3.1. GIPS
Gips merupakan jenis batuan endapan yang terbentuk secara kimiawi
dari kapur dan sulfat yang larut dalam tanah membentuk calsium sulfat (CaSO4).
Gips yang dari alam merupakan senyawa stabil berbentuk CaSO4 2 H2O.
Air yang terkandung di dalam gips itu bukan air bebas tetapi air yang bersatu
dengan molekulnya sehingga sifat dari gips alam adalah stabil.
Apabila gips alam dipanasi pada suhu di atas 100°C, maka sebagian air
molekulnya terlepas dan membentuk CaSO4 ½ H2O yang biasa disebut gips
hemihidrat yang mempunyai sifat tidak stabil. Pada pelepasan 11/2 H2O nya
menggunakan energi panas tinggi yang tersimpan di dalam gips hemihydrat
tersebut. Gips hemihydrat yang bereaksi dengan air maka air molekul di dalam
gips kembali ke jumlah semula seperti gips alam. Akibat reaksi ini, panas yang
tersimpan dalam gips hemihydrat akan dikeluarkan dan molekul-molekul gips
yang terpisah (karena pembakaran) bersatu kembali ke bentuk stabil CaSO4 2
H2O. Ini berarti gips mengeras setelah diberi air dan dapat digunakan sebagai
adukan.
3.2. KAPUR
Kapur telah dikenal dan dipergunakan orang sejak ribuan tahun lalu
sebagai bahan adukan pasangan dan plesteran untuk bangunan.
Zaman dahulu pembuatan kapur dilakukan dengan cara membakar batu
kapur pada tungku-tungku sederhana. Hasil pembakaran ini kemudian
dicampur dengan air dan terbentuklah bahan perekat.
Pada saat ini, kapur banyak digunakan dalam bidang pertanian, industri
kimia pharmasi, industri baja, industri karet, industri kertas, industri gula,
industri semen, dll.
a. Jenis-jenis Batu Kapur
Sifat-sifat batu kapur sangat dipengaruhi oleh pengotoran atau tercampurnya
unsur-unsur lain. Oleh karena itu jenis batu kapur dibedakan menurut
kemurniaannya, yaitu :
a) Batu kapur kalsium (CaCO3) dengan kemurnian tinggi, bila unsur lain < 5
%
b) Batu kapur Magnesia (CaCO3MgCO3) bila mengandung 5 – 20 %
magnesia magnesium karbonat.
c) Batu kapur dolomite, bila mengandung magnesium karbonat > 30 % tetapi
< 44 %.
d) Batu kapur hidrolis, bila mengandung > 5 % senyawa lain yang terdiri
dari alumina, silica dan besi.
PEMBAKARAN (KALSINASI)
TUNGKU TEGAK TUNGKU PUTAR
PEMADAMAN (HIDRASI)
3.3. POZOLLAN/TRASS
Teras atau pozollan adalah suatu jenis bahan galian yang berasal dari
pelapukan mineral deposit vulkanik.
Teras disebut juga dengan puzolan karena pertama kali ditemukan oleh bangsa
Roma kuno. Pada saat itu bangsa Roma kuno membuat bangunan
menggunakan bahan galian dari permukaan bumi yang merupakan campuran
halus dari debu vulkanik yang terdapat di dekat kota Puzzuoli. Oleh karena itu
bangsa Roma menamakan bahan galian tersebut dengan pozzolan.
Teras atau puzolan mengandung unsur silika, besi dan aluminium yang tidak
mempunyai sifat penyemenan, tetapi dalam bentuk serbuk halus dan bila
dicampur dengan air dapat bereaksi dengan kalsiumhidroksida pada suhu
ruangan dan membentuk senyawa yang mempunyai sifat semen, yaitu
mengalami proses pengerasan dan setelah keras tidak larut dalam air.
Suatu bahan galian diklasifikasikan sebagai teras/puzolan alam apabila
mempunyai komposisi kimia seperti yang disyaratkan oleh ASTM C 618-78,
yaitu :
Teras dalam keadaan sendiri tidak memiliki sifat-sifat khas semen, tetapi bila
direaksikan dengan kapur dan air dalam perbandingan tertentu akan
menghasilkan suatu massa yang memiliki sifat-sifat seperti semen dan tidak
larut dalam air. Sifat-sifat seperti semen ini disebabkan oleh senyawa silika
aktif dan senyawa aluminat reaktif.
Teras/puzolan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu teras alam dan teras buatan.
1) Teras alam, terdiri dari :
a) Batu apung, obsidian, scoria, tuf, santorin dan teras yang
dihasilkan dari batuan vulkanik.
C3AF+2C3A atau
- - - - 20
C4AF+C2F,% maksimum
C3S+C3A, % maksimum - 58 - - -
Fungsi air di dalam adukan beton adalah untuk memicu proses kimiawi
semen sebagai bahan perekat dan melumasi agregat agar mudah dikerjakan.
Kualitas air yang digunakan untuk mencampur beton sangat berpengaruh terhadap
kualitas beton itu sendiri. Air yang mengandung zat-zat kimia berbahaya,
mengandung garam, minyak, dll akan menyebabkan kekuatan beton turun. Pada
umumnya air yang dapat diminum dapat digunakan sebagai campuran beton.
Semen dapat berfungsi sebagai perekat apabila ada reaksi dengan air. Oleh
karena itu jumlah air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi semen harus cukup.
Apabila terlalu banyak air yang ditambahkan pada beton maka akibat adanya
pengeringan maka air bebas yang terdapat di dalam gel akan cepat menguap
sehingga gel menjadi porous, gel menyusut banyak dan terjadi retakan. Selain itu
kekuatan gel juga rapuh yang mengakibatkan daya rekat semen rendah.
Sebaliknya apabila jumlah air pencampur pada beton kurang maka proses hidrasi
semen tidak dapat terjadi seluruhnya yang mengakibatkan kekuatan beton akan
turun.