dari tradisi positivisme.
Sejarah perkembangan sosiologi di era kontemporer cenderung menolak relevansi
hukum-hukum alam pada ilmu sosial. Saat ini, fakultas-fakultas ilmu sosial di seluruh
dunia mulai mengajarkan sosiologi terlepas dari bapak pendirinya. Tak heran, tokoh-
tokoh seperti Michel Foucault, Pierre Bourdieu dan Slavoj Zizek lebih diminati
ketimbang Auguste Comte dan Emile Durkheim yang memang makin usang.

Anda mungkin juga menyukai