19. 19. Menurut SNI 15-0302-1989, .Bahan yang mempunyai sifat pozolanadalah
bahan yang mengandung sifat silica aluminium dimana bentuknya
halusdengan adanya air, maka senyawa-senyawa ini akan bereaksi secara
kimiadengan kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa
yangmempunyai sifat seperti semen. Semen Portland pozolan dapat
digolongkanmenjadi 2 (dua) jenis yaitu sebagai berikut: Semen portland
pozolan jenis SPP A yaitu semen Portland pozolan yang dapat dipergunakan
untuk semua tujuan pembuatan adukan beton serta tahan sulfat sedang dan
panas hidrasinya sedang. Semen portland pozolan jenis SSP B yaitu semen
Portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua adukan beton
tersebut tahan sulfat sedang dan panas hidrasi rendah.2 Semen terak Semen
terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatucampuran
seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur tohor.Sekitar 60%
beratnya berasal dari terak tanur tinggi. Semen terak dibuat melalui proses
tertentu yakni penggilingan, yangmenyebabkan terak itu bersifat hidrolik,
sekaligus berkurang jumlah sulfat yangdapat merusak. Terak tersebut
kemudian dikeringkan dan ditambahi kapurtohor dengan perbandingan
tertentu. Seluruh bahan dicampur dan dihaluskankembali menjadi butiran
yang halus.
20. 20. 3. Semen alam Semen alam dihasilkan melalui pembakaran batu kapur
yangmengandung lempung pada suhu lebih rendah dari suhu pengerasan.
Hasilpembakaran kemudian digiling menjadi serbuk halus. Kadar silika,
alumina danoksida besi pada serbuk cukup untuk membuatnya bergabung
dengan kalsiumoksida sehingga membentuk senyawa kalsium silikat dan
aluminat yang dapatdianggap mempunyai sifat hidrolik. Semen alam yang
dihasilkan mempunyaikomposisi sebagai berikut: CaO : 31% - 57% SiO2 :
22% - 29% Al2O3 : 5,2% - 8,8% Fe2O3 : 1,5% - 3,2% MgO : 1,5% - 2,2%
NaO : K2O : Semen alam tidak boleh digunakan di tempat yang langsung
tereksposperubahan cuaca, tetapi dapat digunakan dalam adukan beton untuk
konstruksiyang tidak memerlukan kekuatan tinggi.4. Semen portland Semen
portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakandalam
pekerjaan beton. Semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolikyang
dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikathidrolik,
yang umumnya mengandung satu atau lebih.
21. 21. Bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersamasama dengan bahan utamanya. Pembuatan semen portland dilaksanakan
melaluibeberapa tahapan, yaitu: 1. Penambangan di quarry 2. Pemecahan di
crushing plant 3. Penggilingan (blending) 4. Pencampuran bahan-bahan 5.
Pembakaran (ciln) 6. Penggilingan kembali hasil pembakaran 7. Penambahan
bahan tambah (gipsum) 8. Pengikatan (packing plant) Fungsi dari semen
24. 24. b. Pasir Besi FeO3 (1%) Keadaan pasir besi selalu bercampur dengan
SiO2, bila kadar FeO3 sampai 80 % sudah termasuk baik. Selama ini pasir
yang dipakai antara 60 - 80 % FeO3. Pasir besi ini berfungsi sebagai
penghantar panas dalam pembuatan terak (clinker) dari umpan kiln, dan
karena itu bersifat menggumpal dan berat jenisnya paling tinggi dari bahan
baku yang ada.2. Bahan Baku Koreksi pada saat akhir pencampuran produksi.
a. Batu Gips (CaSO4.2H2O) Batu Gips (Gypsum) digunakan sebagai bahan
campuran pada terak sebagai penghambat reaksi (cement retarder) untuk
selanjutnya digiling pada finish mill. b. Trass (SiO2, Al2O3, Fe2O3, H2O,
CaO, MgO) Trass merupakan hasil pelapukan endapan vulkanik sebagian
besar mengandung silica, besi dan alumina dengan ikatan gugus oksida. Sifat
dari Trass meliputi warna : putih kemerahan, kecoklatan, kehitaman, kelabu,
kekuning-kuningan, coklat tua, coklat muda, abu-abu. Dalam keadaan sendiri
tidak mempunyai sifat mengeras, bila ditambah kapur tohor dan air akan
memiliki masa seperti semen dan tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan
karena senyawa silica aktif dan senyawa alumina reaktif dengan reaksi :
2Al2O3 2SiO2 + 7Ca(OH)2 ---> 3CaO2SiO2H2O + 2(2CaOAl2O3SiO2
2H2O)
25. 25. Mengerasnya semen pozzoland lebih lambat dari Portland meskipun
kekuatannya bertambah terus Trass tahan terhadap agregat alkalin, nilai
penyusutan dan pemuaian kecil, kelulusan air kecil (kedap air), tahan terhadap
asam tanah maupun air laut, sifat lentur tidak mudah retak.3.2 Permesinan
Terdapat 3 bagian unit kerja yang mempunyai masing-masing mesin
pekerjadiantaranya Crusher, RKC (Raw Mill, Kiln, Coal Mill) dan Finish
Mill. Pembahasanmasing-masing mesin kerja sebagai berikut:3.2.1
LIMESTONE DAN CLAY CRUSHING / CRUSHER Berdasarkan prinsip
kerja dari crusher, maka peralatan crushing material secaraumum dapat dibagi
menjadi 2 (dua) type yaitu :1. Compression Type Crusher Compression Type
Crusher seperti Jaw Crusher dan Gyratory Crusher, dan Roller Crusher. Jaw
Crusher dan Gyratory Crusher biasanya digunakan untuk meng-crushing
material yang keras dan abrasive. Dan karena keterbasan reduction ratio
sekitar 3:1 sampai 7:1, maka biasanya digunakan multiple stage crushing.
Sedangkan Roller/Crusher dipakai untuk raw material yang kadar airnya
tinggi dan lengket. Untuk mendapatkan ratio sekitar 5:1 pada umumnya
menggunakan 2 stage crushing.
26. 26. Gambar 3.1 Jaw crusher dan jenis-jenis liner dari jaw crusher2. Impact
type Crusher Impact Type Crusher, disebut juga Fast Running Type Crusher,
seperti Hammer Crusher dan Impact Crusher. Type Crusher ini sangat mudah
dan sederhana bila dibandingkan dengan kemampuan dan kapasitasnya.
Reduction Ratio untuk alat ini sampai dengan 50 : 1. Gambar 3.2 Double rotor
hammer crusher.
27. 27. (a) (b)Gambar 3.3 Gambar impact crusher. Gambar (a) single impeller
impact crusher dan gambar (b) compound impact crusher dengan primary dan
secondary impeller. Circumferential speed untuk Hammer Crusher sekitar 3040 m/detik,sedangkan untuk Impact Crusher sekitar 30-50 m/detik. Penentuan
kriteriaabrasivines dan stickness (kelengkatan) raw material Untuk
abrasivines dinyatakan oleh adanya kandunganberdasarkan pada :
Sedangkan derajat stickness rawsilika bebas dalam raw material. material
berdasarkan pada kandungan air dan komposisi mineraloginya.3.2.2 RAW
MILL (PENGGILINGAN MATERIAL) Untuk penggilingan Raw Material di
pabrik Tuban digunakan Vertical RollerMill dengan tipe Fuller Loesche Mill
Size LM-59.42, yang mempunyai GrindingTable dengan diameter 5,9 m, dan
empat buah Grinding Roller (lihat Gb-2.21).Kapasitas terpasang dari Roller
Mill adalah 600 MTPH. Raw Mill System untuk
28. 28. Fuller Loesche Mill tipe LM-59.42, dilengkapi dengan tiga buah Mill Fan
systemsehingga bisa disebut sebagai Air Swept Vertical Roller Mill. Raw
material yang akandigiling di dalam Mill mempunyai kadar air 16% dengan
ukuran material kurang dari108 mm. Komposisi dari Raw Material adalah
Clay/Limestone Mix : 84.46 % atau 507 MT. sebagai berikut : Silica Sand :
1.59 %Corrective Limestone : 13.51 % atau 81.10 MT. Iron Sand : 0.44 %
atau 2.64 MT.atau 9.54 MT.
29. 29. Tabel 3.1 Spesifikasi Peralatan Utama di Raw Mill
30. 30. 3.2.3 KILN FEED (PEMBAKARAN MATERIAL) Tepung baku produk
dari Roller Mill dimasukkan ke dalam dua Blending Silo412.BH1 dan
412.BI2, yang masing-masing berkapasitas 20.000 MT. Tipe BlendingSilo
adalah Continous Flow-Silo desain dari FLS, pemasukan tepung baku ke
masing-masing Silo diatur secara bergantian dengan Timer setiap 36 menit.
Tepung bakuproduk dari Roller Mill dimasukkan ke dalam setiap Blending
Silo melalui lubangpemasukan yang diletakkan di pusat dari puncak masingmasing Silo. CF-Siloberfungsi sebagai Mixing Chamber dan Storage Silo
yang beroperasi secara ContinueFlow Silo, artinya pengisian ke dalam Silo
bersamaan dengan pengeluaran materialdari dalam Silo. Gambar 3.4
Homogenezing Chamber Silo dengan Feeding Arrangement Preheater Kiln
31. 31. Prinsip dari proses pencampuran material berdasarkan atas perbedaan
LayerMaterial yang bercampur sewaktu material tersebut dikeluarkan dari
dalam Silo. Jadiproses Blending akan berjalan dengan baik bila terbentuk
gas danumpan Kiln masih cukup besar. Proses perpindahan panas antara gas
panas dan
34. 34. material dingin berjalan secara Cocurrent atau searah. Pada Down Pipe
masing-masing Cyclone dipasang Tipping Valve, sehingga ada sedikit
material untukmelindungi agar tidak terjadi aliran gas lewat Down Pipe.
Dinding bagian dalamCyclone dan Calciner dilapisi oleh Refractory Brick dan
Castable yang merupakanbahan atau material yang tahan terhadap panas dan
aus.3.2.3.2 Flash Calciner Umpan Kiln yang telah mengalami pemanasan
awal di dalam Cyclone Stagesatu sampai tiga dimasukkan ke dalam Calciner
lewat Down Pipe Cyclone Stage tiga.ILC dan SLC Calciner dilengkapi
Second Burner sehingga Calciner berfungsisebagai Furnace. Umpan Kiln
yang sebagian besar terdiri dari Limestone (CalciumCarbonat), akan
mengalami penguraian menjadi Calcium Oxyde dan CarbonDioxyde.
Reaksinya sebagai berikut : CaCO3 ------------> CaO + O2. Kebutuhan bahan
bakar batu bara pada kondisi operasi yang optimal untuk ILCCalciner adalah
3.8 ton/jam dengan Heat Consumption 24.3 x 10 kCal/jam,sedangkan untuk
SLC Calciner adalah 16.8 ton/jam dengan Heat Consumption 108.0x 10
kCal/jam. Temperatur operasi Furnace di dalam masing-masing Calciner
diaturdan dijaga agar Rate Calcinasi minimal dapat mencapai 90%.
35. 35. Gambar 3.7 Kiln Exhaust Gas Kiln masuk ke dalam ILC Calciner secara
Axial pada daerahBottom Cone dan meninggalkan Calciner lewat atas
Calciner dari arah sampingmenuju Cyclone ILC Stage-IV. Sedangkan untuk
meningkatkan proses pencampuranbahan bakar, umpan Kiln dan gas panas di
dalam ILC Calciner, pemasukan udaraTertiary pada Bottom Cone Calciner
dibuat secara tangensial. Dengan masuknyaudara Tertiary secara tangensial
maka akan menghasilkan Swirel Effect atau efekputaran yang cukup di dalam
Calciner, sehingga menaikkan Ratention Time partikeldi dalam Calciner.
Udara Tertiary masuk ke dalam SLC Calciner dari Tertiary AirDuct lewat
Central Inlet Bottom Cone, dan Exhaust Gas Calciner meninggalkanCalciner
lewat Outlet Cone pada bagian atas Calciner. Posisi Damper Tertiary AirDuct
diatur sesuai dengan kebutuhan udara pembakar, untuk membakar bahan
bakardi dalam kedua Calciner agar tercapai pembakaran yang
sempurna.3.2.3.3 Rotary Kiln
36. 36. Rotary Kiln merupakan silinder baja dengan diameter 5,6 m dan
Panjangnya 84m, dan ditumpu oleh tiga buah Tire. Setiap Tire ditumpu oleh
sepasang CarryingRoller. Sudut kemiringan Rotary Kiln adalah 4%, dan
bagian dalam Rotary Kilndilapisi batu tahan api. Umpan Kiln dari Cyclone
Stage empat SLC yang telahmengalami Calcinasi di dalam Preheater masuk
ke dalam Kiln pada Inlet Kiln.Material tersebut di dalam Kiln akan
Grinding System terdiri dari dari dua buah Finish Mill dengan systemClosed
Circuit yang dilengkapi Roller Press dan didesain mampu
menghasilkanproduk semen type-1 sebanyak 2 x 215 MT/jam. Dan bila mill
beroperasi tanpa RollerPress maka kapasitas masing-masing mill sekitar 130
T/jam. Clinker GrindingDesain Traylor Shell Supported Rotary Grinding ini
mempunyai ukuran diamater 4,8meter dan panjang 13 m, kebutuhan power
untuk setiap Drive Motor adalah 4900Kw.
39. 39. Gambar 3.9 Roller Press3.3 Tenaga Kerja Dalam pembagian jam kerja
karyawan, PT. Semen Gresik dalampengoperasiannya dibagi dua, yaitu;
karyawan shift dan karyawan Non shift.Pengangkatan karyawan di PT. Semen
Gresik tingkat dan jabatannya disesuaikandengan pendidikan yang dimiliki.
Sebagian besar karyawan yang diperkerjakansebagai pelaksana berijazah
STM dan sederajatnya, karyawan tersebut jam kerjanyadikenakan jadwal
shift. Sedangkan karyawan yang Non shift mempunyai jabatan diatas kepala
regu dengan jam kerja 5 hari kerja. Pembagiannya, yaitu ; 1. Karyawan Non
shift Dengan jam kerja : 07.30 16.30 WIB 2. Karyawan yang terkena shift
Dengan pembagian jam kerja sebagai berikut : Pagi : 07.30 15.30 WIB
40. 40. Siang : 15.30 23.30 WIB Malam : 23.30 07.30 WIB3.4 Proses
Produksi Proses pembuatan semen di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
terdapat 5tahapan pembuatan (operation process chart lihat di lampiran 2),
yaitu:a. Tahap Penyiapan Bahan Bakub. Tahap Penggilingan Bahan Bakuc.
Tahap Pembakarand. Tahap Penggilingan Akhire. Tahap Pengemasan3.4.1
Tahap Penyiapan Bahan Baku Bahan baku semen terdiri dari empat
komponen yaitu: batu kapur 80%, tanahliat 15%, pasir silika 4% dan pasir
besi 1%. Sebagai sumber utama bahan baku sementersebut, yang terdiri dari
batu kapur dan tanah liat yang berasal dari tambang disekitar pabrik.Proses
Alur Material di Limestone dan Clay Crushing Limestone dibawa dari quarry
oleh Dump truck dan diumpankan ke dalamHopper Crusher 232.HPI dan
232.HP2, yang masing-masing kapasitasnya 75 MT. Didalam Crusher
232.CRT dan 232.CR2, limestone akan mengalami size reduction. Dimana
limestone yang berupa bongkahan-bongkahan besar dengan ukuran 1200
x1200 mm, akan dihancurkan menjadi produk crusher yang berukuran 95%
minus 108mm, sedangkan sisanya berupa material halus, 90 mm akan jatuh
lewat WobberFeeder. Produk dan kedua Crusher yang jatuh ke Belt Conveyor
242.BC1 dan
41. 41. 242.BC2, akan bercampur dalam Belt Conveyor 242.BC3, dan
dimasukkan ke dalamSurge Bin 242.FB1 yang kemudian dikeluarkan melalui
Apron Feeder 242.AC1 turunke Belt Conveyor 242.BC4, dan ditimbang oleh
Belt Scale Schenk Weighing System242.BW1. Clay dibawa dari quarry oleh
Dump Truck diumpankan ke dalam ClayHopper 252.HP1 dan dipotongpotong oleh Clay Crusher 252.CR1. Produk Clayditimbang di Belt Conveyor
252.BC1 oleh Belt Scale 252.BW1. (a) (b)Gambar 3.10 Proses size reduction
yang dilakukan oleh impact crusher. Gambar (a) Double impeller impact
crusher dan (b) single impeller crusher Produk Limestone Crusher dicampur
dengan produk Clay Crusher yang telahtertimbang Belt Scale 252.BW1,
dibawa ke Limestone Clay Mix Storage melalui BeltConveyor 242.BC3,
242.BC4, 242.BC5, 242.BC6. Campuran Limestone dan Claydari Belt
Conveyor 242.BC6 masuk ke dalam Roller Press 242.CR1 dan turun keBelt
Conveyor 242.BC7, 242.BC8, 242.BC9 dan Tripper 242.TR1 untuk disimpan
didalam Limestone Mix Storage yang kapasitasnya 100.000 MT. Limestone
dan Clay produk dari Crusher dibawa Belt Conveyor untuk disimpandi dalam
Limestone / Clay Mix Storage dengan metode Chevron, cara ini merupakan
42. 42. metode yang paling umum digunakan pada Stock Pailing tipe
LongitudinalPreblending Bed. Dimana material ditimbun secara selapis demi
selapis ke atassehingga membentuk prisma segitiga. Panjang total tumpukan
sama dengan panjangPreblending Bed. Peralatan untuk Stacking
(penumpukan) pada tipe Preblending Bed,menggunakan Tripper yang
dipasang pada atap dari bangunan Storage. Luasbangunan dari Storage adalah
48,8 x 354 m, yang kapasitasnya 100.000 MT, dibagimenjadi dua Stock Pile
yang masing-masing 50.000 MT Limestone / Clay Mixdilengkapi dengan
Reclaimer tipe Bridge Scrapper dengan Harrow. Jarak antara relyang satu
dengan yang lainnya untuk Bridge Reclaimer adalah 39 m. Gambar 3.11
Blending bed reclaiming dengan bucket. Produk Limestone Crusher yang
telah tertimbang dapat pula dibawa keLimestone Conical Pile Storage yang
berkapasitas 7.200 MT, yang berupa HighGrade Limestone berfungsi sebagai
Limestone koreksi.
43. 43. Pada awalnya Limestone dan Clay Crusher diatur untuk
menghasilkancampuran antara Limestone dan Clay dengan perbandingan 4 :
1. Perbandingan inidisesuaikan dengan standar yang telah ditentukan untuk
memperoleh campuran yangsesuai dengan standar umpan Kiln.3.4.2 Tahap
Penggilingan bahan baku Setelah selesai tahap penyiapan bahan baku
kemudian masuk pada tahappenggilingan bahan baku. Prosesnya
meliputi:Proses Alur Raw Mill Limestone / clay mix, Silica sand, dan Iron
sand keluar dari masing-masing Binsebelum masuk ke dalam Belt Conveyor
332.BC1 ditimbang dahulu oleh MixWeighFeeder 332.WF1, Silica
WeighFeeder 332.WF4, Iron Sand WeighFeeder332.WF3 sesuai dengan
proporsi komposisi standar umpan Kiln yang disyaratkan.Kebutuhan High
Grade Limestone sebagai material koreksi juga ditimbang
denganWeighFeeder 332.WF2. Keempat material tersebut dengan total rate
yang keluar darikedua Silo menuju masing-masing Kiln Feed Bin melalui Air
Slide 412.AS1 dan412.AS2, masuk ke dalam Junction Box 412.JB1 dan
412.JB2. Dari Feed Bin 422.BI1 dan 422.BI2 umpan Kiln dibawa melalui Air
Slide422.AS1 atau 422.AS2 dan 422.AS3 atau 422.AS4 ke Air Slide 422.AS5
atau422.AS6 menuju Bucket Elevator 422.BE1 atau 422.BE2. Dari Bucket
422.BE1 atau422.BE2 material dibawa oleh Air Slide 422.ASA atau 422.ASB
menuju Air Slide422.AS7. Pada Air Slide 422.AS7 umpan Kiln dibagi dua
menuju ILC dan SLC olehSplitter Gate 422.SP1. Material yang masuk ke ILC
sebelumnya ditimbang oleh FlowMeter 422.FM1, dan hasil timbangan
422.FM1 akan mengatur bukaan dari 422.SP1. Pada Kiln Feeding System ini
dilengkapi dengan sarana untuk recycle umpanKiln selama Kiln dalam
periode Heating-up, yang bertujuan untuk mempersiapkanumpan Kiln
sebelum Feeding. Umpan Kiln dapat di-recycle melalui salah satu Bucket
46. 46. Elevator 422.BE1 dan 422.BE2 menuju Blending Silo 422.BI1 atau
422.BI2 lewatAir Slide 422.AS9 dan 422.ASC atau 422.ASD. Bucket
Elevator 422.BI1 dapat puladigunakan untuk men-transfer Dust dari EP Mill
menuju Silo sewaktu Roller MillDown.3.4.4 Tahap Penggilingan akhir
Clinker, Trass dan Gypsum keluar dari masing-masing bin ditimbang
duludengan Weighfeeder 543.WF3, 543.WF2 dan 543.WF1, kemudian
dibawa ke SurgeBin 543.BI1 oleh Belt Conveyor 543.BC1. Bucket Elev.
543.BE1, dan Belt Conv.543.BC2. Proporsi dari clinker dan gypsum bila
tanpa trass adalah sebagai berikut: Rate dari clinker : 204 T/jam Rate dari
gypsum : 10,7 T/jam Material dari Surge Bin 543.BI1 diumpankan ke Roll
Crusher 543.CR1 untukdihancurkan kemudian dibawa Belt Conveyor
543.BC3 dan diumpankan ke dalamFinish Mill 543.BM1. Sebagai material
yang dihancurkan disirkulasi dengan BeltConveyor 543.BC4, dicampur
dengan umpan baru dari Bucket Elev.543.BE1 masukke dalam Surge Bin
543.BI1. Apabila Roller Crusher 543.CR1 rusak, material dariBelt
Conv.543.BC2 bisa diumpankan langsung ke Finish Mill dengan membuka
TwoWay Gate 543.GA1. Belt Conveyor 543.BC2 dilengkapi dengan
Magnetic Separator 543.MS1 danMetal Detector 543.MD1 untuk mengambil
material asing atau metal yang ikuttarbawa. Pada Surge Bin 543.BI1
dilengkapi dengan alat penimbang Load Cell dankapasitas bin 40 MT.
Material yang berupa campuran clinker dan gypsum masuk
47. 47. hydrailic Roller Crusher dengan rate 506T/jam, yang diumpankan ke
dalam FinishMill sebanyak 52215 T/jam, sedangkan sisanya yang 219 T/jam
disirkulasi ke SurgeBin. Produk dari Finish Mill 543.BM1 dikirim ke O-Sepa
Separator 543.SR1 melaluiAir Slide 543.AS1, Bucket Elev. 543.BE2 dan Air
Slide 543.AS2 untuk dipisahkanantara partikel yang halus dan kasar. Partikel
yang kasar keluar dari bottom O-SepaSeparator dibawa oleh Air Slide
49. 49. dimasukkan kedalam mobil, biasanya untuk proyek besar) dan semen
yang akandijual dalam bentuk kantong. Aliran semen curah dilanjutkan ke air
slide 1 dan 2 kemudian ke bin semencurah, kemudian ke truk khusus yang
akan membawa semen kepada konsumen.Sedangkan aliran semen kantong
setelah melewati bin Pusat, semen akan dibawadengan air slide untuk
diteruskan ke rotary feeder dan akhirnya ke rato packer. Padaalat ini terdapat
spot tube yaitu semacam suntikan untuk memasukkan semen
kedalamkantong. Pemasukan semen ke dalam kantong ini telah diatur dengan
rentang berat 49,75 kg atau dengan 50,75 kg. Jika berat semen kurang dari
49,25 maka semen yangsudah dalam kantong tersebut terpantau dengan
penimbang dan semen tersebut akandikeluarkan melalui bagian reject. Semen
yang tidak lolos ini akan dibawa ke ayak,kemudian dibawa ke screw conveyor
untuk dikembalikan ke bucket elevator. Semenyang lolos uji akan dibawa ke
belt conveyor, kemudian ke truk dan siap didistribusikan kepada
konsumen.3.5 Metode Kerja Dalam sistem produksi di PT Semen Gresik
(Persero) Tbk. memerlukan kerjasama antar bidang yaitu seksi Pemasaran
yang bertugas menerima order daricustomer kemudian menginformasikan ke
seksi Perencanaan dan PengendalianBahan Baku, di bagian ini dilakukan
perencanaan kebutuhan bahan baku untukdiinformasikan ke bagian seksi
Produksi agar memproduksi sesuai dengan jadwaldan kebutuhan yang telah
ditetapkan oleh seksi perancangan dan pengendalian bahanbaku. Seksi
Pengadaan Bahan Baku melakukan pembelian kebutuhan bahan baku
50. 50. dan spare part sesuai dengan instruksi dari bagian seksi perancangan
danpengendalian bahan baku. Bahan Baku datang dan diterima oleh seksi
penerimaanbahan baku. Seksi Produksi melakukan pemesanan bahan baku ke
BagianPergudangan (Warehouse Raw Material). Dalam keseluruhan proses
produksidilakukan pengendalian kualitas oleh seksi Jaminan Mutu. Produk
yang sudah jadidisimpan dalam Silo Penyimpanan semen jadi dan siap
dikirim ke Customer bentukkantong, jumbo bag ataupun berbentuk curah.
Bahan baku yang digunakan oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
sebagianbesar adalah dari bahan tambang sendiri, yaitu sekitar 95% meliputi
batu kapur 80%,tanah liat 15%. Ini dikarenakan bahan baku dari lokal dapat
mencukupi kebutuhanbahan baku yang diperlukan perusahaan. Pengiriman
barang ke konsumen dilakukan oleh seksi ekspedisi yang sudahbukan
merupakan tanggung jawab PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Maka dari
itu,sebelum barang dikirim, dilakukan pengecekan oleh bagian seksi Jaminan
Mutudari PT. Semen Gresik (Persero) Tbk dan pihak ekspedisi untuk
memastikan bahwabarang dari PT. Semen Gresik (Persero) Tbk sudah
terjamin kualitasnya.3.6 Produk PT. SEMEN GRESIK (Persero) Tbk.
memproduksi dua jenis semen dengankegunaan yang berbeda-beda.
Diantaranya adalah:1. OPC (Ordinary Portland Cement) Semen berjenis OPC
dibuat dari campuran Terak (Hasil dari pencampuran batu kapur, tanah liat,
pasir silica dan pasir besi yang sudah dalam tahap
51. 51. pembakaran) dan Gypsum. Kegunaan semen OPC untuk membangun
bangunan pada umumnya, Seperti : gedung perkantoran, perumahan, dll.2.
PPC (Pozzoland Portland Cement) Semen berjenis PPC dibuat dari campuran
Terak (Hasil dari pencampuran batu kapur, tanah liat, pasir silica dan pasir
besi yang sudah dalam tahap pembakaran), Gypsum dan Trass. Kegunaan
semen PPC untuk membangun bangunan yang mampu menahan tingkat ke
asaman,basa dan garam yang tinggi, seperti: Dermaga, Bendungan, Jembatan,
Jalan raya.3.7 Pola Aliran Bahan untuk Proses Produksi Pola aliran bahan
proses produksi semen di PT Semen Gresik (Persero) Tbk.ditunjukkan seperti
gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.12 Pola aliran bahan untuk proses
produksi3.8 OPC dan Layout Mesin Proses operasi produksi semen dan
layout mesin di PT. Semen Gresik (Persero)Tbk. ditunjukan seperti pada
lampiran 1 dan 2.
52. 52. BAB IV TUGAS KHUSUS 4.1 Struktur Organisasi Departemen Kualitas
(Quality Control) Struktur organisasi di dalam divisi quality control (QC)
adalah sebagai berikut ini: Seksi Pengendalian Proses Karu Karu Karu Karu
KaruPengendalian Pengendalian Preventif Preventif Mix Pile Tuban 1&2
Tuban 3&4 Tuban 1&2 Tuban 3&4 Tuban 1,2,3,4Membawahi Membawahi
Pelaksana PelaksanaTuban 1&2 Tuban 3&4 4.2 Tugas dan Tanggung Jawab
(Job Description) 1. Kepala Regu Pengendalian Tuban 1 dan Melakukan
pengontrolan kualitas proses2 Bertanggung jawab terhadap : produksi pada
mesin Tuban 1& Membuat laporan secara rutin tiap2 Melakukan
Melaksanakan tugas- tugas yang diberikan atasan hari action jika
ditemukan penyimpangan
53. 53. Melaksanakan Mendokumentasikan sample dan data laporan kerja QC
tugas- tugas yang diberikan atasan2. Kepala Regu Pengendalian Tuban 3
Melakukan pengontrolan kualitasdan 4 Bertanggung jawab terhadap :
proses produksi pada mesin Tuban 3& Membuat laporan secara rutin4
Melakukan Melaksanakan tugas- tugas yang diberikan atasan tiap hari
action jika ditemukan penyimpangan atau problem mesin Melaksanakan
tugas-Mendokumentasikan sample dan data laporan kerja QC tugas yang
diberikan atasan3. Kepala Regu Preventive Tuban 1 dan 2 Melakukan
action jika ditemukanBertanggung jawab terhadap : Melakukan
pengawasan di setiap mesin penyimpangan/ problem pada mesin Untuk
memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanaan pekerjaan
tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan Menentukan
Kehalusan Hal- hal yang diperiksa adalah : Hasil dari Penggilingan akhir
harus merata dan dengan ukuran 90 mikron. 2. Kualitas Kadar Campuran Halhal yang diperiksa adalah:
59. 59. Hasil dari penggilingan mempunyai kandungan SO3 0,10% , Blaine 5,5%
dan Mesh 1,38%4.8 Proses Pengontrolan Mutu Dalam Proses Penggilingan
Bahan Baku Produksi Pengawasan/ kontrol kualitas/ mutu pada saat proses
pengemasan adalahsebagai berikut: 1. Kualitas Curah Hal- hal yang diperiksa
adalah : Keadaan Truk Curah atau Truk pengangkut semen harus dalam
keadaan baik dan tidak mengalami kebocoran. 2. Kualitas Kantong Karena
Kantong Semen membeli dari perusahaan lain dan jenis bahan kantong
merupakan bahan impor, maka keadaan harus baik dan tidak robek meskipun
di banting sebanyak 10 kali.4.9 Macam- Macam Variasi (Cacat) Yang Terjadi
Pada Proses Produksi Ada beberapa jenis kecacatan/ problem pada setiap
proses, diantaranya adalah: A. Proses Penyediaan Bahan Baku Problem/
kecacatan pada Proses Penyediaan Bahan Baku antara lain : 1. Sampel Bahan
Baku 2. Timbangan
60. 60. 3. Penghancuran Batu kapur pada Crusher B. Proses Penggilingan Bahan
Baku Problem/ kecacatan pada Proses Penggilingan Bahan Baku antara lain :
1. Kadar Campuran C. Proses Pembakaran Problem/ kecacatan pada Proses
Pembakaran antara lain : 1. LSF (Lime Saturation Factor) 2. Suhu D. Proses
Penggilingan Akhir Problem/ kecacatan pada Proses Penggilingan Akhir
antara lain : 1. Campuran Harus Merata E. Proses Pengemasan 1.
Kantong4.10 Penyebab Timbulnya Kecacatan dan Penyelesaian Masalah
Adapun yang menjadi penyebab suatu kecacatan di dalam suatu produk,
antaralain yaitu : A. Proses Penyediaan Bahan Baku Problem/ kecacatan pada
Proses Penyediaan Bahan Baku antara lain :
61. 61. 1. Sampel Bahan Baku Penyebab Sampel Bahan Baku dan penyelesaian
masalahnya akan di jelaskan pada tabel berikut:Tabel 4.1. Penyebab dan
penyelesaian masalah problem Sampel Bahan Baku Penyebab Penyelesaian
Masalah Salah Sampel Bagian Penggali tambang harus teliti dalam pemilihan
bahan baku Sampel harus homogen 2. Timbangan Penyebab Timbangan dan
penyelesaian masalahnya akan di jelaskan pada tabel berikut: Tabel 4.2.
Penyebab dan penyelesaian masalah problem Sampel Bahan Baku Penyebab
Penyelesaian Masalah Timbangan Error/rusak Segera di perbaiki secepatnya
karena menimbul kecacatan fatal pada akhir produk jadi Dibutuhkan kalibrasi
ulang
62. 62. B. Proses Pengilingan Bahan Baku Problem/ kecacatan pada Proses
Penggilingan Bahan Baku antara lain : 1. Kadar Campuran Penyebab Kadar
seimbang di setiap stasiun kerja, sehingga nilai tersebut tidak diluar batas
kontrol atas dan bawah.4. Problem Pada Proses Penggilingan Akhir Pada
Rekap Problem Kandungan SO3 (Oksida belerang) P e ta K o ntr o l C 2 .5 V
ar iab le D ata CL 2 .4 BKB BKA 2 .3 Da t a 2 .2 2 .1 2 .0 1 .9 3 6 9 12 15 18
21 24 27 30 Ha r i Analisa Peta Kontrol : Tidak Terdapat nilai Out of Control (
keluar dari batas ), hal ini menunjukan data seragam karena jumlah nilai cacat
yang seimbang di setiap stasiun kerja, sehingga nilai tersebut tidak diluar
batas kontrol atas dan bawah.
Recommended
Laporan Kerja Praktek Penentuan Klinker Rasio Semen PCC Trass dan Slag
'Adinda Mulyani
Industri semen
Hesti Radean
4 bab-iii-bahan-perekat-hidrolis
kh4nt0ng