Anda di halaman 1dari 22

TEKNOLOGI SEMEN

Sejarah Semen

Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya
dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan
fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di
Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan
aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan
kuno yang dijumpai di Pulau Buton
Benar atau tidak, cerita legenda tersebut menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman
dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini
awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan
di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas
dinamai pozzuolana.
Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya kira-kira
"memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski sempat populer di zamannya,
nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan
Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100 - 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat
menghilang dari peredaran.

Gambar 1. Pabrik semen di Australia.

Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John
Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini.
Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat
membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.
Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen
ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak
paten ramuan yang kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil
akhir olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang
sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan.

Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua
bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak
mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta
oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai
terbentuk campuran baru. .Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang
mengandung zat besi. Nah, agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan
dihaluskan hingga berbentuk partikel-partikel kecil mirip bedak. Kemudian, tahun 1845 Isaac
Johnson melakukan penelitian lanjutan mengenai semen dan hasilnya sangat berperan dalam
pengembangan industri semen modern.
Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland berkolaborasi dengan bahan
lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya, memunculkan reaksi kimia yang
sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu. Jika ditambah pasir, terciptalah perekat tembok
nan kokoh. Namun untuk membuat pondasi bangunan, campuran tadi biasanya masih
ditambah dengan bongkahan batu atau kerikil, biasa disebut concrete atau beton.Beton bisa
disebut sebagai mahakarya semen yang tiada duanya di dunia. Nama asingnya, concrete
dicomot dari gabungan prefiks bahasa Latin com, yang artinya bersama-sama, dan crescere
(tumbuh). Maksudnya kira-kira, kekuatan yang tumbuh karena adanya campuran zat tertentu.
Dewasa ini, nyaris tak ada gedung pencakar langit berdiri tanpa bantuan beton.Meski bahan
bakunya sama, dosis semen sebenarnya bisa disesuaikan dengan beragam kebutuhan.
Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak, kolaborasi dengan bahan bangunan lainnya
bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini karena sifat alumina yang tahan terhadap suhu tinggi.
Ada juga semen yang cocok buat mengecor karena campurannya bisa mengisi pori-pori
bagian yang hendak diperkuat

Pengertian Semen
Semen adalah perekat hidrolis yang berbentuk bubuk halus bila dicampur atau direaksikan
dengan air akan mengeras. Secara fisik semen selalu merupakan bubuk halus yang berwarna
keabu-abuan yang mudah sekali mengeras bila dicampur dengan air atau dibiarkan terbuka
oleh udara yang mengandung air. Secara kimiawi semen merupakan kumpulan beberapa
persenyawaan yang karakteristik semen itu sendiri.
Di dalam semen terdapat kandungan senyawa:
1. Dikalsium silikat (2CaO.SiO2) atau disingkat C2S yang berfungsi memberikan
kekuatan setelah beberapa waktu lama
2. Trikalsium silikat (3CaO.SiO2) atau disingkat C3S yang berfungsi memberi kekuatan
awal pada semen pada waktu permulaan, 1-2 bulan.
3. Trikalsium aluminat (3CaO.Al2O3) atau disingkat C3A yang berfungsi memberi
pengaruh terhadap panad hidrasi semen.
4. Tetra kalsium aluminat (4CaO.Al2O3.Fe2O3) atau disingkat C4AF yang berfungsi
memberikan kekuatan akhir semen.

Bahan Baku

Bahan baku pembuatan semen terdiri dari:

1. Batu kapur (limestone)


Batu kapur digunakan sebagai sumber CaO yang merupakan senyawa utama
pembentukan clinker. Batuan bersifat ini padat dan keras. Batu kapur digunakan
sebanyak 81 %. Batu kapur yang baik dalam penggunaan pembuatan semen
memiliki kadar air 5%. Penambangan bahan baku dilakukan dengan cara
penambangan terbuka dengan sistem bertangga yaitu penambangan yang dimulai dari
puncak bukit sampai ke bawah. Dengan sistem ini dapat diperoleh batu kapur dalam
jumlah yang besar dan mudah. Tahap kerja ini meliputi beberapa tahap, yaitu:
Tahap Pengupasan (stripping)
Yaitu dengan membuang lapisan atas tanah dan pepohonan yang menutupi lapisan
batu kapur dengan buldozer dan exchavator.
Tahap Pengeboran (drilling)
Yaitu pembuatan lubang bor untuk tempat peledakan. Kedalaman pengeboran yaitu
6 15 m.
Tahap Peledakan (blasting)
Yaitu lubang yang telah di bor diisi dengan bahan peledak dan diledakkan.
Pengumpulan dan pengangkutan hasil ledakan
Batu kapur yang sudah diledakan kemudian diangkut dengan menggunakan dump
truck dan di bawa ke area crusher.
Tahap penghancuran (Crushing)
Batu kapur yang berukuran besar akan dihancurkan dengan menggunakan crusher
sehingga ukurannya menjadi 2 5mm, kemudian disimpan pada stockpile yang
berbentuk lingkaran.

2. Tanah Liat (siltstone) dan Tanah Alumina (Shalestone)


Tanah liat digunakan sebagai sumber silika (SiO2), sedangkan tanah alumina sebagai
sumber alumina (Al2O3). Tanah liat dan tanah alumina lebih lunak dari batu kapur
sehingga pengambilannya tidak membutuhkan peledakan. Tahap kerja yang dilakukan
untuk penambangan dan pengambilan adalah:
Pengerukan dan pendorongan
Pengangkutan
Penghancuran

3. Pasir Besi (Iron sand)


Bahan tambahan yaitu pasir besi digunakan sebagai sumber ferrit (Fe 2O3). Karena
umumnya Fe2O3 sangat kurang kandungannya baik dalan tanah liat maupun alumina.
Pasir besi berfungsi sebagai senyawa yang bisa menurunkan titik leleh dalam
pembakaran dan mempengaruhi warna semen.

4. Gypsum

Gypsum merupakan mineral yang mempunyai rumus kimia CaSO4.2H2O. Berfungsi


sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari semen.Hilangnya kristal
air pada gipsum menyebabkan hilangnya atau berkurangnya sifat gipsum sebagai
retarder. Pada penggilingan akhir digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan
semen

Jenis-Jenis Semen
Sifat-Sifat Semen
A. Sifat Fisika Semen
1. Hidrasi Semen
Hidrasi pada semen terjadi apabila ada kontak antara mineral alam dalam semen
dengan air. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi hidrasi antara lain:
Jumlah air yang ditambahkan
Temperatur
Kehalusan semen
Bahan tambahan.

Faktor-faktor tersebut akan mengakibatkan terbentuknya pasta semen yang dalam


jangka waktu tertentu akan mengalami pengerasan.Proses hidrasi adalh proses
kristalisasi yang dibagi dalam 3 tahap proses:

a. Secara kimia, bahan-bahan dalam semen bereaksi dengan air membentuk senyawa
hidrat.
b. Secara fisika, senyawa hidrat yang terbentuk akan membentuk kristal karena
larutannya sangat jenuh.
c. Secara mekanis, kristal yang terbentuk saling mengikat secara kohesi dan adhesi
membentuk struktur yang kokoh.
Hidrasi pada temperatur tinggi akan menyebabkan kekuatan akhir semen menjadi
rendah dan beton menjadi retak. Berdasarkan atas hal ini, maka bahan yang akan
dipakai untuk pembuatan beton harus disimpan pada tempat dengan temperatur yang
rendah agar penguapan air tidak terlalu berlebihan.

2. Panas Hidrasi
Panas hidrasi merupakan panas yang dihasilkan oleh reaksi hidrasi (reaksi eksotermis) jika
semen dicampurkan dengan air. Biasanya panas hidrasi ini dipengaruhi oleh:
Tipe semen
Komposisi semen
Kehalusan semen
Jumlah air yang ditambahkan

Reaksi hidrasi semen adalah:

3CaO.SiO2 + 5H2O CaO.3SiO2.3H2O + 2Ca(OH)2

3CaO.SiO2 + 4H2O CaO.3SiO2.3H2O + Ca(OH)2

3CaO.Al2O3 + 3H2O CaO. Al2O3.H2O

3CaO. Al2O3.H2O + 3CaSO4 3CaO. Al2O3. CaSO4.H2O

4CaO.Al2O3. Fe2O3 + 4H2O 3CaO. Al2O3.H2O + CaO. 4Fe2O3. Al2O3. (OH)2

Mineral C3A memiliki panas hidrasi yang paling tinggi, lalu disusul oleh C3S. Jika semen
berkekuatan awal tinggi yang mengandung C3S dan C3A yang tinggi dan juga memiliki
panas hidrasi yang tinggi digunakan sebagai pembentuk beton, maka akan mengakibatkan
beton mengalami keretakan. Hal ini disebabkan oleh sulitnya melepaskan panas hidrasi yang
timbul selama proses hidrasi berlangsung, yang pada akhirnya akan terjadi kontraksi.
Kontraksi ini yang kemudian menyebabkan beton retak apabila proses pendinginan beton
tersebut berlanjut.

3. Setting time dan hardening


Pengikatan semen terutama ditentukan oleh terlalu cepatnya reaksi antaraC3A yang
terdapat dalam semen dan air. Maka , untuk mengatur waktu pengikat perlu ditambahkan
bahan penghambat untuk mencegah hidrasi, yaitu gypsum. Setting time sangat
dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban relatif. Setting time akan menurun jika
klinker tidak terbakar sempurna, partikel semen halus, tingginya kandungan alumina,
alkali dan soda kaustik. Setting time akan meningkat jika klinker dibakar pada temperatur
yang sangat tinggi, partikel semen kasar, gypsum, yang ditambahkan berlebih, tingginya
kadar silika, natrium klorida (NaCl), Barium klorida, sulfida, senyawa sulfat dan air sadah.

4. False Set
False set merupakan hasil dari hidrasi gypsum yang disebabkan karena pemanasan
berlebih, dengan reaksi kimianya:
CaSO4.2H2O CaSO4 + 2H2O
False set merupakan proses pengerasan semen yang tidak normal apabila air ditambahkan
ke dalam semen, sehingga dalam beberapa menit kekuatan segera terjadi. Pengerasan ini
disebabkan oleh adanya CaSO4.1/2H2O dalam semen. Plastisitas akan diperoleh kembali
jika campuran tersebut diaduk kembali. Pada suatu saat, meskipun tidak mengurangi
kekuatan semen, hal ini akan menimbulkan kesulitan pada waktu proses pembuatan beton.
False set ini dapat dihindari dengan mengatur temperatur semen saat penggilingan di
dalam cement mill agar gypsum tidak berubah menjadi CaSO 4.1/2H2O. Selain itu gypsum
yang digunakan harus cukup dan belum dehidrasi.

5. Kuat Tekan
Kuat tekan adalah suatu kemampuan suatu material menahan beban. Kuat tekan ini sangat
diperlukan dalam menentukan mix design dari beton untuk suatu konstruksi tertentu. Kuat
tekan akan meningkat jika nilai lime saturation factor tinggi, nilai alumina ratio rendah,
nilai silica ratio tinggi, kandungan SO3 rendah, dan tingkat kehalusan semen tinggi. C3S
memberikan konstribusi yang besar terhadap perkembangan kekuatan awal, sedangkan
C2S memberikan konstribusi kekuatan semen pada umur yang lebih lama. C3A
mempengaruhi kuat tekan sampai tingkat tertentu pada umur 28 hari dan selanjutnya, pada
umur berikutnya pengaruh komponen ini makin kecil, sedangkan C4AF tidak berpengaruh
terhadap kekuatan semen.

6. Kelembaban
Selama penyimpanan atau pengangkutan, semen mudah menyerap uap air dan
karbondioksida (CO2) dari udara, sehingga akan menurunkan kualitas semen. Hal ini
ditandai dengan:
Bertambahnya lost on ignition (LOI)
Terbentuknya gumpalan-gumpalan
Menurunnya tekanan semen
Bertambahnya waktu setting time dan hardening.

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan adanya penanganan pada penyimpanan dan
transportasinya antara lain:

Tempat penyimpanan semen tidak tembus air atau uap air


Jarak penyimpanan dari atas tanah 30 cm

7. Penyusutan
Penyusutan yang terjadi pada pasta semen di dalam campuran beton terbagi menjadi 3
macam, yaitu:
a. Hidration shrinkage
b. Drying shrinkage
c. Carbonation shrinkage
Diantara ketiga penyusutan ini, Drying shrinkage lah yang paling mempengaruhi dalam
hal keretakan beton. Penyusutan ini terjadi karena adanya penguapan air bebas dari pasta
semen selama proses setting time dan hardening. Penyusutan ini tidak akan terjadi apabila
kelembaban terjaga, sehingga keretakan beton dapat dihindari. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penyusutan tersebut adalah:

Kadar C3A yang terlalu tinggi atau semen yang terlalu halus
Jumlah mixing water
Komposisi semen

Untuk mengatasi penyusutan yang dapat menimbulkan keretakan tersebut maka kadar
gypsum dalam semen dapat dipertinggi.

8. Daya tahan semen terhadap asam dan sulfat


Syarat ini diperlukan hanya untuk high sulfat cement yang dimaksudkan untuk mengontrol
kekuatan semen melalui sulfat. Daya tahan beton pada asam pada umumnya sangat lemah,
sehingga mudah terdekomposisi atau terurai oleh asam-asam kuat seperti asam klorida
(HCl), amoniak (NH3), dan asam sulfat (H2SO4).
Umumnya, asam akan mengubah konstruksi-konstruksi semen yang tidak larut dalam air
menjadi senyawa-senyawa yang larut dalam air. Tingkat keasaman yang dapat merusak
adalah keasaman dengan pH di bawah 6. Namun apabila keasaman air disebabkan oleh
pelarutan karbondioksida, maka pH di atas 6,5 juga dapat merusak. Jika CO2 bereaksi
CaCO3 ini bereaksi kembali dengan CO2 yang ada di dalam air membentuk Ca(OH)2
yang sifat larut dalam air.
Reaksi yang terjadi adalah:
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
CaCO3 + CO2 + H2O Ca(HCO3)2

Dengan terbentuknya Ca(HCO3)2 maka akan mengurangi kekuatan semen.

9. Soundness
Agar beton mempunyai daya tahan yang lebih baik, semen juga harus memiliki kelenturan
yang baik. Selama proses hidrasi, akan terjadi ekspansi abnormal yang dapat
menyebabkan beton menjadi retak. Ekspansi yang sangat besar terjadi di dalam semen
apabila kandungan free lime, magnesium oksida, natrium oksida dan kalium oksida sangat
tinggi atau gypsum yang ditambahkan pada penggilingan akhir terlalu banyak.

10. Kehalusan (Blaine)


Kehalusan semen merupakan salah satu syarat fisika semen, karena akan menentukan luas
permukaan partikel-partikel semen pada saat hidrasi. Semakin halus semen, panas hidrasi,
kebutuhan air per satu satuan berat semen akan semakin tinggi, serta reaksi hidrasi akan
semakin cepat. Disamping itu, hal tersebut dapat menyebabkan semakin singkatnya setting
time, serta lebih mudahnya terjadi dryng shrinkage, sehingga dapat menimbulkan
keretakan pada permukaan beton. Semen yang memiliki kehalusan yang terlalu tinggi
akan mudah menyerap air dan karbondioksida dari udara, jika semen terlalu kasar, maka
kekuatan plstisitas, dan kestabilan akan berkurang. Oleh karena itu, untuk menjaga agar
semen dapat dipakai dengan baik, kehalusannya dijaga sekitar 3200 3300 cm2/gram
untuk semen OPC dan 4200 4600 cm2/gram untuk semen PPC.

B. Sifat Kimia Semen


1. Hilang Pijar (LOI)
Lost on Ignation (LOI) adalah berat yang hilang (dalam %) dari sampel pada waktu
dipijarkan pada suhu dan waktu tertentu.
Hilang pijar pada semen terutama disebabkan karena terjadinya penguapan air kristal
yang berasal dari gypsum serta penguapan karbon dioksida. Pada semen yang baru di
buat, nilai LOI max 5% untuk semen OPC dan 13,5 15% untuk semen PPC.

2. Silica Ratio (SR)


Harga silica ratio berkisar antara 2,42 0,05. Perubahan silica ratio (SR) dapat
menyebabkan perubahan pada pembentukan coating pada burning zone dan
burnability klinker. Jika nilai SR klinker tinggi (>3), maka:
Klinker sulit terbakar, sehingga pembakaran memerlukan termperatur tinggi
Kandungan fasa cair rendah, beban panas tinggi, kandungan abu klinker dan kadar
bebasnya tinggi
Sifat coating tidak stabil, coating yang terbentuk tidak tahan terhadap thermal
shock yang dapat merusak batu tahan api.
Kuat tekan semen tinggi
Memperlambat pengerasan tinggi
Klinker mudah digiling
C3S sedikit
C2S banyak
Waktu setting time semen mudah dikontrol
Tahap awal kekuatan rendah, tapi lama-lama akan naik.

SR yang rendah akan menyebabkan:

Raw meal mudah terbakar


Temperatur klinkerisasi rendah
Cenderung membentuk ring coating dalam kiln, apabila jika lime saturated free
(LSF) juga rendah
Kekuatan awal tinggi, tetapi dengan pertambahan waktu sedikit sekali
kenaikannya.
C3S banyak
C2S sedikit

3. Alumina Ratio (AR)


Harga alumina Ratio (AR) berkisar antara 1,6, jika AR tinggi, maka akan menurunkan
SR, sehingga akan menghasilkan semen dengan waktu pengikatan yang cepat.
Pengaruh klinker terhadap AR rendah, yaitu:
Fasa cair mempunyai viscositas yang rendah
Semen yang dihasilkan tahan terhadap sulfat yang tinggi, kuat tekan awalnya
rendah, dan panas hidrasi rendah
Mudah dibakar
Temperatur klinkerisasi lebih cepat
Fasa cair banyak
Resistensi terhadap air laut dan senyawa kimia tinggi
Panas hidrasi selama setting lebih rendah

AR tinggi menyebabkan:

C3S banyak
Mempercepat waktu setting time, sehingga sukar dikontrol
Panas hidrasi selama setting
Resistensi terhadap senyawa kimia dan air laut rendah
Menaikkan kandungan C3A dan menurunkan C4AF

4. Faktor penjenuhan kapur (lime Saturated Factor, LSF)


Lime saturated factor (LSF) adalah bagian CaO yang diperlukan untuk mengikat satu
bagian oksida-oksida yang lain (SiO2, Al2O3, dan Fe2O3). Kelebihan CaO dari LSF
akan membentuk CaO bebas di dalam klinker. Untuk menghitung LSF yang sempurna
atau maksimum dalam C3S, serta semua oksida besi dianggap senyawa dengan jumlah
yang sama dengan alumina membentuk C4AF, dan sisa alumina harus dianggap
bersenyawa dengan CaO membentuk C3A.
Bila LSF tinggi, maka:
Jumlah CaO dalam raw mix akan lebih besar daripada CaO yang dibutuhkan untuk
mengikat oksida-oksida lainnya.
CaO bebas makin tinggi
Burnability dari klinker makin tinggi, sehingga kuat tekan awak dan hidrasi semen
naik
Burnability dari klinker makin tinggi(klinker sukar dibakar), sehingga akan
meningkatkan kebutuhan panas dan temperatur keluar kiln
Sulit untuk membentuk coating, sehingga panas radiasi hilang naik
C3S banyak dan C2S sedikit
Pembakaran keras (raw mix sedikit dibakar)
Kecenderungan free lime tinggi
Setting time lambat (rendah)

LSF yang rendah akan menyebabkan:

C3S sedikit
C2S banyak

5. Magnesium Oksida (MgO)


Senyawa magnesium oksida (MgO) dalam sebagian besar berasal dari batu kapur,
yakni setelah proses pembakaran klinker, senyawa MgO akan terdapat dalam bentuk
glassy state atau sebagai cristaline perisclase. Apabila kadar MgO kurang dari 2%
maka MgO akan berikatan dengan senyawa klinker. Bila kadarnya lebih dari 2% maka
akan terbentuk MgO bebas yang akan memberikan ikatan dengan air membentuk
Mg(OH02 . Dengan terbentuknya Mg(OH)2, maka akan menimbulkan keretakan pada
konstruksi beton.
Semakin tinggi kandungan MgO maka:
Viskositas dan tegangan permukaan dari fasa cair menurun
Mobilitas ion meningkat
Membantu reaksi C2S dan CaO membentuk C3S pada suhu yang lebih tinggi
Mudah membentuk ball coating yang dapat menganggu operasi kiln.

6. Sulfur trioksida (SO3)


Senyawa ini terutama berasal dari gypsum dan bahan bakar yang dipakai pada
pembentukan klinker. Fungsi utama senyawa ini adalah untuk menghambat proses
hidrasi mineral C3A dan sebagai pengatur setting time semen. Apabila penambahan
gypsum mencapai tiitik optimalnya maka senyawa ini dapat membantu terjadinya
hidrasi C3S. Hal ini memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut;
Kekuatan semen bertambah
Mengurangi terjadinya drying shrinkage
Meningkatkan kelenturan semen
Kadar SO3 daam klinker yang baik adalah 0,6%
Jika kadar SO3 di dalam klinker tinggi maka klinker akan susah digiling.

7. Alkali (Na2O dan K2O)


Dalam pembentukan semen tidak dikehendaki jumlah senyawa alkali yang terlalu
banyak, kadar alkali yang sangat banyak akan menimbulkan keretakan pada beton
apabila digunakan agregat yang mengandung silica reaktif terhadap alkali, sehingga
terjadi reaksi sebagai berikut:
Na2O + SiO2 2NaSiO3
K2O + SiO2 2KsiO3
Untuk Na2O kadarnya dibatasi hingga 0,6%. Pada semen dengan kandungan Na2O
yang tinggi akan membutuhkan gypsum yang lebih banyak untuk retardasi
dibandingkan semen dengan kandungan K2O yang tinggi. Semakin tinggi kandungan
K2O dalam klinker akan menyebabkan klinker mudah digiling.
8. CaO bebas (Free lime)
Free lime adalah batu kapur yang tidak bereaksi selama proses pembuatan klinker.
Semen yang baik memiliki kandungan klinker di bawah 1%. Jika kadar CaO bebas
dalam klinker terlalu banyak,maka klinker akan mudah digiling, tetapi beton yang
dihasilkan akan kurang kuat.
a. C3S merupakan komponen yang berperan dalam pengerasan awal dan mempunyai
kecepatan mengeras yang sangat tinggi sebelum 28 hari. Pengembangan kekuatan
yang dihasilkan oleh reaksi C3S berjalan cukup cepat dan berlangsung pada mingu
pertama sesudah pencampuran. Kadar C3S sebaiknya antara 52 62%, jika
kadarnya lebih dari 65% maka raw mill akan sukar dibakar dan sifat coatingnya
buruk.
b. C2S berfungsi untuk memberikankekuatan penyokong waktu yang lebih lama dari
C3S, selain itu juga berfungsi memberikan kekuatan akhir. C2S berperan dalam
pengembangan kekuatan setelah minggu pertama setelah pencampuran melalui
reaksi lambat yang berlangsung beberapa minggu atau bulan.
c. C3A berfungsi dalam pengerasan awal dan mempunyai kecepatan mengeras sangat
tinggi. Di dalam semen yang mengandung gypsum, maka C3A akan bereaksi
sangat cepat dengan air sambil mengeluarkan panas yang sangat besar. Dengan
adanya gypsum, maka reaksi hidrasi C3A terhambat menurun melalui reaksi
berikut:
C3A + 3CaSO4.2H2O + 26H2O 6CaO.Al2O3.3CaSO4.3H2O
Mekanisme penghambat oleh gypsum, yaitu mula-mula terbentuk kristal yang
sangat halus. Kristal ini kemudian mengendap dalam bentuk lapisan tipis di atas
permukaan butiran semen, sehingga reaksi antara C3A dan air terhambat. Dengan
bertambahnya umur adukan semen, kristal membentuk kristal berbentuk jarum,
sehingga lapisan menjadi robek dan C3A dapar bereaksi kembali dengan air. Kadar
C3A sebaiknya antara 6 8%. Semakin tinggi kadar C3A maka sifat plastisitasnya
akan semakin baik.
d. C4AF mempunyai sifat hidrasi sangat lambat. Kandungan besi dalam C4AF
dibutuhkan sebagai fluxing agen (zat penurun titik lebur, sehingga panas yang
dibebaskan semakin sedikit) bila C4AF tinggi maka warna semen akan semakin
gelap.
Disamp[ing free lime sering juga litre weight dapat dipakai sebagai indikator, hal
ini dilakukan dengan menimbang berat dari klinker yang mempunyai ukuran
tertentu setelah di screen. Makin ringan klinker makin rapuh dan mutunya kurang
baik.

Kualitas Semen

Kualitas atau mutu semen meliputi faktor-faktor antara lain:

Sifat plastisitas pasta semen


Sifat pengembangan, serta hidrasi yang ditimbulkan akibat reaksi semen dengan air
Waktu pengikatan dan sifat perekatan
Kekuatan tekan
Kekuatan tarik
Kekuatan moment lentur.
Komposisi kimia dari komponen-komponen yang terdapat di dalam beton, seperti
klinker mineral (C3S, C2S, C3A dan C4AF), oksida-oksida bebas (CaO, MgO,
Na2O), sulfat, klorida dan flourida.
Kehalusan dan distribusi ukuran partikel
Kehalusan partikel serta distribusi ukuran partikel menentukan spesifik
Homogenitas komposisi kimia dan ukuran partikel.

Proses pembuatan Semen


Pada pembuatan semen terdapat 4 proses:
1. Proses basah

2. Proses semi basah


3. Proses semi kering
4. Proses kering

Dampak Teknologi Semen terhadap lingkungan

Dampak dari Industri Semen adalah

a. Eksplorasi yang terus menerus dan berlebihan, pasti akan mengganggu keseimbangan

lingkungan. Misalnya, berkurangnya ketersediaan air tanah.

b. Seiring dengan proses produksi semen, dihasilkan pula gas karbon dioksida (CO2)

dalam jumlah yang banyak sehingga sangat mempengaruhi kondisi atmosfer dan

mempercepat terjadinya pemanasan global. Misalnya: Meningkatnya suhu udara

perkotaan. Menurut International Energy Authority: World Energy Outlook, produksi

semen ortland menyumbang tujuh persen dari keseluruhan karbon dioksida yang

dihasilkan berbagai sumber.

c. produksi semen juga menimbulkan dampak tersebarnya abu ke udara bebas sehingga

mengakibatkan penyakit gangguan pernafasan. Studi kesehatan lingkungan

menyebutkan, bahwa debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi

kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis.


d. Penurunan kualitas dari segi kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat

e. Kualitas air bertambah buruk akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak

dan sisa air dari kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan kritis yang mudah

terkena erosi, yang akan mengakibatkan pendangkalan dasar sungai, yang pada

akhirnya akan menimbulkan masalah banjir pada musim hujan

f. Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu

lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat itu menjadi

berkurang, sehingga persediaan air tanah menjadi menipis, akibatnya persediaan ait

tanah menjadi makin sedikit. Akibat lanjutan adalah sungai menjadi kering pada musim

kemarau dan sebaliknya sungai akan banjir (debit air menjadi sangat tinggi) karena

tanah tidak mampu lagi menyerap air yang mengalir terlalu cepat

g. Kebisingan yang terdiri dari tiga jenis sumber bunyi :

Mesin-mesin yang digunakan dalam pabrik,

Alat-alat besar seperti traktor yang dipakai pada waktu pengambilan bahan baku,

Dentuman dinamit yang digunakan pada waktu pengambilan kapur

h. Berkurangnya keanekaragaman flora, berubahnya pola vegetasi dan jenis endemik,

berubahnya pembentukkan klorofil dan proses fotosintesa

i. Berkurangnya keanekaragaman fauna (burung, hewan tanah dan hewan langka).

Berubahnya habitat air dan habitat tanah tempat hidup hewan-hewan tersebut

Penanggulangannya adalah:

a. Menerapkan pola produksi blended cement yang bisa menurunkan separuh emisi

CO2

b. Mengganti sebagian bahan-bahan dalam pembuatan semen dengan bahan yang lebih

ramah lingkungan

Anda mungkin juga menyukai