132
SARDY FERNANDES 073.14.130
IKSAN PANDUWINOTO 073.14.142
DZAHABY ALAM 073.14.133
M. FADIL SOLIHIN 073.12.116
ARNOLD 073.11.113
Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan
bangunan lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa
Latin), yang artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan".
Sejarah dan
perkembangan semen
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,
tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang
merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur,
ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi
Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina
yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun
menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan
Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau
ButonBenar atau tidak, cerita, legenda tadImenunjukkan dikenalnya fungsi
semen sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang,
perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran
batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan pada zaman
Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk
itu lantas dinamai pozzuolana.Pabrik semen di Australia.Baru pada abad
ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John
Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno
berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan
campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar
Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.
Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal
bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada
1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen portland.
Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat Pulau
Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di
toko-toko bangunan.Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton.
Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium
karbonat) dan tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral
berbentuk pasialuminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu
kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran
baru.Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang mengandung
zat besi. Nah, agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan
dihaluskan hingga berbentuk partikel-partikel kecil mirip bedak. Pengaduk semen
sederhana.Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland
berkolaborasi dengan bahan lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain),
misalnya, memunculkan reaksi kimia yang sanggup mengubah ramuan jadi sekeras
batu. Jika ditambah pasir, terciptalah perekat tembok nan kokoh. Namun untuk
membuat pondasi bangunan, campuran tadi biasanya masih ditambah dengan
bongkahan batu atau kerikil, biasa disebut concrete atau beton.Beton bisa disebut
sebagai mahakarya semen yang tiada duanya di dunia. Nama asingnya, concrete -
dicomot dari gabungan prefiks bahasa Latin com, yang artinya bersama-sama, dan
crescere (tumbuh). Maksudnya kira-kira, kekuatan yang tumbuh karena adanya
campuran zat tertentu. Dewasa ini, nyaris tak ada gedung pencakar langit berdiri
tanpa bantuan beton.
PEMILIHAN PROSES
Proses Basah
Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan
menambahkan air dalam jumlah tertentu serta dicampurkan
dengan luluhan tanah liat. Bubur halus dengan kadar air 25-40%
(slurry) dikalsinasi dalam tungku panjang (long rotary kiln).
Proses Kering
Pada proses ini bahan baku diolah (dihancurkan) di dalam Raw
Mill dalam keadaan kering dan halus, dan hasil penggilingan
(tepung baku) dengan kadar air 0,5-1% dikalsinasi dalam rotari
kiln. Proses ini menggunakan panas sekitar 1500-1900 Kcal /Kg
kilnker.
Proses Basah
Proses Basah Proses ini dimulai dengan mencampur semua
bahan baku dengan air. Setelah itu dihancurkan. Kemudian
bahan yang sudah dihancukan tadi dibakar menggunakan
bahan bakar minyak. Karena membutuhkan banyak BBM,
proses ini sudah jarang dilakukan oleh produsen semen.
Proses kering
Proses ini memakai proses penggilingan yang dilanjutkan
dengan proses pembakaran. Ada lima tahapan dalam proses
ini, seperti proses pengeringan dan penggilingan bahan baku
di rotary dryer dan roller meal, proses pencampuran untuk
mendapatkan campuran yang homogen, proses pembakaran
bahan baku untuk menghasilkan terak, proses pendinginan
terak, dan terakhir proses penggilingan clinker dan gypsum.
Perbandingan proses
Nama proses
Keuntungan Kerugian
Keuntungan yang didapat pada Kerugian yang didapat pada
proses ini diantaranya adalah proses ini diantaranya adalah
umpan yang didapat lebih penggunaan bahan bakar yang
homogen, sehingga semen yang lebih banyak dan membutuhkan
dihasilkan juga lebih baik, tidak air yang cukup banyak, tanur
dipengaruhi oleh fluktuasi kadar yang digunakan terlalu panjang
Proses basah air, serta debu yang dihasilkan karena memerlukan zone
relatif sedikit. dehidrasi yang lebih panjang
untuk mengendalikan kadar air,
serta biaya produksi yang lebih
mahal.
3. Conveying:
Bahan mentah ditransportasikan dari area penambangan ke
lokasi pabrik untuk diproses lebih lanjut dengan
menggunakan belconveyor.
4. Raw Mill ( Penggilingan Bahan Baku )
Proses Basah Penggilingan dilakukan dalam raw mill dengan
menambahkan sejumlah air kemudian dihasilkan slurry dengan kadar
air 34-38 %.Material-material ditambah air diumpankan ke dalam raw
mill. Karena adanya putaran, material akan bergerak dari satu kamar
ke kamar berikutnya.Pada kamar 1 terjadi proses pemecahan dan
kamar 2/3 terjadi gesekan sehingga campuran bahan mentah menjadi
slurry.Proses Kering Terjadi di Duodan Mill yang terdiri dari Drying
Chamber, Compt 1, dan Compt 2. Material-material dimasukkan
bersamaan dengan dialirkannnya gas panas yang berasal dari
suspension preheater dan menara pendingin. Pada ruangan pengering
terdapat filter yang berfungsi untuk mengangkut dan menaburkan
material sehingga gas panas dan material berkontaminasi secara
merata sehingga efisiensi dapat tercapai. Terjadi pemisahan material
kasar dan halus dalam separator.
5. Homogenisasi:
Proses Basah Slurry dicampur di mixing
basin,kemudian slurry dialirkan ke tabung koreksi;
proses pengoreksian. Proses Kering Terjadi di blending
silo dengan sistem aliran corong.
6. Pembakaran/ Pembentukan Clinker
Pembakaran/ Pembentukan Clinker terjadi di dalam
kiln. Kiln adalah alat berbentuk tabung yang di
dalamnya terdapat semburan api. Kiln di design untuk
memaksimalkan efisiensi dari perpindahan panas yang
berasal dari pembakaran bahan bakar.
Jenis - Jenis Semen
1. Semen Portland Type I
Fungsi semen portland type I digunakan untuk keperluan
konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan khusus
terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok
dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% –
0, 10 % dan dapat digunakan untuk bangunan rumah
pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan jalan,
struktur rel, dan lain-lain.
2. Semen PortLand type II
Fungsi semen portland type II digunakan untuk konstruksi
bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan
sulfat ( Pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat
antara 0, 10 – 0, 20 % ) dan panas hidrasi sedang, misalnya
bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa,
saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan
jembatan.
3. Semen Portland type III
Fungsi semen portland type III digunakan untuk konstruksi
bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi pada fase
permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan
jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-
bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap
serangan sulfat.
4. Semen Portland type IV
Fungsi Semen Portland type IV digunakan untuk keperluan
konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus
diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh
tingkat kuat beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I.
Tipe semen seperti ini digunakan untuk struktur beton masif seperti
dam gravitasi besar yang mana kenaikan temperatur akibat panas
yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor kritis.
5. Semen Portland type V
Fungsi semen portland type V dipakai untuk konstruksi bangunan-
bangunan pada tanah/ air yang mengandung sulfat melebihi 0, 20
% dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik,
konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan
pembangkit tenaga nuklir.
6. Super Masonry Cement
Semen ini dapat digunakan untuk konstruksi perumahan
gedung, jalan dan irigasi yang struktur betonnya maksimal K
225. Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan
genteng beton, hollow brick, Paving Block, tegel dan bahan
bangunan lainnya.