Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENGANTAR TEKNIK PERTAMBANGAN


“BATU GAMPING”

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak zaman Mesir kuno, orang-orang Mesir telah banyak memanfaatkan


batuan kapur, diantaranya adalah untuk memplester bangunan tempat

1
tinggal mereka. Sampai zaman modern sekarang pun, kapur masih
digunakan pemanfaatannya untuk memplester bangunan. Perkembangan
ini secara tidak langsung memperlihatkan adanya peningkatan kebutuhan
akan bahan baku dan penolong bagi perkembangan sektor industri yang
merupakan industri hilir. Stabilitas politik yang baik di indonesia telah
memacu pengembangan sektor industri, konstruksi dan pertanian ketingkat
yang lebih baik. Berdasarkan pertimbangan tersebut diperkirakan prospek
pasar untuk komoditas pasar cukup cerah.

Batu kapur yang terdapat di alam bermacam-macam jenisnya, antara lain :


kalsit (CaCO3), dolomit (CaCO3.MgCO3), magnesit (MgCO3), siderit
(FeCO3), ankerit [Ca2Fe(CO3)4], dan aragonit (CaCO3) yang
berkomposisi kimia sama dengan kalsit tetapi berbeda dalam struktur
kristalnya. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai industri kapur baik
cara pembuatan, jenis-jenis, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
industri kapur, maka dibuatlah makalah yang berjudul “Industri Kapur”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah perkembangan industri kapur?
2 Apa yang dimaksud dengan batu kapur?
3 Apa saja bahan baku pembuatan kapur?
4 Bagaimana proses pembuatan kapur ?
5 Apa saja jenis-jenis produk kapur?
6 Apa saja manfaat produk yang dihasilkan dari industri kapur?
7 Berapa kapasitas produk yang dihasilkan pada industri kapur di
Indonesia?
8 Apa keunggulan dan kelemahan pada industri kapur?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui sejarah perkembangan industri kapur

2
2. Memahami proses pembuatan kapur
3. Mengetahui jenis-jenis produk industri kapur
4. Mengetahui manfaat produk yang dihasilkan dari industri kapur
5. Mengetahui jumlah kapasitas produk yang dihasilkan industri kapur di
Indonesia
6. Mengetahui keunggulan dan kelemahan pada industri kapur

3
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Sejarah perkembangan industri kapur

Kapur termasuk bahan bangunan yang penting, di Indonesia kapur ini juga
sudah lama dikenal sebagai bahan ikat, dalam pembuatan tembok, pilar dan
sebagainya. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara,
yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu
kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari
pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau
ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur
dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam,
tergantung keberadaan mineral pengotornya.

Batu kapur yang terdapat di alam bermacam-macam jenisnya, antara lain :


kalsit (CaCO3), dolomit (CaCO3.MgCO3), magnesit (MgCO3), siderit
(FeCO3), ankerit [Ca2Fe(CO3)4], dan aragonit (CaCO3) yang berkomposisi
kimia sama dengan kalsit tetapi berbeda dalam struktur kristalnya.

2.2 Sifat & Kualitas Kapur

 CaO:

Berat molekul 56,08

Titik leleh 2843 K

Titik didih 3223 K

4
 Ca(OH)2:

Berat Molekul 74,10

Titik Leleh 853 K

 Kualitas :

High Calcium Lime 90% CaO

Low Magnesium Lime 5 – 25% MgO

Dolomitic Lime 25 – 45% MgO

Adapun sifat dari batu kapur adalah sebagai berikut :

a. Warna : Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan

b. Kilap : Kaca, dan tanah

c. Goresan : Putih sampai putih keabuan

d. Bidang belahan : Tidak teratur

e. Pecahan : Uneven

f. Kekerasan : 2,7 – 3,4 skala mohs

g. Berat Jenis : 2,387 Ton/m3

h. Bentuk : Keras, Kompak, sebagian berongga.

Berdasarkan proses pengendapannya, batu gamping radiolarit dan batu


karang merupakan batuan sedimen organik. Disamping hal tersebut, batuan
kapur (termasuk di dalamnya stalaktit dan stalakmit yang banyak dijumpai
di gua-gua kapur) menurut proses pengendapannya juga termasuk batuan
sedimen kimiawi (sedimen khemis).

5
Gambar yang tertera di bawah ini merupakan batuan kapur ketika berada
pada tahap awal pembentukannya.Malang Selatan merupakan daerah yang
bertopografi karst dengan berbagai gejalanya.Daerah yang batuan induknya
berupa batuan sedimen, yakni batuan kapur ini terletak antara sungai
Brantas sebagai batas sebelah utara hingga pesisir selatan yang berhadapan
langsung dengan samudera Indonesia/samudera Hindia. Lautan terbuka
inilah yang kemudian mengahantarkan adanya erosi marin pada pegunungan
kapur hingga membentuk pesisir klif, hingga pesisirnya bergerak mundur.
Pada daerah pesisir itu pulalah banyak ditemukan bentukan tahap awal dari
batuan kapur.Ketika air laut pasang surut, batuan itu nampak indah dikitari
air laut yang jernih berlandaskan endapan pasir putih, ditingkahi ganggang
laut.

Menurut Wardiyatmoko (2006:55) bahwa sedimen pasir gamping kali


pertama terbentuk pada zamam Silur yang berumur antara 360.000.000--
408.000.000tahun yang lalu. Binatang karang berkembang biak dengan
baik, sehingga jasad-jasadnya meninggalkan bekas pada lapisan gamping
yang tebal. Perlu diketahui bahwa pada batuan sedimen banyak ditemukan
fosil.

6
Gambar di atas merupakan contoh kecil dari adanya singkapan di daerah
karst di Malang Selatan.Stratigrafi batuannya menunjukkan adanya horison
tanah yang tipis, bersinggungan langsung dengan batuan induknya, batuan
kapur. Lubang yang terlihat pada bagian kanan bawah gambar tersebut
menunjukkan adanya proses pelapukan kimia sedang berlangsung.
Pembentukan gua-gua kapur pada tahap awal mulai terjadi.

Pegunungan kapur yang ada di Malang Selatan tersebut merupakan bagian


dari rangkaian jalur pegunungan kapur yang memanjang arah barat--timur
dari rangkaian pegunungan kapur di bagian selatan pulau Jawa. Pegunungan
tersebut sering dikenal dengan nama pegunungan Kidul.

Gambar di atas merupakan bentuk pemanfaatan batuan kapur oleh penduduk


setempat.Batuan kapur yang kurang baik, berwarna kusam, biasanya
digunakan untuk pondasi bangunan atau untuk pengeras jalan.Menurut
seorang pengajar sebuah perguruan tinggi di Surabaya bahwa batuan kapur
yang berkualitas baik, banyak mengandung CaCo3 adalah batuan kapur yang
berwarna putih bersih. Batuan yang demikian ini baik untuk dijadikan bahan
mentah/bahan baku pada industri pembakaran gamping, bahkan juga
industri semen.

7
Cara penambangan yang banyak dilakukan adalah penambangan terbuka
dan/atau dengan membuat lubang-lubang menganga mirip gua
(penambangan tertutup).Cara penambangan apapun hendaknya harus sangat
mempertimbangkan keselamatan penambang itu sendiri, di samping juga
memperhatikan aspek lingkungan hidup.

2.2 Macam-macam Kapur

Kapur tohor (CaO) adalah hasil dari pemanasan batuan kapur, yang dalam
perdagangan dapat dijumpai bermacam-macam hasil pembakaran kapur ini,
antara lain :Kapur tohor / quick lime ( CaO): yaitu hasil langsung dari
pembakaran batuan kapur yang berbentuk oksida-oksida dari kalsium atau
magnesium.

a. Kapur padam / hydrated lime(Ca(OH)2))


Adalah bentuk hidroksida dari kalsium atau magnesium yang dibuat dari
kapur keras yang diberi air sehingga bereaksi dan
mengeluarkan panas.Digunakan terutama untuk bahan pengikat dalam
adukan bangunan.
Proses “slaking” adalah reaksi CaO dengan air, sebagai berikut :

CaO(p) +H2O  Ca(OH)2(p) H=15,9 kcal


Hasilnya dapat berupa serbuk halus (proses kering) atau berupa “slurry’
dalam air (proses basah).
Proses kering yang paling sederhana adalah dengan menyirami lapisan
bongkah-bongkah kapur tohor setebal 15-20 cm di atas lantai
Pencampuran air dengan kapur tohor sebaiknya dilakukan dengan
disertai membalik-balikan bongkah-bongkah tersebut dan dilakukan
penyiraman ulang. Bongkahan itu akan pecah menjadi serbuk kapur
padam
Pabrik gula menggunakan kapur dalam bentuk slurry senhingga
pemadaman kapur tohor tersebut dapat dilakukan dengan air berlebih
(proses basah), yang dapat dilakukan dalam suatu tangki dengan

8
pengadukan yang baik, dan pemisahan-pemisahan kasar yang mengendap
akan lebih mudah dilakukan.
b. Kapur Udara
Kapur padam yang apabila diaduk dengan air setelah beberapa waktu dapat
mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida.
c. Kapur hydraulik
Disini CaO dan MgO tergabung secara kimia dengan
pengotor- pengotor.Oksida kapur ini terhidrasi secara mudah dengan
menambahkan air ataupun membiarkannya di udara terbuka, pada reaski
ini timbul panas.

2.3Proses pembuatan kapur

Proses pembuatan kapur tohor dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

1. Pembakaran batu kapur dalam tungku batch


2. Proses semi-kontinu dengan menggunakan shaft kiln
3. Proses kontinu dengan menggunakan tungku putar (rotary kiln).

A. Proses dengan menggunakan Tungku Pendam (Tungku Batch)

1. Tungku Pendam

Tungku pendam sistem berkala berbentuk silinder yang terpendam dalam


tanah dengan sedikit bagian terbuka untuk pelaksanaan proses pembakaran
adalah penampang tungku pendam berkapasitas 60 ton batu kapur.

9
Dinding tungku pendam dibuat dari susunan batu kuarsa (batu gongsol) atau
jenis batu kali tertentu; dapat juga dibuat dari batu bata biasa. Batu bata
tidak tahan terhadap api reduksi sehingga dinding dari batu bata mudah
rusak.
Pemasukan bahan bakar dilakukan dari bukaan pada dinding yang
berhubungan dengan bukaan tempat juru bakar melakukan tugasnya
memasukkan bahan bakar. Bahan bakar masuk ke dalam rongga di dalam
tungku yang dibuat dari susunan batu kapur yang akan dibakar.

2. Susunan Batu Kapur

Penyusunan batu kapur di dalam tungku pendam merupakan langkah


penting untuk terlaksananya proses pembakaran yang efisien dan merata ke
seluruh umpan batu kapur yang akan dibakar sehingga seluruhnya
terkalsinasi menjadi kapur tohor.

Di bagian dasar disusun batu kapur berukuran besar 20- 30 cm x 30-40 cm.
Susunan ini berfungsi sebagai fondasi untuk menopang susunan batu kapur
selanjutnya sampai ke bagian atas tungku.

Industri pembakaran kapur termasuk industri yang padat energi karena 50-
60% biaya produksinya merupakan biaya energi.

Untuk tungku berisi 100 ton batu kapur memerlukan 50 ton kayu pinus yang
baik (10 truk) untuk pembakaran selama 9-10 hari.
Untuk mengurangi konsumsi kayu dapat digunakan batu bara halus tanpa
melakukan modifikasi tungku. Untuk itu hanya diperlukan peralatan
tambahan yaitu blower dan meja pengumpan batu bara.

Fondasi ini harus cukup kuat dan stabil pada temperatur tinggi
(1000-1200°C) sampai proses pembakaran selesai yaitu sekitar 3-10 hari
masing-masing untuk kapasitas 20 dan 100 ton batu kapur. Untuk ini sifat
fisik batu kapur yang digunakan pada suhu tinggi harus sudah diketahui.

10
Semakin ke atas, batu kapur yang disusun semakin kecil ukurannya dan
susunan dibuat semakin ke tengah dan akhirnya bertemu pada ketinggian ±
1/3 tinggi umpan dari dasar tungku atau 1- 2 m. Terbentuklah sebuah rongga
berbentuk setengah bola.Lubang pengapian dari luar tungku tembus ke
dalam rongga ini. Karena bentuk yang demikian mengakibatkan terciptanya
turbulensi yang tinggi dalam rongga pembakaran ini,

setelah suhu meningkat. Kondisi ini cukup ideal untuk proses pembakaran
batu bara halus.

Dengan penambahan batu bara penggunaan kayu dapat berkurang paling


sedikit setengahnya dan setiap ton batu bara dapat menggantikan 8-10 ton
kayu bakar. Kemudian di permukaan tumpukan batu kapur tersebut ditutup
dengan batu kapur kecil-kecil berukuran 2- 3 cm setebal 5 cm guna
menahan laju panas yang keluar. Selanjutnya proses pembakaran dapat
dimulai.

Susunan Batu Kapur di DalamTungku (dilihat dari atas)

2. Teknik Pembakaran

Pembakaran dimulai dengan api kecil menggunakan kayu bakar untuk


mengeringkan batu kapur. Api dapat dibesarkan setelah batu kapur hampir
kering sehingga uap air tidak terlalu banyak. Banyaknya uap air akan
mengganggu draft (tarikan) sehingga pembakaran kurang lancar, banyak
menghasilkan jelaga yang mengganggu proses pembakaran selanjutnya.

Jika unggun batu kapur sudah hampir kering, draft sudah cukup kuat, api
dapat semakin dibesarkan. Setelah api besar dan stabil, batubara halus dapat

11
dimasukkan. Ukuran butir batu bara halus adalah 30 mesh dan cara
pemasukannya adalah dengan mengalirkannya ke dalam pipa yang ditiup
blower.

Untuk tungku pendam berkapasitas 40 ton batu kapur, dapat digunakan


blower 3 inci 440 watt dan pipa untuk peniupan 4 - 5 inci.

Batu bara halus masuk ke pipa peniupan dari pipa pengumpan. Pemasukan
batu bara halus ke pipa pengumpan untuk kemudian ditiupkan ke dalam
ruang bakar dilakukan dengan sistem pengumpan.

Sistem pengumpan dapat berupa pengumpan ulir (screw feeder) dengan


kecepatan yang dapat diatur atau dapat juga secara manual.

Cara manual dapat dilakukan dengan menyediakan meja dengan lubang di


salah satu sudutnya untuk menyalurkan batu bara di atas meja dengan
mendorong batu bara ke dalam pipa pengumpan dengan tangan melalui
lubang tersebut.

Cara lain dengan menyediakan bejana diatas pipa pengumpan, kemudian


aliran batu bara halus diatur dengan kran pada pipa pengumpan. Untuk
memperlancar aliran batu bara dapat dilakukan dengan memasang kawat
menembus bukaan pada kran dan kawat diputar dengan sebuah motor listrik.

Pipa peniup batu bara dipasang sedemikian rupa sehingga batu bara halus
menyebar secara merata di dalam rongga pembakaran yang berisi kayu
bakar yang sedang terbakar dengan posisi malang melintang. Pemerataan ini
dibantu dengan adanya turbulensi yang tinggi dalam rongga pembakaran.

Turbulensi tercipta karena draft yang kuat dari unggun kapur dan udara luar
masuk ke dalam rongga melalui lubang pengapian yang sempit. Kondisi ini
sangat membantu proses pembakaran batu bara sehingga batu bara dengan
cepat terbakar dan kayu terbakar lebih lambat.

12
Setiap pemasukan satu ton batubara dapat mengurangi penggunaan kayu
bakar sebanyak 8 - 9 ton.Kecepatan pemasukan batubara antara 40 - 60
kg/jam. Kayu bakar juga terus ditambahkan sehingga api dari kayu dan batu
bara berimbang dan dicapai efisiensi pembakaran yang maksimum.

Sketsa Susunan Pengumpan Batu Bara Halus

Penggunaan Pengumpan Batu BaraHalus untuk Pembakar Kapur

Karena pemasukan batu bara secara terus menerus tanpa henti maka
peningkatan suhu juga terus menerus sehingga waktu pembakaran dengan
kombinasi batubara kayu ini lebih singkat dibanding pembakaran dengan
kayu yaitu sekitar 2/3-nya. Untuk perbandingan, dibawah ini adalah hasil
pembakaran 36 ton batu kapur.

Pembakaran dihentikan setelah seluruh muatan batu kapur telah


terkalsinasi.Hal ini dapat diketahui dengan mengukur suhu sekitar 5 cm di

13
bawah permukaan batu kapur.Setelah temperatur bertahan 2 - 3 jam pada
900°C atau lebih maka batu kapur telah terkalsinasi.

Dapat juga dilihat dari penurunan permukaan batu kapur di dalam


tungku.Setelah terkalsinasi volume produk CaO menyusut sehingga
permukaan batu kapur menurun 40 - 80 cm, tergantung kapasitas tungku
dan sifat batu kapur yang dibakar.Trayek suhu pembakaran kapur dengan
kombinasi batu bara-kayu terlihat dalam gambar.

Batu bara muda berkalori rendah, kurang dari 5500 kkal/kg, kurang efektif
untuk digunakan membakar kapur dengan teknik ini. Batu bara ini baik
untuk membakar kapur tanpa campuran kayu dalam tungku pendam yang
dimodifikasi atau tungku tegak dengan pembakar siklon.

Batu bara peringkat lebih tinggi yang bernilai kalor lebih dari 6000 kkal/kg
kurang baik untuk membakar kapur dengan teknik batu bara halus tanpa
campuran kayu dalam tungku tersebut di atas sebab api pembakarannya
dapat mencapai lebih dari 12000C. Panas yang terlalu tinggi mengakibatkan
terjadinya sintering di permukaan kapur tohor (berwarna kehitaman)
sehingga sukar diseduh menjadi Ca(OH)2.

Api di Bagian Atas Tungku pada Temperatur 9000C

14
Suhu di Bagian Atas Tungku pada Pembakaran 36 TonBatu Kapur
selama 47 Jam

15
Urutan pengolahan batu gamping (CaCO3) :

1. Transportasi dari tambang ke penggilingan, biasanya dengan kereta api


industri.
2. Penghancuran dan pengaturan besar butil dalam pemecahan rahang atau
giratori.
3. Pengayaan untuk memisahkanberbagai ukuran (misalnya, batuan 10
sampai 20 cm berarti bahwa batuan yang ukurannya lebih kecil dari 10 cm
dan lebih besar dari 20 cm telah dikeluarkan).
4. Batu-batu besar diangkut dengan gerobak ke tanur vertikal (shaft kiln).
5. Batu-batu kecil dibawa ke tanur putar (rotary kiln).
6. Batu-batu halus ke pulverisor (penggilingan halus) untuk membuat batu
gamping serbuk utnuk pertanian dan keperluan lain.
7. Batu gamping dibakar menurut ukuran masing-masing, di dalam tanur
vertikal untuk membuat gamping bongkahan, atau di dalam tanur putar
horizontal untuk membuat gamping serbuk
8. Dilakukan pengemasan terhadap hasil produksi tersebut (CaO).

16
Proses Saft Kiln

Proses semi-kontinu dengan menggunakan shaft kiln

Jobong dibuat dari batu tahan api yang diperkuat dengan carbon steel
silinder sedangkan bagian luar dari pasangan batu merah biasa,
tebal dinding bagian bawah kurang lebih 1 meter dan bagian atas kurang
lebih 0,5 meter. Dari 10,5 ton batu kapur mentah perhari atau 438 kg
perjam, pecahan 4 cm sd 15 cm akan dihasilkan kurang lebih 6 ton kapur.
Jobong terdiri dari zona pemanasan, zona kalsinasi, dan zona pendinginan.

Tiga meter bagian atas adalah zona pemanasan awal


(pre heating),pada proses kalsinasi akan mengalami pemanasan. Batuan
kapur dengan ukuran 5 - 7 cm, dibakar di dalam tungku dalam suhu tertentu.
Di sini suhu berkisar dari 900 – 1000’ C dalam waktu 1 - 3 jam.

Reaksi yang berlangsung adalah :

CaCO3 CaO + CO2 H = +44 kkal

17
Kalsinasi

Pada waktu kalsinasi, volumenya menciut, dan pada waktu hidrasi


mengembang. Kalor total yang diperlukan untuk kalsinasi per ton gamping
dapat dibagi atas dua bagian yaitu: kalor sensibel untuk menaikkan suhu
batuan sampai dekomposisiya dan kalor laten disosiasi.

Zona Pendinginan

Setelah proses pembakaran selesai maka mulailah pendinginan kapur tohor


di dalam tungku. Pendinginan ini tidak boleh terlalu lama sebab dapat
mengakibatkan hancurnya kapur tohor yang bersifat higroskopis akan
mempunyai kesempatan untuk menyerap air dari udara bebas.

Pengeluaran Hasil Pembakaran.


Untuk menghindari pengotoran dari abu batubara, maka pada waktu
pengeluaran abu batu bara yang berukuran sangat halus yang terdapat
didasar tungku harus segera dipisahkan dari kapur tohor yang masih
berbentuk bongkah-bongkah. Ini dilakukan pada saat temparatur mulai
menurun ± 400 C.

Proses Shaft kiln dengan sistem Darco Fluosolids.

18
Tanur Darco Fluosolids adalah suatu tanur vertikal yang beroprasi
berdasarkan asas yang berlainan. Umpannya adalah bahan butiran (0,225
sampai 2,4 mm) dan difluidasi dengan mengendalikan udara dan campuran
gas buang secara teliti.

Keterangan : 1. Penimbunan, 2. Pemanasan awal, 3. Kalsinasi, 4.


Pendinginan.

Secara umum proses pengolahan batu gamping (CaCO3) melalui proses


shaft kiln dengan sistemDarco Fluosolids dijelaskan pada gambar di atas.

B. Proses Rotary Kiln

Proses pembakaran yang terjadi pada tanur kiln ini disebabkan karena
adanyaperpaduan antara bahan bakar batubara dengan udara atau oksigen

19
yang betekanantinggi dimana batubara yang digunakan adalah batubara
yang telah dihaluskan hinggaberbentuk seperti tepung yang dapat
menghasilkan semburan api hingga suhu 1500oC . Bagian luar tanur putar
terbuat dari baja berat dan bagian dalamnya dilapis dengan bata refraktori
dimana bata ini memiliki kemampuan tahan panas dan air yang baik.Kiln
dipasang dengan kemiringan 4 persen dan berputar melawan arah jarum
jam dengan kecepatan 0,6 sampai 2 putaran per menit.

Kinerja Kiln

Pada saat material telah masuk ke kiln, terdapat empat zona proses
pemanasan diantaranya calsinasi zone dimana pada proses ini material yang
baru masuk kedalam kiln. Pemanasan pendahuluan itu bisa mencapao 980o
C pada waktu batu gamping masuk ke kiln. Kalor untuk pemanasan
pendahuluan ini berasal dari udara dan gas dari tanur. Material tersebut
terkalsinasi yang dikarenakan mendapatkan panas yang lebih tinggi dari
pada di dalam SP berkisar antara 1100-1200oC sehingga mengakibatkan
perubahan bentuk pada material tersebut yang tadinya berupa serbuk-serbuk
padat menjadi serbuk-serbuk yang mulai terlihat meleleh, kemudian ada lagi
yang namanya transisi zone dimana pada proses ini bahan material
mandapatkan pemanasan yang lebih tinggi berkisar antara 1200-1300oC
dimana pada prosesini material hampir mendekati cair danyang terakhir
terdapat proses burningzone dimana pada proses ini materialbenar-benar
mendapatkan pemanasansecara penuh dari kiln hingga materialtersebut
mencair dan panasnya mencapai 1400–1500oC kemudian proses yang
terakhir adalah proses cooling zone, pada proses ini material yang telah
masuk ke cooler mendapatkan pendinginan secara cepat atau proses
pendinginan yang dikagetkan karena pada cooler ini panas pada material
harus lebih dingin dibandingkan didalam kiln dimaksudkan supaya klinker
tersebut tidak lengket pada great plat dan panas pada cooler mencapai 150-
200 oC.

20
Udara panas pada cooler akan masuk kembali ke dalam kiln yang dapat
mengurangi bahan bakar untuk panasan pada kiln. Panas yang dihasilkan
didalam tungku kiln tidak serta merta berimbas keluar di karena pada
dinding kiln dilapisi oleh bata tahan api yang mampu menahan panas yang
sangat tinggi hingga 1600oC. Sehingga lingkungan yang disekitar kiln tidak
terlalu panas pada saat kita berada disekitar area kiln. Kiln memiliki tiga
penyangga / support untuk dapat menahan berat kiln tersebut diantaranya
ada di ujung sebelah kanan dan kiri dan juga ditengah, ketiga penyangga ini
sangat berperan penting untuk menahan tanur kiln agar tidak jatuh dan di
salah satu suppor tersebut terdapat satu motor yang berfungsi untuk
memutar kiln saat beroprasi. Berikut spesifikasi dari kiln beserta gambarnya
dapat dilihat dibawah ini:

Kiln
· Diameter : 5,5 meter
· Panjang : 87 meter

Motor Penggerak
· Ukuran kiln drive : 1500 KW (2 x750 KW )

21
· Jumlah support : 3
· Maximum speed : 3,5 rpm

22
2.4 Proses Pembuatan Kapur Padam

 Proses Kering :

Dilakukan dengan menyiram bongkahan kapur tohor setebal 15-20cm


di atas lantai dengan air secukupnya. Pencampuran air dengan kapur
tohor sebaiknya dilakukan dengan disertai membalik-balikkan
bongkahan tersebut dan dilakukan penyiraman ulang. Bongkahan itu
akan pecah menjadi kapur padam.

Proses kering lainnya yang dilakukan dengan mesin yang dilengkapi


alat spraying, slaking unit, dan sering kali dilengkapi dengan alat
pemisah Ca(OH)2 dari kotorannya.pemisahan ini dilakukan dengan cara
screening

Jumlah air yang ditambahkan adalah sekitar dua kali jumlah


stoikiometri yang diperlukan untuk reaksi hidrasi. Kelebihan air
ditambahkan untuk meredamkan suhu yang dihasilkan oleh panas
reaksi. Uap yang dihasilkan mengandung partikel kecilnya

23
akanmelewati peralatan filter sebelum dibuang ke atmosfer. Debu dari
uap tersebut dapat kembali jatuh ke hidrator

Sebuah reaksi eksoterm yang kuat berlangsung menghasilkan 1140 kJ


per kg CaO. Rata-rata waktu tinggal padatan dalam reaktor utama
adalah sekitar 15 menit. Setelah hidrasi produk tersebut dipindahkan ke
classifier udara menyapu bagian kasar dan halus dipisahkan dengan
menggunakan aliran udara daur ulang. Bagian yang kasar dapat digiling
dan didaur ulang.

 Proses Basah :

Menyiram bongkahan dengan air berlebih dalam tangki berpengaduk


sehingga menjadislurry.

Reaksi :
CaO + H2O Ca(OH)2(p) H = 15,9 Kcal

2.5Manfaat Batu Kapur

Adapun pemanfaatan dari kapur diantaranya adalah :

1. Bahan bangunan
Bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk
plester,adukan pasangan bata, pembuatan semen tras ataupun semen
merah.
2. Bahan penstabilan jalan raya
Pemaklaian kapur dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya
termasuk rawa yang dilaluinya.Kapur ini berfungsi untuk mengurangi
plastisitas, mengurangi penyusutan dan pemuaian fondasi jalan raya.
3. Sebagai pembasmi hama
Sebagai warangan timbal (PbAsO3) dan warangan kalsium (CaAsO3)
atau sebagai serbuk belerang untuk disemprotkan.

24
4. Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian
Apabila ditaburkan untuk menetralkan tanah asam yang relatife tidak
banyak air, sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium yang
berkurang akibat panen, erosi serta untuk menggemburkan tanah.Kapur
ini juga dipergunakan sebagai disinfektan pada kandang unggas, dalam
pembuatan kompos dan sebagainya.
5. Penjernihan air
Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri , kapur dipergunakan
bersama-sama dengan soda abu dalam proses yang dinamakan dengan
proses kapur soda.

2.6Kelebihan dan kelemahan proses pembuatan batu kapur :

1. Tungku Batch
Kelebihan :
- Biaya produksinya paling murah di banding proses saft kiln dan rotari
kiln.
Kelemahan - Kualitas hasil produksi kapur tohor paling rendah di
banding dengan proses saft kiln dan rotari kiln.
- Kapasitas kapur gamping yang di muat paling sedikit dibanding yang
lain 60 ton.
2. Tungku Vertikal (saft Kiln)
Kelebihan :
-hasil produksi lebih baik dari tungku batch.
-lebih hemat bahan bakar.

3. Rotary Kiln
Kelebihan :

-Kapasitas paling tinggi.


- Dapat menghasikan gampingdengan kualias yang seragam
Kelemahan

- Memerlukan biaya yang besar.

25
Di bawah adalah data tentang kapasitas produksi kapur di Indonesia :

Kapasitas Nama Pabrik Jml Kapur Persts. Jml Limbah


produksi kapur Kapur (ton) limbah (%) (ton)
dan jumlah
limbah per
bulan No.
1. Sinar Baru 140 5 7
2. Bina Raksa 220 4.5 10
3. Subur 200 5 10
4. Putra Jaya 150 3.3 5
5. Gunung Kawi 320 4.4 14
6. Karya Mekar 310 3.9 12
7. Okubawa Sakti 96 6.25 6
Jumlah 7 1436 ton 4.62 % 64 ton

26
III. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara
organik, secara mekanik, atau secara kimia.
2. Proses pembuatan kapur tohor dibuat dengan tiga cara yaitu :
a. Pembakaran batu kapur dalam tungku batch
b. Proses semi-kontinu dengan menggunakan shaft kiln
c. Proses kontinu dengan menggunakan tungku putar (rotary kiln)
3. Kapur padam / hydrated lime(Ca(OH)2)) : adalah bentuk hidroksida dari
kalsium atau magnesium yang dibuat dari kapur keras yang diberi air
sehingga bereaksi dan mengeluarkan panas.
4. Kapur Udara adalah kapur padam yang apabila diaduk dengan air setelah
beberapa waktu dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon
dioksida.
5. Kapur hydraulik : disini CaO dan MgO tergabung secara kimia dengan
pengotor- pengotor.

27

Anda mungkin juga menyukai