Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH TEORI PROPERTI MATERIAL:

CEMENT

DISUSUN OLEH:

ABRAHAM MULIA (1807187101)


ADISTRI PHITAMARA (1806233594)
FRANSISCA ADINDA NOVENA RASONO (1806187045)
OLIVIA GRACELLA ROSPITA (1806233631)

TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2019

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salah satu material yang dibutuhkan untuk konstruksi di dunia Teknik Sipil dan
Teknik Lingkungan ialah semen. Semen berasal dari bahasa Latin cementum yang
berarti bahan perekat yang mampu mengikat bahan-bahan padat menjadi satu
kesatuan yang kompak dan kuat. Selain itu, ternyata, terdapat beberapa material lain
yang dapat dijadikan alternatif semen, yakni material yang dapat melengkapi sifat-
sifat yang tidak dimiliki oleh semen. Material tersebut di antaranya fly ash, GGBS,
dan silica fume.

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Apa yang dimaksud dengan semen?
 Bagaimana proses manufaktur semen Portland?
 Apa yang dimaksud dengan hidrasi semen?
 Apa saja tipe-tipe semen?
 Bagaimana GGBS, fly ash, dan silica fume bekerja sebagai alternatif untuk
semen?

1.3 TUJUAN
a. Memahami pengertian semen
b. Memahami proses manufaktur semen Portland
c. Memahami terjadinya hidrasi pada semen
d. Memahami tipe-tipe semen
e. Mengetahui dan memahami kerja GGBS, fly ash, dan silica fume
bekerja sebagai alternatif untuk semen

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


BAB 2
ISI

2.1 DEFINISI SEMEN


Semen berasal dari bahasa Latin cementum yang berarti bahan perekat. Hak
paten diberikan kepada Yoseph Aspidin (1824) atas penemuannya berupa semen.
Dalam pengertian umum semen diartikan sebagai bahan perekat yang mempunyai
sifat mampu mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan
kuat. Perekat ini ditemukan pada batu kapur yang serbuknya telah digunakan sebagai
bahan adonan (mortar) dalam pembuatan bangunan lebih dari 2000 tahun lalu di
negara Italia.
Semen Portland adalah suatu bahan konstruksi yang paling banyak dipakai
serta merupakan jenis semen hidrolik yang terpenting. Penggunaannya antara lain
meliputi beton, adukan, plesteran,bahan penambal, adukan encer (grout) dan
sebagainya. Semen portland dipergunakan dalam semua jenis beton struktural seperti
tembok, lantai, jembatan, terowongan dan sebagainya, yang diperkuat dengan
tulangan atau tanpa tulangan. Selanjutnya semen portland itu digunakan dalam segala
macam adukan seperti fundasi,telapak, dam,tembok penahan, perkerasan jalan dan
sebagainya.Apa bila semen portland dicampur dengan pasir atau kapur, dihasilkan
adukan yang dipakai untuk pasangan bata atau batu,atau sebagai bahan plesteran
untuk permukaan tembok sebelah luar maupun sebelah dalam. Salah satu ciri khusus
portland cement adalah dapat mengeras apabila bersentuhan dengan air dan berubah
menjadi benda padat yang tidak larut dalam air. Inilah mengapa semen portland
disebut sebagai perekat hidrolis.

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Portland merupakan semen bubuk yang berwarna abu kebiruan. Kegunaannya
antara lain untuk penggunaan umum seperti rumah dan bangunan tinggi. Berbahan
dasar batu kapur atau gamping yang diolah dengan dalam suhu tinggi. Portland
cement memiliki tekstur berupa serbuk halus, dihasilkan dengan cara menggiling
terak/clinker yang mengandung senyawa kalsium silikat dan gypsum sebagai
tambahan. Ada beberapa senyawa yang dibutuhkan dalam pembuatan portland
cement, yaitu kalsium oksida (CaO), silikon oksida (SiO2), alumunium oksida
(A12O3), dan oksida besi (Fe2O3). Senyawa-senyawa tersebut dapat diperoleh dari
beberapa bahan mentah dan bahan tambahan.
Bahan mentah portland cement adalah sebagai berikut :
 Batu kapur
Di dalam batu kapur terdapat kandungan kalsium oksida sebesar 50%.
 Batu silika
Merupakan sumber silisium oksida, alumunium oksida, dan oksida besi
dengan presentase masing-masing sebesar 65%, 17%, dan 7%.
 Tanah merah
Tanah merah memiliki kandungan alumunium oksida sebesar 29% dan oksida
besi 10%.
Sedangkan bahan tambahan portland cement adalah pasir besi dan gypsum.
Pasir besi berguna untuk sebagai flux pada pembakaran dan memberikan warna hitam
pada semen. Sedangkan gypsum ditambahkan untuk memperbaiki sifat dan kualitas
semen.

2.2 PROSES MANUFAKTUR SEMEN PORTLAND


Proses pembuatan semen terdiri dari lima tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Penyediaan bahan baku


Bahan baku utama yang digunakan untuk kegiatan produksi semen adalah
batu kapur sekitar 75 - 90 % dan tanah liat sekitar 7 - 20 %, sedangkan bahan baku
koreksi berupa pasir besi sekitar 1 - 3 % dan pasir silika 1 - 6 %.

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


2. Pengeringan dan penggilingan bahan baku
Penggilingan bahan mentah adalah cara untuk memperkecil ukuran bahan
mentah menjadi lebih kecil atau membuat luas permukaan material menjadi lebih
besar. Tujuan dari penggilingan bahan mentah ini adalah untuk mendapatkan
campuran bahan mentah yang homogenik dan untuk mempermudah terjadinya reaksi
kimia pada saat klinkerisasi. Selain penggilingan, material juga mengalami
pengeringan dengan media pengeringanya berupa gas panas yang dapat berasal dari
hot gas generator ataupun dari kiln exchaust gas.
3. Pembentukan klinker (pembakaran)
Tepung baku (raw meal) yang telah dihomogenisasi di dalam CF Silo
dikeluarkan dan dengan menggunakan serangkaian peralatan transport, tepung baku
diumpankan ke kiln. Tepung baku yang diumpankan ke Kiln disebut umpan baku
atau umpan kiln (kiln feed). Proses pembakaran yang terjadi meliputi pemanasan
awal umpan baku di preheater (pengeringan, dehidrasi dan dekomposisi), pembakaran
di kiln (klinkerisasi) dan pendinginan di Grate cooler (quenching).
4. Penggilingan klinker
Penggilingan dilakukan pada roller press sehingga memiliki ukuran tertentu
yang selanjutnya digiling dengan menggunakan alat penggiling berupa tube mill yang
berisi bola-bola besi sebagai media penghancurnya. Material yang telah halus dihisap
dan dipisahkan dari udara pembawanya dengan menggunakan beberapa perangkat
pemisah debu. Hasil penggilingan ini disimpan dalan semen silo yang kedap udara.
5. Pengantongan semen
Semen dikeluarkan dari semen silo dan diangkut dengan menggunakan belt
conveyor masuk ke steel silo. Dengan alat pengantongan berupa rotary packer, semen
dikantongi dengan setiap 1 sak berisi 50 kg semen, kemudian dibawa ke truk untuk
dipasarkan.
Proses pembuatan semen Portland digolongkan menjadi dua, yaitu proses basah
dan proses kering. Pada proses basah terjadi karena penambahan air pada proses
penggilingan bahan mentah, sehingga tekstur yang dihasilkan berbentuk seperti
lumpur dan memiliki presentase air sebesar 30-36%. Sedangkan proses kering pada

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


portland cement adalah ketika kadar air sudah kurang dari 1%. Hal ini karena bahan
yang digunakan berupa hasil penggilingan, sehingga teksturnya berupa bubuk atau
tepung.

2.3 KOMPOSISI KIMIA SEMEN


Semen Portland mendapatkan kekuatannya dari reaksi kimia antara semen dan
air. Proses ini dikenal sebagai hidrasi. Ini adalah proses kompleks yang paling baik
dipahami dengan terlebih dahulu memahami komposisi kimia semen.
Semen Portland diproduksi dengan cara menghancurkan, menggiling, dan
membuat proporsi bahan-bahan berikut:
 Kapur atau kalsium oksida, CaO: dari batu kapur, kapur, kerang,
serpih atau batuan berkapur
 Silika, SiO2: dari pasir, botol bekas, tanah liat, atau batu bertulang
 Alumina, Al2O3: dari bauksit, aluminium daur ulang, tanah liat
 Besi, Fe2O3: dari dari tanah liat, bijih besi, besi tua dan abu terbang
 Gypsum, CaSO4.2H20: ditemukan bersama dengan batu kapur

Karena sifat kimia semen yang kompleks, bentuk penulisan senyawa yang
lebih sederhana yang disebut Bogue’s equation digunakan untuk menunjukkan
senyawa kimia sebagai berikut.

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Tabel 1 : Senyawa Kimia pada Semen
Sumber :
https://www.engr.psu.edu/ce/courses/ce584/concrete/library/construction/curing/
composition%20of%20cement.htm

Bahan dasar semen terdiri dari tiga macam, yaitu clinker/terak semen
sebanyak 70% s.d 95% (hasil olahan pembakaran batu kapur, pasir silika, pasir besi
dan tanah liat), gypsum 5% dan material tambahan lain (batu kapur, pozzolan, abu
terbang dan lain-lain). Klinker semen yang terbentuk memiliki komposisi khas
sebagai berikut:

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Tabel 2 : Komposisi Semen Klinker
Sumber : Mindess, S. and Young, J. F., ‘Concrete, Prentice-Hall’,
Englewood Cliffs, New Jersey, 1981).

Properti senyawa semen tersusun atas beberapa senyawa kimia yang


berkontribusi pada sifat dan kegunaan yang berbeda-beda.  Identifikasi senyawa
utama semen sebagian besar didasarkan pada persamaan Bogue dan karenanya
disebut "Senyawa Bogue". Keempat senyawa biasanya dianggap sebagai utama
senyawa tercantum dalam table 3.

Tabel 3 : Senyawa utama semen


Sumber : http://www.uobabylon.edu.iq/eprints/publication_1_302_1586.pdf

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


 Tricalcium aluminate, C3A: -
Ini membebaskan banyak panas selama tahap awal hidrasi, tetapi memiliki
sedikit kontribusi kekuatan. Gypsum memperlambat laju hidrasi C3A. Semen
C3A yang rendah adalah tahan sulfat.
 Tricalcium silikat, C3S: -
Senyawa ini melembabkan dan mengeras dengan cepat. Ini sebagian besar
bertanggung jawab untuk set awal portland dan penguatan kekuatan awal.
 Dicalcium silikat, C2S:
C2S terhidrasi dan mengeras perlahan. Sebagian besar bertanggung jawab
untuk mendapatkan kekuatan setelah satu minggu.
 Ferrite, C4AF
Ini adalah zat peremaja yang mengurangi suhu leleh bahan baku dalam kiln
(dari 3.000o F menjadi 2.600o F). Ini terhidrasi dengan cepat, tetapi tidak
berkontribusi banyak untuk kekuatan pasta semen.

Dengan mencampurkan senyawa-senyawa ini dengan tepat, pabrikan dapat


memproduksi berbagai jenis semen agar sesuai dengan beberapa lingkungan
konstruksi.

2.4 HIDRASI PADA SEMEN


Hidrasi semen (semen Portland) adalah suatu reaksi kimia yang berurutan
antara clinker, kalsium sulfat dan air sampai akhirnya suspensi semen mengeras.
Hidrasi dapat dikelompokkan menjadai 2, yaitu:
1. Hidrasi dengan temperatur rendah
2. Hidrasi dengan temperatur tinggi.
Keberadaan senyawa-senyawa silikat dan aluminat dalam semen
menyebabkan terjadinya reaksi dengan air jika semen dicampur dengan air.
Akibatnya terbentuk suatu senyawa hidrat sebagai produk dari proses hidrasi yang
selanjutnya akan terjadi pengerasan massa. Reaksinya sangat kompleks, tetapi secara
umum dapat dituliskan sebagai berikut:

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Ca3Al2O6 + 6 H2O Ca3Al2(OH)12 + 200 J/g
Ca2SiO4 + x H2O Ca2SiO x H2O + 500 J/g
Ca3SiO5 + (x+1) H2O Ca2SiO4 x H2O + Ca(OH)2 + 865 J/g
Reaksi di atas hanya berlaku untuk semen Porltland yang banyak digunakan
oleh masyarakat. Reaksi kimia antara semen Portland dengan air menghasilkan
senyawa yang disertai dengan pelepasan panas. Kondisi ini mengandung resiko besar
terhadap penyusutan beton yang berakibat pada keretakan beton. Reaksi semen
dengan air dibedakan menjadi dua, yaitu periode pengikatan dan periode pengerasan.
Pengikatan merupakan peralihan dari keadaan plastis menuju keadaan keras.
Sedangkan pengerasan adalah penambahan kekuatan setelah pengikatan selesai.
(Kardiyono Tjoekrodimuljo, 1995).
Jika semen Portland dicampur dengan air, maka komponen kapur dilepaskan
dari senyawa, yang banyaknya mencapai sekitar 20% dari berat semen. Kondisi
tersebut yang bisa terjadi adalah terlepasnya kapur dari semen yang dapat
menyebabkan terjadinya pemisahan struktur. Situasi ini harus dicegah dengan
menambahkan pada semen suatu mineral silika. Mineral yang ditambahkan ini akan
bereaksi dengan kapur bila ada uap air membentuk bahan yang kuat yaitu kalsium
silikat.
Untuk semen-semen dengan penggunaan khusus, reaksi tentunya berbeda
karena komposisi dan jenis penyusunnya tidak sama dengan semen Portland. Dari
reaksi hidrasi diatas juga tampak bahwa, semua reaksi bersifat eksotermis. Panas
yang dilepas memang relatif kecil sehingga tidak menjadi masalah pada saat
penguapan. Panas ini menjadi masalah, jika semen digunakan untuk membangun
bendungan besar. Pada kasus seperti ini harus dicarikan cara mendinginkan semen
agar penguapan air tidak terlalu cepat akibat pemanasan dari dalam.
Perbedaan fasa-fasa anhidrat sebagai hasil proses penguapan fasa hidrat,
menyebabkan timbulnya sifat semen (beton) yang berbeda. Produk hidrasi amat kecil
kekuatannya.

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Hidrasi pada semen merupakan proses yang kompleks. Hal ini terjadi karena
produk hidrasinya ada diantara gel dan kristal tak sempurna sehingga sukar dianalisis
dengan sinar-x. Produk utama dan paling penting dari semen yang telah mengeras dan
memberi kekuatan tinggi adalah kristal kalsium silikat anhidrat. Senyawa ini
jumlahnya dalam semen sedikit. Komposisi senyawa ini tidak tentu dan mungkin
berubah-ubah tergantung rasio kapur-silika maupun rasio silika-air. Ada
kemungkinan juga mengandung ion-ion Al3+, Fe2+ dan SO42-.
Proses hidrasi pada semen sebenarnya berlangsung melalui dua tahap yaitu
pertama, proses pelapisan gel C-S-H (kalsium silika hidrat) yang cepat pada
permukaan partikel semen anhidrat. Kedua, proses penebalan lapisan baik oleh
pertumbuhan keluar maupun pertumbuhan kedalam partikel semen anhidrat. Lapisan-
lapisan kemudian mulai bergabung setelah beberapa jam kemudian.
Rasio air terhadap semen sangat mempengaruhi sifat-sifat semen. Pasta semen
memiliki volume tinggi yang konstan. Volume ini akan bertambah besar dengan
meningkatnya rasio air terhadap semen dalam campuran mula-mula. Suatu set semen
bersifat porus dan mengandung lubang-lubang air yang amat kecil (10-20 Angstrom)
maupun lubang-lubang dengan ukuran amat besar (1 mikrometer). Hubungan antar
kapiler-kaplier yang terdapat di dalamnya sangat mempengaruhi permeabilitas
(kemudahtembusan oleh air) dan vulnerabilitas (ketahanrusakan) semen. Adanya
interkoneksi antar pori-pori kapiler tentunya harus dihindari, karena melemahkan
kekuatan semen. Keadaan ini bisa tercapai apabila ada waktu yang cukup bagi pasta
semen yang cukup rendah. Untuk rasio air-semen sebesar 0,4 biasanya perlu waktu 3
hari, sedang untuk rasio air-semen 0,7 waktu yang diperlukan sekitar 1 tahun (West,
1984).
Masalah semen yang cepat mudah mengeras (flash set) disebabkan oleh
adanya reaksi yang cepat antara air dengan C 3A. Senyawa ini mudah larut dalam air
yang kemudian diikuti dengan proses pengendapan kalsium aluminat hidrat sambil
melepas panas. Meskipun reaksinya cepat, sifat-sifat mekanis semen yang
mengalami flash set sangat jelek. Secara praktis, falsh set bisa dihindari dengan
menambahkan 1-2 % gipsum ke dalam klinker semen pada saat memproduksi semen.

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Melalui reaksi yang rumit, gips bersama Ca(OH)2 akan bekerja memperlambat proses
hidrasi C3A. Bahkan fasa aluminat sulfat, etringite Ca 6Al2(OH)12(SO4)3.26 H2O
ataupun monosulfat Ca4Al2(OH)12SO4.6 H2O yang terbentuk, mungkin bisa sebagai
pelindung lapisan pada permukaan kristal C3A.
Sebagian besar semen modern mempunyai kandungan kapur yang tinggi, dan
biasanya melampaui 65%. Semen dengan kandungan kapur dibawah 65%,
pengerasannya seringkali agak lambat. Dlam hal lain, kandungan kapur maksimum
dibatasi oleh kebutuhan untuk menghindari kapur bebas dalam semen. Keberadaan
kapur bebas bisa menjadi sumber kelemahan pada permukaan interface antara pasta
semen dengan agregat, dan juga bisa menyebabkan ketidakstabilan pada proses
pengerasan pasta semen.
Dalam proses hidrasi dan pengerasan semen, kapur dan silica akan menjadi
penyumbang kekuatan yang terbesar,. Sedangkan alumina dan oksida besi akan lebih
berfungsi untuk mengatur kecepatan proses hidrasi. Namun dalam proses produksi
semen, terutama dalam proses pembakarannya, alumina dan oksida besi akan
bertindak sebagai suatu media pembakaran yang bisa berfungsi untuk mengurangi
tingkat suhu pembakaran semen. Kandungan minimum dari alumina dan oksida besi
seringkali lebih ditentukan oleh kebutuhan untuk menghindari kesulitan produksi
klinker pada suhu tinggi, dan bukan oleh kebutuhan komposisi kimianya. Sementara
itu kandungan maksimumnya pada umunya dibatasi oleh kebutuhan untuk
mengendalikan waktu pengikatan hidrasi semen. Dalam hal ini, semen dengan rasio
SiO2/(Al2O3 + Fe2O3) yang kurang dari 1,5 pada umumnya menunjukan waktu
pengikatan yang cepat, yang biasanya sukar dikontrol lagi oleh proporsi campuran
gypsum yang ditambahkan.
Hidrasi semen, selain menghasilkan senyawa CSH (Calsium Silikat Hidrat),
CAH (Calsium Alumina Hidrat) dan CAF ( Calsium Aluminoferit) yang bersifat
sebagai bahan perekat juga menghasilkan kapur yang bersifat basa. Dengan adanya
FeO dan SiO2 yang cukup tinggi pada copper slag  maka kapur yang timbul akan
bereaksi membentuk CSH, CAH dan CFH yang mempunyai sifat sebagai bahan
perekat, semakin banyak jumlah perekat maka semakin tinggi kuat tekan beton.

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Peran dan Perilaku Unsur Utama Semen dalam Hidrasi Semen
Pada umumnya terdapat 4 (empat) senyawa kimia yang berperan sebagai
senyama aktif dalam semen. Bila semen mengalami hidrasi, sennyawa ini
memberikan pengaruh besar dalam pembentukan kekuatan semen keringnya.
Senyawa-senyawa tersebut antara lain :
1.      Tricalcium Aluminate (C3A)
C3A terbentuk dari perpaduan CaO dan Al203. Trikalsium-Aluminat
murni bereaksi dengan air dan menghasilkan pengikatan dalam waktu yang
cepat, disertai dengan pengeluaran panas yang besar, yaitu sekitar 850
joule/gram. Pada udara lembab, sebagian besar kekuatan di dapatkan dalam
satu atau dua hari, tetapi kekuatannya relative rendah. Kandungan C3A di
dalam semen Portland biasa bervariasi antara 7 – 15 %.
2.      Tricalcium silicate (C3S)
Senyawa ini dibentuk oleh reaksi antara CaO dan SiO 2. Perilaku dari
C3S hampir sama dengan perilaku semen Portland. Bila dicampurkan dengan
air, pengikatan C3S dan air akan menghasilkan pengerasan dari pasta semen
dalam beberapa jam, dan selanjutnya akan mendapatkan sebagian besar
kekuatannya (sekitar 70%) pada minggu pertama setelah pengikatan, dengan
mengeluarkan panas sekitar 500 joule/gram. Kandungan C 3S di dalam semen
Portland semen biasa bervariasi antara 40 – 55 %, dengan rata – rata sekitar
48%.
3.     Dicalcium Silicate (C2S)
Senyawa ini juga dihasilkan oleh reaksi antara CaO dan SiO2. Bila
dicampurkan dengan air, C2S berhidrasi denngan jumlah panas yang rendah,
sekitar 250 joule/gram, namun pasta yang mengeras mendapatkan
kekuatannya secara relative lambat selama beberapa minggu dan malahan
bulan, untuk mencapai kekuatan akhir yang kemungkinan bisa sama dengan
yang dihasilkan oleh C3S. kandungan C2S di dalam semen Portland biasa
bervariasi antara 15 – 35 %, dengan rata – rata

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


25%.                                                                                                                      
                                       
4.      Tetracalcium Aluminoferrite (C4AF)
C4AF dibentuk dari CaO, Al203, Fe203. Tetrakalsium-aluminoferrit
bereaksi dengan air secara cepat dan menghasilkan pengikatan dalam
beberapa menit, dengan mengeluarkan panas hidrasi sekitar 420 joule/gram.
Kandungan C4AF daam semen bervariasi sekitar 5 – 10 %, rata – rata 8%.

2.5 TIPE-TIPE SEMEN


Terdapat 3 tipe semen, yakni semen tipe biasa, campur, dan putih.
a) Semen Biasa/Semen Abu –Abu
Semen jenis ini memiliki nama lain Portland yang merupakan semen bubuk
yang berwarna abu kebiruan. Kegunaannya antara lain untuk penggunaan umum
seperti rumah dan bangunan tinggi. Berbahan dasar batu kapur atau gamping yang
diolah dengan dalam suhu tinggi. Semen abu-abu terdiri dari:
1. Semen Portland I
Jenis semen Portland tipe I mungkin yang paling familiar disekitar Anda
karena paling banyak digunakan oleh masyarakat luas dan beredar di pasaran.
Jenis ini biasa digunakan untuk konstruksi bangunan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus untuk hidrasi panas dan kekuatan tekan
awal. Kegunaan Semen Portland Type I diantaranya konstruksi bangunan untuk
rumah permukiman, gedung bertingkat, dan jalan raya. Karakteristik Semen
Portland Type I ini cocok digunakan di lokasi pembangunan di kawasan yang
jauh dari pantai dan memiliki kadar sulfat rendah.  
2. Semen Portland II
Kondisi letak geografis ternyata menyebabakan perbedaan kadar asam
sulfat dalam air dan tanah dan juga tingkat hidrasi. Oleh karena itu, keadaan
tersebut mempengaruhi kebutuhan semen yang berbeda. Kegunaan Semen
Portland Type II pada umumnya sebagai material bangunan yang letaknya
dipinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi, dan

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


bendungan. Karakteristik Semen Portland Type II yaitu tahan terhadap asam
sulfat antara 0,10 hingga 0,20 persen dan hidrasi panas  yang bersifat sedang.
3. Semen Portland III
Lain halnya dengan tipe I yang digunakan untuk konstruksi tanpa
persyaratan khusus, kegunaan semen portland type III memenuhi syarat
konstruksi bangunan dengan persyaratan khusus. Karakteristik Semen
Portland Type III diantaranya adalah memiliki daya tekan awal yang tinggi
pada permulaan setelah proses pengikatan terjadi, lalu kemudian segera
dilakukan penyelesaian secepatnya. Jenis semen Portland type III digunakan
untuk pembuatan bangunan tingkat tinggi, jalan beton atau jalan raya bebas
hambatan, hingga bandar udara dan bangunan dalam air yang tidak
memerlukan ketahanan asam sulfat. Ketahananya Portland Type III menyamai
kekuatan umur 28 hari beton yang menggunakan Portland type I.                      
4. Semen Portland IV
Karakteristik Semen Portland IV adalah jenis semen yang dalam
penggunaannya membutuhkan panas hidrasi rendah.  Jenis semen portland type
IV diminimalkan pada fase pengerasan sehingga tidak terjadi keretakkan.
Kegunaan Portland Type IV digunakan untuk dam hingga lapangan udara.
5. Semen Portland V
Karakteristik Semen Portland Type V untuk konstruksi bangunan yang
membutuhkan daya tahan tinggi terhadap kadar asam sulfat tingkat tinggi lebih
dari 0,20 persen. Kegunaan Semen Potrtland Type V dirancang untuk memenuhi
kebutuhan di wilayah dengan kadar asam sulfat tinggi seperti misalnya rawa-
rawa, air laut atau pantai, serta kawasan tambang. Jenis bangunan yang
membutuhkan jenis ini diantaranya bendungan, pelabuhan, konstruksi dalam air,
hingga pembangkit tenaga nuklir.

b) Semen Campur
Beberapa jenis semen campur, di antaranya:
1. Portland Composite Cement (PCC)

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Kegunaan Portland Composite (PCC) ini secara luas adalah bahan
pengikat untuk konstruksi beton umum, pasangan batu bata, beton pra cetak,
beton pra tekan, paving block, plesteran dan acian, dan
sebagainya. Karakteristik Portland Composite Cement (PCC) lebih mudah
dikerjakan, kedap air, tahan sulfat, dan tidak mudah retak. Material ini terdiri
dari beberapa unsur diantaranya terak, gypsum, dan bahan anoraganik.
2. Super Portland Pozzolan Composite Cement (PPC)
Kegunaan super Portland pozzolan composite cement diantaranya
adalah sebagai konstruksi beton massa, konstruksi di tepi pantai dan tanah
rawa yang harus memiliki ketahanan terhadap sulfat, tahan hidrasi panas
sedang, pekerjaan pasangan dan plesteran. Beberapa jenis bangunan yang
menggunakan produk ini diantaranya perumahan, jalan raya, dermaga, irigasi,
dan sebagainya. Semen ini merupakan pengikat hidrolis seperti halnya PCC
namun terdiri dari campuran terak, gypsum, dan pozzolan.
3. Special Blended Cemeny (SBC)
Ada yang istimewa dari jenis special belended cement (SBC) atau
semen campur karena khusus dirancang dalam pembangunan jembatan
terbesar yang menghubungkan Surabaya dengan Madura yang dikenal dengan
Jembatan Suramadu. Karakteristik special blended cement tentu memenuhi
kebutuhan konstruksi bangunan pada air laut seperti halnya jembatan
Suramadu yang berdiri diatas laut.
4. Super Masonry Cement (SMC)
Kegunaan Super Masonry Cement (SMC) diantaranya sebagai bahan
baku genteng beton, tegel, hollow brick, dan paving block. Selain itu,
digunakan hanya pada kisaran konstruksi bangunan rumah atau irigasi dengan
struktur beton paling besar K225. Tipe ini pertama kali diperkenalkan di
USA.
5. Oil Well Cement (OWC) Class G-HSR (High Sulfate Resistance)
Lain rumah, lain pula material yang digunakan untuk sumur bumi.
Karakteristik Oil Well Cement (OWC) Class G-HSR yang tahan terhadap

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


sulfat tinggi ini merupakan jenis yang dibuat untuk kegunaan khusus di
kedalaman dan temperatur tertentu yang bisa disesuaikan dan kecepatan
pengerasan dikurangi. Diantara proyek yang menggunakan material ini yaitu
sumur minyak bumi di bawah permukaan bumi dan laut.
6. Semen Thang Long PCB40
Karakteristik semen thang long PCB40 yang memiliki daya tahan
tinggi terhadap sulfat sesuai untuk konstruksi bangunan bawah tanah dan air.
Tak hanya itu, semen ini juga memeiliki daya tahan terhadap penyerapan air,
erosi lingkungan, dan tahan lama. Jenis ini juga hemat digunakan karena
kekuatannya. Iklim Vietnam sangat pas untuk penggunaan jenis semen ini.
7. Semen Thang Long PC50
Kegunaan semen thang long PC50 yang banyak digunakan untuk
proyek-proyek besar dan rumit sehingga membutuhkan jenis semen dengan
spesifikasi tinggi. Standarisasi yang setara Asia, Eropa, bahkan Amerika ini
diaplikasikan untuk jembataan hingga pembangkir listrik. Karakteristik semen
thang long PC50 diantaranya memiliki ketahanan tinggi terhadap sulfat
sehingga bisa pula digunakan di bawah tanah dan air.

c) Semen Putih (White Portland Cement)


Kegunaan semen putih diaplikasikan untung lapisan keramik hingga dekorasi
interior dan eksterior bangunan. Merek yang beredar dipasaran adalah Semen Tiga
Roda, Plamur Kingkong, Semen Putuh Cap Gajah dan Semen Putih Panda.
1. Semen Acian Putih/Mortar TR30
Katarekteristik semen acian putih atau mortar TR30 ialah memiliki
daya rekat yang tinggi dan dapat menghasilkan permukaan acian yang lebih
halus. Oleh karena itu, tidak mudah retak, dan terkelupas. Waktu
pengerjaannya juga cenderung lebih cepat. Kegunaan semen acian putih
adalah untuk untuk finishing seperti diantaranya plesteran, acian, pasangan
keramik.

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


2.6 BEBERAPA MATERIAL ALTERNATIF SEMEN
Selain semen, terdapat beberapa bahan yang dapat dijadikan sebagai alternatif
terkait konstruksi atau pembangunan. Bahan-bahan tersebut ialah fly ash, GGBS, dan
silica fume.

1. Fly Ash (Abu Terbang)


A. Definisi Fly Ash
Menurut SNI 03-6414-2002, fly ash (abu terbang) adalah limbah hasil
pembakaran batu bara pada tungku pembangkit listrik tenaga uap yang
berbentuk halus, bundar, dan bersifat pozolanik. Atas pernyataan tersebut,
berdasarkan PP No. 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, fly ash dikategorikan sebagai limbah B3.
Standar ASTM C-618 menjelaskan fly ash sebagai bahan pozolanik,
yakni:
 Bahan yang mengandung senyawa silika (silika + alumina)
 Hampir/tidak mampu mengikat (non-cementitious)
 Dapat membentuk suatu bahan yang bersifat mengikat (cementitious) saat
bereaksi dengan CA(OH)2 dalam bentuk halus, udara lembab, dan suhu
kamar
Fly ash memiliki kandungan merkuri 1/1.000.000, yaitu sebesar dua
kali lipat standar kesehatan untuk kandungan merkuri dalam air yang dapat
diminum menurut ketetapan EPA (1/2.000.000).
Fly ash merupakan aditif yang umum dimanfaatkan sebagai pengganti
sebagian semen dalam campuran beton dan bahan untuk stabilisasi tanah
ekspansif.
Ketika dicampur dengan kapur dan air, fly ash membentuk senyawa
yang mirip dengan semen Portland. Hal ini menjadikan fly ash dijadikan
sebagai bahan utama dalam semen campuran, ubin mosaik, dan blok
berlubang dibanding bahan bangunan lainnya. Saat dimanfaatkan dalam beton

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


campuran, meskipun fly ash dapat memisahkan sekaligus menambahkan
kekuatan pada beton sehingga lebih mudah dipompa.
Fly ash dapat digunakan sebagai bahan utama dalam banyak produk
berbasis semen, seperti beton tuang, balok beton, dan batu bata. Salah satu
penggunaan fly ash yang paling umum adalah di perkerasan beton semen
Portland atau perkerasan PCC. Proyek konstruksi jalan menggunakan PCC
dapat menggunakan banyak beton, dan mengganti fly ash memberikan
manfaat ekonomi yang signifikan. Fly ash juga telah digunakan sebagai
tanggul dan isian tambang, dan telah semakin diterima oleh Federal Highway
Administration.
Tingkat substitusi fly ash untuk semen Portland biasanya ditentukan
adalah 1 banding 1 1/2 pon fly ash untuk 1 pound semen. Karenanya, jumlah
agregat halus dalam campuran beton harus dikurangi untuk mengakomodasi
volume tambahan abu layang.

Gambar 1: Fly ash


Sumber: google.co.id

B. Komponen Penyusun Fly Ash

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Secara umum, fly ash terdiri atas senyawa silicate glass yang mengandung
silika (Si), alumina (Al), ferrum (fe), dan kalsium (Ca). Selain itu, senyawa lain
yang terdapat dalam fly ash ialah magnesium (Mg), sulfur (S), sodium (Na),
potassium (P), dan karbon (C). Namun, ada juga beberapa kandungan berbahaya
yang terdapat dalam fly ash, misalnya arsenic, berilium, boron, cadmium,
chromium, kobalt, lead, mangan, merkuri, selenium, strontium, thallium,
vanadium, dioksin, dan senyawa PAH (polycyclic aromatic hydrocarbon).
Fly ash umumnya tersusun atas partikel solid berbentuk bulat, sebagian
bulat berongga, dan sebagian bulat berisi bulatan-bulatan lain yang lebih kecil.
Ukuran partikel fly ash bervariasi: 1 μm - 100 μm. Luas permukaan fly ash
berkisar 300 m2/kg - 500 m2/kg fly ash (batas bawah: 200 m2/kg, batas atas 700
m2/kg). Gravitasi jenis fly ash berkisar antara 1,9 - 2,55. Massa jenis fly ash
dalam kondisi loose berkisar 540 - 860 kg/m3
(jika dipadatkan: 1.120/1.500 kg/m3).

Tabel 1: Spesifikasi komponen fly ash


Sumber: lauwtjunnji.weebly.com

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


C. Sifat Fly Ash
a. Bentuk partikel spherical shape (hampir bulat sempurna)
Sifat ini menghasilkan ball bearing effect pada fly ash untuk menjadi
‘pelumas’ adukan pasta dan mortar semen. Bentuk ini memungkinkan
kemampuan alir (flowability) dan workability fly ash menjadi lebih fleksibel.
b. Ukuran partikel yang sangat halus
Fly ash mampu mengisi celah kecil dalam komposisi adukan beton.
Beton menjadi lebih padat sehingga lebih impermeable (kedap air),  tahan
terhadap abrasi, dan sulit menyusut.

SEM zoom of particles

Gambar 2: Kiri (patikel fly ash), kanan (perbandingan fly ash dan material alternatif
semen lainnya)
Sumber: lauwtjunnji.weebly.com
D. Klasifikasi Fly Ash
Penggolongan fly ash pada umumnya dilakukan dengan
memperhatikan kadar senyawa kimiawi (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3), CaO (high
calcium dan low calcium), dan karbon (high carbon dan low carbon) dengan
ketentuan sebagai berikut:
Kadar karbon berpengaruh pada Loss on Ignition (LOI), yaitu batas
kandungan senyawa yang termakan oleh api saat proses pembakaran.

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Kelas F dan C: ≤ 6%
Kelas N: ≤ 10%
Kadar CaO:
Kelas F: < 8%
Kelas C: 8-20%
Kelas N memiliki kadar CaO > 20%
Fly ash yang dapat digunakan sebagai pengganti sebagian semen
dalam beton diatur dalam ACI Manual of Concrete Practice 1993 Part 1
226.3R-3 dan ASTM C 618 (Standard Specification for Coal Fly Ash and
Raw or Calcined Natural Pozzolan for Use as a Mineral Admixture in
Portland Cement Concrete), dan dibagi menjadi 3 kelas dengan kriteria seperti
di bawah:

catatan: ayakan/mesh 325 = ukuran lubang 45 μm (= 0,045 mm)


Tabel 1: Penggolongan Kelas Fly Ash

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Sumber: lauwtjunnji.weebly.com

Adapun jenis fly ash yang paling sering digunakan ialah tipe F dan C.
1) Kelas F
Tipe ini merupakan fly ash yang dihasilkan akibat pembakaran anthracite atau
bitumen batubara (bitumminous) dengan ketentuan sebagai berikut:
- Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 70%.
- Kadar CaO < 10%  (ASTM 20%, CSA 8%)
- Kadar karbon (C) berkisar antara 5% -10%
Fly ash jenis ini juga disebut low-calcium fly ash, yang bersifat pozolanik
tetapi non-cementitious. Fly ash kelas F mengandung partikel-partikel yang tertutup
oleh sejenis lelehan kaca. Hal ini dapat mengurangi risiko ekspansi material akibat
sulfat yang terdapat di tanah subur atau pinggiran pantai.

Gambar 3: Fly ash kelas F


Sumber: lauwtjunnji.weebly.com
2) Kelas C
Tipe ini merupakan fly ash yang dihasilkan dari pembakaran lignit atau
batubara sub-bitumen dengan ketentuan sebagai berikut:
- Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 50%.
- Kadar CaO > 10%   (ASTM 20%, CSA menetapkan angka 8-20% untuk tipe
CI dan di atas 20% untuk CH)
- Kadar karbon (C) sekitar 2%

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Fly ash kelas C disebut juga high-calcium fly ash, yang bersifat cementitious
dan pozolanik. Jika terkena sedikit air saja, fly ash jenis ini akan berhidrasi dan
mengeras dalam waktu sekitar 45 menit. Tipe ini paling banyak diaplikasikan pada
struktur beton.

Gambar 4: Fly ash kelas C


Sumber: lauwtjunnji.weebly.com
3) Kelas N
Tipe ini merupakan fly ash yang disebut pozolan alam, yang dihasilkan akibat
pembakaran tanah diatomik, opaline chertz, shales, tuff, dan abu vulkanik. Seperti
namanya, fly ash jenis ini memiliki sifat pozolanik.

Gambar 5: Fly ash kelas N


Sumber: lauwtjunnji.weebly.com

D. Kelebihan Fly Ash


- Menghasilkan berbagai waktu yang ditetapkan

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


- Tahan cuaca dingin
- Kuat tekan tinggi, tergantung aplikasi
- Dapat digunakan sebagai campuran
- Dianggap sebagai bahan yang tidak menyusut
- Menghasilkan beton padat dengan permukaan halus dan detail tajam
- Fleksibel dalam kerja
- Mengurangi masalah keretakan, permeabilitas, dan bleeding pada bahan
- Mengurangi panas saat hidrasi
- Dapat mengurangi emisi CO2 dalam kadar yang sesuai

E. Kekurangan Fly Ash


- Ketersediaan bergantung pada musim
- Meningkatkan kandungan garam pada material
- Berpotensi meningkatkan pencemaran udara yang berdampak besar

F. Dampak Penggunaan Fly Ash


Bila kadarnya terlalu besar, fly ash justru dapat menurunkan kuat tekan beton.
Selain itu, penggunaan fly ash yang melampaui batas wajar berpotensi
mengakibatkan penyakit kanker paru-paru bila dihirup; serta gagal ginjal bila
terkontaminasi di air akibat runoff perpipaan.

2. GGBS (Ground Granulated Blast Furnace Slag)


A. Pengertian
GGBS atau Granulated Blastfurnace Slag merupakan butiran/pasir
residu pembakaran pada tanur (furnace) dari proses pemurnian baja. Sebelum
dihaluskan dan memiliki sifat cementitious, GGBS disebut GBFS
(Granulated Blast Furnace Slag). GGBS merupakan produk sampingan dari
industri pabrik baja yang digunakan sebagai campuran mineral dalam
produksi beton. GGBS umumnya dijadikan sebagai komponen utama dari
pengikat alternatif terhadap semen. GGBS disebut juga cement slag (slag =

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


ampas bijih, terak). GGBS tersusun atas kapur, CaO, SiO 2, Al2O3, dan MgO.
Saat digunakan sebagai bagian dari beton semen Portland, terak GGBS
bereaksi dengan air (reaksi hidrolik laten) dan pasta semen terhidrasi (reaksi
pozolanik) sehingga menghasilkan struktur mikro yang lebih halus dibanding
semen Portland sesungguhnya. Campuran produk semen ini disebut sebagai
Semen Blended atau Semen Mix.

Gambar 6: GGBS
Sumber: google.co.id
Di usia awal, beton yang mengandung terak GGBS memiliki koefisien
difusi yang sedikit lebih tinggi daripada beton semen Portland biasa. Namun,
setelah 90 hari, beton tersebut akan memiliki koefisien difusi yang lebih
rendah. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat penggantian terak pada beton
sebesar 40% atau lebih tinggi dapat mengurangi angka koefisien difusi pada
usia beton yang lebih tua. Persentase penggantian terak yang paling sering
berkisar 40%-80%.

B. Aplikasi GGBS
- GGBS sebagai Agregat
GBFS dapat dipakai sebagai agregat berarti sebagai pengganti pasir
pada bahan bangunan.
- GGBS sebagai Pengganti Semen
GGBS sering dipakai sebagai campuran Semen Portland dalam
pembuatan beton, mortar dan lain-lain. Variasi campuran GGBFS/GGBS pada

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Semen Portland memungkinkan untuk mengoptimalkan sifat-sifat khusus dari
beton dan mortar. GGBS menunjukkan kualitas perekatan yang sama dengan
Semen Portland.

C. Kelebihan GGBS
1) Ramah lingkungan
Isu tentang perubahan iklim secara umum merupakan kebutuhan
mendesak yang dapat diterima di dunia bahwa industri diwajibkan untuk
membatasi emisi karbon dioksida ke atmosfer. Penggunaan GBFS maupun
GGBFS pada beton akan berakibat:
- Penghematan energi
- Menurunkan emisi CO2
- Konservasi sumber daya alam
2) Tahan terhadap sulfat klorida
Penurunan kekuatan beton tidak terlepas dari serangan kimia melalui
kontak dengan gas atau larutan. Umumnya kerusakan beton dihasilkan dari
paparan larutan asam sulfat atau larutan garam klorida. Larutan sulfat yang
seperti natrium, potasium, kalsium atau magnesium terkandung di beberapa
jenis tanah dan air tanah dapat menyebabkan ekspansi dan gangguan beton
karena bereaksi dengan kandungan C3A pada semen. Beton yang dibuat
dengan campuran GGBFS/GGBS dan Semen Portland memiliki kandungan
semen yang lebih rendah sehingga kandungan C3A juga rendah.

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Gambar 7: Efek GGBS terhadap Sulfat
Sumber: krakatausemendonesia.com
3) Mengurangi bleeding pada bangunan
Bleeding adalah pemisahan padatan dari air didalam beton. Padatan
akan menetap dan air dapat lolos melalui pori-pori dan tetap di permukaan,
yang menyebabkan kelemahan pada lapisan atas. GGBFS halus memblokir
pori-pori yang cenderung menghasilkan beton yang dapat memperkecil
kemungkinan bleeding.
4) Dapat mereflektansi matahari
Beton dengan campuran GGBFS memiliki reflektansi sinar matahari
yang tinggi dan meningkatkan kemampuan memantulkan yang lebih baik. Hal
ini mengurangi efek panas pada perkembangan perkotaan, serta memiliki efek
menguntungkan mengurangi penerangan malam hari, jalan yang aman
dengan visibilitas yang lebih baik. Secara signifikan sinar matahari yang
dipantulkan bukan radiasi inframerah sehingga tidak menimbulkan efek
rumah kaca pada atmosfer bumi. Ini adalah cara lain untuk membuat beton
berwarna lebih cerah dengan GGBFS akan membantu mengurangi pemanasan
global.

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Gambar 8: Beda reflektansi beberapa material terhadap matahari
Sumber: krakatausemendonesia.com
5) Kuat tekan akhir lebih tinggi
Meskipun Semen GGBFS/GGBS menghasilkan kekuatan yang lebih
lambat dibandingkan dengan Semen Portland murni pada tahap awal, pada
akhirnya, akan memiliki kekuatan yang lebih tinggi. Namun pola kekuatan
beton dapat dikontrol melalui desain pencampuran, kehalusan semen dan
GGBFS serta proporsinya. Jangka panjang kekuatannya akan lebih baik
dengan penambahan GGBFS.

Gambar 9: Grafik kuat tekan GGBS terhadap waktu


Sumber: krakatausemendonesia.com
6) Menurunkan Risiko Reaksi Alkali-Silika dengan Agregat
Reaksi Silika-Alkali/Alkali-Silica Reaction (ASR) adalah reaksi kimia
antara alkali pada Semen Portland dan jenis mineral silika tertentu. Reaksi ini
menyebabkan ekspansi material yang berakibat keretakan pada struktur beton.

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Gambar 9: Grafik “Effect of slag on the expansion of concrete containing reactive
aggregates”
Sumber: krakatausemenindonesia.com
7) Retensi slump panjang
Semen GGBFS memberikan kemudahan untuk dikerjakan pada
slump.  Para pekerja dilapangan membenarkan prosesnya menghasilkan
retensi slump yang lebih baik. Semen GGBFS meskipun kandungannya
sedikit menghasilkan lebih banyak pasta untuk memberikan bobot. Hal ini
menjadikan GGBFS sebagai pelumas dalam campuran yang memudahkan
pengerjaannya. Sifat pelapis alamiah GGBFS tidak menyerap air
dari campuran, menutup pori-pori dan
mengurangi bleeding, membantu memencarkan flokulasi partikel semen.

3. Silica Fume (SF)


A. Pengertian
Silica fume merupakan serbuk halus yang terdiri dari amarphous
microsphere dengan diameter berkisar antara 0,1-1,0 mikrometer, yang
berperan penting terhadap pengaruh sifat kimia dan mekanik beton. Ditinjau
dari sifat mekanik, secara geometrikal SF mengisi rongga-rongga di antara
bahan semen (grain of cement) sehingga mengakibatkan diameter pori
mengecil dan total volume pori semen juga berkurang (Subakti, 1995:

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


269). .Silica fume, juga dikenal sebagai microsilica, juga merupakan hasil
pengurangan kuarsa kemurnian tinggi dengan kokas pada tungku listrik dalam
produksi silikon dan paduan ferrosilicon. Sebelum pertengahan 1970-an,
hampir semua silica fume dibuang begitu saja ke atmosfer.

B. Ciri-Ciri Silica Fume


Silica fume terdiri atas ebagian besar amopfus (amarphoous silico),
bahan sferikal yang sangat lembut, yang terdiri dari partikel-partikel seperti
kaca hasil pembekuan cepat gas SiO. Luas permukaan partikel silica fume
disyaratkan 215.280 ft ² / lb (20.000 m² / kg) bila diukur dengan teknik
serapan nitrogen, dengan partikel sekitar 100 kali lebih kecil daripada rata-rata
partikel semen. Karena kehalusan ekstrim dan konten silika tinggi, SF
merupakan bahan pozzolanat yang sangat efektif.
Diameter rata-rata silica fume adalah sekitar 0,1 mikrometer, yaitu 100
kali lebih kecil daripada partikel semen. Hasil pengujian porosimeter yang
menggunakan metode penyerapan merkuri, diperoleh distribusi ukuran
median adlah 8,53 mikrometer, jari-jari pori rata-rata sebesar 0,13
mikrometer, dan luas permukaan spesifik yang sangat tinggi 216,0 m2/g.
Kadungan silika (SiO2) sangat tinggi 93,09% ketentuan ASTM C 1240-93
mensyaratkan minimal sebesar 85%.

C. Aplikasi
Silica fume digunakan sebagai bahan tambahan pada semen Portland
untuk memperbaiki sifat beton. Telah ditemukan bahwa silica fume
meningkatkan kuat tekan, kekuatan ikatan, dan ketahanan abrasi sebuah
beton. Perbaikan dalam sifat beton dari penambahan silica fume batang baik
dari perbaikan mekanis akibat penambahan serbuk sangat halus dengan
campuran pasta semen serta dari pozzolanat reaksi antara silica fume dan
kalsium hidroksida bebas dalam pasta semen.

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


Penambahan silica fume juga mengurangi permeabilitas beton
terhadap ion klorida, yang melindungi baja beton yang memperkuat dari
korosi, terutama di lingkungan yang mengandung ion klorida tinggi
seperti jembatan yang kontak dengan air asin (laut).
Dalam teknologi beton, SF digunakan sebagai pengganti sebagian dari
semen atau bahan tambahan saat sifat-sifat khusus beton dibutuhkan, seperti
penempatan mudah, kekuatan tinggi, permeabilitas rendah, durabilitas tinggi,
dan lain sebagainya.
Penggunaan SF dalam campuran bertujuan menghasilkan beton
dengan kekuatan tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan tinggi digunakan,
misalnya, untuk kolom struktur atau dinding geser, pre-cast atau beton pra-
tegang dan beberapa keperluan lain. Kriteria kekuatan beton berkinerja tinggi
saat ini sekitar 50-70 Mpa untuk umur 28 hari. Penggunaan silica fume
berkisar 0-30% untuk memperbaiki karakteristik kekuatan keawetan beton
dengan faktor air semen sebesar 0,34 dan 0,28 dengan atau tanpa
superplastisizer dannilai slump 50 mm.

Gambar 10: Silica Fume


Sumber: google.co.id
Penggunaan SF selalu bersamaan dengan High Range Water Reducer
(Superplasticizer). Karena adanya penggunaan air pada bahan beton dan
adanya bahan silika fume yang mengisi pori-pori serta berfifat pozzolan ini,

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


maka mengakibatkan beton menjadi kedap, awet, dan berkekutan tinggi. Bila
beton dianggap terdiri dari batu pecah sebagai frame atau rangka dan pasta
semen sebagi matriks pengisinya. Mengenai pasta semen dibagi menjadi dua
daerah yaitu daerah tengah dan daerah transisi (transition zone), yaitu batas
antara agregat dengan pasta. Daerah tengah biasanya cukup kuat, tetapi daerah
transisi sering terjadi bleeding atau kebanyakan air sehingga kadang-kadang
lemah dibanding dengan daerah tengah. Dengan adanya silica fume daerah
agregat matriks transisi lebih padat dan kuat sehingga hubungan antara semen
pasta dan agregat menjadi lebih kompak, agregat dan pasta merupakan
kesatuan struktur komposit yang cukup solid dan kuat (Rosemberg dan
Gaidis).

D. Keunggulan Silica Fume (SF)


Keuntungan-keuntungan penggunaan silica fume dan superplatisticizer
pada campuran beton menurut beberapa hasil penelitian terdahulu antara lain
seperti kekuatan tekan hancurnya lebih tinggi, kekuatan tarik lebih tinggi,
rangkaknya lebih kecil, regangan yang terjadi kecil, susutnya kecil, modulus
elastisitasnya tinggi, ketahanan terhadap serangan klorida tinggi, ketahanan
terhadap keausan tinggi dan permeabilitas lebih kecil (220). Dalam hal
ketahanan terhadap serangan klorida tinggi, menurut Sorensen (Rachee dan
Kumar, 1989), mengatakan bahwa dengan berkurangnya permeabilitas beton,
berarti juga akan berkurangnya penetrasi serangan kimia.

E. Kelemahan Silica Fume


Kendala-kendala yang ada dalam penggunaan silica fume antara lain
seperti, handling/pelaksanaan, bahaya kesehatan kerja, air entrainment, plastic
shringkage, dan quality control. SF merupakan bahan sangat lembut dan
mudah sekali terbang kena angin, maka perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
loading, penangkutan, peyimpanan dan pencampuran. Sehubungan dengan
kesehatan kerja, karena SF sangat halus, kemungkinan penghisap SF oleh

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


pekerja akan terjadi, oleh karena itu pekerja harus dilengkapi dengan lat
pelindung pernafasan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan SF berpotensi
menyebabkan plastic shrinkage cracks. Oleh sebab itu, pencegahan
diperlukan dengan menutup permukaan beton yang dalam proses pengerasan
untuk mencegah penguapan akibat angin dan suhu. Dalam masalah kontrol
kualitas, dianggap sangat penting, agar membatasi variasi dari kehalusan
produksi SF. Kehalusan dari kadar SiO2 harus dikontrol setiap hari,
tergantung pada kontrol pabrik dan sistem penangkapan abu yang digunakan.

BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
a. Semen adalah bahan perekat yang mempunyai sifat mampu mengikat bahan-
bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat. Semen Portland
adalah suatu bahan konstruksi yang paling banyak dipakai serta merupakan
jenis semen hidrolik yang terpenting.
b. Proses manufaktur semen Portland terdiri dari 5 tahap, yaitu penyediaan bahan
baku. pengeringan dan penggilingan bahan baku, pembentukan klinker
(pembakaran), penggilingan klinker, dan pengantongan semen.
c. Hidrasi semen adalah reaksi kimia yang berurutan antara clinker, kalsium
sulfat, dan air pada semen, hingga akhirnya suspensi semen mengeras.

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


d. Semen terdiri atas 3 tipe, yakni semen biasa/abu-abu (semen Portland I – V),
semen campur (PPC, PCC, SBC, SMC, OWC, Thang Long PCB40, Thang
Long PC50), dan semen putih (Mortar TR30).
e. Beberapa alternatif semen yang umum dimanfaatkan ialah fly ash (abu
terbang), GGBS (Ground Granulated Blastfurnace Slag), dan silica fume; yang
masing-masing dapat menjadi pelengkap bagi sifat semen, tetapi harus
digunakan sesuai kadar masing-masing agar tidak menimbulkan efek samping.

3.2 DAFTAR PUSTAKA


https://lauwtjunnji.weebly.com/fly-ash--overview.html
https://www.thebalancesmb.com/fly-ash-applications-844761
https://energyeducation.ca/encyclopedia/Fly_ash
https://rdianto.wordpress.com/2010/09/15/silica-fume-3/#targetText=Karena
%20kehalusan%20ekstrim%20dan%20konten,kekuatan%20ikatan%2C%20dan
%20ketahanan%20abrasi.
https://ronymedia.wordpress.com/2010/05/26/apakah-silica-fume-itu/
#targetText=Silica%20fume%20merupakan%20hasil%20sampingan%20dari
%20produk%20logam%20silikon%20atau%20alloy
%20ferosilikon.&targetText=Penggunaan%20silica%20fume%20dalam
%20campuran,dengan%20kekuatan%20tekan%20yang%20tinggi.
http://krakatausemenindonesia.com/BlastFurnaceSLag/KapasitasPori
https://asiacon.co.id/blog/portland-cement-pengertian-komposisi
https://www.kajianpustaka.com/2018/12/jenis-bahan-baku-dan-proses-pembuatan-
semen.html
https://www.lamudi.co.id/journal/macam-jenis-semen-dan-fungsi/
https://www.gurusipil.com/pengertian-dan-jenis-semen-portland-portland-cement/
https://www.engr.psu.edu/ce/courses/ce584/concrete/library/construction/curing/
composition%20of%20cement.htm
http://www.uobabylon.edu.iq/eprints/publication_1_302_1586.pdf

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia


https://www.kajianpustaka.com/2018/12/jenis-bahan-baku-dan-proses-pembuatan-
semen.html
Mindess, S. and Young, J. F., ‘Concrete, Prentice-Hall’, Englewood Cliffs, New
Jersey, 1981).
https://www.lamudi.co.id/journal/macam-jenis-semen-dan-fungsi/
scholar.unand.ac.id
id.scribd.com/document/Hidrasi-Semen

KEL 2 – FTUI 2018 Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai