Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,
tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batubatu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil,
berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di
Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan
sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di
Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau
Buton.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu.
Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini
awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali
ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli,
Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi,
sekitar abad pertengahan (tahun 1100 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat
menghilang dari peredaran.
Pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M),
John Smeaton, seorang insinyur asal Inggris menemukan kembali ramuan kuno
berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu
kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai
Cornwall, Inggris.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas
dimanfaatkan dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains material
yaitu suatu cabang ilmu yan meliputi pengembangan dan penerapan pengetahuan
yang mengkaitkan komposisi, struktur dan pemrosesan material dengan sifat-sifat
kegunaannya.semen termasuk material yang sangat akrab dalam kehidupan kita
sehari-hari.

I.2

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan semen?
2. Bagaimana pengaruh bahan semen terhadap jenis-jenis semen?
3. Bagaimana karakteristik dari tiap jenis-jenis semen?
4. Bagaimana proses pembuatan semen dalam industri semen?
5. Seberapa besar pengaruh industri semen terhadap lingkungan?
6. Bagaimana menanggulangi dampak industri semen terhadap lingkungan?

I.3

Tujuan
Tujuan dengan disusunnya makalah ini yaitu :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan semen.
2. Mengetahui apa saja jenis-jenis semen.
3. Mengetahui karakteristik semen.
4. Mengetahui proses pembuatan semen dalam industri semen.
5. Mengetahui bagaimana pengaruh atau dampak dari industri semen terhadap
lingkungan.
6. Mengetahui bagaimana cara menanggulagi dampak negatif dari industri semen.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1

Pengertian Semen
Yang disebut semen pada umumnya adalah campuran bahan batu-batuan
tertentu yang jika ditambah air akan mengeras dengan sendirinya. Maka secara
sederhana yang dapat digolongkan ke dalam apa yang disebut semen adalah (gamping
+ gips + air) atau (gamping + pasir + batu merah = semen merak).
Mula-mula secara sederhana semen dibuat dengan membakar batu-batuan di
alam dan jika hasilnya ditambah air akan mengeras dengan sendirinya. Tetapi proses
tersebut sekarang sudah tidak digunakan lagi, mengingat hasilnya yang kurang
memuaskan. Maka dengan semakin majunya bidang teknologi di atas landasan
pengetahuan teknik kimia, proses pembuatan semen dalam industri mengalami
perubahan dan perbaikan untuk memproduksi bermacam-macam jenis semen yang
hasilnya cukup memuaskan.
Semen, diperkirakan sudah dikenal sejak dahulu, terbukti dengan adanya
gedung-gedung kuno yang menggunkan bahan-bahan seperti semen. Kemudian pada
tahun 1824 seorang Inggris Joseph Aspdin membuat semen dengan cara membakar
batu-batuan dari kepulauan Portland dekat Inggris yang hasilnya dikenal sampai
sekarang dengan nama Portland Cement. Kemudian di Italia, membuat semen dengan
cara membakar tanah Pozzolana yang berasal dari gunung berapi dan ternyata
hasilnya seperti Portland Cement.

II.2

Jenis-jenis Semen
Beberapa jenis semen yang sudah dikenal yaitu:
1. Semen Pozzolana
Mula-mula dibuat di Italia, dengan cara membakar empat bagian tanah Pozzolana
ditambah satu bagian kapur, hingga menjadi Semen Pozzolana.
2. Semen Portland
Dibuat dengan cara kalsinasi lempung kapur dan lain-lain dan hasilnya kalsinasi
ini ditambah dengan gips. Semen Portland berwarna abu-abu hijau atau abu-abu
coklat, dan Semen Portland ini mempunyai beberapa jenis, diantaranya :
3

a. Semen Reguler
Jenis semen ini biasa untuk dipakai pada konstruksi beton umum. Jenis lain
dari semen ini, yaitu: semen putih yang mengandung banyak lebih sedikit
oksida besi, semen minyak, dan semen-semen lain untuk pemakaian khusus,
misalnya untuk pembangunan rumah-rumah.
b. Semen Moury
Campuran semen dengan batu kapur dan tanah distomaae yang dihaluskan
dengan atau tanpa tambahan Ca-Stearat, petroleum, lempung-lempung koloid
untuk menambah plastisitas.
c. Semen H.E.S (High Early Strength Cement)
Bahan dasar mengandung lebih banyak kapur, pembakarannya dilakukan
sebanyak dua kali, mengandung lebih banyak 3 Ca.SiO2 (C3S) daripada semen
reguler, halus sekali, cepat mengeras, serta diikuti pengeluaran panas yang leih
banyak daripada semen biasa.
d. Semen L.E (Low Heat of Setting Cement)
Semen ini mengandung lebih banyak 4 CaO.Al 2O3.Fe2O3 (C4AF), 2 Ca.SiO2
(C2S) sedang kadar 3 CaO.Al2O3 (C3A) rendah. Semen ini baik sekali untuk
membuat dam-dam air.
e. Acid Rest Cement
Semen ini tahan terhadap bahan-bahan kimia dan terutama terhadap asam
sulfat. Mengandung lebih sedikit 3 CaO.Al2O3 dan lebih banyak mengandung
4 CaO.Al2O3.Fe2O3 dan biasanya ditambah sedikit Ca-stearat atau Natrium
Silikat.
3. Semen Alumina Tinggi
Dibuat dengan cara kalsinasi campuran kapur dan bauxite dan biasanya
mengandung FeO, Silika, Magnesia, dan lain-lain. Persetase Al 2O3 berkisar 40%
70% dan semakin tinggi kadar Al, maka semakin panas. Hasilnya cepat mengeras,
tahan terhadap air laut dan asam sulfat, maka semen jenis ini banyak dipakai
untuk tungku-tungku pembakar.
4. Semen Tanah Asam (Semen Spesial)
Semen ini banyak digunakan untuk menara-menara yang mengeluarkan gas-gas
asam dan untuk lantai-lantai tahan asam. Semen ini dibuat dari Na 2SiO3
(waterglas) silikat tinggi dengan pasir silika dan tepung asbest, diolah menjadi
4

dalam bentuk slurry (bubur), kemudian dikenakan proses kalsinasi dan hasilnya
dihaluskan.

II.3

Bahan Dasar Semen


Pada umumnya bahan dasar yang digunakan pada pembuatan semen dalam
industri adalah :
1. Batu kapur
2.
3.
4.
5.

II.4

Lempung (clay)
Pasir silika
Biji besi
Gips (CaSO4.2H2O)

: ini akan banyak memberikan CaO dan sedikit


mengandung MgO.
: ini akan memberikan SiO2, juga Al2O3 dan Fe2O3.
: SiO2.
: ini akan banyak memberikan Fe2O3 dan sedikit Al2O3.
: ini berfungsi memperlambat pengerasan semen.

Proses Benifikasi
Untuk memperoleh campuran yang teliti, maka sebelum bahan-bahan dasar
semen ini masuk tungku pembakaran, harus dikenakan proses benifikasi (proses
pengapungan) terutama untuk membuat perbandingan komponen-komponen massa
yang tepat dan juga untuk menghilangkan bahan-bahan yang tidak diinginkan,
misalnya kadar kapur silika dan besi harus cukup, sedang kadar alumina dan alkali
harus serendah mungkin. Sebab adanya mineral-mineral yang tidak dikehendaki akan
merusak spesifikasi dari pada semen, yaitu misalnya :
- Membentuknya menjadi semakin lama.
- Panas yang keluar menjadi sedikit.
Maka perlu penelitian secara periodik terhadap bahan semen sebelum
dikenakan pembakaran. Pembakaran harus dengan suhu yang tetap, dan penghalusan
harus cukup agar sifat semen tetap baik.
Proses benifikasi ini merupakan kombinasi dari operasi-operasi grinding,
clasification, flotasi, dan pemekatan. Yang harus diteliti adalah perbandingan oksidaoksida yaitu CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3, yang terlalu banyak dikurangi dan yang
terlalu sedikit ditambah. Mineral-mineral yang tidak diperlukan misalnya mika dan
talk, dibuang pada hydro-separator agar sesedikit mungkin adanya kotoran-kotoran
yang ikut.

II.5

Senyawa-senyawa Penyusun Semen


Senyawa-senyawa yang penting berikut fungsinya masing-masing yang
terdapat didalam bahan semen adalah sebagai berikut :
1. C3S
: 3 CaO.SiO2 (Trikalsium Silikat), berfungsi memberi kekuatan awal
pada semen, waktu mula-mula, 1 2 bulan.
2. C2S
: 2 CaO.SiO2 (Dikalsium Silikat) berfungsi memberi kekuatan setelah
beberapa waktu lama.
3. C3A
: 3 CaO.Al2O3 (Trikalsium Aluminat), sebenarnya tidak memberikan
5

sifat yang spesifik didalam semen, melainkan jika terlalu banyak


dapat membahayakan. Sebab jika dicampur dengan air akan mudah
bereaksi, timbul banyak panas, semen akan cepat mengeras (flash
setting). Akibatnya kekuatan semen akan berkurang, karena kekuatan
itu diambil oleh C3A dan C4AF.
4. C4AF
: 4 CaO.Al2O3.Fe2O3 (Tetrakalsium Alumino Ferrit), kalau terlalu
banyak juga membahayakan, sebab mengurangi persentase C2S dan
C3S.
5. MgO
: Magnesium Oksida (MgO) dan Kalsium Oksida (CaO) dalam
keadaan bebas dan dalam jumlah banyak, akan dapat menimbulkan
peristiwa pengembangan tertunda (delate expansion). Jadi kalau
masih ada MgO dan CaO yang bebas, lebih-lebih kalau berbentuk
kristal, akan bereaksi dengan air secara lambat sekali dan timbul
panas, maka reaksi air dengan senyawa-senyawa lainnya akan
terhenti atau lama sekali. Kemudian MgO dan CaO akan mengadakan
reaksi juga dengan lembab udara menurut reaksi :
CaO + H2O Ca(OH)2
MgO + H2O Mg(OH)2
Akibat dari reaksi ini, volume membesar dan ini yang menyebabkan bangunan
menjadi retak-retak karenanya, sebab volume Ca(OH)2 dan Mg(OH)2 lebih besar
daripada volume CaO dan MgO. Karena itu produksi semen yang akan dikirim ke
konsumen harus di teliti dahulu adanya CaO dan MgO.

II.6

Proses Pembuatan Semen Dalam Pabrik


Sampai pada saat ini masih dikenal dua macam proses, yaitu proses basah (wet
process) dan proses kering (dry process), dimana masing-masing proses tersebut
mempunyai keuntungan dan kerugiannya. Ini tergantung pada bahan dasarnya (berair
atau kering, serta jenis bahan bakar yang dipakai).
1. Proses Basah (Wet Process)
Proses ini pada garis besarnya adalah bahan dasar digiling dalam crush, di ayak,
dimasukan ke dalam ball-mill, dan dicampur dengan air dan membentuk slurry
(bubur), dikenakan proses benifikasi untuk kemudian baru dikenakan pembakaran
(kalsinasi) dalam rotary kiln ( tungku pembakaran putar).
Keuntungan dan kerugiannya yaitu :
a. Tungkunya lebih panjang (90 120 m), supaya pemanasannya senpurna.
b. Pemakaian bahan bakar lebih banyak.
c. Pencampuran lebih homogen, karena berbentuk bubur.
d. Tak begitu banyak debu, dibandingkan dengan proses kering.
e. Kontak dapat baik.
f. Pengangkutan bahan lebih mudah, dapat menggunakan pompa.
2. Proses Kering (Dry Process)

Proses ini pada garis besarnya adalah bahan-bahan mentah digiling dan dicampur
dalam keadaan kering , dan dalam keadaan berupa tepung dikenakan proses
pembakaran (kalsinasi) dalam rotary kiln (tungku pembakaran putar).
Keuntungan dan kerugiannya yaitu :
a. Tungkunya lebih pendek (35 45 m).
b. Bahan bakar sedikit, sebab tidak perlu menguapkan air.
c. Pencampuran massa tidak begitu homogen.
d. Banyak debu yang keluar, dapat mengganggu kesehatan.
e. Reaksinya tidak sempurna, karena prosesnya dalam keadaan padat.
Catatan :
1. Untuk bahan mentah lempung kapur basah, lebih menguntungkan dengan proses
basah. Sebab jika dengan proses kering, bahan harus dikeringkan dahulu baru
dikerjakan.
2. Tungku pembakaran putar dibuat dari baja yang didalamnya terdapat batu tahan
api. Diameternya 9 11 ft dan putarannya sekitar 0,5 3 rpm. Lamanya bahan
dalam tungku kira-kira 2 3 jam dan sudut miring tungku 2o.

Gambar 2-1. Flow Sheet Wet Process

II.7

Langkah-langkah Proses Basah (Wet Process)


1. Batu kapur dari crusher pertama dan kedua dalam perbandingan tertentu dengan
biji besi, pasir silika, dan clay dalam membentuk slurry, dicampur didalam raw
mill ditambah 47% air hingga membentuk slurry, kemudian dikenakan proses
benifikasi dalam correcting tank, diperiksa banyaknya oksida-oksida yang
penting.

2. Dicampur lagi dalam blending tank, kemudian disaring dalam rotary filter untuk
mengurangi jumlah air sebelum dibakar.
3. Slurry dikenakan pembakaran (kalsinasi) dalam rotary kiln secara counter current
dengan arah spray burner, sampai menjadi clinker pada ujung yang lain.
4. Clinker didinginkan dalam clinker cooler (pendingin putar dengan udara dingin),
dan udara panas yang keluar dipakai untuk spray burner.
5. Clinker dicampur dengan gips dalam perbandingan tertentu dan dihaluskan dalam
finished mill dan hasilnya ditampung ke dalam silo-silo.

II.8

Proses Pembakaran Dalam Rotary Kiln


Proses yang terjadi didalam tungku pembakaran putar (rotary kiln) terbagi
dalam 5 zone pembakaran, yaitu :

Zone I
Zone II
Zone III

Zone IV

Zone V

: mempunyai suhu 100oC, terjadi penguapan air.


: mempunyai suhu 500oC, terjadi pelepasan atau penguapan air kristal
yang melekat pada clay (lempung).
: mempunyai suhu antara 90 1200oC, terjadi kalsinasi dan reaksi
pokok dari kapur dan lempung.
CaCO3 CaO + CO2
MgCO3 MgO + CO2
Disini Al mulai lebur dan mengadakan reaksi dengan CaO yang
halus.
: mempunyai suhu sekitar 1250 1280oC, terjadi leburan semen.
Al2O3, Fe2O3 meleleh, sedang CaO yang halus semuanya lebur.
1) Al2O3 + Fe2O3 + CaO C4AF
Ini bereaksi terus sampai Fe2O3 habis.
2) Sesudah Fe2O3 habis, baru Al2O3 bereaksi :
Al2O3 + 3 CaO C3A
Reaksi berjalan terus sampai Al2O3 habis.
3) Silikat mulai meleleh (agak lebur).
SiO2 + 2 CaO C2S
Reaksinya berjalan terus sampai SiO2 habis.
4) CaO + C2S C3S
5) CaO sisa, keluar sebagai CaO bebas.
: merupakan zone pendinginan, dimana massa (clinker) semen keluar
dari tungku pembakaran putar, untuk kemudian didinginkan.

Reaksi-reaksi dalam semen kebanyakan reaksi-reaksi zat padat, hanya yang


akhir-akhir terjadi reaksi leburan, yang semuanya ini disebut dengan pembakaran
semen. Clinker di dalam clinker cooler didinginkan dengan udara tertekan, dan setiap
saat di ambil contoh untuk diteliti kadar airnya dan juga kadar CaO bebas yang ada.
8

II.9

Susunan Semen
Pada semen Portland susunannya tergantung dari bahan dasar yang
dimasukan, juga tergantung pula pada kondisi pembakaran dalam rotary kiln. Dari
hasil analisa ternyata susunannya bermacam-macam, tetapi yang terbanyak susunan
dari CaO.SiO2 kemudian CaO.SiO2.Al2O3 dan juga CaO.SiO2.Al2O3.Fe2O3.MgO.
Hubungan-hubungan senyawa yang dikenal menurut sistimnya adalah sebagai
berikut :
a. Sistim 1 komponen : CaO, juga MgO (C / M).
b. Sistim 2 komponen : 2 CaO.SiO2 / 3 CaO.SiO2 / 3 CaO.Al2O3 (C2S /C3S / C3A).
c. Sistim 3 komponen : 4 CaO.Al2O3.Fe2O3 (C4AF).
d. Sistim 4 komponen : xCaO.yAl2O3.zFe2O3.SiO2 (Cx.Ay.Fz.S)
CaO.Al2O3.MgO.SiO2 (C.A.M.S)
e. Sistim 5 komponen : CaO.Al2O3.Fe2O3.SiO2.MgO (C.A.F.S.M.)
Tetapi yang terbanyak adalah sistim 1, 2, dan 3 komponen.

II.10 Proses Pengerasan Semen


Sudah banyak teori-teori yang menerangkan mengenai pengerasan semen,
tetapi umumnya menganggap bahwa pengerasang disebabka karena reaksi hydrasi
dan hydrolisa antara konstituen-konstituen semen.
1. Hydrolisa : C3S + x H2O C2S.xH2O + Ca(OH)2
(kristal)
C4AF + x H2O C3A.6H2O + CF(x-6)H2O
kristal
kristal
2. Hydrasi : C2S + x H2O C2S.xH2O (amorf)
C3A + 6 H2O C3A.6H2O (kristal)
C3A + 3 CaSO4.2H2O + 25 H2O C3A.3CaSO4.31H2O
MgO + H2O Mg(OH)2

(kristal)

Hasil dari hydrolisa dan hydrasi sukar larut dalam air dan keras. Jika reaksi
tidak betul maka tentu saja pada proses pengerasan semen terjadi banyak sekali air
yang keluar dari massa campuran. Selama proses pengerasan terjadi panas, panas ini
disebut panas hydrasi, yang untuk macam-macam senyawa berlainan.
Umumnya tingkat panas hydrasi C3A > C3S > C4AF > C2S.
Tabel panas hydrasi dalam Cal/gram.
Macam
senyawa
C4AF
C3A
C2S
C3S

Hari
3
29
170
19,5
98,3

7
43
188
18,1
110,0

28
48
202
43,6
114,0

90
47
188
55,2
122,4

180
73
218
52,6
120,6

Banyaknya panas hydrasi dapat diatur, jangan terlalu tinggi atau terlalu
rendah. Kecuali untuk maksud-maksud tertentu, misalnya :
1. Low Heat of Setting Cement
9

Panas hydrasi harus rendah, dengan cara C 3A atau C3S rendah, tetapi C2S tinggi.
Ini dapat dibuat dengan cara :
Menambah lebih banyak Fe2O3 hingga terdapat lebih banyak C4AF dan C3A
a.
berkurang.
Mengurangi perbandingan CaO/SiO2
b.
Semen jenis ini dipakai pada pembuatan dam-dam, supaya tidak retak, sebab
banyak panas yang dikeluarkan.
2. High Early Strength Cement
Panas hydrasi harus tinggi dengan menambah CaO, sehingga C3A-nya banyak.
Biasanya dibuat dengan membakar clinker lagi dengan menambah kapur, jadi
pembakaran dilakukan 2 kali.

II.11 Penelitian Terhadap Produk Semen


Supaya hasil semen tetap uniform, maka biasanya dilakukan bermacammacam analisa secara :
1. Pengujian secara kimia :
Yang diselidiki adalah :
Oksida-oksida
Komponen-komponen
Kondisi % CaO
Dan sisa-sisa lainnya.
2. Pengujian secara fisika :
a.
Kehalusan

b.
c.

Permukaan spesifik
Kekuatan tekan

d.

Kekuatan tarik

e.

Waktu kepadatan

f.

Expansi

: CaO, Al2O3, Fe2O3, SiO2, MgO, dan SO3.


: C3S, C2S, C3A, dan C4AF.
: dengan menggunakan Modulus Hydrolic.
: untuk analisa digunakan screen semen, dan semen
yang baik harus mempunyai kehalusan :
98 99% melalui 200 mesh
90% melalui 325 mesh
: yang baik adalah 1750 cm/gram
: harga standard : 3 hari minimum 84,5 kg/cm2
7 hari minimum 147,8 kg/cm2
28 hari minimum 246,4 kg/cm2
: harga standard : 3 hari minimum 10,6 kg/cm2
7 hari minimum 19,4 kg/cm2
28 hari minimum 24,6 kg/cm2
: pemadatan awal minimum 60 menit
pemadatan akhir maksimum 600 menit
: maksimum 500%

Disamping pengujian-pengujian diatas masih banyak macam-mcam


pengujian lainnya. Terhadap clinker yang keluar dari rotary kiln, selalu dianalisa
mengenai :
1. Sempurna, kurang, atau terlalu lewat terbakar, karena pembakaran sangat
mempengaruhi sifat-sifat semen.
2. Keadaan CaO bebas, dapat digunakan untuk mengkontrol panas.
10

II.12 Dampak dari Industri Semen


1. Eksplorasi yang terus menerus dan berlebihan, pasti akan mengganggu
keseimbangan lingkungan. Misalnya, berkurangnya ketersediaan air tanah.
2. Seiring dengan proses produksi semen, dihasilkan pula gas karbon dioksida (CO 2)
dalam jumlah yang banyak sehingga sangat mempengaruhi kondisi atmosfer dan
mempercepat terjadinya pemanasan global. Misalnya: Meningkatnya suhu udara
perkotaan. Menurut International Energy Authority: World Energy Outlook,
produksi semen ortland menyumbang tujuh persen dari keseluruhan karbon
dioksida yang dihasilkan berbagai sumber.
3. Produksi semen juga menimbulkan dampak tersebarnya abu ke udara bebas
sehingga mengakibatkan penyakit gangguan pernafasan. Studi kesehatan
lingkungan menyebutkan, bahwa debu semen merupakan debu yang sangat
berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis.
4. Penurunan kualitas dari segi kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat.
5. Kualitas air bertambah buruk akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak
dan sisa air dari kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan kritis yang
mudah terkena erosi, yang akan mengakibatkan pendangkalan dasar sungai, yang
pada akhirnya akan menimbulkan masalah banjir pada musim hujan.
6. Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi pada
suatu lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat itu
menjadi berkurang, sehingga persediaan air tanah menjadi menipis, akibatnya
persediaan ait tanah menjadi makin sedikit. Akibat lanjutan adalah sungai menjadi
kering pada musim kemarau dan sebaliknya sungai akan banjir (debit air menjadi
sangat tinggi) karena tanah tidak mampu lagi menyerap air yang mengalir terlalu
cepat.
7. Kebisingan yang terdiri dari tiga jenis sumber bunyi :
Mesin-mesin yang digunakan dalam pabrik,
Alat-alat besar seperti traktor yang dipakai pada waktu pengambilan bahan
baku,
Dentuman dinamit yang digunakan pada waktu pengambilan kapur.
8. Berkurangnya keanekaragaman flora, berubahnya pola vegetasi dan jenis
endemik, berubahnya pembentukkan klorofil dan proses fotosintesa.
9. Berkurangnya keanekaragaman fauna (burung, hewan tanah dan hewan langka).
Berubahnya habitat air dan habitat tanah tempat hidup hewan-hewan tersebut.

II.13 Penanggulan dari Dampak Industri Semen


11

1. Menerapkan pola produksi blended cement yang bisa menurunkan separuh emisi
CO2.
2. Mengganti sebagian bahan-bahan dalam pembuatan semen dengan bahan yang
lebih ramah lingkungan.

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang mampu
mempesatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh.
Beberapa jenis semen diantaranya semen portland putih, semen portland pozolan,
semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC), semen portland campur, semen
masonry, semen portland komposit.
Langkah utama proses produksi semen diantaranya penggalian, penghancuran,
pencampuran awal, penghalusan dan pencampuran bahan baku, pembakaran,
pendinginan klinker dan penghalusan akhir.
12

Dampak dari industri semen diantaranya pencemaran lingkungan, polusi udara


dan suara, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Diktat Aneka Industri Kimia
http://nurlailahcuteinfo.blogspot.com/2012/04/makalah-pembuatan-semen.html

13

Anda mungkin juga menyukai