Anda di halaman 1dari 28

PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 41

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Proses Pembuatan Semen

Semen ( Cement ) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur
/ gamping sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti
lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk / bulk, tanpa
memandang proes pembuatan, yang mengeras atau membatu pada pencampuran
dengan air. Bila semen dicampur dengan air, maka terbentuklah beton. Beton nama
asingnya, concrete diambil dari gabungan prefiks bahasa latin com, yang artinya
bersama sama, dan crescere ( tumbuh ), yang maksudnya kekuatan yang tumbuh
karena adanya campuran zat tertentu.

Proses pembuatan semen pada dasarnya melalui beberapa tahapan, yaitu :


proses penyiapan bahan baku, proses penghancuran (crushing), pemyimpanan dan
pengumpanan bahan baku, penggilingan dan pengeringan bahan baku,
pencampuran (blending) dan homogenasi, pemanasan awal (pre- heating) proses
pembakaran ( firring ), pendinginan, proses penggilingan akhir, proses pengisian.

3.2 Proses Penyiapan Bahan Baku

3.2.1 Bahan Baku Utma Pembuatan Semen

1. Batu Kapur

Sususnan batu batuan yang mengandung 50% CaCO3 atau lebih sering
disebut batu kapur ( gamping ) atau dengan istilah Limenstone. Dibedakan
atas kandungan CaCO3nya :

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 42

a. Batu Kapur kadar tinggi ( High Grade ), kandungan CaCO3nya tinggi, yaitu
: Lebih dari 97 99 %, MgO bersifat menyebabkan ekspansi.
b. Batu Kapur kadar menengah ( Midle Grade ), kadar CaCO3nya 88 90 %.
c. Batu Kapur mutu rendah ( Low Grade ), kadar CaCO3nya rendah yaitu
berkisar 85 87%.

Sifat Fisis :

Fase : Padat
Warna : Putih Kekuningan
Kadar Air : 7 10 H2O
Bulk Dencity : 1,3 ton / m

Specific Gravity : 2,4 gram / cm


Kandungan CaCO3 : 85 93 %
Kandungan CaO

Low Lime : 40 44 %
High Lime : 51 53 %

Kuat Tekan : 31,6 N/mm


Silica Ratio : 2,6
Alumina Ratio : 2,57

Sifat Kimia :

Mengalami Kalsinasi

CaCO3 CaO + CO2

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 43

Warna Batu Kapur adalah putih dan akan berubah menjadi agak kecoklatan
jika terkontaminasi tanah liat atau senyawa besi. Komponen terbanyak pada batu
kapur adalah :

CaCO3, AL2O3, Fe2O3, SiO2 dan mineral lain dengan konsentrasi kecil.

2. Tanah Liat atau Clay

Tanah Liat mempunyai rumus senyawa kimia 2SiO3, 2H2O ( kaolinite )


yang pada umumnya dikenal masyarakat sebagai lempung atau clay. Untuk
semen yang di perlukan adalah kadar AI2O3 sehingga apabila jumlah SiO3
lebig banyak dari AI2O3 maka tanah liat itu tergolong tanah liat yang kurang
baik untuk digunakan. Di alam, tanah liat yang baik biasanya mengandung
SiO3 sebesar 46,5 %. Deposit tanah liat terjadi dari leburan batu batuan
silika yang kaya mineral. Clay pada dasarnya terdiri atas berbagai variasi
komposisi, yang pada umumnya merupakan senyawa alumina silka dengan
kadar H2O max 25% dan kadar AI2O3 minimal 14%.

3.2.2 Bahan Baku Koreksi

Bahan baku ini di pakai apabila ada kekurangan pada salah satu komponen
oksida mineral pada pencampuran bahan baku utama. Bahan ini antara lain :

1. Pasir Besi ( Fe2O3 )

Pasir Besi dengan Fe2O3 ( Ferri Oksida ) sebagai komposisi tertinggi ( 70


-80% ) terdapat pada pantai laut selatan pulau jawa. Pasir Besi selalu
bercampur dengan SiO2 ataupun Titan yang membahayakan produk semen.
Pasir Besi berfunsi juda sebgai penghantar panas dalam pembentukan luluhan
terak semen. Pasir Besi yang depositnya terdapat disepanjang pantai dan
berkadar Fe2O3 15% dan berwarna hitam. Sejak tahun 1998 sebagai pengganti
pasir besi digunakan Copper slage. Bahan ini berasal dari limbah yang

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 44

dihasilkan pabrik peleburan tembaga PT. SMELTEHING Co,Gresik.


Kandungan Fe2O3nya sekitar 52 -64%. Bentuk fisiknya berupa granular dan
berwarna merah kehitaman.

2. Pasir Silika ( SiO2 )

Pasir Silika disebut juga Silca Sand mempunyai kandungan SiO2 yang
tinggi 90 95%. Depositnya berbentuk gunung gunung pasir silika dan
berkadar SiO2 sekitar 90%. Sekamin murni pasir silka, maka akan semakin
putih warnanya dan biasanya disebut pasir kuarsa yang berkadar SiO2 100%.
Ini dipkai terus sebagai bahan tambahan pada pembuatan smen apabila kadar
SiO2nya masih rendah.

3. Limestone High Grade ( CaCO3 )

Jika dalam proses pembuatan semen diindikasikan kadar CaOnya kurang


maka dapat digunakan Litmestone High Grade atau ( kadar CaO > 90% )
sebagai bahan koreksi.

3.2.3 Bahan Baku Tambahan

1. Gypsum

Gypsum adalah bahan tambahan pembuatan semen yang akan dicampur


dengan clinker pada penggilingan akhir. Gypsum yang dapat digunakan adalah
Gypsum alami dan gypsum sintetic. Gypsum yang dipakai pada semen gresik
adalah gypsum sintetic, Kebuthan Gypsum diperoleh dari Petrokimia Gresik.
Dari Petrokimia Gresik, Gypsum diangkut dengan truck ke pabrik kerikil.
Gypsum ini digunakan untuk bahan tambahan pembuatan semen type 1 atau
semen OPC.

Spesifikasi Gypsum :

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 45

Fase : Padat
Warna : Putih Kotor
Kadar Air : 10% H2O
Bulk Density : 1,4 ton/m
Ukuran Material : 0 30 mm
2. Trass

PT SG menggunakan trass untuk memperoleh smen PPC ( Portland


Pozzoland Cement ) yang di konsumsi dari beberapa daerah Rembang dengan
transportasi truck.

3.3 Proses Pembuatan Semen

1. Proses Basah

Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan air
dalam jumlah tertentu serta dicampurkan dengan tanah liat. Bubur halus dengan
kadar air 25 40% (slurry) dikasinasikan dalam tungku panjang (long rotary
kiln )

Keuntungan :
Umpan lebuh homogen, semen yang diperoleh lebih baik.
Efisiensi penggilingan lebih tinggi dan tidak memerlukan suatu unit
homoginizer.
Debu yang timbul relatif sedikit.

Kerugian :
Bahan bakar yang digunakan lebih banyak, butuh air yang cukup banyak.
Tanur yang digunakan terlalu panjang karena memerlikan zone dehidrasi
yang lebih panjang untuk mengendalikan kadar air.
Biaya produki mahal.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 46

2. Proses Kering

Pada proses ini bahan baku diolah ( dihancurkan ) di dalam Row Mill dalam
keadaan kering dan halus dan hasil penggilingan ( tepung baku ) dengan kadar
air 0,5 1 % diklasinasikan dalam Rotary kiln. Proses ini menggunakan panas
sekitar 1500 1900 Kcal / kg Kliner.

Keuntungan :
Tanur yang digunakan relatif pendek.
Panas yang dibutuhkan rendah, sehingga bahan baku yang dipakai relatif
sedikit, dan membutuhkan air yang relatif sedikit pula.
Kapasitas produksi besar.
Kerugian :
Kadar air samgat menggangu proses, karena material menempel pada alat.
Campuran umpan kurang homogen.
Banyak debu yang dihasilkan sehingga dibutuhkan alat penangkap debu.

Proses yang digunakan PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk di Tuban adalah proses
kering.

a) Proses Penghancuran ( Crushing )

Alat utama untuk menghancurkan bahan baku adalah Crusher. Bahan baku
hasil penambangan diangkat menggunakan drump truck dan kemudian
dicurahkan kedalam hopper. Dimana fungsi dari hopper adalah sebagai alat
penampang awal untuk memasukan ke dalam crusher.

Crusher yang digunakan untuk mengancurkan batu kapur terdiri dari dua
bangian. Bagian yang pertama disebut vibrator, yang berfungsi untuk
mengayak atau menyaring batu kapur sehingga batu kapur yang ukuran lebih

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 47

kecil akan langsung jatuh menuju belt conveyor. Batu kapur yang tertinggal
akan secara langsung menuju bagian yang kedua, yaitu bagian yang memiliki
alat penghancur yang dinamakan hammer. Setelah mengalami penghancuran,
batu kapur tersebut akan jatuh menuju belt conveyor yang sama.

b) Proses Penyimpanan dan Pengumpanan Bahan Baku

Setelah mengalami proses penghancur, bahan-bahan tersebut dikirim


menuju tempat penyimpanan yaitu stock pile dengan menggunakan belt
conveyor.

Umumnya, stock pile terdiri darri dua sisi yaitu sisi kanan dan kiri, jika pada
bagian kanan sedang digunakan sebagai proses, maka sisi bagian kiri akan diisi
bahan baku dari crusher. Begitu juga sebaliknya. Untuk mengatur letak
penampang bahan baku, digunakan tripper selain itu stock pile juga dilengkapi
dengan reclainer. Diman reclainer ini berfungsi unutk menidahkan atau
mengambil raw material dari stock pile ke belt conveyor dengan kapasitas
tertentu, sesuai dengan kebutuhan proses, alat ini juga berfungsi unutk
menghomogenkan bahan baku yang akan dipindahkan ke belt conveyor.

Selanjutnya bahan baku dikirim dengan menggunakan belt conveyor


menuju tempat penyimpanannkedua, yang bisa dikatakan merupakan awalan
masukan proses pembuatan semen, yaitu Bin.

Pengumpulan bahan baku kedalam sistem proses selanjutnya diatur oleh


weight feeder, yang diletakkan tepat dibawah bin. Prisnsip kerja dari weight
feeder ini adalah mengatur kecepatan scavenger conveyor, yaitu alat untuk
mengangkut material dengan panjang tertentu dan mengatur jumlah bahan baku
sehingga bahan baku yang ada pada scavenger conveyor sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan. Selanjutnya bahan baku dijatuhkan ke belt conveyor dan
dikirim ke vertcal roller mill untuk mengalami penggilingan dan pengeringan.
Pada belt conveyor terjadi pencampuran batu kapur, silica, pasir besi dan tanah
liat.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 48

c) Penggilingan dan Pengeringan Bahan Baku

Alat utama yang digunakan dalam proses penggilingan dan pengeringan


bahan baku adalah raw mill. Media pengeringannya adalah udara panas yang
berasal dari coller dan pre-heater. Udara panas tersebut juga berfungsi sebagai
media pembawa bahan-bahan yang telah halus menuju proses selanjutnya.

Bahan baku masuk kedalam raw mill pada bagian tengah ( tempat
penggilingan ) sementara itu panas masuk kedalam bagian bawahnya. Material
yang sudah tergiling halus akan terbawa udara keluar raw mill melalui bagian
atas alat tersebut.

Raw mill memiliki bagian yang dinamakan classifier yang berfungsi untuk
mengendalikan ukuran partikel yang boleh keluar dari raw mill, partikel dengan
ukuran besar dikembalikan ke dalam raw mill untuk mengalami penghalusan
selanjutnya sampai ukuran partikel mencapai yang diharapkan.

Sementara itu partikel yang ukurannya telah memenuhi kebutuhan akan


terbawa udara panas menuju cyclone. Dimana cyclone ini berfungsi untuk
memisahkan antara partikel yng cukup halus dan partikel yang terlalu halus (
debu ). Partikel yang cukup halus akan turun ke bagian bawah cyclone dn
dikirim ke blending silo untuk mengalami pengaduan dan homogenasi. Partikel
yang terlalu halus ( debu ) akan terbawa udara panas menuju electrostatic
precipitator. Alat ini berfungsi untuk menangkap debu-debu tersebut sehingga
tidak lepas ke udara. Debu-debu yang tertangkap, di kumpulkan di dalam dust
bin, sementara itu udara akan keluar melalui stack.

d) Pencanpuran ( blending ) dan Homogenasi

Alat utama yang digunakan untu mencampur dan menghomogenkan bahan


baku adalah blending silo, dengan media pengaduk adalah udara.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 49

Bahan baku masuk dari bagian atas blending silo, oleh karena itu alat
transportasi yang digunakan untuk mengirim bahan baku hasil penggilingan
blending silo adalah bucket elevator, dan keluar dari bagian bawah blending silo
dilakukan pada beberapa titik dengan jarak tertentu, dan diatur degngan
menggunakan valve yang sudah diatur waktu bukanya. Proses pengeluaran dari
beberapa tituk dilakukan untuk memenuhi kehomogenan bahan baku.

e) Pemanasan awal ( pre-heating)

Alat utam yang digunakan untuk proses pemanasan awal bahan baku adalah
pre-heating, sedangkan alat bantunya adalah kiln feed bin.

Setelah mengalami homogenasi di blending silo, material terlebih dahulu di


tampung didalam kiln feed bin,bin ini merupakan tempat umpan yang ajkan
masuk ke dalam pre-heating, ada 4 tahap pemanasan yang dilakukan dalam pre-
heatng, pertama hingga ketiga adalah dipanaskan oleh angin panas dari kiln,
namun yang ke empat adalah dibakar dengan api dan juga digunakan teknik
cyclone sehingga benar-benar terbakar sempurna bahan baku tersebut hingga
suhu yang diinginkan sebelum masuk kiln adalah 850 - 900c.

Output dari preheater ini adalah debu panas, karen titik didih bahan tersebut
memang masih diatas suhu tersebut.

f) Pembakaran ( firring )

Alat utama yang digunakan adalah tanur putar atau rotary kiln, Rotary kiln
adalah alat berbentuk silinder memanjang horizontal yang diletakkan dengan
kemiringan tertentu. Dimana ujung satunya adalah tempat material masuk
sedangkan ujung lainnya adalah tempat terjadinya pembakaran bahan bakar.
Material akan mengalami pembakaran dari temperatur tinggi.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 50

Debu panas dari preheater yang mencapai 850-900c akan langsung masuk
kiln. Di kiln akan disembur dengan serbuk batubara yang menyala dengan api
hingga suhu bagian dalam kiln mencapai 1400-1500c.

Untuk mengetahui sistem kerja tanur putar, proses pembakaran bahan


bakarnya, tanur putar dilengkapi dengan gas analyzer, Gas analyzer ini
berfungsi untuk mengendalikan kadar O2,CO, dan NOx pada gas buang jika
terjadi kelebihan atau kekurangan, maka jumlah bahan bakar dan udara bisa
disesuaikan. Didalam tanur putar terjadi proses kalsinasi, simntering,
clinkering.

Bahan bakar dari kita sendiri dihasilkan dari batu bara yang dihaluskan
hingga menjadi bubuk pada proses di coal mill.

g) Pendinginan ( Cooling )

Alat utama yang digunakan untuk proses pendinginan clinker adalah cooler.
Cooler ini dilengkapi dengan alat penggerak material, sekaligus sebagai saluran
udara pendingin yang disebut grate dan alat pemecah clinker ( clinker breaker).

Setelah proses pembentukan clinker selesai dilakukan dalam tanur putar,


clinker tersebut terlebih dahlu didinginkan didalam cooler sebelum disimpan
didalam clinker silo, Cooler yang digunakan menggunakan udara luar sebagai
pendingin. Udara yang keluar dari cooler dimanfaatkan sebagai media pemanas
pada raw mill, sebagai pemasok udara panas pada kiln, dan sebagian lain di
buang ke udara bebas . Proses pendinginan ini sama seperti pre heater, yaitu
di ulangi berkali-kali hingga suhu clinker menjadi sekitar 90-100c saja.

Setelah didinginkan clinker dikirim menuju tempat penyimpanan clinker (


clinker silo ) dengan menggunakan alat transportasi yaitu deep pan conveyor,
sebelum sampai di clinker silo, clinker akan melalui sebuah alat pendeteksi
kapur bebas, jika kandungan kapur bebas clinker melebihi batas yang
diharapkan maka clinker akan dipisahkan dan disimpan dalam bin tersendiri.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 51

h) Penggilingan Akhir

Alat utama yang digunakan pada penggilingan akhir, dimana terjadi pula
penggilingan clinker dengan gypsum adalah ball mill. Alat ini berbentuk
silinder horizontal. Bagian dalam ball mill terbagi dua bagian untuk
memisahkan bola-bola baja berukuran besar dan berukuran kecil. Bagian utama
diisi dengan bola-bola baja yang berdiameterlebih besar dari bola-bola yang ada
pada bagian kedua. Prinsip penggunaan bola-bola baja dari ukuran yang besar
menjadi ukuran lebih kecil adalaha bahwa ukuran bola-bola baja yang lebih
kecil menyebabkan luas kontak tumbuhan antara bola-bola baja dengan material
yang akan di giling akan lebih besar sehingga diharapkan ukuran partikelnya
akan lebih halus.

Material yang telah mengalami penggilingan kemudian diangkut oleh


bucket elevator menuju separator. Separator berfungsi untuk memisahkan
semen yang ukurannya telah cukup halus dengan ukuran yang kurang halus.
Semen yang cukup halus dibawa udara melalui cyclone kemudian disimpan
didalam Silo Cement.

i) Packer

Setelah melalui tahap pengelolahan akhir, maka semen dari silo semen akan
ditransportasi dengan air slight menuju tempat packer.

Pada packer, hanya dua jenis semen yang di packing. Yaitu ordinary
portland cement (OPC) yang di packing dengan truck tabung langsung ke
pelabuhan untuk proyek proyek besar.

Sedangkan untuk semen jenis pozzolan portland cement ( PPC) adalah


semen yang di packing untuk produksi rumahan yang biasa dijual dengan
kemasan 40kg atau 50kg.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 52

Atau bisa juga semen curah agar dapat di packing di pabrik cababng atau
juga dimasukkan juga ke dalam kapal.

Setelah dari kapal akan didistribusikan ke luar pulau, jika dengan


menngunakan truck, akan dikirim ke dalam pulau atau gudang penyimpanan
yang ada.

Gambar 3.3.1 Blok Diagram Proses Produksi

3.4 Jenis, Komposisi dan Sifat Semen

Komposisi semen terdiri atas senyawa senyawa utama ( mineral-mineral


potensial ) sebagai penyususn semen yang terbentuk dari keempat oksida utama,
yaitu :

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 53

a. C3S : Tricalsium Silicate, Alite.Sifatnya hampir sama dengan sifat


semen, yaitu apabila ditambah air maka akan menjadi kaku dan dalam
beberapa jam saja pasta semen akan mengeras. C3S menunjang
penyusunan kekuatan awal semen tinggi dan menimbulkan panas hidrasi
kurang lebih 500 joule/gram. Kandungan C3S pada semen Portland
bervariasi antara 20 60 %.
b. C2S : Dicalcium Silicate, Belite. Pada penambahan air segera terjadi
reaksi, penyebabkan pasta mengeras dan menimbulkan sedikit panas yaitu
250 joule/gram. Pasta yang mengeras, berkembang kekuatannya stabil dan
lambat pada beberapa minggu, kemudian mencapai kekuatan tekan akhir
hampir sama dengan C3S, Kandungan C2S pada Semen Porntland
bervariasi antara 20 26 %.
c. C3A : Tricalcium Aluminate, Aluminate phase, Dengan air bereaksi
menimbulkan panas hidrasi yang tinggi yaitu 850 joule/gram.
Perkembangan kekuatan terjadi pada satu sampai dua hari, tetapi sangat
rendah. Kandungan C3A bervariasi antara 0-16%.
d. C4AF : Aluminoferrite, Ferrite phase. Dengan air bereaksi dengan cepat
dan pasta terbentuk dalam beberapa menit, menimbulkan panas hidrasi
420 joule/gram. Kandungan C4AF pada Semen Portland bervariasi antara
1 16 %. Ini mempengaruhi warna abu-abu dari semen.

3.4.1 Semen Portland

Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara


menghilangkan terak. Semen Portland terutama terdiri atas kalsium silikat yang
bersifat hidrolis yang digiling bersama sama dengan bahantambahan berupa satu
atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan
tambahan lain. Definisi secara umum semen portland adalah hydroulis binder yang
dibuat dengan menggiling halus clinder Semen Portland denagan menambahkan
4-5 % Gypsum ( CaSO4,H2O).

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 54

Komposisi Kimia Semen Portland


CaO antara 60 65%
SiO2 antara 19 25%
AI2O3 antara 2 8%
Fe2O3 antara 0,3 6%
MgO antara 1 6 %
SO3 antara 1 3 %
Alkali antara 0,5 1,5 %

Komposisi spesifik Semen Portland tergantung pada jenis semen dan


komposisi bahan.

Sifat Sifat Fisika Semen Portland

a. Kehalusan ( fineness )

Kehalusan disyaratkan karena akan menentukan luas permukaan partikel


parikel semen, dan ini sangat berpengaruh pada proses hidrasi. Standart
kehalusan yang dipakai adalah sisa diatas ayakan 90 micron ( 170 mesh ) atau
45 micron ( 325 mesh ) atau dengan alat Blaine ( Air Permiability Meter ).

b. Waktu Pengikatan (Setting Time)


Waktu pengikatan semen tidak boleh terlalu cepat dan tidak boleh terlalu
lambat. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan sifat plastistas dan workability
dari adonan mortar dan beton. Adapun pengukurannya biasa dilakukan Vicat
atau Gullmore test.

c. Kekekalan Bentuk

Syarat ini untuk pengedalian agar pada beton tidak terjadi pemuaian atau
penyusutan, karena dapat mengkibatkan kerusakan pada kontruksi. Alat yang

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 55

dapat dipakai unutk mengukur kekekalan bentuk adalah alat Le Chatteleir


Expansion atau Autoclave.

d. Kekuatan Tekan

Kekuatan tekan diukur dari kekuatan tekan terhadap pasta, ,mortar, dan
beton.

Pasta adalah campuran antara semen dan air pada perbandinga tertentu.
Mortar adalah campuran antara semen, pasir dan air pada perbandinga
tertentu.
Beton adalah campuran antara semen, pasir, kerkil dan air pada
perbandinga tertentu, Kadang kadang ditambahkan bahan tambahan
( admixtur ).

Umumnya kekuatan tekan didasarkan pada umur 28 hari pada normal


curing kekuatan tekan adalah sifat kemampuan menahan/memikul suatu
beban tekan. Kekuatan tekan merupakan sifat paling penting yang harus di
punyai selain sifat sifat yang lain yaitu kekuatan tarik dan kekuatan
lentur.

Faktor Faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan :

Kekuatan semen
Kekuatan agregat
Kualitas air
Faktor air semen
Kualitas admixture

e. Panas Hidrasi

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 56

Hal ini diperlukan unutk mengotrol panas yang dilepas/ditimbulkan pada


reaksi hidrasi semen ini tidak terlalu besar, sebab akan dapat menimbulkan
keretakan pada beton. Pada pembuatan beton masa seperti dan atau raft
founadtion, selalu dikendalikan agar suhu (temperature) beton tidak terlalu
tinggi.

f. Pengikat Semu ( False set)

Yaitu terjadinya pengebangan sifat kekakuan dari adonan semen, mortar


atau beton tanpa terjadinya pelepasan panas yang banyak. Gejala tersebut akan
hilang dan sifat plastis akan dicapai kembali bila dilakukan pengadukan lebih
lanjut tanpa penambahan air. False set terjadi karena pada operasi penggilingan
klinker dan gypsum dilaksanakan pada suhu perasi yang terlalu tinggi sehingga
terjadi dihindari ( pelepasan kristal hidrat ) dari CaSO4,2H2O menjadi
CaSO4,1/2H2O

g. Quick Set

Adalah gejala terjadinya pengembangan kekakuan yang terlalu cepat dari


adonan semen, mortar atau beton dengan diseratai pelepasan panas yang cukup
besar, dimana kekakuan ini tidak padat dihilangkan dengan pengadukan lebih
lanjut tanpa penambahan air.

h. Pemuaian karena Sulfat

Syarat ini diperlukan hanya untuk semn dengan ketahan tinggi terhadap
sulfat ( jenis V ).

i. Warna

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 57

Di dalam standar SNI maupun ASTM, tidak ada persyaratan mengenai


warna smen. Disamping itu semen, baik gelap atau pucat, tidak ada
pengaruhnya terhadap kuat tekan atau kualitas semen. Warna semen
ditentukan oleh kandungan C4Af dan MgO, semakin tinggi kandungan C4AF
dan Mgo akan membuat warna semen menjadi lebih gelap. Di sisi kain, MgO
adalah komponen negatif pada semen yang apabila jumlahnya terlalu banyak,
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan pemuaian pada beeton, dan ini
dikenal sebagai Magnesia expansion, sehingga di dalam standart SNI dan
ASTM kandungan MgO dibatasi maksimum 5%. Sedangkan pada C2AF,
semakin tinggi C4AF maka C3A menjadi semakin rendah dan ini
mengakibatkan kuat tekan semen semakin rendah.

Hidrasi dan Pengerasn Semen Portland

Pengikatan dan Pengerasan Semen


Apabila semen dicampur dengan air, maka akan terjadi proses hidrasi.
Secara fisika akan nampak terjadi pasta yang plastis dan dapat dibentuk,
sampai beberapa waktu, lalu mulai terjadi pengerasan dan tidak dapat
dibentuk.

Proses Hidrasi Semen


Semen terdiri atas beberapa senyawa, dengan demikian hidrasi semen terdiri
dari.

Beberap reaksi kimia yang berjalan bersaamaan. Sebagimana telah disebut diatas,
bahwa semen mempunyai kandungan oksida utama yaitu : C3S, C2S, C3A, C4AF.

Oksida oksida ini apabila ditambah air akan bereaksi sebegai berikut :

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 58

C3S + Air C S H + Ca ( OH2 )

C2S + Air C S H + Ca ( OH2 )

C3S + Air C S H + Panas tinggi

C3S + Gypsum + Air ettringite/trisulpate ( menuda pengerasan )

C4AF + Air C A F H + Ca ( OH )2

Faktor Faktor yang mempengaruhi hidrasi semen adalah :

- Umur - Admiture
- Komposisi Semen - Temperatur
- Kehalusan - Perbandingan jumlah air dan semen

Jensi Semen Portland dan Kegunaannya

Semen Portland diklasifikasikan dalam lima jenis, yaitu :

a. Semen Portland Tipe I ( Ordinary Portland Cement )

Semen ini digunakan untu keperluan kontruksi umum yang tidak


memerlukan persyaratan khusus yaitu :

Tidak memerlukan ketahanan sulfat.


Tidak memerlukan persyaratan panas hydrasi.
Tidak memerlukan kekuatan awal yang tinggi.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 59

Kegunaan :
Gedung, Jembatan, Jalan raya, Rumah pemukiman.

Memenuhi :

SNI 15 2049 2004


ASTM C 150 04
BSS 12 78/89/91
JIS R 5210 1981

b. Semen Portland Tipe II

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 60

Semen yang mempunyai ketahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

Semen ini digunakan untuk keperluan kontruksi yang memerlukan persyaratan :

Tahan terhadap sulfat sedang yaitu terhadap air tanah yang mengandung
sulfat antara 0,08 0,17 % atau yang dinyatakan mengandung SO3 + 125
ppm.
Tahan terhadap panas Hydrasi sedang

Kegunaan :

Dermaga, Bendungan
Bangunan di tanah berawa, bergambut dan tepi pantai
Soil Cement

Misalnya untuk bangunan di pinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran


irigasi, beton massa dan bendungan.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 61

Memenuhi :

SNI 15 1049 2004


ASTM C 150 04

c. Semen Portland Tipe III ( High Early Strenght Cement )


Semen jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah
proses.

Pengecoran dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin.

Memenuhi :

SNI 15 2049 2004


ASTM C 150 04

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 62

Semen ini digunakan untuk keperluan kontruksi yang memerlukan kekuatan


awal yang tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi.

Kegunaan :

Pembutan jalan beton


Landasan lapangan udara
Bangunan tingkat tinggi
Bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap sulfat.

d. Semen Portland Tipe IV

Semen portland dalam penggunaanya memerlukan kalor hodrasi rendah.

e. Semen Portland Tipe V ( High Sulfat Resistant )


Semen portland tipe V dipakai untuk kontruksi bangunan bangunan pada
tanah/air yang menggandung sulfat tinggi dan sangat cocok untuk instalasi
pengelolahan limbah pabrik, kontruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan
dan pembangkit tenaga nuklir.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 63

Memenuhi :

SNI 15 2049 2004


ASTM C 150 04

Kegunaan :

Bangunan instalasi pengelohan limbah pabrik.


Kontruksi dalam air
Jembatan, terowongan, demarga.

3.4.2 Semen Portland Pozzollan ( PPC )


Semen Portland ( PPC ) merupakan suatu semen hidrolis yang terdiri dari
campuran yang honogen antara semen portland dengan pozolan halus, yang
diproduksi dengan menggiling kliner semen portland dan pozzlan bersama sama,
atau mencampur secara merata bubuk semen portland bubuk pozolan, atau
gabungan antara menggiling dan mencampur, diman kadar pozolana 6% samapai
dengan 40% massa semen portland.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 64

Pozolan adalah bahan yang mengandung silka atau senyawanya dan


alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, akan tetapi dalam
bentuknya yang halus dan dengan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi
secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa
yang mempunyai sifat seperti semen.

Memenuhi :

SNI 15 0302 2004


ASTM C 595 03 a

Portland Pozzolan Cement ( PPC ) ( 1998 ), Jenis semen ini untuk kontruksi
umum dan tahap terhadap sulfate dan panas hidrasi sedang.

Kegunaan :

Perumahan
Bendungan, dam dan irigasi.
Bangunan tepi pantai dan rawa/gambut.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 65

Bahan bangunan seperti genteng, hollow brick, polongan, ubin, dll


Macam macam Pozzolan

1. Pozzolan alam ( Natural Pozzolan )

Pozzolan yang terdapat di alam, seperti abu vulkanis atau purnice, tanah
diatome atau tufa.

2. Pozzolan buatan ( Africial Pozzolan )

Pozzolan yang didapat dari hasil pembakaran tanah liat, pembakaran


batubara, berupa abu terbang ( fly ash ) dan abu sekam.

Jenis Semen Portland Pozzolan

Portland Pozzolan Cement ( PPC ) diklasifikasikan dalam empat jenis, yaitu :

1. Jenis IP U yaitu semen portland yang dapat dipergunakan untuk semua


tujuan pembuatan adukan beton.
2. Jenis IP K yaitu semen portland yang dapat dipergunakan untuk semua
tujuan pembuatan adukan beton, semen untuk tahan sulfat sedang dan
panas hidrasi sedang.
3. Jenis P U yaitu semen portland yang dapat dipergunakan untuk
pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi.
4. Jenis P K yaitu semen portland yang dapat dipergunakan untuk
pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi,
serta untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi rendah.

Sifat Sifat Fisika Semen Portland Pozzolan


Sifat sifat Semen Portland Pozzolan ( PPC ) secara umum sebagai berikut
:

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 66

a. Sifat Pengerjaan ( Workability )

Campuran beton dan mortar menggunakan Semen Portland Pozzolan (


PPC ) mempunyai sifat pengerjaan ( Workability ) lebih mudah dan lebih
baik daripada campuran menggunakan Semen Portlan jenis I ( PC I ). Hal
ini terlihat bahwa adukan mortar atau beton menggunakan Semen Portland
Pozzolan ( PPC ) memiliki plastisitas yang lebih baik dibandingkan dengan
yang Semen Portlan jenis I ( PC I ). Dengan nilai slup yang sama akan
diperoleh bahwa beton menggunakan PPC lebih workkable dari PC I, dan
faktor kepadatan beton menggunakan PPC menjadi lebih tinggi dari beton
yang menggunakan PC I.

b. Waktu pengikatan

Penambahan Pozzolan pada Semen Portland akan memperpanjang


waktu pengikat. Selisih waktu pengikat akhir antara Semen Portland
dengan Semen Portland Pozzolan ( PPC ) sebesar 45 menit.

c. Panas hidrasi dan suhu beton

Apabila semen ditambahkan air, maka akan terbentuk Ca (OH)2 ( kalsium


hidroksida ) sebanyak 30% bagian berat semen, menurut persamaan
reaksi :

2 ( 3CaO. SiO2 ) + 6 H2O 3CaO. 2SiO2 . 3H2O + 3Ca ( OH)2

2 ( 2CaO. SiO2 ) + 4 H2O 3CaO. 2SiO2 . 3H2O + Ca ( OH)2

Reaksi anatara silica aktif dari Pozzolan dengan kalsium hidraksida


berjalan lambat, sehingga berkembangnya panas selama proses hidrasi

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 67

berjalan lambat. Karean hidrasi berjalan lambat maka Semen Portland


Pozzolan ( PPC ) mempunyai panas hidrasi panas yang lebih rendah dari
Semen Portland jenis I ( PC I ), dan relatir sama dengan Semen Portland
jenis II (PC II). Panas hidrasi semen berhubungan erat dengan suhu beton,
sehingga beton yang menggunakan Semen Portland Pozzolan ( PPC ) akan
mempunyai suhu beton yang lebih rendah dari beton yang menggunakan
Semen Portland jenis I ( PC I ).

d. Kekuatan Tekan

Dengan penambahan bahan Pozzolan pada semen portland, maka akan


menurukan kekuatan awal. Oleh karena pada semen Portland Pozzolan (
PPC ) masih terjadi reaksi antara silica aktif dari Pozzolan dengan kalsium
hidroksida yang berjalan terus dalam waktu yang lama, maka kekuatan
PPC pada umur yang lama akan bisa lebih tinggi dari Semen Portland jenis
I ( PC I ).

e. Keawetan ( Durability )

Sebagai diketahui kalsium hidrosikda hasil reaksi semen dengan air


adalah basa kuat, sehinngga beton tidak tahan tertadap asam dan
lingkungan yang mengandung garam atau sulfat. Dengan adanya Pozzolan,
maka peranan kalsium hidroksida akan diperkecil, karean kalsium
hidroksida akan beraksi dengan silica dan alumina aktif yang berasal dari
Pozzolan membentuk kalsium silikat hidrat ( CSH ) dan kalsium alumina
silikat ( CASH ), menurut persaman :

Ca ( OH)2 + AS CSH + CASH

Sehingga dengan berkurangnya Ca ( OH)2 beton akan mempunyai


ketahanan yang lebih baik. Disamping itu, dengan adanya Pozzolan juga

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017
PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik 68

akan memperkecil kandungan C3A, sehingga beton akan lebih tahan


tertadap garam dan sulfat.

Kegunaan Semen Portland Pozzolan ( PPC )

Konstruksi untuk bangunan bangunan umum dan bertingkat tinggi.


Konstruksi beton massa yang membutuhkan panas hidrasi dan suhu beton
yang rendah, seperti Raft Foundation dan Dam / Bendungan.
Konstruksi bangunan di tepi pantai, bangunan dan saluran irigasi, dan
tempat tempat dengan lingkungan gram agresif, dimana diperlikan
bangunan yang tahan terhadap serangan garam sulfat.
Bangunan yang memerlukan kedepan tinggi seperi bangunan sanitasi dan
bak penampang air.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk, Pabrik Gresik
Periode 04 September 29 September 2017

Anda mungkin juga menyukai