Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BATU GAMPING

DISUSUN OLEH :

NUR AULYA ROYANI (2022D1D090)

MUHAMMAD IQBAL (2022D1D078)

MUHLIS ADITYA (2021D1D084)

SINTA (2022D1D103)

MUHAMMAD AINUL WAHDI (2020D1D074)

PROGRAM STUDI S1 PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2024

i
KATA PENGANTAR

Dengan segala rasa syukur, kami memulai dengan ungkapan puji kepada ALLAH
SWT., yang telah memberikan berbagai nikmat, kesehatan, dan petunjuk-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “Pengolahan Bahan Galian” ini.

Shalawat dan salam kami persembahkan kepada Nabi besar, Muhammad saw., yang telah
memberikan petunjuk dalam Al-Qur'an dan sunnahnya, sebagai pedoman hidup bagi
keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang harus kami selesaikan dalam mata kuliah
Pengolahan Bahan Galian di program studi S1 pertambangan fakultas teknik, Universitas
Muhammadiyah Mataram.

Kami juga ingin menyampaikan penghargaan yang besar kepada Bapak Ariyanto S.T., M.T,
selaku dosen pengampu kami dalam mata kuliah Pengolahan Bahan Galian, dan kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama kami menulis makalah
ini.

Mataram, 05 Maret 2024

Kelompok Bahan Galian Gamping

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................................iv

BAB I..................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................3

2.1 Ganesa Batu Gamping...............................................................................................................3

2.2 Pengolahan Batu Gamping atau Batu Kapur.............................................................................5

BAB III ISI..........................................................................................................................................7

3.1 Tahapan Preparasi Bahan Galian Batu Gamping.......................................................................7

BAB IV................................................................................................................................................8

PENUTUP...........................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................9

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Batu gamping atau batu kapur................................................................4

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan sektor industri di Indonesia pada bidang manufaktur dan


kontruksi mengalami perkembangan yang sangat pesat, permintaan pasar dalam
komoditi bahan galian industri khususnya bahan galian batu gamping meningkat dari
tahun ke tahunnya. Peningkatan tersebut mendorong minat para pemodal untuk
mengambil bagian dibidang pertambangan bahan galian industri khususnya batu
gamping. Batu gamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik,
secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu gamping yang terdapat di
alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah
kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang
koral/kerang. Batu gamping dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat
bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.
Umumnya deposit batu gamping ditemukan dalam bentuk bukit. Oleh sebab
itu dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan batu gamping teknik penambangan
yang digunakan untuk mengambil bahan galian batu gamping tersebut perlu
disesuaikan dengan lokasi tersebut, serta faktor-faktor pendukungnya harus
diperhatikan agar mendapatkan hasil maksimal dalam pelaksanaan penambangannya.
Batu gamping adalah batuan sedimen yang mengandung lebih dari 50% mineral
karbonat ( CaCO3) pada batuan kalsit. Batu gamping atau yang lebih dikenal oleh
masyarakat sebagai batu kapur atau limestone, terbentuk dari batuan sedimen organik
yang merupakan kumpulan sisa cangkang, karang dan alga di wilayah perairan
dangkal bersuhu hangat- wilayah dan suhu ini memungkinkan organisme membentuk
cangkang dan skeleton yang tersusun dari kalsium karbonat. Cangkang- cangkang
tersebut akan terakumulasi dalam jumlah besar dan membentuk sedimen. Selanjutnya
akan terjadi proses litifikasi dan membentuk batu gamping.
Secara umum, penambangan batu gamping Indonesia dilakukan dengan cara
tambang terbuka (Quarry). Tanah penutup (Overburden) yang terdiri dari tanah liat,
pasir dan koral dikupas terlebih dahulu. Pengupasan dapat menggunakan bulldozer
atau power scraper. Kemudian dilakukan pemboran dan peledakan sampai di dapat
ukuran bongkah yang sesuai. Untuk bonglah yang terlalu besar perlu di bor dan di
ledak ulang (secondary blasting). Pengambilan bongkah batu gamping biasanya

1
dilakukan dengan wheel loader, lalu dimuat ke alat transportasi (dump truck, belt
conveyor, lori dan lain-lain).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ganesa Batu Gamping


Batu gamping yang terdapat di alam menurut genesanya terjadi akibat dua proses yaitu :

a. Proses Sedimentasi
Batu gamping yang terjadi akibat proses sedimentasi melalui sedimentasi organik dan
sedimentasi kimia serta sedimentasi mekanik. Proses sedimentasi organik terjadi karena
adanya tumbuhan laut (koloni binatang foraminifera, algae dan renik lainnya) yang telah
mati dan di endapkan di dasar laut dengan kondisi laut yang tenang. Batu gamping yang
terjadi akibat sedimentasi kimia terjadi akibat proses kimia yang berlangsung secara
terus menerus di lautan luas dengan larutan yang terkandung di dalamnya, sedangkan
sedimentasi mekanik yang terjadi pada batu gamping di akibatkan oleh adanya proses
akumulasi dari lumpur-lumpur yang mengandung karbonat. Proses pembentukan batu
gamping melalui proses sedimentasi secara terus menerus dan berlangsung cukup lama
sehingga terbentuk endapan batu gamping yang ada sekarang ini.

b. Proses Pelapukan
Pada proses pelapukan ini, sumber unsur karbonatnya adalah karbon dioksida (CO 2) dari
udara dan mineral-mineral yang mengandung unsur-unsur karbonat yang terdapat pada
batuan asal yang tersebar di permukaan bumi. Dalam bentuk yang umum adalah melalui
proses pelapukan pada masa batu gamping sehingga membentuk larutan kalsium
karbonat (CaCO3) yang pada larutannya oleh media air diangkut dan diendapkan di
lingkungan laut dangkal.

Klasifikasi Batu gamping antara lain :

1. Batu gamping Non Klastik


Batu gamping ini berwarna putih sampai putih abu-abu, bagian luar biasanya
berwarna coklat kemerahan sampai hitam karena mengalami pelapukan. Banyak
mengandung fosil foraminifera dan dibeberapa tempat mengandung kalsit. Berstuktur
masif, kompak (solid) dan sering kali terdapat rongga-rongga karena proses pelarutan.
Proses pelarutan yang intensif akan menghasilkan aliran sungai bawah tanah dan gua
kapur.

3
4
2. Batu gamping klastik
Batu gamping ini berwarna putih kekuningan sampai putih kecoklatan. Dalam kondisi
lapuk berwarna coklat kemerahan sampai hitam. Struktur perlapisan, terkadang
terdapat sisi lempung gampingan. Bagian luar batu gamping ini bersifat hablur dan
cenderung rapuh.

Gambar 2.1 Batu Gamping atau Batu Kapur

Adapun sifat dari batu gamping adalah sebagai berikut :

a. Warna : Putih, putih kecoklatan, dan putih keabuan

b. Kilap : Kaca, dan tanah

c. Goresan : Putih sampai putih keabuan

d. Bidang belahan : Tidak teratur

e. Pecahan : Uneven

f. Kekerasan : 2,7 – 3,4 skala mohs

g. Berat Jenis : 2,387 Ton/m3

h. Tenacity : Keras, kompak, sebagian berongga

Batu Kapur dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu:

 Secara Organik

5
Jenis ini berasal dari pengembangan cangkang atau rumah kerang dan siput
yang mati dan meninggalkan cangkangnya di dasar laut yang bercampur
lumpur dan pasir sehingga terbentuk batuan kapur.

 Secara Mekanik

Untuk batu kapur yang terjadi secara mekanik sebetulnya bahannya tidak jauh
beda dengan batu kapur secara organik yang membedakannya adalah
terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut kemudian terbawa oleh
arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula.

 Secara Kimia

Sedangkan yang terjadi secara kimia jenis batu kapur yang terjadi dalam
kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air
tawar.
2.2 Pengolahan Batu Gamping atau Batu Kapur

Gam Bagan 2.1 Alur Pengolahan Batu Gamping

1. Pengolahan Tahap Awal

a. Di pabrik pengolahan, batu kapur dimasukkan di primary crusher untuk

6
diperkecil ukurannya. Untuk batu kapur yang masih berukuran besar dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.

b. Setelah itu batu kapur masuk ke secondary crusher untuk diperoleh ukuran
yang lebih kecil.

c. Kemudian batu kapur tersebut mengalami proses kalsinasi (CaCO3 CaO +


CO2) dalam kilin sehingga menjadi kapur.

d. Proses selanjutnya adalah hidrasi dimana kapur dicampur dengan air agar
menjadi milk lime, hydrated lime.

2. Pengolahan Tahap persiapan


a. Persiapan Bahan Baku

- Bahan utama yaitu batu kapur

- Bahan pembakar yaitu residu oli bekas/asphalt, sludge oli, oli bekas
dan bahan-bahan yang dapat menghasilkan api (ban bekas, karet,
plastik, kayu bakar dan lain-lain). Bahan bakar yang berupa limbah B3
seperti asphalt, sludge olie dan limbah padat dan cair
- Pengangkutan dan Penimbunan

b. Kegiatan pengangkutan batu kapur merupakan kegiatan untuk


mengangkut batu kapur dari area penambangan ke lokasi pembakaran.

c. Kegiatan penimbunan merupakan kegiatan penempatan sementara batu


kapur di sekitar lokasi pembakaran sebelum ditata masuk ke dalam lubang
tungku untuk dibakar.

3. Pengolahan Tahap Pembakaran


a. Tahap pembakaran adalah tahap dimana batu kapur dibakar sampai menjadi
kapur. Kegiatan ini diawali dengan tersusunnya batu kapur di dalam tungku
pembakaran, kemudian kompor atau bahan bakar dinyalakan. Tungku
dengan bahan bakar minyak memerlukan waktu 4 jam untuk membakar
batu kapur menjadi kapur.
b. Kompor pengapian terdiri dari:

- 2 drum, drum pertama berisi air dan drum kedua berisi bahan bakar.

- Pipa besi, fungsinya sebagai saluran air dan saluran bahan bakar.

7
BAB III
ISI

3.1 Tahapan Preparasi Bahan Galian Batu Gamping


Alur tahapan pengolahan batu gamping di awali dengan material yang di tumpahkan oleh
Wheel Loader ke hopper. Selanjutnya melalui feeder material disalurkan ke primary
crusher. Material hasil olahan primary crusher kemudian diangkut ke secondary crusher
menggunakan conveyor. Pada secondary crusher material dihancurkan kembali dan
dibawa oleh conveyor menuju vibrating screen. Material yang berada pada vibrating
screen kemudian dipisahkan oleh screen yang berjumlah empat dek. Di dek pertama
material yang berukuran > 20 mm tertahan dan diangkut ke cone crusher menggunakan
conveyor. Setelah diremukkan material hasil olahan tersebut diangkut ke vibrating screen
menggunakan conveyor. Material yang lolos pada dek pertama dan tertahan di dek kedua
diangkut oleh conveyor sebagai fraksi pertama. Material yang lolos pada dek kedua dan
tertahan di dek ketiga adalah fraksi kedua. Material yang lolos pada dek ketiga dan
tertahan di dek keempat diangkut oleh conveyor adalah fraksi ketiga. Material yang lolos
pada dek keempat merupakan fraksi abu batu.

Bagan 3.1 Tahapan Pengolahan Batu Gamping

8
BAB IV
PENUTUP

Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :


1. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik,
secara mekanik, atau secara kimia.
2. Tahapan pengolahan pada unit crushing plan dimulai dari material masuk ke
hopper dan diteruskan ke primary crusher menggunakan feeder, setelah itu sirtu
hasil dari primary crusher di bawa ke secondary crusher menggunakan belt
conveyor. Kemudian hasilya dibawa ke vibrating screen untuk dipisahkan
menurut ukuran yang di inginkan. Sirtu yang ukurannya melebihi screen pertama
kemudian diarahkan ke cone crusher untuk dikecilkan kembali. Sehingga hasil
dari cone crusher dapat lolos pada screen pertama dan seterusnya. Hasil akhir dari
vibrating screen diperoleh empat produk yaitu fraksi ukuran 10-20 mm sebanyak
dua fraksi, fraksi ukuran 5-10 mm, dan fraksi abu-batu ukuran < 5 mm.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://Batu Gamping fhendy mining.htm (29/09/2014)


http://angghajuner.blogspot.co.id/2012/01/batu-kapur.html
http://websitpertambangan.blogspot.co.id/2013/02/metode-
penambangan.html http://www.caesarvery.com/2014/11/proses-
pengolahan-batu-kapur-gamping.html
http://kampungminers.blogspot.co.id/2012/09/batu-gamping.html
http://jimson.heck.in/batu-gamping.xhtml
http://ahmatsubkan.blogspot.co.id/2013/01/batu-kapur.html
https://www.scribd.com/doc/218542841/Makalah-Pembuatan-Batu-
Kapur

10

Anda mungkin juga menyukai