Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Sejarah Penemuan Semen 3


B. Definisi Semen 4
C. Bahan Baku Semen 4
D. Proses Pembuata Semen 6

BAB III PENUTUP 8

A. Kesimpulan 8
B. Saran 8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan batu gamping dalam industri kimia termasuk semen telah


berlangsung sejak zaman penggunaan mortar gamping dan semen alami mulai
dikenal dalam peradaban umat manusia. Pada zaman modern, peradaban manusia
sangat tergantung pada semen dan hal ini dapat diamati dalam kehidupan sehari-
hari, seperti pembangunan sarana dan prasarana perhubungan, pemukiman,
bendungan, terowongan dan eksplorasi pemboran (mineral, panas bumi, batubara,
minyak dan gas bumi).

Semen adalah hasil industri dari paduan bahan baku yang terdiri dari batu
kapur atau gamping sebagai bahan utama dan tanah liat atau bahan pengganti
lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang
proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan
air. Penggunaan semen pertama untuk membuat beton terjadi pada awal tahun
1900-an. Beton adalah batuan buatan yang terbuat hasil campuran antara semen,
air, pasir, batangan besi dan kerikil secara terkontrol dengan perbandingan
tertentu dan teliti. Dari penemuan beton ini selanjutnya berkembang industri
semen.

Sejak abad ke-20, industri semen berkembang sangat pesat di seluruh dunia
dan menjadi kunci pengembangan industri dalam kerangka memenuhi kebutuhan
pokok papan dari tiga kebutuhan pokok utama yakni sandang, papan dan pangan.

B. Rumusan Masalah

Dari latarbelakang diatas dapat diambil beberapa rumusan masalahnya


yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana Sejarah Pembuatan Semen?


2. Apa Definisi semen ?

2
3. Apa saja bahan baku dari semen?
4. Bagaimana proses pembuatan semen?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui sejarah pembuatan Semen?


2. Untuk mengetahui definisi semen ?
3. Unuk mengetahui bahan baku dari semen?
4. Untuk mengetahui proses pembuatan semen?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pembuatan Semen


Nenek Moyang Bangsa Indonesia telah mengenal bahan serupa semen, ada
yang dari pasir halus diberi telur, ataupun pasir dengan getah tebu. Di Mesir,
menurut Kitab Suci para pekerja membuat bangunan dengan “ter dan gala-gala”.
Namun proses penemuan semen di dunia ternyata lebih panjang daripada yang
diduga. Bentuk semen yang kita kenal sekarang ini pada mulanya merupakan hasil
percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman
kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu
lantas dinamai pozzuolana. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum
(bahasa Latin), yang artinya kira-kira “memotong menjadi bagian-bagian kecil tak
beraturan”. Meski sempat populer di zamannya, nenek moyang semen made
in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar
abad pertengahan (tahun 1100 – 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat
menghilang dari peredaran.
Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-
an M), John Smeaton-insinyur asal Inggris menemukan kembali ramuan kuno
berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran
batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai
Cornwall, Inggris. Namun pada kenyataanya, hak paten proses pembuatan semen
awal ini bukanlah pada Smeaton. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur
berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang dinamai ”
portland cement” atau PC. Pemberian nama ini menurut warna hasil akhir
olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah
yang sekarang banyak diproduksi. Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh
dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya
akan kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak mengandung silika
(sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi.
Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai

4
terbentuk campuran baru. Di dalam proses pemanasan, menghasilkan campuran
padat yang mengandung zat besi. Nah, agar tak mengeras seperti batu, campuran
ini diberi bubuk gypsum dan dihaluskan hingga berbentuk partikel-partikel kecil
mirip bedak.

B. Definisi Semen
Menurut SNI 15-2049-2004, semen portland merupakan semen hidrolis
yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang
terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama
dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium
sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Semen disebut hidrolis
karena senyawa-senyawa yang terkandung di dalam semen dapat bereaksi dengan
air sehingga membentuk zat baru yang bersifat perekat terhadap batuan.
Menurut SNI 15-7064-2004, semen portland komposit adalah bahan
pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak semen portland dan
gypsum dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara
bubuk semen portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik
tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa
silikat, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6% – 35 % dari massa
semen portland komposit.

C. Bahan baku semen


Bahan baku pembuatan semen adalah batu kapur (CaCO3), pasir silika
(SiO2), tanah liat (Al2O3) dan pasir besi (Fe2O3). Sesuai dengan fungsinya, bahan
baku yang dipakai dalam industri semen dibagi sebagai berikut:
1. Bahan baku utama
Secara garis besar bahan baku utama semen dapat dibedakan menjadi 2
golongan, yaitu:
a. Calcareous (Carbonatic) material, Calcareous material adalah batuan
alam dengan komposisi kimia yang utama adalah CaCO3. Beberapa
contohnya adalah:

5
b. Limestone (batu kapur), ditemui dalam bentuk mineral kalsit dan
aragonite dengan kadungan CaCO3 50-99%. Spesifik gravitiy 2,6-2,9.
Kekerasan 1,8-3 skala Mohs. Kekerasan tergantung dari umur
geologisnya. Pada umumnya makin tua umur geologisnya, limestone
akan semakin keras. Limestone dengan kemurnian CaCO3 tinggi
berwarna putih, tetapi biasanya limestone tercampur dengan clay
maupun senyawa besi yang akan mempengaruhi warnanya.
c. Chalk (tanah kapur lunak), bersifat lunak karena umur geologisnya
relatif muda dibandingkan limestone. Pemakaian chalk dalam
pembuatan semen akan menurunkan biaya operasi karena dalam
penambangan tidak memerlukan peledakan maupun crusher.
d. Marl, merupakan limestone yang tercampur dengan silica dan Fe2O3.
Marl merupakan bentuk transisi dari batu kapur menjadi clay yang
secara geologis merupakan batuan sedimen yang mengendapkan
CaCO3 dan clay. Kekerasan marl lebih rendah dari limestone, makin
tinggi kandungan clay, kekerasannya makin rendah. Warnanya
bervariasi, dari kuning sampai abu-abu kehitaman, tergantung senyawa
apa yang terkandung di dalam clay.
e. Argillaceous materials, Umumnya terdiri dari mineral-mineral yang
banyak mengandung silica, alumina dan oksida besi. Argillaceous
materials yang umum dipakai Silica Stone, Silica Sand, Fint,
Argillaceous Marl dan Marly Clay.Clay pada dasarnya terdiri atas
banyak variasi komposisi, yang pada umumnya merupakan senyawa
Aluminate-Silicate-Hydrate (Caolin, Montmorillonite atau linite).

2. Bahan korektif
Bahan ini dipakai apabila terjadi kekurangan salah satu komponen pada
campuran bahan baku utama. Bahan yang digunakan biasanya mineral-
mineral yang mempunyai konsentrasi salah satu unsur tertinggi, misalnya:
a. High grade limestone, untuk koreksi kekurangan CaO.
b. Quarst, untuk koreksi kekurangan SiO2.

6
c. Bauxite, untuk kekurangan Al2O3.
d. Pasir besi atau Pyrite Ash, untuk koreksi kekurangan Fe2O3.
3. Bahan aditif
Bahan aditif dimasukkan ke dalam campuran raw mix atau clinker untuk
mendapatkan sifat-sifat tertentu yang diinginkan, misalnya:
a. CaF2, untuk memperbaiki proses pembakaran bahan baku di dalam
kiln.
b. Gypsum, untuk mengatur waktu pengerasan (setting time) semen.
c. Blast furnace slag, Fly Ash, Natural Pozzolan, untuk mendapatkan
sifat-sifat tertentu yang kurang dipenuhi oleh Ordinary Portland
Cement (OPC).

D. Langkah Pembuatan Semen


Langkah Utama Proses Produksi Semen adalah:
1. Penggalian/Quarrying
Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen: Pertama
adalah material yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur
(calcareous materials) seperti batu gamping, kapur, dll. Kedua adalah
material yang kaya akan silika atau material mengandung tanah liat
(argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan tanah liat
dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat
penghancur.
2. Penghancuran
Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran primer bagi
material yang digali.
3. Pencampuran
Awal material yang dihancurkan melewati alat analisis online untuk
menentukan komposisi tumpukan bahan.
4. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku
Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada
tahap awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan

7
dengan jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai
kehalusan yang diinginkan.
5. Pembakaran dan Pendinginan Klinker
Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata diumpankan ke pre-
heater, yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian
siklon dimana terjadi perpindahan panas antara umpan campuran bahan
baku dengan gas panas dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial
terjadi pada pre heater ini dan berlanjut dalam kiln, dimana bahan baku
berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada kiln yang
bersuhu 1350-1400°C, bahan berubah menjadi bongkahan padat berukuran
kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin
klinker, dimana udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga
mencapai 100 °C.
6. Penghalusan Akhir
Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan
dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran
bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke
klinker dan diumpankan ke mesin penggiling akhir. Campuran klinker dan
gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker, gipsum dan posolan
untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistim tertutup dalam penggiling
akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian
dialirkan dengan pipa menuju silo semen.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an
M), John Smeaton-insinyur asal Inggris menemukan kembali ramuan kuno
berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran
batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai
Cornwall, Inggris. Namun pada kenyataanya, hak paten proses pembuatan semen
awal ini bukanlah pada Smeaton. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur
berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang dinamai ”
portland cement” atau PC. Pemberian nama ini menurut warna hasil akhir
olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Semen disebut hidrolis karena
senyawa-senyawa yang terkandung di dalam semen dapat bereaksi dengan air
sehingga membentuk zat baru yang bersifat perekat terhadap batuan.
Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang
mampu mempesatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan
yang kokoh. Beberapa jenis semen diantaranya semen portland putih, semen
portland pozolan, semen portland/Ordinary Portland Cement (OPC), semen
portland campur, semen masonry, semen portland komposit. Langkah utama
proses produksi semen diantaranya penggalian, penghancuran, pencampuran awal,
penghalusan dan pencampuran bahan baku, pembakaran, pendinginan klinker dan
penghalusan akhir.

B. Saran

Penggalian dan pengolahan semen sangat mendukung kemajuan suatu


Negara, tetapi yang jangan dilupakan adalah masalah limbah. Untuk mengatasi
permasalah tersebut diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, diantaranya:

a. Industri, diharapkan sebelum membuang limbah pabriknya harus


dimenetralisasinya atau mendaurnya.

9
b. Pemerintah, diharapkan melakukan pengawasan yang ketat terhadap
industri-industri, terutama dalam masalah penanggulangan limbahnya.
c. Masyarakat, diharapkan turut serta dalam melakukan pengawasan kinerja
industri-industri terutama masalah penanggulangan limbahnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Alfi. 2001. Pyroprocessing [Materi 1 Kursus Eselon IV]. Bogor. Institut
Semen Dan Beton Indonesia

SNI 15-2049.2004. Semen portland. Diakses tanggal 04 Juni 2018

SNI 15-7064. 2004. Semen portland komposit. Diakses tanggal 04 Juni 2018

11

Anda mungkin juga menyukai