Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah : Bahan Dasar Galian

Dosen Pengampuh : Enni Tri Wahyuni,ST.M,T

MAKALAH BGI
“BENTONIT”

DISUSUN OLEH :
FRETI FIONA WULANDARI
4521046094
GLORIA YENSENEM
4521046113
TEDDY PARA^PAK
4521046090
MUH. KAMAL SYAIFULLAH
4521046089
ANDI FEBRIAN RIZKI F
4521046087

UNIVERSITAS BOSOWA

1
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kami kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan judul “Fenomena Pengangguran”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan. Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang
belum kami ketahui. Sebagai manusia biasa, kami terbuka dari saran dan kritikan
teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna dimasa
mendatang.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………3
1. PENDAHULUAN…………………………………………………………………4
2. GEOLOGI
A. MULA JADI…………………………………………………………….5-6
B. POTENSI DAN CADANGAN…………………………………………...7
3. PERTAMBANGAN
A. EKSPLORASI.…………………………………………………………7-8
B. PENAMBANGAN..………………………………………………………8
C. PENGOLAHAN………………………………………………..………8-9
4. KEGUNAAN…………………………………………………………….........10-13
5. PERKEMBANGAN DAN PROSPEK………………………………………13-14
6. PENUTUP……………………………………………………………………..…16

3
1. PENDAHULUAN
Bentonit dalam ilmu mineralogi tergolong ke dalam kelompok besar
tanah lempung. Nama bentonit pertama kali digunakan pada tahun 1890 untuk
mengidentifikasi mineral bersifat plastis yang ditemukan di Fort Benton, Wyoming,
Amerika Serikat.
Bentonit terbentuk dari transformasi hidrotermal abu vulkanik, yang mayoritas
komponennya tergolong ke dalam kelas mineral smektit (struktur lembaran),
yaitu montmorillonit. Mineral lain yang tergolong ke dalam smektit adalah hektorit,
saponit, beidelit dan nontronit.
Smektit adalah mineral yang terdiri dari tiga lapis struktur aluminium silikat
hidrat yaitu dua lembar silika tetrahedral dan satu lembar alumina oktahedral. Pada
montmorillonit, lembaran yang berbentuk tetrahedral merupakan kombinasi dari
silika tetrahedron yang terdiri dari atom Si dikelilingi oleh ion oksigen pada keempat
ujung-ujungnya, sedangkan untuk lembaran yang berbentuk oktahedral, merupakan
kombinasi dari alumina oktahedron. Alumina oktahedron terdiri dari atom Al yang
dikelilingi oleh hidroksi (dapat berupa ion aluminium, magnesium, besi dan atom
lainnya).
Lapisan silika tersebut bermuatan sedikit negatif yang dikompensasi dengan
keberadaan kation di antara lapisannya yang dapat tertukar. Pada umumnya adalah
Ca+, Mg2+ dan/atau Na+. Inilah karakteristik penting pada bentonit yang
mempengaruhi kegunaan dan sifatnya. Selain montmorillonit, komponen yang
umumnya ditemukan dalam bentonit adalah kaolin, feldspar, kristoballit, illit, kuarsa,
dan kalsit.

4
2. GEOLOGI
A. MULA JADI
Secara umum, asal mula terjadinya endapan bentonite ada 4, yaitu:
1. Terjadi Karena Proses Pelapukan Batuan
Faktor utama yang menyebabkan pelapukan batuan adalah komposisi kimiawi
mineral batuan induk, dan kelarutannya dalam air. Mineral-mineral utama dalam
pembentukan bentonit adalah plagioklas, kalium-feldspar, biotit, muskovit, serta
sedikit kandungan senyawa alumina dan ferromagnesia. Secara umum, faktor
yang mempengaruhi pelapukan batuan ini adalah iklim, jenis batuan, relief, dan
tumbuh-tumbuhan yang berada di atas bantuan tersebut.
Pembentukan bentonit sebagai hasil pelapukan batuan dapat juga
disebabkan oleh adanya reaksi antara ion-ion hidrogen yang terdapat di dalam
air, dan di dalam tanah dengan persenyawaan silikat yang terdapat di dalam air
dan batuan.
2. Terjadi Karena Proses Hidrotermal di Alam
Proses batuan mempengaruhi alternasi yang sangat lemah, sehingga
mineralmineral yang kaya akan magnesium, seperti biotit cenderung membentuk
mineral klorit. Kehadiran unsurunsur logam alkali dan alkali tanah (kecuali
kalium), mineral mika, ferromagnesia, feldspar, dan plagioklas pada umumnya
akan membentuk monmorilonit, terutama disebabkan karena adanya unsur
magnesium.
Larutan hidrotermal merupakan larutan yang bersifat asam dengan kandungan
klorida, sulfur, karbon dioksida, dan silika. Larutan alkali ini selanjutnya akan
terbawa keluar dan bersifat basa, dan akan tetap bertahan selama unsur alkali
tanah tetap terbentuk sebagai akibat penguraian batuan asal dan adanya unsur
alakali tanah akan membentuk bentonit.
3. Terjadi Karena Proses Transfirmasi

Proses transformasi (pengabuan) abu vulkanis yang mempunyai komposisi


gelas akan menjadi mineral lempung yang lebih sempurna, terutama pada daerah
danau, lautan, dan cekungan sedimentasi. Transformasi dari gunung berapi yang
sempurna akan terjadi apabila debu gunung berapi diendapkan dalam cekungan
seperti danau dan air. Bentonit yang terjadi akibat proses transformasi pada

5
umumnya bercampur dengan sedimen laut lainnya yang berasal dari daratan,
seperti batu pasir dan danau.
4. Terjadi Karema Proses Batuan
Proses pengendapan bentonit secara kimiawi dapat terjadi sebagai endapan
sedimen dalam suasana basa (alkali), dan terbentuk pada cekungan sedimen yang
bersifat basa, dimana unsur pembentuknya antara lain: kabonat, silika, fosfat, dan
unsur lainnya yang bersenyawa dengan unsur alumunium dan magnesium.
Sedangkan berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Tipe Wyoming
Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila
dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air.
Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan
terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur
tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi
pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+).

2. Mg

Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan
tetap terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan
mempunyai sifat menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca
rendah, suspensi koloidal memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak
diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat
rapid slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan
bentonit dalam proses pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.

B. POTENSI DAN CADANGAN


Potensi endapan bentonit di Indonesia cukup besar dan tersebar di beberapa
lokasi, yaitu di Pulau Jawad dan Sumatera sebagian di Pulau Kalimantan dan

6
Pulau Pulau Sulawesi, dengan cadangan diperkirakan lebih dari 380 juta ton,
serta pada umumnya terdiri dari jenis kalsium.
Beberapa lokasi yang sudah ada sedang dieksploitasi, yang di Tasikmalaya,
Leuwiliang, Nanggukan, dan lain-lain. Indikasi endapan Na-bentontit terdapat di
pangkalan Brandan, Soro-Langun-Bangko.

3. PERTAMBANGAN
A. Eksplorasi
Pekerjaan yang dilakukan dlam eksplorasi pendahuluan atau detail antara lai
pemetaan dan pembuatan sumur uji atau pemboran. Pada eksplorasi detail
pembuatan peta dilakukan dalam skala lebih kecil (1:1.000), dan jarak titik umur
uji atau pemboran lebih dekat.
a. Pemetaan
Pemetaan dilakukan untuk membuat peta topografi dan situasi daerah dalam
menunjang kegiatan eksplorasi, evaluasi endapan, dan perencanaan
penambangan.Pengukuran dilakukan dengan alat ukur theodolith pada area yang
diinginkan dengan titik ikat ukur yaitu titik triangulasi. Dilakukan juga penentuan
dan pengukuran lokasi titik bora tau sumur uji dengan interval 25-100 Meter.
Dari hasil pengukuran, lalu dibuat peta topografi dan situasi dengan skala
diinginkan yang menggambarkan letak titik sumur uji atau titik bor, tempat
penggalia endapan, penyebaran endapan,jalan,dan lain-lain.
b. Pembuatan Sumur Uji atau Pemboran
Pembuatan sumur uji atau pemboran (dengan bor tangan atau mesin) adalah
untuk mengetahui sebaran endapan secara lateral dan vertikal, tebal endapan,
tebal lapisan tanah penutup, struktur batuan dan data lain melalui pengambilan
contoh, pengukuran stratigrafi endapan, serta hasil analisis contoh tersebut di
laboratorium
Dari hasil pemeriksaan uji contoh di laboratorium dapat diketahui kualitas dan
kuantitas endapan bentonite, penyebaran serta ketebalan tanah penutupnya. Lalu,
data tersebut dievaluasi sehingga dapat ditentukan nilai keekonomiannya.

7
B. Penambangan
Kebanyakan endapan bentonit terdapat dengan permukaan tanhan atau ada
yang sudah tersingkap akibat proses pelapukan, oleh karena itu penambangan
dilakukan dengan cara penambangan terbuka sistem jenjang.
Lapisan tanah atas dikupas dan dipindah ke suatu tempat penimbungan, yang
akan digunakan untuk menimbun daerah endapan bila selesai ditambang,
sehingga bekas penambangan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain. Peralatan
yang digunakan dalam proses penggalian dan pengupasan tanah penutup antara
lain; power scraper, dragline scraper, dragline excavator dan power shovel.

C. Pengolahan
Hasil penggalian endapan bentonit dari tambang berupa bongkah-bongkah,
diangkut dengan truk ke pabrik untuk diolah melalui beberapa proses yaitu
penghancuran, pemanasan, penggilingan, dan pengayakan.
a. Pengembangan Bentonit
Bentonit mempunyai sifat menyerap sebab ukuran partikel koloidnya amat
kecil dan memiliki kapasitas permukaan ion yang tinggi. Pengembangan bentonit
disebabkan adanya penggantian isomorphous pada lapisan oktohedral (Mg oleh
Al) dalam menghadapi kelebihan muatan diujung kisi-kisinya. Adanya gaya
elektrostatis yang mengikat Kristal pada jarak 4,5* dari permukaan cukup kuat
untuk mempertahankan ion di permukaan unit-unitnya, dan tetap menjaga unit
itu saling merapat. Bila dicampur air akan mengembang, maka jarak antara unit
makin melebar dan lapisannya membentuk serpihan serta memiliki permukaan
luas jika dalam zat pengsuspensi.
b. Aktivasi Bentonit
Aktivasi bentonit bertujuan untuk menaikkan daya adsorpsi dan memperoleh
sifat bentonit yang diinginkan. Montmorillonit memiliki struktur bertingkat dan
kapasitas pertukaran ion yang aktif dibagian besar. Oleh karena itu, strukturnya

8
dapat diganti seperti struktur bagian dasar, yaitu dengan penambahan asam agar
terjadi penggantian ion-ion K+, Na+ dan Ca+2 dengan H+ dalam ruang
interlamelar, dan akan melepaskan ion-ion Al+3, Fe+3 dan Mg+2 dari kisi
strukturnya sehingga lempung lebih aktif.
Akrivasi bentonit sangat dipengaruhi oleh konsentrasi asam. Biasanya dipakai
asam sulfat. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah sifat dasar, distribusi
ukuran pori, keasaman, dan nilai SiO2 atau Al2O3 dari endapan bentonit.
Faktor-faktor tersebut tergantung juga pada komposisi mineral lempung bentonit
dan cara aktivasi.
Beberapa hasil aktivasi dapat diterangkan seperti bawah ini.
1) Aktivasi dengan Pemanasan
Pada proses penjernihan minyak sawit dengan bentonit sebagai
absorben memperlihatkan bahwa bentonit mulai aktif menyerap warna
pada suhu 80 derajat sampai 130 derajat celcius. Tingkat kejernihan
tida k begitu besar setelah suhu mencapai 140-150 derajat celcius,
bahkan cenderung menurun. Pada proses pemucatan minyak kedele
penghilang an warna minimum pada suhu sekitar 100 derajat
celcius.
2) Pengaruh Waktu
Pengontrolan minyak dengan tanah pemucat sangat
dipengaruhi oleh waktu. Pada komdisi suhu, tekanan dan jumlah
tanah pemucat yang sama menunjukkan bahwa hasil pengilangan
warna maksimum pada te mperatur tertentu dam cenderung
menurun bila kontak diperpanjang.
3) Pengaruh Tekanan
Proses pengilangan warna dari bahan pemucat juga
dipengaruhi oleh luas permukaan tanah yang dikontakkan dengan
minyak. Dengan menurunkan tekanan pori-pori tanah pemucat sampai
tekanan atmospir, bentonit akan terdeareasi, sehingga luas permukaan
akan lebih besar. Tekanan yang umum dilakukan di industri-industri
adalah 5,077 mm Hg.
c. Aktivasi Bnetonit untuk Lumpur Bor
Aktivasi bentonit untuk lumpur bor adalah proses merubah Ca-bentonit
menjadi Na-bentonit dengan cara penambahan senyawa alkali, yaitu sodium

9
karbonat (NaCO3) dan sodium hidroksida (NaOH). Dengan aktivasi ini
diharapkan terjadi perubaha sifat hidrasi, disperse, reologi, swelling dan sifat
lainnya dari bentonit, sehingga dapat digunakan untuk lumpur bor.

4. KEGUNAAN
Ada dua jenis bentonit yang dipakai dalam industri, yaitu sodium (Na)
bentonit dan (Ca) bentonit. Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat,
pengisi (filler), lumpur bor, sesuai sifatnya mampu membentuk suspense kental
setelah bercampur dengan air
Untuk lumpur pemboran, bentonit bersaing dengan jenis lempung lain, yaitu
atapulgit, sepiolit dan lempung lain yang telah diaktifkan.
Dengan penambahan zat kimia pada kondisi tertentu, Ca-bentonit dapat
dimanfaatkan sebagai bahan lumpur bor setelah melalui pertukaran ion, sehingga
terjadi perubahan menjadi Na-bentonit dan diharapkan terjadi peningkatan sifat
reologi dari suspensi mineral tersebut Agar mencapai persyaratan sebagai bahan
lumpur sesuai dengan spesifikasi standar, perlu ada penambahan polimer. Hal itu
dapat dilakukan melalui aktivasi bentonit untuk bahan lumpur bor.
A. Na-Bentonit (Sodium Bentonit)
1) Sebagai lumpur bor dan fungsi utamanya adalah :
a.menaikkan daya suspensi air pembilas;
b.pendingin dan pelumas mata bor;
c.menahan kotoran bor tidak mengendap walaupun kegiatan pemboran sedang
dihentikan;
d.sebagai penahan stang/tali bor yang makin berat dengan bertambahnya
kedalaman atau panjang stang bor yang digunakan;
e.menahan tekanan air, gas atau minyak yang keluar dari batuan yang
ditembus dan mencegah peresapan kembali, serta penguat lapisan atau
penahan pada dinding lubang bor dan mencegah terkadinya urug.
Bentonit untuk pemboran minyak dan gas bumi harus memiliki sifat
mengembang sesuai standar API yang biasa disebut RP 29, RP 13B, atau dari
OCMA.

10
2) Pengecoran Logam
Bentonit yang dipakai pada industri pengecoran logam besi atau bukan
besi adalah bentonit alam dan sintetis yang berfungsi sebagai bahan pengikat
dalam alat cetak.

Dalam dunia perdagangan, bentonit alam disebut juga bentonit


Wyoming, sedangkan bentonit sintetis disebut brekbond 2 (Inggris) dan
berkonit (Italia). Sifat daya tahan terhadap panas dari kedua jenis bentonit
tersebut tidak sebaik lempung tahan api yang berupa butiran seperti kuarsa,
zircon, kromit dan lain-lain.
Jumlah bentonit yang dipakai untuk pengecoran logam antara 4 – 6 %
dari berat alat cetak. Pengecoran pada suhu dan tekanan tinggi diperlukan
pengikatan yang lebih sempurna dengan pemakaian bentonit antara 8 – 10 %
dari jumlah berat alat cetak. Apabila alat cetak mengalami keausan atau
rusak, pembaharuan cukup dengan menambahkan bentonit 0,1 – 1 % dari
jumlah berat alat cetak.
Persyaratan bentonit untuk pembuatan alat cetak pengecoran logam
(besi baja) biasanya mengacu kepada syarat standar Steel Founder’s Society
of America (SFSA). Syarat tersebut didasarkan pada kandungan uap air,
konsentrasi CaO, derajat pH dan batas cair. Nilai batas cair bagi lempung
bentonit atau jenis lempung lain harus lebih besar dari 600o C.
3) Pembuatan Pelet Konsentrasi Besi dan Lain.
Pemanfaatan bentonit dalam proses pembuatan pelet konsentrat bijih
besi dianggap cukup mahal. Selain itu, apabila dipakai campuran bentonit
sekitar 1 % dapat terjadi kontaminasi, kadar besi turun 0,6 % dan silika
naik 0,5 %. Untuk itu, perlu ditambahkan batu gamping dan kokas. Batu
gamping (kapur tohor=CaO) atau kapur padam (Ca(OH)2) berfungsi
menurunkan suhu pembakaran dan mencegah terjadinya retak-retak,
sementara kokas berfungsi untuk mengikat kelebihan silikat dan
terbentuknya silikon karbid yang dapat digunakan sebagai bahan
penggosok, pemoles atau ampelas.
4) Teknik Sipil

11
Pemakaian bentonit dalam teknik sipil masih terbatas pada
pembangunan konstruksi beton, seperti jembatan, bendungan dan bangunan
yang berhubungan langsung dengan air tanah dan air laut. Sifat bentonit
yang dimanfaatkan adalah sifat tiksotropinya.
Tujuan pemakaian Na-bentonit adalah untuk menunjang kekuatan
dinding diafragma dan tembok/fondasi yang masuk ke dalam tanah. Selain
sebagai penyelubung, juga berfungsi sebagai penahan atau pengisi lubang,
celah dan pori-pori batuan atau formasi di sekitar dinding atau
tembok/fondasi. Bentonit yang digunakan 3 – 10 %.

5) Bahan Pencuci atau Pemutih


Pemakaian Na-bentonit sebagai bahan pemutih dan pencuci termasuk
mahal, tetapi memberikan hasil yang baik dan banyak dilakukan. Atas
pertimbangan biaya, fungsi bentonit banyak digantikan oleh lempung asam
aktif atau fuller’s earth.
6) Penggunaan Lainnya
Penggunaan Na-bentonit di bidang pertanian dan peternakan (sebagai
katalis), pembuatan cat dan lain-lain dipandang sangat mahal. Sebagai
subtitusi Na-bentonit dipakai lempung asam, fuller’s earth, pirofilit, atau talk
yang lebih mudah diperoleh dan dari sisi harga lebih murah. Walaupun
demikian, penggunaan bentonit untuk tujuan tersebut masih dilakukan oleh
industri atau pengusaha tertentu.

Dalam industri pakan ternak (terutama unggas) bentonit berfungsi sebagai


pengikat dengan pembuatan sama seperti pembuatan pelet konsentrat bijih
besi dan ogam lain), yaitu 1-2 % dari berat pakan yang diolah.

B. Ca-Bentonit (Kalsium Bentonit)


Berbeda dengan Na-bentonit, Ca-ben-tonit tidak memiliki sifat
mengembang yang baik sebab tidak adanya ion Na+ di dalam kesatuan sel
pada kisi kristal montmorilonit (Tabel 1).

12
Pemakaian Ca-bentonit pada dasarnya sama dengan pemakaian
lempung yang tergolong fuller’s earth, antara lain untuk lumpur pemboran,
pencuci dan pembersih minyak bakar, minyak goreng, industri obat-obatan,
kimia, kertas, keramik dan lainnya. Tetapi pemanfaatan yang utama adalah
untuk pembuatan sodium bentonit sintetis, dan bahan baku pembuatan
lempung aktif.
Pemakaian Ca-bentonit untuk bahan pembuatan sodium bentonit lebih
banyak keuntungan daripada jenis lempung lain, kecuali lempung asam,
terutama saat penggerusan, penyaringan dan pengeringan. Ca-bentonit
memiliki sifat pertukaran ion yang baik dan menghasilkan produk
sampingan yang berharga, yaitu bahan pemutih sintetis precipitated calcium
carbonate (PCC).
Biasanya, bahan yang digunakan mempunyai kelembaban sekitar 33 %
dan ukuran butir 5 cm. Bahan lalu dikeringkan hingga kelembaban antara 3-
10 %, selanjutnya digerus dengan ukuran butir mencapai 90 – 100 mesh.
Selain yang diterangkan di atas terdapat lempung sejenis yang
pemanfaatannya sama atau hampir sama dengan Bentonit, yaitu atapulgit,
sepiolit, dan lempung asam.

5. PERKEMBANGAN DAN PROSPEK


Sampai saat ini, produsen Na-bentonit bukan sebagai produsen tambang tetapi
hanya sebagai pemasok saja, walaupun ada, jumlah dan kontinuitas produksi dapat
dikatakan tidak pasti, sehingga pertumbuhan tahunannya sulit untuk dievaluasi.
Kebutuhan Na-bentonit di dalam negeri dipakai dalam kegiatan pemboran menengah
dan pemboran dalam.
Sebaliknya, produsen dan produksi Ca-bentonit berkembang cukup pesat.
Produsen Ca-bentonit sebagian besar berada di kota besar di P. Jawa, sesuai dengan
keberadaan industri pemakai utama bentonit.
Produksi mineral bentonit dalam kurun 1981-1999 secara umum meningkat,
dengan laju perubahan tahunan sebesar 22,92 %. Produksi tahun 1981 tercatat sebesar
4.173 ton dan terus meningkat sampai dengan tahun 1996 sebesar 99.208 ton. Pada
tahun 1998 produksi mineral bentonit menurun menjadi 83.372 ton dan tahun 1999
naik menjadi 90.435 ton.

13
Kenaikan produksi ini tidak terlepas dari konsumsi bentonit di industri
pemakai yang terus bertambah dengan laju per-tumbuhan tahunan sebesar 13,79 %,
terutama Industri minyak sawit.
Pemakaian bentonit oleh beberapa industri pemakai dengan alasan lebih
ekonomis dan kualitas produk akhir. Pemakaian bentonit impor oleh industri minyak
sawit lebih ditekankan kepada kemampuan bleaching yang tinggi (> 65 %), karena
kemampuan bleaching bentonit domestik dinilai masih sangat rendah (27 – 38 %),
sehingga perlu aktivasi terlebih dahulu.
Menjadi masalah krusial dengan pemakaian mineral asal domestik, karena
mutu bahan galian dianggap kurang dapat diandalkan untuk menghasilkan produk-
produk dengan kualitas cukup dan baik. Adanya Impor bentonit diperkirakan
sebagian besar berupa Na-bentonit yang digunakan dalam kegiatan eksplorasi minyak
bumi. Dari Tabel 6., dapat dilihat asal impor bentonit tahun terakhir 1999.
Dalam dunia perdagangan, Ca-ben-tonit juga dikenal dengan nama lain,
seperti NKH, Tonsil, Galleon, dan lain-lain.
Pemakai utama Ca-bentonit adalah industri minyak sawit dan minyak kelapa,
kemudian diikuti oleh industri margarine, logam untuk bangunan, dan industri mesin
cor). Pada tahun 1999, industri minyak sawit mengkonsumsi bentonit, yaitu sekitar
70 % (68.910,6 ton), kemudian industri minyak kelapa sekitar 16 % (15.751,1 ton)
dan sisanya sebesar 14% (13.782,2 ton) dikonsumsi oleh industri margarine,
pengecoran logam, mesin, sabun, kosmetika dan cat.
Ekspor bentonit diperkirakan dari jenis Ca-bentonit. Ekspor bentonit dalam
tahun pengamatan walaupun berfluk-tuasi, namun cenderung meningkat dengan laju
pertumbuhan tahunan sebesar 14,67 % untuk volume dan 12,66 % untuk nilainya.
Ekspor pada tahun 1999 sebagian besar ditujukan ke Singapura sekitar 89.00 % dan
sisanya ke Malaysia dan Taiwan. Ekspor bentonit sebagian besar diperkirakan masih
belum diaktivasi.
Sementara itu, Produk Domestik Bruto (PDB) dalam kurun pengamatan hanya
naik sekitar 4,86 % per tahun, padahal sampai Juli 1997, perkembangan kenaikan
ekonomi nasional cukup menakjubkan. Namun, sejak itu, ditandai dengan nilai rupiah
yang merosot, tahun 1998 (PDB) turun 13,2 % dan hanya naik 0,19 % pada tahun
1999.
Dari sisi industri pemakai Ca-bentonit industri minyak goreng adalah sebagai
pemakai utama untuk pengolahan Crude Palm Oil (CPO). Untuk dapat dijadikan
minyak goreng dilakukan proses penjernihan dengan bentonit, kemudian dilakukan
proses deodorizing.

14
Produksi minyak goreng sawit dalam kurun pengamatan meningkat cukup
berarti dengan laju tahunan sebesar 17,51 %. Tahun 1999 produksi minyak goreng
telah mencapai 2,4 juta. Kenaikan produksi tersebut didorong oleh pertambahan
jumlah penduduk Indonesia yang otomatis menambah pemakaian bentonit dari jenis
kalsium.
Beberapa industri pemakai bentonit lain yang cukup banyak adalah minyak
goreng kelapa dan Industri margarine dengan laju pertumbuhan sebesar 8,22 % dan
25,3 % masing-masing.
Kebutuhan bentonit dalam setiap jenis industri minyak goreng berlainan.
Untuk minyak goreng kelapa rata-rata dibutuhkan sekitar 2 persen dari hasil akhir,
atau untuk setiap per ton minyak goreng kelapa perlu 20 kg Ca bentonit. Sementara
minyak goreng kelapa sawit dibutuhkan lebih tinggi lagi yaitu 4 % atau untuk setiap
per ton minyak goreng kelapa sawit dibutuhkan 40 kg kalsium bentonit. Untuk
industri margarine, kebutuhan Ca-bentonit prosentasenya lebih tinggi lagi, yaitu
berkisar antara 4 – 5 % dari produk akhir atau untuk setiap ton perlu 40 – 50 kg
kalsium bentonit.

15
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bentonit adalah clay yang sebagian besar terdiri dari montmorillonit
dengan mineral-mineral seperti kwarsa, kalsit, dolomit, feldspars, dan mineral
lainnya, bentonit terjadi karena empat factor yaitu karena proses pelapukan batuan,
proses Hidrotermal, proses transformasi dank arena proses pengendapan batuan,
dan pemanfaatan bentonit sendiri sangatlah banyak sekali antara lain sebagai bahan
penyerap,untuk bahan katalis, sebagai penukar ion, untuk bahan tambahan
makanan ternak dan untuk kosmetik,cara penambangan bentonit sendiri yang
dilakukan adalah system penambangan terbuka karena dilihat dari factor geologi
daerah yang mengandung endapan bentonit adalah daerah perbukitan dan dataran
rendah karena penambangan ini dipertimbangkan karena factor teknis dan
ekonomis, adapun tahapan kegiatan penambangan dari bentonit sendiri yaitu :tahap
pembabatan, tahap, penirisan, tahap pengupasan tanah penutup, tahap
pembongkaran, tahap pembuatan dan tahap pengangkutan.

16
17

Anda mungkin juga menyukai